NIM : 170310070
KELAS : AET 1
MK : Manajemen Perbenihan
b.Suhu
Suhu berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif, induksi bunga,
pertumbuhan dan differensiasi perbungaan (inflorescence), mekar bunga,
munculnya serbuk sari, pembentukan benih dan pemasakan benih. Tetapi,
pengaruh suhu terhadap induksi bunga cukup kompleks dan bervariasi tergantung
pada tanggap tanaman terhadap fotoperiode yang berbeda. Suhu malam yang
tinggi mencegah atau memperlambat pembungaan dalam beberapa tanaman
(Anonimb, 2010).
Suhu rendah merupakan faktor pembatas terpenting bagi persebaran
tumbuhan. Tumbuhan mengalami penciutan pada saat pembekuan karena kristal
es memasuki ruang udara di luar sel dan di dalam sel hidup dapat terjadi
pembekuan es secara alami. Pada kondisi suhu tinggi yang ekstrem, enzim dapat
mengalami denaturasi dan pemutusan asam nukleat pada sebagian besar
organisme. Sifat merusak pada tumbuhan terutama pada fungsi fotosintesis yang
tidak terjadi karena fotosistem yang peka terhadap panas. Dengan demikian,
faktor suhu sangat menentukan penyebaran tumbuhan dalam biosfer (Anonimb,
2010).
c. Curah hujan
Curah hujan secara langsung atau tidak langsung penting untuk pengaturan
waktu dan ruang dalam pembentukan bunga dan buah pada tumbuhan tropis.
Kepentingan tanaman terhadap besarnya curah hujan sudah dirasakan sejak panen.
Adapun titik yang kritis adalah saat pembungaan. Apabila saat pembungaan
banyak hujan turun, maka proses pembungaan akan terganggu. Tepung sari
menjadi busuk dan tidak mempunyai viabilitas lagi. Kepala putik dapat busuk
karena kelembaban yang tinggi (Sanusi, 2009).
d. Kelembaban nisbih
Kelembaban nisbi (relative humidity), yaitu perbandingan antara jumlah
uap air yang sebenarnya terhadap jumlah uap air yang maksimal dapat dikandung
pada suhu dan tekanan itu. Perbandingan dinyatakan dalam persen (%).
Kelembaban udara menggambarkan kandungan uap air di udara yang dapat
dinyatakan sebagai kelembaban mutlak, kelembaban nisbi (relatif) maupun defisit
tekanan uap air. Kelembaban nisbi membandingkan antara tekanan uap air aktual
dengan keadaan jenuhnya udara untuk menampung uap air.
Pengaruh kelembaban nisbi ternyata berinteraksi dengan pengaruh suhu
terhadap perkecambahan serbuk sari. Disamping itu, rontok benih berkorelasi
negative dengan kelembaban nisbi, karenanya, kelembaban nisbi yang rendah
dapat menyebabkan kehilangan benih sebelum panen (Mugnisjah, 2004). Sebagai
contoh, padi hirida memerlukan kelembaban relatif 80% untuk proses
produksinya.
e.Angin
Angin yang terlalu kencang dalam peredarannya akan mengakibatkan
beberapa masalah seperti akan banyaknya air yang hilang baik pada tanaman
maupun permukaan tanah. Sedangkan angin yang terlalu kencang akan
bermanfaat dalam penyebaran serbuk sari sehingga akan terjadi penyerbukan yang
dibantu oleh angin. Namun dalam proses menjelang pemanenan benih, benih yang
telah terbentuk akibat penyerbukan angin perlu dilakukan pengeringan terlebih
dahulu, agar air yang terbawa oleh angin tidak mengurangi kualitas benih yang
dihasilkan.
2. Biologis
Untuk biologis disini, kita artikan adalah serangga baik yang merugikan
maupun yang menguntungkan. Aktivitas ini diharapkan berlangsung di lahan
produksi benih yang tergantung pada serangga untuk penyerbukannya. Sebagai
contoh, produksi benih Desmodium uncinatum sangat tergantung pada aktivitas
lebah. Lebah yang lebih banyak harus didatangkan ke dalam pertanaman yang
memerlukan untuk penyerbukan, jika kerapatan lebah menjelang tengah hari pada
hari yang sangat cerah adalah rendah. Serangga terutama lebah, tidak akan bekerja
dengan baik dalam kondisi cuaca yang sangat basah (Sanusi, 2009).
3. Tanah
Tanah yang dapat meningkatkan produksi benih adalah tanah yang subur.
Sehingga tanah tersebut bukanlah tanah yang asam maupun basa, memiliki
drainase baik agar terhindar dari rendaman air tetapi cukup menyimpan air agar
tidak kekeringan. Tanah yang demikian banyak berasal dari tanah alluvial.
Dalam iklim yang dingin, tanah yang berat lambat menghangat pada awal musim,
dan hal ini dapat menangguhkan pertumbuhan awal dan pemasakannya
berikutnya. Sebagai contoh, tomat baik ditanam pada tanah yang berdrainase baik,
dengan pH optimum 6.0 -7.0 pada kondisi pengapuran. Pemberian N biasanya
setengah dari pemberian kalium untuk memelihara keseimbangan antara
pembungaan dan pertumbuhan vegetative (Anonima, 2010).
Selain itu ada pula beberap faktor internal yang mempengaruhi produksi
benih, diantaranya yaitu :
1. Genetik
Faktor genetik yaitu varietas-varietas yang mempunyai genotipe baik
seperti produksi tinggi, tahan terhadap hama penyakit, responsive terhadap
kondisi pertumbuhan yang lebih baik. Genetik pada kali ini yang akan dibahas
adalah tentang kualitas genetik itu sendiri. Kualitas genetik adalah suatu tingkatan
di mana suatu lot benih mewakili keragaman genetik dari sumber benih yang
dipilih.