Menurut Mutegi dkk. (2013a), akumulasi cemaran aflatoksin pada kacang tanah dapat
disebabkan oleh lamanya masa simpan, kondisi area penyimpanan tidak layak, serta faktor
lingkungan seperti suhu, kelembaban dan curah hujan. Pengeringan harus dilakukan segera
setelah panen berdasarkan prinsip bahwa biji harus segera melewati kisaran kadar air 10 – 30%
karena semakin lama proses pengeringan maka biji kacang tanah akan berpeluang lebih lama
berada pada kisaran kadar air yang rentan terhadap kontaminasi aflaktosin. Kadar air harus
dibawah 10% agar jamur A.flavus tidak memproduksi aflaktosin. Kelembaban yang kurang
relative akan meningkatkan kadar air simpan yang mampu menumbuhkan jamur A.flavus.
Perkembangan jamur dibantu oleh suhu dan kelembaban yang tinggi maka pada saat
perlakuan pascapanen kelembaban harus sedemikian diatur seperti dengan penyimpanan di
ruangan yang tidak kedap udara dan bersirkulasi lancer agar kelembaban tidak tinggi yang akan
menyebabkan kadar air juga tinggi sehingga jamur malah tumbuh.
Terdapat SNI Kacang Tanah namun belum berlaku dan masih berupa himbauan yang
dapat diikuti secara sukarela (Ginting, dkk., 2015) Menurut kisaran suhu rekomendasi CAC
dapat terwujud dengan menggunakan fasilitas penyimpanan dingin (cold storage). Penyimpanan
kacang tanah pada suhu rendah (24–28 °C) pernah diterapkan pada penelitian Rahmianna dkk.
(2007b) berdasarkan rekomendasi Indonesian Legumes and Tuber Crops Research Institute
(ILETRI) dengan hasil aflaktosin B1 pada kacang tanah yang disimpan pada suhu tersebut lebih
rendah daripada kacang tanah yang disimpan pada suhu ruang (25–35 °C).
Rata – rata suhu yang cocok dengan perkembangan dan sesuai bagi pertumbuhan
A.flavus serta produksi aflaktosin adalah pada area penyimpanan dengan suhu (29,6–31,2 °C) dan
suhu ini jauh lebih tinggi dari kisaran suhu yang direkomendasikan oleh CAC serta ILETRI yang
umum dijumpai pada negara – negara tropis. (OBrian dkk., 2007; Singh dan Chauhan, 2013;
Pratiwi dkk., 2015).
DAFTAR PUSTAKA
Kasno, A. (2009). Pencegahan Infeksi A. flavus dan Kontaminasi. Iptek Tanaman Pangan, Vol. 4 No.2.
Widya Eka Prayitno, H. D. (2018). Kondisi Penyimpanan Kacang Tanah dan Potensi Cemaran Aspergillus
flavus pada Pedagang Pengecer Pasar Tradisional di Wilayah Jakarta. Agritech , 38 (1) 2018, , 45-
55.