INTERAKSI CURAH HUJAN TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN ROSELLA
(Hibiscus sabdariffa L.) Pendahuluan Dalam taksonomi tumbuhan, Rosella diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Plantae ; Divisio Spermatophyta ; Kelas Dicotyledoneae ; Ordo Malvaceales ; Famili Malvaceae ; Genus Hibiscus ; Spesies Hibiscus sabdariffa L. (Mardiah, 2015) Tanaman Rosella tumbuh optimal di daerah dengan ketinggian kurang dari 600 mdpl. Semakin tinggi dari permukaan laut, pertumbuhan Rosella akan terganggu. Rosella dapat tumbuh di daerah tropis dan subtropis dengan suhu rata-rata bulanan 24-32 0C. Namun Rosella masih dapat toleran pada suhu kisaran 10-360C. Namun, Rosella masih dapat toleran pada suhu kisaran 10- 360C. Untuk menghasilkan pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, Rosella memerlukan waktu 4-5 bulan dengan suhu malam tidak kurang dari 210C (Mardiah, dkk, 2015) Tanaman rosella berupa semak berdiri tegak dengan tinggi 0,5 – 5m. Ketika masih muda batang dan daunnya berwarna hijau. Ketika beranjak dewasa dan sudah berbunga batangnya coklat kemerahan. Batang berbentuk silindris danberkayu, serta memiliki banyak cabang. Bunga muncul pada ketiak daun, mahkotanya berbentuk corong yang tersusun 5 helai daun mahkota. Bunga muncul saat tanaman berumur 2,5-3 bulan setelah tanam (Gunawan, 2009) Jika curah hujan tidak mencukupi dapat diatasi dengan pengairan yang baik. Periode kering dibutuhkan rosella untuk pembungaan dan produksi biji. Sedangkan hujan atau kelembaban yang tinggi selama masa panen dan pengeringan dapat menurunkan kualitas kelopak bunga dan dapat menurunkan produksi. Iklim tropik dengan curah hujan rendah merupakan tempat yang baik untuk membudidayakan tanaman obat maupun rempah karena jenis tanaman ini tidak terlalu banyak memerlukan air untuk tumbuh dan kandungan senyawa metabolis sekundernya dapat diproduksi secara maksimal. (Wijayanti, 2010) Isi Curah hujan sangat mempengaruhi kegiatan pertanian dan produksi tanaman tanaman pangan lahan kering. Namun demikian curah hujan mempunyai variabilitas yang besar baik secara spasial maupun temporal. Oleh karena itu seringkali curah hujan tersebut menjadi faktor pembatas dalam kegiatan pertanian dan produksi tanaman pangan lahan kering. Salah satu upaya agar curah hujan tersebut tidak menjadi faktor pembatas atau sedikitnya tidak menjadi kendala dalam kegiatan pertanian dan produksi tanaman adalah menyelaraskan semua kegiatan pertanian dengan karakteristik curah hujan yang ada. (Ruminta, 2010) Hujan yang mengandung H2SO4 atau HNO3 apabila tiba di permukaan daun akan mengalami reaksi. Pada saat permukaan daun mulai dibasahi, maka asam seperti H 2SO4 akan bereaksi dengan Ca yang terdapat pada daun membentuk garam CaSO4 yang bersifat netral. Dengan demikian adanya proses intersepsi dan gutasi oleh permukaan daun akan sangat membantu dalam menaikkan pH, sehingga air hujan menjadi tidak begitu berbahaya. (Utomo, 2006) Iklim di daerah tropika dan daerah-daerah yang berbatasan adalah panas dan sangat lembab dengan suhu rata-rata dalam bulan terdingin biasanya di atasa 17.8 0C (640F) dan curah hujan seringkali lebat (misalnya 200-400 cm). Vegetasi berkisar dari hutan hujan yang paling subur di dunia sampai berbagai komunitas semak, lahan rumput, dan komunitas gurun dengan semakin berkurangnya air yang tersedia. (Polunin, 1960) Dengan iklim tropik dengan curah hujan rendah merupakan tempat yang baik untuk membudidayakan tanaman obat maupun rempah karena jenis tanaman ini tidak terlalu banyak memerlukan air untuk tumbuh dan kandungan senyawa metabolis sekundernya dapat diproduksi secara maksimal. Daerahyang mempunyai curah hujan rendah dan mendapatkan intensitas cahaya yang cukup sehingga cocok untuk membudidayakan tanaman obat yang membutuhkan kelembaban yang rendah. (Wijayanti, 2010) Penanaman rosella sangat mudah namun membutuhkan media tanam (tanah) dengan properti yang baik seperti bobot bulk (bulk density) yang ringan, kemasaman (pH) tanah dan kadar air yang tinggi sehingga pertumbuhan tanaman rosela dapat sehat untuk berbuah. (Bintang, 2012) Roselle membutuhkan curah hujan bulanan berkisar dari 5-10 "(130-250 mm) dalam 3- 4 bulan pertama pertumbuhan. periode kering bisa bertahan dan yang diinginkan dalam bulan terakhir pertumbuhan. Hujan atau kelembaban yang tinggi selama waktu panen dan pengeringan dapat menurunkan kualitas kelopak dan mengurangi hasil. (Plotto, 2004) Curah hujan yang dibutuhkan untuk lahan tegal adalah 800—1670 mm/5 bulan atau 180 mm/bulan. Apabila ditanam pada wadah yang terbatas ukurannya seperti pada polibag yang berukuran sedang (diamater 30 cm), pertumbuhan tanaman rosella menjadi tidak optimal dengan tinggi tanaman kurang dari 1 m. Akibatnya produksi bunga menjadi lebih rendah (Mardiah dkk, 2015). Kesimpulan 1. Roselle membutuhkan curah hujan bulanan berkisar dari 5-10 "(130-250 mm) dalam 3-4 bulan pertama pertumbuhan. Namun, tergantung daerah yang ditumbuhinya. 2. Penanaman Eosella sangat mudah namun membutuhkan media tanam (tanah) dengan properti yang baik seperti bobot bulk (bulk density) yang ringan, kemasaman (pH) tanah dan kadar air yang tinggi sehingga pertumbuhan tanaman rosela dapat sehat untuk berbuah 3. Produksi Rosella akan menjadi lebih rendah jika tidak sesuai dengan syarat tumbuhnya. 4. Tanaman Rosella tidak terlalu membutuhkan banyak air sehingga mudah membudidayakannya