hasnani.sembang23@gmail.com
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui metode pengendalian kadar aflatoksin jagung
dengan teknik penyimpanan menggunakan kemasan karung plastik tanpa alas dan dengan alas
selama penyimpanan. Metode penelitian ini berbentuk eksperimen menggunakan uji T dengan 2
perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali. Perlakuan dalam penelitian ini adalah jagung
pipil kemasan karung plastik tanpa alas dan jagung pipil kemasan karung plastik dengan
alas.Selama penyimpanan sampel yang diamati kadar aflatoksin, kadar air, kelembaban udara
dan temperatur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kadar aflatoksin dan
mengalami peningkatan seiring lamanya penyimpanan. Perlakuan terbaik diperoleh pada jagung
pipil yang disimpan menggunakan alas pada penyimpanan hari ke 7, hari ke 14, hari ke 21 dan
28 dengan nilai rata-rata 32,33 ppb, 36,66 ppb, 44 ppb dan 49 ppb. Analisis kadar aflatoksin
pada perlakuan jagung pipil kemasan karung plastik menggunakan alas memenuhi syarat mutu
jagung berdasarkan Standar Nasional Indonesia.
Kata Kunci: Aflatoksin, Jagung, Teknik Penyimpanan, Penyimpanan
ABSTRACT
The purpose of this study was to determine the method of controlling the levels of aflatoxin corn
with storage techniques using plastic sack packaging without base and with pedestal during
storage. This research method is in the form of an experiment using a T test with 2 treatments
repeated three times. The treatment in this study is shelled corn packaging plastic sacks without
base and shelled corn packaging plastic bag with a base. During storage the sample is observed
levels of aflatoxin, water content, air humidity and temperature. The results showed that there
were differences in levels of aflatoxin and increased with the length of storage. The best
treatment is obtained from the shelled corn using a base at 7th day, 14th day, 21st and 28th day
storage with an average value of 32.33 ppb, 36.66 ppb, 44 ppb and 49 ppb. Analysis of the levels
of aflatoxin in the treatment of piped corn packing plastic bags using a base meets the
requirements of corn quality based on Indonesian National Standards.
Keywords : Aflatoxin, Corn, Packaging Type, Storage
p-ISSN : 2476-8995
e-ISSN : 2614-7858
S38 Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 5 Maret Suplemen (2019) : S37 - S47
p-ISSN : 2476-8995
e-ISSN : 2614-7858
Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 5 Maret Suplemen (2019) : S37 - S47 S39
p-ISSN : 2476-8995
e-ISSN : 2614-7858
S40 Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 5 Maret Suplemen (2019) : S37 - S47
Gambar 1
Nilai Rata-Rata Kadar Aflatoksin (ppb) Jagung
Hasil analisis pengujian statistika yang mati dan rusak yang dapat berimplikasi
dengan menggunakan uji t paired pada pertumbuhan aflatoksinnya lebih tinggi
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pada saat penyimpanan sehingga pada
perlakuan terhadap kadar aflatoksin yang penyimpanan selanjutnya dilakukan
signifikan antar perlakuan teknik pemisahan jagung yang telah rusak atau
penyimpanan dengan menggunakan alas mati. Menurut Kristanto (2008) rusaknya
dan tanpa menggunakan alas selama butiran jagung, warna butir tidak seragam,
penyimpanan jagung yang dihasilkan adanya butiran yang pecah serta kotoran
penyimpanan hari ke-7 sampai pada hari ke- lain dapat menyebabkan cemaran aflatoksin
28. yang berimplikasi rendahnya mutu jagung
Berdasarkan hasil pengujian kadar yang dihasilkan.
aflatoksin 3 hari penyimpanan memiliki nilai Hasil penelitian pada penyimpanan
kadar aflatoksin yaitu jagung pipil kemasan hari ke-7 menunjukkan bahwa aflatoksin
karung plastik tanpa alas diperoleh 42.33 mengalami peningkatan seiring lama waktu
ppb, jagung pipil menggunakan kemasan penyimpanan jagung. Hal ini dikarenakan
karung plastik dengan alas 27,33 ppb pertumbuhan kapang Aspergillus sp. secara
bahwa jagung tersebut telah tercemari kadar langsung dipengaruhi oleh beberapa hal
aflatoksin dengan nilai kadar aflatoksin saat penanganan pasca panen jagung
berbeda disetiap perlakuan. Pada perlakuan adalah lama penyimpanan (FAO, 2001).
jagung pipil tanpa alas lebih tinggi Pada perlakuan jagung pipil kemasan plastik
dibandingkan menggunakan alas karena tanpa alas memiliki nilai kadar aflatoksin
selama proses pengeringan terdapat jagung tertinggi dibandingkan dengan perlakuan
p-ISSN : 2476-8995
e-ISSN : 2614-7858
Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 5 Maret Suplemen (2019) : S37 - S47 S41
lainnya hal ini disebabkan penyimpanan Bullerman (1988) secara umum kandungan
tanpa menggunakan alas akan lemak, protein dan trace elemen, asam
memungkingkan cemaran aflatoksin. Hal ini amino dan asam lemak pada suatu bahan
menurut Yeyen dan Sri (2013) penyimpanan mampu mendorong produksi aflatoksin oleh
cara petani, yaitu tanpa menggunakan alas Aspergillus flavus.
masih memungkinkan adanya kontaminasi Dari data tersebut, dapat
lingkungan, terutama penyimpanan jagung disimpulkan bahwa kadar aflatoksin pada
yang diletakkan di lantai yang dapat jagung tidak dapat dihilangkan dan akan
menyebabkan RH dalam bahan pengemas semakin bertambah berdasarkan semakin
tinggi sehingga memungkinkan lama disimpan apabila perlakuan teknik
pertumbuhan bagi jamur. penyimpanan yang tidak sesuai. Kadar
Kemudian pada hari ke-14 kadar aflatoksin terendah diperoleh dari perlakuan
aflatoksin mengalami peningkatan jagung pipil kemasan karung plastik dengan
dikarenakan penggunaan kemasan selama alas sedangkan kadar aflatoksin tertinggi
penyimpanan. Menurut Aprianie (2009), diperoleh pada perlakuan jagung pipil
Kelembaban yang lebih tinggi dari dalam kemasan karung plastik tanpa alas pada
kemasan dibandingkan kondisi di luar bahan penyimpanan hari ke 14, hari ke 21 dan hari
kemasan dapat menyebabkan peningkatan ke 28 tersebut tidak memenuhi syarat mutu
kadar air, sehingga Aspergillus flavus jagung yaitu maksimal 50 ppb (Badan
mampu tumbuh dan berkembang biak Standar Nasional, 2012).
dengan baik pada kondisi tersebut.
2. Kadar Air
Faktor lain yang mempengaruhi
peningkatan kadar aflatoksin jagung selama Kadar air merupakan banyaknya air
penyimpanan adalah suhu penyimpanan yang terkandung dalam bahan pangan yang
dimana suhu pada penelitian ini yaitu dinyatakan dalam persen. Kadar air dalam
kisaran 28-31OC. Hal ini dikarenakan suhu bahan pangan ikut menentukan kesegaran
penyimpanan antara 25-32OC menyebabkan dan daya simpan bahan pangan tersebut.
pertumbuhan jamur menghasil aflatoksin Kadar air yang tinggi mengakibatkan
akan meningkat puluhan hingga ribuan ppb mudahnya bakteri, kapang dan khamir untuk
setelah disimpan 28 hari didukung jika berkembang biak, sehingga akan terjadi
teknik penyimpanan yang tidak diperhatikan perubahan pada bahan pangan. Makin
(Maryam, 2006). Hal ini didukung oleh Jay rendah kadar air, makin lambat
(1996), aflatoksin dapat diproduksi oleh pertumbuhan mikroorganisme berkembang
Aspergillus flavus pada suhu antara 7.5– biak, sehingga proses pembusukan akan
40OC dengan suhu optimum 24-32OC. berlangsung lebih lambat (Winarno, 2002
Kapang penghasil aflatoksin mampu dalam Nurbaya, 2017). Kadar air jagung
tumbuh pada subtrak yang memiliki selama penyimpanan dapat dilihat pada
kandungan lemak. Menurut Pater dan Gambar 2.
p-ISSN : 2476-8995
e-ISSN : 2614-7858
S42 Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 5 Maret Suplemen (2019) : S37 - S47
20
15,63
13,76 14,13 K= Jagung pipil
kadar Air (%)
15 12,4 12,86 14,5
13,16 13,83 kemasan karung
12,13 12,6 plastik (tanpa alas)
10
5
A= Jagung pipil
0 kemasan karung
Hari ke-3 Hari-7 Hari-14 Hari-21 Hari-28 plastik (dengan
Lama Penyimpanan alas)
Gambar 2
Kadar Air Jagung (%)
Hasil analisis pengujian statistika waktu pengamatan menunjukkan bahwa
dengan menggunakan uji t menunjukkan perlakuan jagung pipil kemasan karung
bahwa terdapat perbedaan perlakuan plastik tanpa alas memiliki persentase kadar
terhadap kadar air yang signifikan antara air yang paling tinggi dibanding perlakuan
perlakuan teknik penyimpanan dan kontrol jagung pipil kemasan karung plastik dengan
dengan menggunakan alas dan tanpa alas. Hal ini dikarenakan pada perlakuan
menggunakan alas selama penyimpanan jagung pipil kemasan karung plastik tanpa
jagung yang dihasilkan pada penyimpanan alas melakukan kontak langsung kemasan
hari ke-7 sampai pada penyimpanan hari ke- jagung dengan lantai terbuat dari semen
28. yang memiliki kelembaban lebih tinggi
Kadar air jagung 3 hari dibanding perlakuan yang disimpan
penyimpanan dihasilkan dari perlakuan menggunakan alas yang terbuat dari kayu.
jagung pipil kemasan karung plastik dengan Kelembaban dalam bahan pengemas tinggi
alas dengan nilai rata-rata 12.13% sehingga memungkinkan peningkatan kadar
sedangkan pada perlakuan jagung pipil air pada bahan pangan (Kusno, 2004).
kemasan karung plastik tanpa alas dengan Peningkaan kadar air dapat
nilai rata-rata 12.4%. Kadar air bahan biji- disebabkan oleh pengaruh suhu dan
bijian seperti jagung agar aman selama kelembaban selama penyimpanan. Pada
penyimpanan harus dikeringkan hingga penelitian gudang yang digunakan adalah
kadar air berada pada nilai 14 % (Magan gudang petani yang tidak memiliki alat
dan Aldred 2007). Pendapat lainnya pengontrol atau pengatur suhu maupun
Nurlaila, dkk. (2016) menyatakan bahwa kelembaban udara. Hal ini menurut Thahir
kandungan air bahan pangan bergantung (1988) ruang gudang yang tidak dilengkapi
pada jumlah bahan utama yang digunakan. dengan alat pengatur kelembaban dan suhu
Hasil penelitian pada hari ke-7 udara sangat memungkinkan terjadi
menunjukkan bahwa kadar air dengan peningkatan kadar air apabila kelembaban
perlakuan berupa jagung pipil kemasan udara ruang penyimpanan tinggi maka
karung plastik tanpa alas maupun perlakuan akan terjadi absorpsi uap air dari udara ke
jagung pipil kemasan karung plastik bahan yang menyebabkan kadar air jagung
menggunakan alas mengalami peningkatan meningkat. Hal ini didukung oleh Winarno
seiring lama penyimpanan. Kadar air setiap et al., (1988) bahwa kadar air pada
p-ISSN : 2476-8995
e-ISSN : 2614-7858
Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 5 Maret Suplemen (2019) : S37 - S47 S43
69 68 72
62 62
Kelembaban Udara (%)
60
40
20
0
Hari ke-3 Hari-7 Hari-14 Hari-21 Hari-28
Lama Penyimpanan
Gambar 3
Nilai Kelembaban udara (%)
Berdasarkan hasil pengukuran Gambar 3. kelembaban (RH) pada hari ke-0
kelembaban udara selama penyimpanan dengan nilai 66%, hari ke-7 66%, hari ke-14
jagung mengalami peningkatan yang relatif 68%, hari ke- 21 69%, hari ke-28 72%
stabil seiring lama penyimpanan. Selama selama penyimpanan. Terkait dengan
penelitian berlangsung, kelembaban udara Parameter kelembaban udara untuk
rataan kelembaban dapat dilihat pada pertumbuhan yang ideal Kasno (2004),
p-ISSN : 2476-8995
e-ISSN : 2614-7858
S44 Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 5 Maret Suplemen (2019) : S37 - S47
40
31 31
Suhu Penyimpanan
30 30 28
30
20
10
0
Hari- 3 Hari-7 Hari-14 Hari-21 Hari-28
Lama Penyimpanan
Gambar 4
Suhu penyimpanan
p-ISSN : 2476-8995
e-ISSN : 2614-7858
Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 5 Maret Suplemen (2019) : S37 - S47 S45
p-ISSN : 2476-8995
e-ISSN : 2614-7858
S46 Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 5 Maret Suplemen (2019) : S37 - S47
p-ISSN : 2476-8995
e-ISSN : 2614-7858
Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 5 Maret Suplemen (2019) : S37 - S47 S47
p-ISSN : 2476-8995
e-ISSN : 2614-7858