Anda di halaman 1dari 13

DASAR – DASAR KLIMATOLOGI

Praktikum Pengukuran Suhu dan Kelembaban Tanah

Dosen Pengampu : Dr. Tri Lestari, S.P., M.Si.

Kelompok 4 : 1. Alifia Gustria Sari (2051811001)


2. Sudi Irawan (2051811013)
3. Amilia Yanti (2051811019)
4. Andre Juliawadi (2051811020)
5. Anisa Retno A. (2051811021)
6. Fifi Lestari (2051811024)
7. Ika Tridiana U. (2051811026)

JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN PERIKANAN DAN BIOLOGI
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
TAHUN 2019
I. Tinjauan Pustaka
Suhu tanah adalah salah satu faktor terpenting yang dapat mendukung aktivitas
mikrobiologi dan proses penyerapan unsur hara oleh tanaman. Suhu tanah sangat
bergantung pada besarnya radiasi surya yang di berikan oleh matahari. Jumlah panas
yang sampai ke permukaan bumi disebabkan oleh konduksi bumi atau hasil proses
kimia dan biologi yang tak berarti pada suhu tanah. Pembentukan bahan tanah dari
bahan induk tanah berlangsung dengan proses pelapukan, dekomposisi, dan atau
mineralisasi lebih lanjut, disertai dengan proses sintesis senyawa baru. Mineral baru
hasil sintesis adalah mineral lempung aluminosilikat, mineral lempung seskuioksida,
terutama dari Fe dan Al, dan mineral silika. Sintesis mineral baru dikenal dengan istilah
neomineralisasi atau neoformasi. Humifikasi adalah sintesis senyawa organik baru
berupa senyawa-senyawa humik, yaitu senyawa fulvat, humat, dan humin. Mineral
lempung juga dinamakan mineral sekunder karena tidak terdapat dalam bahan litosfer
semula. Demikian pula senyawa humik disebut bahan organik sekunder karena tidak
terdapat dalam bahan biosfer semula (Notohadiprawiro, 1998).

Kelembaban tanah adalah air yang mengisi sebagian atau seluruh pori – pori
tanah yang berada di atas water table (Jamulya & Woro, 1993). Definisi yang lain
menyebutkan bahwa kelembaban tanah menyatakan jumlah air yang tersimpan di
antara pori – pori tanah. Kelembaban tanah sangat dinamis, hal ini disebabkan oleh
penguapan melalui permukaan tanah, transpirasi dan perkolasi (Suryono &
Sudarmadil, 1997). Kelembaban tanah memiliki peranan yang penting bagi pemerintah
untuk mengetahui informasi seperti potensi aliran permukaan dan pengendali banjir,
kegagalan erosi tanah dan kemiringan lereng, manajemen sumber daya air, geoteknik,
dan kualitas air. Kelembaban tanah merupakan salah satu variabel kunci pada
perubahan dari air dan energi panas di antara permukaan dan atmosfer melalui
evaporasi dan transpirasi. Informasi kelembaban tanah juga dapat dipergunakan untuk
manajemen sumber daya air, peringatan awal kekeringan, penjadwalan irigasi, dan
perkiraan cuaca. Selain itu, kelembaban tanah penting bagi para pakar pertanian.
Defisit dalam kelembaban dapat menuju pada kelayuan tanaman dan tindakan
perbaikan tepat pada waktunya melalui irigasi dapat menyelamatkan tanaman
pertanian. Pertumbuhan vegetasi memerlukan tingkat kelembaban tanah tertentu. Oleh
karenanya, dapat dikatakan bahwa kelembaban tanah pada tingkat tertentu dapat
menentukan bentuk tata guna lahan. Peristiwa kekeringan yang terjadi di suatu daerah
juga lebih banyak berkaitan dengan berapa besar tingkat kelembaban yang ada di dalam
tanah daripada jumlah kejadian hujan yang turun di tempat tersebut. Namun demikian,
perlu juga diketahui bahwa tingkat kelembaban tanah yang tinggi dapat menimbulkan
permasalahan dalam hal kegiatan pemanenan hasil pertanian atau kehutanan yang
menggunakan alat – alat mekanik (Arnold, 1999).

Setiap jenis tanah, tergantung tekstur dan penyebaran pori – pori tanah,
memperlihatkan variasi karakteristik kelembaban tanah. Tekstur tanah biasanya
mengacu pada jumlah fraksi tanah yang dikandungnya. Sedangkan kecenderungan
butir – butir tanah membentuk gumpalan tanah atau menunjukan keremahan tanah
dalam hal ini menandakan struktur tanah. Struktur tanah dipengaruhi oleh tekstur tanah,
bahan organik, dan cacing tanah. Tanah pasir atau berpasir tidak mempunyai struktur
(Asdak, 2004).

II. Hasil Praktikum


Tempat Kedalaman Kelembaban Suhu
3 cm 32,1% 31,0 oC
Terbuka 5 cm 22,3% 31,2 oC
10 cm 41,1% 31,3 oC
3 cm 62,9% 31,1 oC
Di Bawah Pohon 5 cm 64,3% 31,0 oC
10 cm 43,0% 31,2 oC
III. Pembahasan
1. Suhu dan Kelembaban Tanah di Setiap Tempat Berbeda-Beda

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Suhu Tanah

Menurut (Hanafiah, 2010) Suhu tanah ditentukan oleh interaksi sejumlah


faktor, dengan dua sumber panas, yaitu radiasi sinar matahari dan langit (dominan),
serta konduksi dari interior tanah (sangat sedikit). Suhu tanah dipengaruhi oleh faktor
eksternal dan faktor internal.

a. Faktor-faktor eksternal (lingkungan)


Faktor-faktor eksternal (lingkungan) yang berperan menyebabkan terjadinya
perubahan suhu tanah meliputi :
1. Radiasi sinar matahari.
Jumlah panas matahari yang mencapai permukaan bumi adalah 2 cal g -1 cm-
2 menit-1 atau 2 langleys menit-1, namun yang benar-benar diterima oleh permukaan
tanah jauh berkurang, tergantung pada (a) sudut-temu antara matahari – muka tanah
yang dipengaruhi oleh latitudp, musim , waktu, kecuraman dan arah lereng, serta
altitudo lokasinya, dan (b) insulasi oleh udara, uap iar, awan, debu, kabut, salju,
tetanaman dan mulsa.
Di daerah Temperate, radiasi yang diterima permukaan bumi adalah 100-800
langleys per hari, yang secara rata-rata setara denfgan kebutuhan energi untuk
mengvaporasikan lapisan air setebal 1 cm diperlukan 560 langlyes. Namun demikian
hanya sebagian total radiasi ini yang tersedia untuk menyuplai energi yang
dibutuhkan untuk evaporasi dan transpirasi tersebut. Sisa energi ini jika tidak terpakai
untuk menaikkan temperatur tanah dan fotosintesis, direradiasikan kembali ke langit.
Radiasi sinar matahari terjadi sebagai radiasi gelombang pendek dengan panjang
gelombang antara 0,3-5,0 µm.
2. Radiasi dari langit
Radiasi dari langit berkontribusi besar dalam menyuplai panas pada tanah di areal
yang sinar mataharinya dapat menembus atmosfer bumi.
3. Konduksi panas dari atmosfer
Oleh karena konduksi panas yang menerobos udara adalah sedikit, maka efeknya
terhadap suhu tanah hanya penting apabila terjadi kontak dengan tanah.
4. Kondensasi
Kondensasi merupakan proses eksothermik. Apa bila uap air dari atmosfer atau dari
kedalaman tanah yang berbeda berkondensasi di dalam tanah maka akan terjadi
peningkatan suhu tanah, hingga 5°C atau lebih.
5. Evaporasi
Evaporsi merupakan proses endothermik yang berefek kebalikan dari kondensasi.
6. Curah hujan
Curah hujan berperan menurunkan temperatur tanah. Dengan demikian semakin
tinggi curah hujan akan berdampak pada temperatur tanah yang semkin rendah.
7. Insulasi
Insulasi dapat berupa tanaman penutup tanah, mulsa, salju, awan dan asap yang
menghalangi sampainya radiasi matahari ke permukaan tanah
8. Vegetasi
Melalui pengaruhnya terhadap transpirasi, repleksi radiasi dan energi yang
digunakannya untuk fotosintesis akan menurunkan temperatur iklim mikro dan secara
tidak langsung juga suhu tanah.

b. Faktor-faktor internal (tanah)


Faktor-faktor internal (tanah) yang berperan menyebabkan terjadinya perubahan
suhu tanah meliputi :
1. Kapasitas thermal
Tanah mineral kering mempunyai panas spesifik hampir 0,2 cal g-1, yang berarti
setiap 1 cm3 (biasanya disingkat cc) tanah kering yang tersusun oleh 50% padatan
dan 50% ruang pori akan mempunyai panas spesifik sebesar 0,5x2,65x0,2 = 0,265 cal
cm-3 (atau rerata 0,25 cal cm-3) oleh karena panas spesifik udara sangat kecil
sehingga dapat diabaikan.
Tanah yang ruang porinya terisi air akan berpanas-spesifik =
0,265+(0,5x1,0)=0,765 cal cm-3, yang nilainya akan menurun tergantung proporsi
kadar air tanahnya. Panas spesifik es hanya 0,5 cal cm-3. Panas spesifik gambut
secara gravimetris (bobot) akan jauh lebih besar ketimbang tanah mineral, tetapi
secara volumetris tidak banyak berbeda. Tanah organik biasanya mempunyai banyak
ruang pori, sehingga dalam keadaan jenuh akan berpanas-spesifik besar, yaitu :
sekitar 0,9 cm-3.
2. Konduksivitas thermal dan difusivitas thermal
Konduksivitas bahan-bahan pembentuk tanah dan sebagian besar pertikel-pertikel
tanah sekitar 0,005 cal detik-1 cm-1°C-1. Udara berkonduktivitas 100 kali lebih kecil
sedangkan air hanya sekitar seperlima ketimbang mineral pembentuk tanah tersebut.
Oleh karena itu, tanah-tanah berstruktur lepas lagi kering akan mempunyai
konduktivitas thermal yang sangat rendah (0,0003 - 0,0005 cal detik-1 cm-1 °C-1).
3. Aktivitas biologis
Menghasilkan panas, sehingga makin besar aktivitas ini akan makin banyak panas
yang dibebaskan ke tanah. Tanah yang berkadar BOT, hara dan udara tinggi, serta
berkelembapan cukup akan mempunyai suhu yang beberapa derajat lebih tinggi
ketimbang tanah yang biologisnya tidak aktif.
4. Radiasi dari tanah ke atmosfer
Radiasi dari tanah ke atmosfer yang terjadi secara kontinu, makin tinggi suhu tanah
akan makin besar radiasinya.
5. Struktur, tekstur dan kelembaban tanah
Tanah padat mempunyai konduktivitas thermal lebih besar ketimbangan tanah
gembur, akibat udara yang mengisi tanah ini mempunyai konduktivitas thermal yang
jauh lebih rendah ketimbang air, apalagi ketimbang partikel-pertikel tanah.
6. Garam-garam terlarut
Garam-garam terlarut mempengaruhi evaporasi, kesuburan tanah dan aktivitas
biologis tanah, sehingga secara tidak langsung berpengaruh terhadap suhu tanah.
Kadar garam yang tinggi akan menekan aktivitas biologis ini.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelembaban Tanah Permukaan

Komponen tanah yang mempengaruhi kelembaban tanah permukaan adalah


ketersedian air di dalam tanah tersebut. Ketersediaan air di dalam tanah tergantung
pada kemampuan tanah menahan air ini akan mempengaruhi kelembaban
tanah permukaan. Beberapa faktor yang mempengaruhi kelembaban tanah
permukaan adalah tekstur tanah, struktur tanah, kandungan bahan organik, dan
kedalaman solum tanah.

Tesktur tanah biasanya mengacu pada jumlah fraksi tanah yang


dikandunganya. Ada empat golongan tekstur yang utama, yaitu pasir, geluh, debu,
dan lempung. Semakin halus tekstur tanahnya, semakin tinggi pula kemampuan
tanah dalam menahan air. Struktur tanah adalah kecenderungan butir –butir tanah
membentuk gumpalan tanah atau menunjukan keremahan tanah. Struktur tanah
dipengaruhi oleh tekstur tanah, bahan organik, tipe mineral serta kegiatan biologis,
terutama kegiatan biologis jamur dan cacing tanah. Struktur tanah yang lepas –
lepas dan gembur akan mempunyai kemampuan yang rendah dalam mengikat air,
sehingga kandungan airnya rendah pula. Sedangkan struktur tanah gumpal
biasanya memiliki kemampuan yang kuat untuk menahan air. Kadar bahan organik
akan mempengaruhi struktur tanah dan selanjutnya mempengaruhi porositas
tanah. Bahan organik mampu mengikat 1429 tanah berstruktur gembur atau lepas –
lepas menjadi tanah tanah berstruktur kuat dan gumpal. Dengan demikian akan
mengurangi porositas tanah dan meningkatkan kemampuan mengikat air.

Kedalaman solum tanah mempengaruhi kemampuan tanah dalam menahan air.


Tanah yang lebih dalam akan lebih tinggi kemampuannya dalam menahan air
dibanding dengan tanah yang lebih tipis. Tanah yang dangkal biasanya berstruktur
gembur dan mudah tereosi, selain itu biasanya bervegetasi jarang sehingga faktor
pendukung penahan air berkurang. Sejumlah faktor lainnya seperti tumbuhan dan
iklim mempunyai pengaruh yang berarti terhadap sejumlah air di dalam tanah.
Penyerapan air oleh akar tumbuhan dan kemampuan menghasilkan bahan organik
merupakan faktor yang mempengaruhi kelembaban tanah permukaan. Temperatur
dan kelembaban udara merupakan variabel perubahan iklim berpengaruh terhadap
kelembaban tanah permukaan.

2. Suhu dan Kelembaban Tanah yang Baik untuk Kehidupan Sehari-hari

Suhu Tanah

Kebutuhan suhu tanah bagi tanaman berbeda-beda bergantung kepada jenis


tanaman dan juga tingkat pertumbuhannya. Di permukaan tanah, pada malam hari
panas yang telah hilang menghasilkan suhu yang menurun mencapai titik minimum
dan ketika ada matahari suhu tanah yang minimum tersebut meningkat. Dengan
bantuan sinar matahari, tanah memulai menyimpan energi yang kemudian menghilang,
disebabkan suhu meningkat. Proses tersebut akan terus berkelanjutan hingga sore hari
atau intensitas radiasi yang mengalami kemunduran disebabkan karena jumlah energi
yang diterima menurun hingga hilang sama sekali dari permukaan tanah. Suhu tanah
yang rendah dapat mempengaruhi penyerapan air dari pertumbuhan tumbuhan. Jika
suhu tanah rendah, kecil kemungkinan terjadi transpirasi, dan dapat mengakibatkan
tumbuhan mengalami dehidrasi atau kekurangan air.
Pengaruh dari suhu tanah pada proses penyerapan bisa dilihat dari hasil perubahan
viskositas air, kemampuan menyerap dari membran sel, dan aktivitas fisiologi dari sel-
sel akar itu sendiri. Dengan kata lain pada keadaan udara yang panas maka evaporasi
air dari permukaan tanah akan semakin besar (Tisdale, 1960)
Secara umum dapat dikatakan bahwa suhu-suhu tanah yang sedang, yang dekat
dengan optimum bagi setiap tanaman tertentu, dikehendaki bagi pertumbuhan tanaman.
Jika mungkin, keadaan-keadaan luar biasa (extreme) hendaknya dihindari karena
keadaan ini akan memperlambat pertumbuhan tanaman dan boleh jadi malah
menguntungkan bagi gulma dan jasad-jasad pengganggu. Suhu tanah seharusnya tidak
terlalu jauh ketinggalan di belakang suhu udara pada musim semi atau tidak pula tanah
tersebut menjadi panas terlalu cepat. Hal ini dapat meningkatkan bahaya baik terhadap
kekeringan fisiologis ataupun kerusakan akibat suhu rendah tiba-tiba (frost).
Keanekaragaman suhu harian dalam taraf sedang saja itulah yang dikehendaki.
Keanekaragaman ini justru dapat membantu pengagihan lengas tanah melalui
penyulingan dan pengembunan dan membantu aerasi tanah. Keanekaragaman ini
memungkinkan memberikan keuntungan secara langsung bagi pertumbuhan tanaman
(Sutanto, 2005).

Untuk mengatur suhu tanah bukanlah kemampuan manusia secara pribadi, tapi
suhu tanah tersebut dapat di kontrol dengan dua cara yaitu dengan menutupi mulsa
organik pada tanah, dan pengaturan tanaman residu yang keduanya dapat
mempengaruhi implikasi biologi, juga bisa dengan mulsa plastik yang biasanya
diberikan untuk perkebunan dan terakhir dapat dengan cara mengatur penguapan tanah.
Suhu pada awal pertumbuhan, dapat diramalkan waktu kematangan tanaman tersebut,
suhu tanah lebih memberikan jawaban pada perubahan setempat dari pada isolasi,
topografi dan sebagainya. Suhu tanah terutama suhu ekstrim, akan mempengaruhi
perkecambahan biji, aktivitas akar kecepatan, dan umur tanaman, serta terjadinya
keganasan penyakit tanaman (Kartasapoetra, 2005).
Semakin kecil albedo tanah maka akan semakin besar terjadinya fluktuasi suhu
tanah. Oleh karena itu banyak di daerah bermusim panas menutup tanah dengan bubuk
putih (pengapuran) yang akan mengurangi kemungkinan terjadinya fluktuasi suhu
tanah ke permukaan tanah, dan jika ditutupi dengan bubuk hitam maka akan terjadi
fluktuasi suhu tanah besar-besaran (Wild, 1973).

Kelembaban tanah
Pengukuran kandungan kelembaban tanah dan fluktuasinya secara akurat dan tepat
waktu merupakan kegiatan yang sangat penting dalam memantau bencana alam
khususnya banjir dan kekeringan. Tanah yang sangat jenuh tidak dapat menyerap air
sehingga dapat memungkinkan terjadinya runoff atau banjir. Sebaliknya tanah yang
sangat kering (tingkat kelembaban tanah sangat rendah) dapat menciptakan kekeringan
sehingga mempengaruhi pertumbuhan dan produktivitas tanaman. Pada daerah tropik
seperti Indonesia, masa segar (growing period) atau di daerah sub tropik dikenal
dengan istilah masa tumbuh (growing season), pertumbuhan tanaman sangat
bergantung pada jangka waktu tersedianya air dalam tanah (kelembaban tanah).
Pertumbuhan vegetasi memerlukan tingkat kelembaban tanah tertentu dan dapat
dikatakan bahwa kelembaban tanah pada tingkat tertentu dapat menentukan bentuk tata
guna lahan. Oleh karena itu bagi masyarakat indonesia yang sebagian besar adalah
petani, kelembaban tanah merupakan sesuatu yang penting untuk mempertahankan dan
meningkatkan pertumbuhan dan produktivitas tanaman (Sosrodorsono, 2006).

Untuk tanah pertanian perubahan kondisi kandungan kelembaban tanah perlu


diperhatikan apakah sangat kering pada musim kemarau atau sangat basah pada musim
penghujan, sehingga nantinya keadaan tanah dapat digunakan untuk tingkat
produktivitas yang optimal serta dapat mempertahankan komoditi produksi pangan.
Secara umum dapat dikatakan bahwa pada tingkat tertentu kelembaban tanah sangat
penting untuk kehidupan manusia. Akan tetapi pada tingkat kelembaban tanah yang
terlalu tinggi ataupun rendah dapat menimbulkan permasalahan bagi manusia dan
makhluk hidup lainnya, dan dapat menimbulkan permasalahan dalam hal kegiatan
pemanenan hasil pertanian atau kehutanan yang menggunakan alat –alat mekanik.
(Asdak, 2004).

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Setiap Pengukuran

Suhu tanah berpengaruh terhadap penyerapan air. Makin rendah suhu, makin sedikit
air yang di serap oleh akar, karena itulah penurunan suhu tanah mendadak dapat
menyebabkan kelayuan tanaman. Beberapa faktor yang mempengaruhi pengukuran
suhu dan kelembaban tanah, yaitu:
1) Pengaruh radiasi matahari langsung dan pantulannya oleh benda-benda sekitar.
2) Gangguan tetesan air hujan.
3) Tiupan angin yang terlalu kuat.
4) Pengaruh local gradient suhu tanah akibat pemanasan dan pendinginan
permukaan tanah setempat.
5) Rasio energi yang diserap dan yang dilepaskan
6) Aktivitas mikrobakteri
7) Cara peletakkan/menacapkan garpu sensor
8) Ketelitian dalam membaca skala dan settingan alat

4. Soil Moisture Meter

IV. Kesimpulan
1. Suhu tanah adalah salah satu faktor terpenting yang dapat mendukung aktivitas
mikrobiologi dan proses penyerapan unsur hara oleh tanaman. Suhu tanah sangat
bergantung pada besarnya radiasi surya yang di berikan oleh matahari.

2. Kelembaban tanah adalah air yang mengisi sebagian atau seluruh pori – pori tanah
yang berada di atas water table. Definisi yang lain menyebutkan bahwa kelembaban
tanah menyatakan jumlah air yang tersimpan di antara pori – pori tanah.
3. Suhu tanah dipengaruhi oleh faktor eksternal dan faktor internal. Komponen tanah
yang mempengaruhi kelembaban tanah adalah ketersedian air di dalam tanah
tersebut.

4. Beberapa faktor yang mempengaruhi pengukuran suhu dan kelembaban tanah, yaitu:
pengaruh radiasi matahari langsung dan pantulannya oleh benda-benda sekitar,
gangguan tetesan air hujan, tiupan angin yang terlalu kuat, pengaruh local gradient suhu
tanah akibat pemanasan dan pendinginan permukaan tanah setempat.

5. Alat yang digunakan untuk mengukur suhu dan kelembaban tanah adalah Soil
Moisture Meter.

DAFTAR PUSTAKA

Arnold, J. (1999). Soil Moisture. USA: GHCC Inc.

Asdak, C. (2004). Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Cetakan Ketiga.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Baver, L. D. (1960). Soil Physics. New York: John W INC.

Hanafiah, K. (2010). Dasar-dasar ilmu tanah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Ihsan, M. (2012). Pengukuran Kelembaban Tanah Dengan Kadar Air Yang Bervariasi
Menggunakan Sensor Kelembaban Tanah SEN0057 dan VH 400. Bogor:
Institut Pertanian Bogor.

Jamulya, & Woro. (1993). Pengantar Ilmu Tanah. Yogyakarta: UGM Press.

Kartasapoetra. (2005). Teknologi Konservasi Tanah. Jakarta: Rineka Jaya.

Lakitan, B. (1992). Dasar-Dasar Klimatologi. Jakarta: Penebar Swadaya.


Notohadiprawiro, T. (1998). Tanah dan Lingkungan. Jakarta: Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan.

Sosrodorsono. (2006). Variasi Tanah. Bogor: Rineka Jaya.

Suryono, & Sudarmadil. (1997). Hidrologi Dasar. Yogyakarta: Diktat Kuliah.

Sutanto, R. (2005). Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Yogyakarta: Kanisius.

Tisdale, S. (1960). Soil Fertility and Fertilizer. New York: The MacMillan Company.

Tisdale, S., & w, N. (1966). Soil Fertility and Fertilizers Third Edition. London: Collier
Macmillan.

Wild, A. (1973). Russel's Soil Conditions and Plants Growth. New York: Longman.

Anda mungkin juga menyukai