Anda di halaman 1dari 3

Lingkungan biofisik terdiri dari berbagai faktor seperti iklim dan tanah, air, cahaya, matahari, iklim mikro,

hama dan penyakit, pengaruhnya terhadap pengaturan tanam ganda dan evaluasi produktivitas tanam
ganda dominasi tanaman semusim yang meliputi pengujian tumpangsari, pengujian pergiliran tanaman
atau berurutan, dan pengujian pola pertanaman tumpangsari berurutan.

a. Iklim dan tanah

Karakteristik faktor iklim daerah tropis seperti cahaya matahri, temperature udara, kecepatana angin
tidak terlalu mempunyai pengaruh yang begitu besar terhadap tanaman sehingga tanaman dapat
diusahakan tumbuh sepanjang tahun. Di wilayah tropis lainnya terutama yang kering, ketersediaan air
merupakan kendala utama dalam pertanian sehingga sulit mengusahakan tanaman sepanjang tahun.

Parameter yang berkaitan dengan kelembaban dan sistim pertanaman perlu diketahui, sebagai berikut:

- Musim hujan

Terdapat dua pola curah hujan yaitu uni-modal dan bi-modal. Pada sistem uni-modal, lama bulan basah
sekitar tujuh bulan sehingga cukup mendukung dua atau lebih jenis tanaman secara berurutan. Lalu,
pada sistem bi-modal, dukungan kelembaban tanah cukup untuk menanam lebih dari satu kali
penanaman karna sistim ini mempunyai kisaran kecocokan yang lebih luas dalam kondisi curah hujan
berkurang.

Sistem tanam tumpangsari dan bersisipan sangat menguntungkan pada pola hujan uni-modal
dikarenakan dukungan waktu dari pola itu relative singkat. Pada musim hujan yang cukup lama, maka
penanaman dilaksanakan pada masa keringnya karena kelembaban maish cukup dan berbagai jenis
tanaman dapat bertahan, namun apabila curah hujan kurang dari 100mm/ bulan sebagain besar
tanaman tidak dapat bertahan dalam waktu lebih dari tiga bulan.

- Intensitas dan keefektifan curah hujan

Curah hujan yang efektif untuk pertanian apabila airnya dapat masuk ke dalam tanah dan
dipertahanakan keberadaannya di sekitar perakaran. Curah hujan efektif lebih rendah dari total curah
hujan karena terjadi kekurangan air yang disebabakan oleh 1) perkolasi yang dalam, 2) aliran
permukaan, 3) evaporasi, 4) rendahnya kapasitas tanah memegang air. Faktor faktor ini dipengaruhi
oleh sitem pertanaman dan pengelolaan tanaman yang artinya terjadi pengaruh interkasi antara sistim
pertanaman dan keefektian curah hujan. Contohnya pada sistim tanam ganda, sistim ini menyebabkan
tanah senantiasa tertutup sepanjang tahun sehingga mengurangi aliran permukaan dan evaporasi.

Intensitas curah hujan tinggi menyebabkan kerusakan mekanik pada tanaman, kondisi kelembaban
udara yang tinggi juga dapat menyebabkan perkembangan jamur dan penyakit lainnya. Perencanaan
sistem pertanaman perlu dihubungkan dengan intensitas curah hujan selama musim yang berbeda agar
dapat memilih komoditas yang akan dikembangkan dan disesuaikan dengan pola curah hujan dengan
pendekatan waktu tanam

- Variabilitas dan keadaan curah hujan

Area dengan pola curah hujan yang jelas akan memudahkan untuk mengatur pola tanam dan
menentukan jenis-jenis tanaman yang cocok seperti kapan saat harus ditanam dan dipanen. Waktu
tanam efektif dapat didefinisikan sebagai berikut:
a) Hujan yang membasahi permukaan tanah hingga 5 cm telah mencapai kapasitas lapang’
b) Tidak ada hari tanpa hujan selama 10 hari berturut-turut saat melakukan waktu tanam

- Evaporasi

Curah hujan dan evaporasi menentukan keberadaan air yang merupakan faktor utama dalam mengatur
sistim pertanaman di daerah tropis. Permukaan tanah yang tidak ditutupi tanaman, vegetasi atau
penutup tanah memiliki laju evaporasi tinggi terutama terjadi jika selama periode dengan intensitas
cahaya tinggi dan angina kencang.

b. Air

Ketersediaan air yang cukup sepanjang tahun dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan tanaman.
Kekurangan atau kekeringan akan menentukan respons tanaman terhadap kelembaban. Untuk
pertanian daerah tropis, keadaan kelembaban atau ketersediaan air yang secara umum ditentukan oleh
curah hujan sangat menentukan pertumbuhan dan hasil tanaman. Pada daerah tropis, keadaan
kelembaban atau ketersediaan air yang secara umum ditentukan oleh curah hujan dan menentukan
pertumbuhan dan hasil tanaman. Korelasi di antara kelembaban dan produksi tanaman ditentukan oleh
berbagai faktor seperti total curah hujan kekeringan, transpirasi, evaporasi, diartikan ke dalam satu
pengertian sebagai keseimbangan kelembaban. Korelasi ini akan berhasil lebih baik dengan sistim
pertanaman, dibandingkan apabila korelasi yang terjadi hanya antara satu atau dua faktor secara
terpisah.

Penggolongan musim tanam selama setahun berbasiskan pola curah hujan di Indonesia dapat dijadikan
sebagai bahan pertimbangan umum dalam menempatkan waktu tanam, seperti pada gambar berikut:

- Musim labuhan: permulaan musim hujan dengan curah hujan antara 60-100 mm, cocok untuk
menanam padi gogo, palawija dan pohon perdu
- Musim rendengan: curah hujan di atas 200mm baik untuk pertanaman padi sawah
- Musim marengan: akhir musim hujan, curah hujan antara 100-200 mm bisa untuk tanaman
palawaija atau padi gadu bila cukup air irigasi
- Musim kemarau: curah hujan di bawah 100 mm, hanya baik untuk tanaman lahan kering atau
yang tahan kering

Variasi pola hujan untuk beberapa wilayah berdampak kepada pengaturan pola tanam. Pola hujan
dengan air yang panjang dapat meningkatkan intensitas pertanaman, jika keadaan sebaliknya pada
periode kering akan berdampak pada intensitas pertanaman sehingga diperlukan tenaga kerja
relative lebih banyak atau dengan tenaga mekanisasi untuk mempercepat pengolahan tanah dalam
persipan tanam.

Anda mungkin juga menyukai