Anda di halaman 1dari 7

NAMA : JODHI ADHITYA

NIM : 170310070
KELAS : AET 1
MK : Manajemen Perbenihan

Resume Materi ke-3 :

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Benih

Keterlambatan dalam penanganan benih akan menyebabkan daya


kecambah menurun atau bahkan benih mati. Penanganan benih mencakup
kegiatan pemanenan, pengeringan, pemilahan, pelakuan benih, pengemasan,
penyimpanan, dan pengujian. Penanganan benih perlu memperhatikan kelompok
benih seperti benih ortodoks atau rekalsitran (benih yang tidak tahan desikasi)
atau intermediate (semi-rekalsitran). Melalui cara panen dan penanganan benih
yang optimal, mutu fisiologis benih dapat dipertahankan lebih lama (Sukarman
dan Maharani Hasanah, 2003).
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi produksi benih terdiri dari
eksternal dan internal. Pertumbuhan tanaman dapat dipengaruhi dalam berbagai
cara oleh lingkungan. Kondisi lingkungan yang sesuai selama pertumbuhan akan
merangsang tanaman untuk berbunga dan menghasilkan benih. Berikut adalah
unsur-unsur eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman:
1.Iklim
a.Cahaya
Cahaya mempunyai pengaruh penting terhadap tanaman yaitu proses
fotosintesis dan pembungan. Cahaya merupakan salah satu kunci penentu dalam
proses metabolisme dan fotosintesis tanaman. Cahaya sebagai sumber energi dan
terutama untuk vegetasi mempunyai tiga faktor penting, yaitu :
 Intensitasnya : Intensitas cahaya matahari suatu tempat tergantung dari
ketinggian temapt tersebut, semakin tinggi suatu tempat maka semakin rendah
suhu tempat tersebut. Demikian juga intensitas matahari semakin berkurang.
 Kualitasnya : Kualitas cahaya matahari ditentukan oleh proporsi relatif panjang
gelombangnya, selain itu kualitas cahaya tidak selalu konstan namun bervariasi
dari musim ke musim, lokasi geografis serta perubahan komposisi udara di
atmosfer. Cahaya matahari yang sampai pada tajuk atau kanopi tanaman tidak
semuanya dapat dimanfaatkan, sebagian dari cahaya tersebut diserap, sebagian
ditransmisikan, atau bahkan dipantulkan kembali. Pengaruh kualitas cahaya
terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman telah banyak diselidiki,
dimana diketahui bahwa spektrum yang nampak (visible) diperlukan untuk
pertumbuhan tanaman.
 Fotoperiodesitasnya: Fotoperiodisitas yaitu panjangnya penyinaran matahari
pada siang hari. Biasanya dari daerah tropik semakin ke kutub panjang
penyinaran matahari semakin panjang. Di daerah tropis dengan intensitas yang
tinggi fotooksidasi lebih kecil dibandingkan di daerah sedang karena itu foto
respirasinya cepat. Hal ini mengakibatkan sintesis protein berkurang.
Kita ketahui bahwa panjang gelombang distribusinya dari pagi-sore berbeda.
Pada pagi hari kebanyakan panjang gelombang pendek dan semakin sore
panjang gelombang pendek berkurang dan panjang gelombang panjang
bertambah. Oleh karena itu fotosintesis paling efektif sesudah siang hari
(Anonimb, 2010).

b.Suhu
Suhu berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif, induksi bunga,
pertumbuhan dan differensiasi perbungaan (inflorescence), mekar bunga,
munculnya serbuk sari, pembentukan benih dan pemasakan benih. Tetapi,
pengaruh suhu terhadap induksi bunga cukup kompleks dan bervariasi tergantung
pada tanggap tanaman terhadap fotoperiode yang berbeda. Suhu malam yang
tinggi mencegah atau memperlambat pembungaan dalam beberapa tanaman
(Anonimb, 2010).
Suhu rendah merupakan faktor pembatas terpenting bagi persebaran
tumbuhan. Tumbuhan mengalami penciutan pada saat pembekuan karena kristal
es memasuki ruang udara di luar sel dan di dalam sel hidup dapat terjadi
pembekuan es secara alami. Pada kondisi suhu tinggi yang ekstrem, enzim dapat
mengalami denaturasi dan pemutusan asam nukleat pada sebagian besar
organisme. Sifat merusak pada tumbuhan terutama pada fungsi fotosintesis yang
tidak terjadi karena fotosistem yang peka terhadap panas. Dengan demikian,
faktor suhu sangat menentukan penyebaran tumbuhan dalam biosfer (Anonimb,
2010).

c. Curah hujan
Curah hujan secara langsung atau tidak langsung penting untuk pengaturan
waktu dan ruang dalam pembentukan bunga dan buah pada tumbuhan tropis.
Kepentingan tanaman terhadap besarnya curah hujan sudah dirasakan sejak panen.
Adapun titik yang kritis adalah saat pembungaan. Apabila saat pembungaan
banyak hujan turun, maka proses pembungaan akan terganggu. Tepung sari
menjadi busuk dan tidak mempunyai viabilitas lagi. Kepala putik dapat busuk
karena kelembaban yang tinggi (Sanusi, 2009).

d. Kelembaban nisbih
Kelembaban nisbi (relative humidity), yaitu perbandingan antara jumlah
uap air yang sebenarnya terhadap jumlah uap air yang maksimal dapat dikandung
pada suhu dan tekanan itu. Perbandingan dinyatakan dalam persen (%).
Kelembaban udara menggambarkan kandungan uap air di udara yang dapat
dinyatakan sebagai kelembaban mutlak, kelembaban nisbi (relatif) maupun defisit
tekanan uap air. Kelembaban nisbi membandingkan antara tekanan uap air aktual
dengan keadaan jenuhnya udara untuk menampung uap air.
Pengaruh kelembaban nisbi ternyata berinteraksi dengan pengaruh suhu
terhadap perkecambahan serbuk sari. Disamping itu, rontok benih berkorelasi
negative dengan kelembaban nisbi, karenanya, kelembaban nisbi yang rendah
dapat menyebabkan kehilangan benih sebelum panen (Mugnisjah, 2004). Sebagai
contoh, padi hirida memerlukan kelembaban relatif 80% untuk proses
produksinya.

e.Angin
Angin yang terlalu kencang dalam peredarannya akan mengakibatkan
beberapa masalah seperti akan banyaknya air yang hilang baik pada tanaman
maupun permukaan tanah. Sedangkan angin yang terlalu kencang akan
bermanfaat dalam penyebaran serbuk sari sehingga akan terjadi penyerbukan yang
dibantu oleh angin. Namun dalam proses menjelang pemanenan benih, benih yang
telah terbentuk akibat penyerbukan angin perlu dilakukan pengeringan terlebih
dahulu, agar air yang terbawa oleh angin tidak mengurangi kualitas benih yang
dihasilkan.

2. Biologis
Untuk biologis disini, kita artikan adalah serangga baik yang merugikan
maupun yang menguntungkan. Aktivitas ini diharapkan berlangsung di lahan
produksi benih yang tergantung pada serangga untuk penyerbukannya. Sebagai
contoh, produksi benih Desmodium uncinatum sangat tergantung pada aktivitas
lebah. Lebah yang lebih banyak harus didatangkan ke dalam pertanaman yang
memerlukan untuk penyerbukan, jika kerapatan lebah menjelang tengah hari pada
hari yang sangat cerah adalah rendah. Serangga terutama lebah, tidak akan bekerja
dengan baik dalam kondisi cuaca yang sangat basah (Sanusi, 2009).

3. Tanah
Tanah yang dapat meningkatkan produksi benih adalah tanah yang subur.
Sehingga tanah tersebut bukanlah tanah yang asam maupun basa, memiliki
drainase baik agar terhindar dari rendaman air tetapi cukup menyimpan air agar
tidak kekeringan. Tanah yang demikian banyak berasal dari tanah alluvial.
Dalam iklim yang dingin, tanah yang berat lambat menghangat pada awal musim,
dan hal ini dapat menangguhkan pertumbuhan awal dan pemasakannya
berikutnya. Sebagai contoh, tomat baik ditanam pada tanah yang berdrainase baik,
dengan pH optimum 6.0 -7.0 pada kondisi pengapuran. Pemberian N biasanya
setengah dari pemberian kalium untuk memelihara keseimbangan antara
pembungaan dan pertumbuhan vegetative (Anonima, 2010).
Selain itu ada pula beberap faktor internal yang mempengaruhi produksi
benih, diantaranya yaitu :
1. Genetik
Faktor genetik yaitu varietas-varietas yang mempunyai genotipe baik
seperti produksi tinggi, tahan terhadap hama penyakit, responsive terhadap
kondisi pertumbuhan yang lebih baik. Genetik pada kali ini yang akan dibahas
adalah tentang kualitas genetik itu sendiri. Kualitas genetik adalah suatu tingkatan
di mana suatu lot benih mewakili keragaman genetik dari sumber benih yang
dipilih.

2. Vigor dan viabilitas benih


Vigor benih sewaktu disimpan merupakan faktor penting yang
mempengaruhi umur simpannya. Proses kemunduran benih berlangsung terus
dengan semakin lamanya benih disimpan sampai akhirnya semua benih mati.
Semakin lama benih di simpan, maka benih mengalami penurunan viabilitas dan
vigornya.
Laju kemunduran vigor dan viabilitas benih tergantung pada beberapa
faktor,diantaranya faktor genetik dari spesises atau kultivarnya, kondisi benih,
kondisi penyimpanan, keseragaman lot benih serta cendawan gudang. Daya
kecambah (viabilitas) kian meningkat dengan bertambah tuanya biji dan mencapai
maximum germination jauh sebelum masak fisiologis atau berat maksimum
tercapai. Sampai masak fisiologis tercapai 100% ini konstan. Sesudah itu akan
menurun dengan kecepatan yang sesuai dengan keadaan jelek dilapangan. Faktor-
faktor yang berperan sebagai penyebab tingginya laju penurunan viabilitas benih
kedelai selama penyimpanan adalah benih kedelai yang disimpan memiliki vigor
awal yang rendah, benih disimpan atau dikemas pada kadar air yang tinggi,
kondisi penyimpanan yang lembab dan panas, dan kerusakan beniholeh hama,
penyakit terbawa benih dan kerusakan benih secara mekanis (Purwantoro, 2009).
Resume Materi ke-4 :

Syarat-syarat Sertifikasi Benih

Sebelum melakukan produksi benih dan memperjual belikan benih, maka


hal yang harus dilakukan adalah dengan dengan membuat sertifikasi benih, agar
benih yang dijual nantinya telah legal (resmi) untuk di perjual belikan. Adapun
syarat-syarat dari sertifkasi benih yaitu diantaranya adalah mengurus permohonan
atau pendaftaran sertifikasi benih. Pendaftaran sertifikasi benih dapat dilakukan
oleh perorangan atau badan hukum yang berniat untuk memproduksi benih
bersertifikat kemudian ditujukan ke Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih.
Pendaftaran sertifikasi benih ini hanya dapat dilakukan oleh penangkar benih yang
telah memenuhi persyaratan, diantaranya yaitu :
-Memiliki pengetahuan yang cukup tentang cara memproduksi benih bermutu dan
cara menyimpannya,
-Penguasaan pengelolaan benih, tanah dan gudang penyimpanan,
-Bersikap jujur dan selalu bersedia mematuhi peraturan perbenihan yang berlaku.
Adapun syarat-syarat yang harus dilakukan untuk dapat menghasilkan
benih yang bersertifikat, yaitu :
1. Persyaratan lahan produksi benih
Ada dua persyaratan utama yang harus dipenuhi untuk dapat dikatakatan
lahan tersebut layak digunkan untuk memghasilkan benih bersertifikasi, yaitu :
-Lahan yang subur dan cukup tersedia air.
-Lahan bersih dan bebas dari varietas lain.
2. Benih sumber
Benih yang akan digunakan untuk produksi benih haruslah yang bermutu
tinggi dan jelas asal-usulnya. Syarta mutu nya yaitu : murni, sehat, bersih dan
memiliki daya tumbuh yang tinggi. Selain itu hal yang harus diperhatikan adalah
institusi yang menghasilkan benih sumber.
3. Varietas
Varietas yang telah ditetapkan sebagai varietas unggulan dan telah dilepas
oleh kementrian pertanian dan telah bersertifikasi adalah varietas yang dapat
digunakan untuk menghasilkan benih bersertifikasi.
4. Isolasi waktu dan jarak
Isolasi waktu kurang lebih 30 hari (selesih berbunga), ini bertujuan agar
tidak terjadinya penyerbukan silang pada saat berbunga antara varietas
pengakaran dengan varietas di sekitarnya. Isolasi jarak, yaitu antara areal
penangkaran dengan areal lain minimal 3 meter, hal ini bertujuan agar areal
varietas penangkaran tidak tercampur oleh varietas lain.
5. Teknik budidaya produksi benih
Teknik budidaya yang sedikit berbeda dengan produksi non benih yaitu
pada prinsip genetisnya dimana aspek kemurnian genetik menentukan kelulusan
sertifikasi.
6. Roguing
Hal ini dilakukan untuk tujuan menjaga kemurnian benih yang akan
dihasilkan.
7. Pemeriksaan lapangan
Pemeriksaan lapangan ini dilakukan untuk mengetahui apakah benih yang
dihasilkan dari pertanaman memenuhi standar sertifikasi benih.
8. Peralatan panen dan prosesing benih
Peralatan yang akan digunakan harus dijamin bersih terutama dari jenis
atau varietas yang tidak sama dengan yang akan dipanen.
9. Pemanenan
Pemanenan dilakukan apabila tanaman telah mengalami matang secara
fisiologis, serta proses penanganan pasca panen harus berjalan dengan baik.
10. Uji laboratorium
Hal ini dilakukan untuk dapat mengetahui apakah kualitas dari enih yang
dihasilkan dilapangan dapat memenuhi syarat sertifikasi benih.
11. Label dan segel
Benih yang telah lulus sertifikassi haruslah memiliki label dan segel yang
dikeluarkan oleh Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih sesuai dengan tingkatan
atau kelas benih yang dihasilkan.
Resume Materi ke-5 :

Cara Menghasilkan Benih Bersertifikat

Benih bersertifikat adalah benih yang proses produksinya melalui tahapan


sistem sertifikasi benih dan telah memenuhi standar mutu, baik standar lapangan
maupun laboratorium untuk masing-masing komoditi dan kelas benih yang
ditentukan. Tetapi sebelum menghasilkan benih bersertikat, ada banyak
persyaratan yang harus dilakukan untuk dapat menghasilkan benih yang
bersertifikat. Sertifikasi benih adalah proses pemberian sertifikat benih tanaman
setelah melalui pemeriksaan lapangan dan atau pengujian, pengawasan serta
memenuhi semua persyaratan dan standar benih. Fungsi Sertifikasi adalah : (a)
Membantu para pemulia tanaman (Breeder) dalam memelihara kebenaran varietas
hasil karya mereka; (b) Membantu para produsen benih dalam usaha mencapai
tingkat mutu benih yang sebaik-baiknya; (c) Membantu para konsumen benih
dalam usaha untuk mendapatkan benih yang sejauh mungkin dapat dijamin baik
kebenaran varietas maupun mutunya sesuai dengan tingkat mutu dan varietas
yang diinginkan.
Kelas Benih Bersertifikat Sesuai dengan urutan keturunan dan tingkat
mutunya maka kelas benih bersertifikat dibagi dalam 4 (empat) kelas benih yaitu :
Benih Penjenis (BS); Benih Dasar (BD atau FS); Benih Pokok (BP atau SS); -
Benih Sebar (BR atau ES). Adapun tahapan-tahapan untuk menghasilkan benih
bersertifikat adalah sebagai berikut : adanya ketersediaan lahan/areal penangkaran
yang terjamin; adanya ketersediaan Benih Sumber yang diinginkan untuk
diperbanyak; mengajukan permohonan sertifikasi benih; melaksanakan
pengolahan tanah dengan baik secara intensi; menabur dan memelihara
persemaian; menanam bibit/benih; pemupukan dan pengairan; melaksanakan
seleksi atau Roguing yang sesuai; membersihkan areal penangkaran dari gulma
dan rerumputan; melaksanakan panen; pengolahan benih; pemasangan label.
Adapun tugas dan fungsi Pengawas Benih UPTD BPSB TPH, yaitu :
melaksanakan pemeriksaan lapangan pendahuluan; melaksanakan pemeriksaan
lapangan fase vegetatif, fase berbunga dan fase masak; pengawasan panen;
pemeriksaan alat-alat prosessing/Gudang; pengawasan pengolahan benih;
pengambilan contoh benih dan melakukan engujian benih dilaboratorium;
melegalisir label dan mengawas pemasangan label.

Anda mungkin juga menyukai