JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN PERIKANAN DAN BIOLOGI
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
TAHUN 2019
I. Tinjauan Pustaka
Suhu tanah adalah salah satu faktor terpenting yang dapat mendukung aktivitas
mikrobiologi dan proses penyerapan unsur hara oleh tanaman. Suhu tanah sangat
bergantung pada besarnya radiasi surya yang di berikan oleh matahari. Jumlah panas
yang sampai ke permukaan bumi disebabkan oleh konduksi bumi atau hasil proses
kimia dan biologi yang tak berarti pada suhu tanah. Pembentukan bahan tanah dari
bahan induk tanah berlangsung dengan proses pelapukan, dekomposisi, dan atau
mineralisasi lebih lanjut, disertai dengan proses sintesis senyawa baru. Mineral baru
hasil sintesis adalah mineral lempung aluminosilikat, mineral lempung seskuioksida,
terutama dari Fe dan Al, dan mineral silika. Sintesis mineral baru dikenal dengan istilah
neomineralisasi atau neoformasi. Humifikasi adalah sintesis senyawa organik baru
berupa senyawa-senyawa humik, yaitu senyawa fulvat, humat, dan humin. Mineral
lempung juga dinamakan mineral sekunder karena tidak terdapat dalam bahan litosfer
semula. Demikian pula senyawa humik disebut bahan organik sekunder karena tidak
terdapat dalam bahan biosfer semula (Notohadiprawiro, 1998).
Kelembaban tanah adalah air yang mengisi sebagian atau seluruh pori – pori
tanah yang berada di atas water table (Jamulya & Woro, 1993). Definisi yang lain
menyebutkan bahwa kelembaban tanah menyatakan jumlah air yang tersimpan di
antara pori – pori tanah. Kelembaban tanah sangat dinamis, hal ini disebabkan oleh
penguapan melalui permukaan tanah, transpirasi dan perkolasi (Suryono &
Sudarmadil, 1997). Kelembaban tanah memiliki peranan yang penting bagi pemerintah
untuk mengetahui informasi seperti potensi aliran permukaan dan pengendali banjir,
kegagalan erosi tanah dan kemiringan lereng, manajemen sumber daya air, geoteknik,
dan kualitas air. Kelembaban tanah merupakan salah satu variabel kunci pada
perubahan dari air dan energi panas di antara permukaan dan atmosfer melalui
evaporasi dan transpirasi. Informasi kelembaban tanah juga dapat dipergunakan untuk
manajemen sumber daya air, peringatan awal kekeringan, penjadwalan irigasi, dan
perkiraan cuaca. Selain itu, kelembaban tanah penting bagi para pakar pertanian.
Defisit dalam kelembaban dapat menuju pada kelayuan tanaman dan tindakan
perbaikan tepat pada waktunya melalui irigasi dapat menyelamatkan tanaman
pertanian. Pertumbuhan vegetasi memerlukan tingkat kelembaban tanah tertentu. Oleh
karenanya, dapat dikatakan bahwa kelembaban tanah pada tingkat tertentu dapat
menentukan bentuk tata guna lahan. Peristiwa kekeringan yang terjadi di suatu daerah
juga lebih banyak berkaitan dengan berapa besar tingkat kelembaban yang ada di dalam
tanah daripada jumlah kejadian hujan yang turun di tempat tersebut. Namun demikian,
perlu juga diketahui bahwa tingkat kelembaban tanah yang tinggi dapat menimbulkan
permasalahan dalam hal kegiatan pemanenan hasil pertanian atau kehutanan yang
menggunakan alat – alat mekanik (Arnold, 1999).
Setiap jenis tanah, tergantung tekstur dan penyebaran pori – pori tanah,
memperlihatkan variasi karakteristik kelembaban tanah. Tekstur tanah biasanya
mengacu pada jumlah fraksi tanah yang dikandungnya. Sedangkan kecenderungan
butir – butir tanah membentuk gumpalan tanah atau menunjukan keremahan tanah
dalam hal ini menandakan struktur tanah. Struktur tanah dipengaruhi oleh tekstur tanah,
bahan organik, dan cacing tanah. Tanah pasir atau berpasir tidak mempunyai struktur
(Asdak, 2004).
Suhu Tanah
Untuk mengatur suhu tanah bukanlah kemampuan manusia secara pribadi, tapi
suhu tanah tersebut dapat di kontrol dengan dua cara yaitu dengan menutupi mulsa
organik pada tanah, dan pengaturan tanaman residu yang keduanya dapat
mempengaruhi implikasi biologi, juga bisa dengan mulsa plastik yang biasanya
diberikan untuk perkebunan dan terakhir dapat dengan cara mengatur penguapan tanah.
Suhu pada awal pertumbuhan, dapat diramalkan waktu kematangan tanaman tersebut,
suhu tanah lebih memberikan jawaban pada perubahan setempat dari pada isolasi,
topografi dan sebagainya. Suhu tanah terutama suhu ekstrim, akan mempengaruhi
perkecambahan biji, aktivitas akar kecepatan, dan umur tanaman, serta terjadinya
keganasan penyakit tanaman (Kartasapoetra, 2005).
Semakin kecil albedo tanah maka akan semakin besar terjadinya fluktuasi suhu
tanah. Oleh karena itu banyak di daerah bermusim panas menutup tanah dengan bubuk
putih (pengapuran) yang akan mengurangi kemungkinan terjadinya fluktuasi suhu
tanah ke permukaan tanah, dan jika ditutupi dengan bubuk hitam maka akan terjadi
fluktuasi suhu tanah besar-besaran (Wild, 1973).
Kelembaban tanah
Pengukuran kandungan kelembaban tanah dan fluktuasinya secara akurat dan tepat
waktu merupakan kegiatan yang sangat penting dalam memantau bencana alam
khususnya banjir dan kekeringan. Tanah yang sangat jenuh tidak dapat menyerap air
sehingga dapat memungkinkan terjadinya runoff atau banjir. Sebaliknya tanah yang
sangat kering (tingkat kelembaban tanah sangat rendah) dapat menciptakan kekeringan
sehingga mempengaruhi pertumbuhan dan produktivitas tanaman. Pada daerah tropik
seperti Indonesia, masa segar (growing period) atau di daerah sub tropik dikenal
dengan istilah masa tumbuh (growing season), pertumbuhan tanaman sangat
bergantung pada jangka waktu tersedianya air dalam tanah (kelembaban tanah).
Pertumbuhan vegetasi memerlukan tingkat kelembaban tanah tertentu dan dapat
dikatakan bahwa kelembaban tanah pada tingkat tertentu dapat menentukan bentuk tata
guna lahan. Oleh karena itu bagi masyarakat indonesia yang sebagian besar adalah
petani, kelembaban tanah merupakan sesuatu yang penting untuk mempertahankan dan
meningkatkan pertumbuhan dan produktivitas tanaman (Sosrodorsono, 2006).
Suhu tanah berpengaruh terhadap penyerapan air. Makin rendah suhu, makin sedikit
air yang di serap oleh akar, karena itulah penurunan suhu tanah mendadak dapat
menyebabkan kelayuan tanaman. Beberapa faktor yang mempengaruhi pengukuran
suhu dan kelembaban tanah, yaitu:
1) Pengaruh radiasi matahari langsung dan pantulannya oleh benda-benda sekitar.
2) Gangguan tetesan air hujan.
3) Tiupan angin yang terlalu kuat.
4) Pengaruh local gradient suhu tanah akibat pemanasan dan pendinginan
permukaan tanah setempat.
5) Rasio energi yang diserap dan yang dilepaskan
6) Aktivitas mikrobakteri
7) Cara peletakkan/menacapkan garpu sensor
8) Ketelitian dalam membaca skala dan settingan alat
IV. Kesimpulan
1. Suhu tanah adalah salah satu faktor terpenting yang dapat mendukung aktivitas
mikrobiologi dan proses penyerapan unsur hara oleh tanaman. Suhu tanah sangat
bergantung pada besarnya radiasi surya yang di berikan oleh matahari.
2. Kelembaban tanah adalah air yang mengisi sebagian atau seluruh pori – pori tanah
yang berada di atas water table. Definisi yang lain menyebutkan bahwa kelembaban
tanah menyatakan jumlah air yang tersimpan di antara pori – pori tanah.
3. Suhu tanah dipengaruhi oleh faktor eksternal dan faktor internal. Komponen tanah
yang mempengaruhi kelembaban tanah adalah ketersedian air di dalam tanah
tersebut.
4. Beberapa faktor yang mempengaruhi pengukuran suhu dan kelembaban tanah, yaitu:
pengaruh radiasi matahari langsung dan pantulannya oleh benda-benda sekitar,
gangguan tetesan air hujan, tiupan angin yang terlalu kuat, pengaruh local gradient suhu
tanah akibat pemanasan dan pendinginan permukaan tanah setempat.
5. Alat yang digunakan untuk mengukur suhu dan kelembaban tanah adalah Soil
Moisture Meter.
DAFTAR PUSTAKA
Asdak, C. (2004). Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Cetakan Ketiga.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Hanafiah, K. (2010). Dasar-dasar ilmu tanah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Ihsan, M. (2012). Pengukuran Kelembaban Tanah Dengan Kadar Air Yang Bervariasi
Menggunakan Sensor Kelembaban Tanah SEN0057 dan VH 400. Bogor:
Institut Pertanian Bogor.
Jamulya, & Woro. (1993). Pengantar Ilmu Tanah. Yogyakarta: UGM Press.
Tisdale, S. (1960). Soil Fertility and Fertilizer. New York: The MacMillan Company.
Tisdale, S., & w, N. (1966). Soil Fertility and Fertilizers Third Edition. London: Collier
Macmillan.
Wild, A. (1973). Russel's Soil Conditions and Plants Growth. New York: Longman.