Anda di halaman 1dari 16

RESUME

PERMASALAHAN TANAH

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan


Tugas Mata Kuliah Rekayasa Lingkungan
Fakultas Teknik Sipil Universitas Moch. Sroedji Jember

Dosen Pembimbing :

Afif Amiluddin,ST.MT

Disusun Oleh:

Sella Pretycia P. 21311461387


Moh. Alfin Syaifun Najah 21311461388
Lukman Hakim
Diki Wahyudi 21311461394

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MOCH. SROEDJI JEMBER
2022
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
PERMASALAHAN TANAH

1.1 PENGERTIAN TANAH

Tanah (bahasa Yunani: pedon; bahasa Latin: solum) adalah bagian kerak
bumi yang tersusun dari mineral dan bahan organic.Tanah sangat vital
peranannya bagi semua kehidupan di bumi karena tanah mendukung kehidupan
tumbuhan dengan menyediakan unsur hara dan air sekaligus sebagai penopang
akar.

Struktur tanah yang berongga-rongga juga menjadi tempat yang baik


bagi akar untuk bernapas dan tumbuh. Tanah juga menjadi habitat hidup
berbagai mikroorganisme. Bagi sebagian besar hewan darat, tanah menjadi
lahan untuk hidup dan bergerak.

Ilmu yang mempelajari berbagai aspek mengenai tanah dikenal sebagai


ilmu tanah.Dari segi klimatologi, tanah memegang peranan penting sebagai
penyimpan air dan menekan erosi, meskipun tanah sendiri juga dapat
tererosi. Komposisi tanah berbeda-beda pada satu lokasi dengan lokasi yang
lain. Air dan udara merupakan bagian dari tanah.

Tanah berasal dari pelapukan batuan dengan bantuan organisme,


membentuk tubuh unik yang menutupi batuan. Proses pembentukan tanah
dikenal sebagai ''pedogenesis''. Proses yang unik ini membentuk tanah sebagai
tubuh alam yang terdiri atas lapisan-lapisan atau disebut sebagai horizon tanah.
Setiap horizon menceritakan mengenai asal dan proses-proses fisika, kimia,
dan biologi yang telah dilalui tubuh tanah tersebut.

Hans Jenny (1899-1992), seorang pakar tanah asal Swiss yang bekerja di
Amerika Serikat, menyebutkan bahwa tanah terbentuk dari bahan induk yang
telah mengalami modifikasi/pelapukan akibat dinamika faktor iklim, organisme
(termasuk manusia), dan relief permukaan bumi (topografi) seiring dengan
berjalannya waktu. Berdasarkan dinamika kelima faktor tersebut terbentuklah
berbagai jenis tanah dan dapat dilakukan klasifikasi tanah.

Tanah terbentuk dari batuan dan batuan memerlukan waktu jutaan tahun
untuk berubah menjadi tanah. Batuan menjadi tanah karena pelapukan yaitu
proses hancurnya batuan menjadi tanah. Batuan dapat mengalami pelapukan
karena berbagai faktor, di antaranya cuaca dan kegiatan makhluk hidup. Faktor
cuaca yang menyebabkan pelapukan batuan, misalnya suhu dan curah hujan.

Pelapukan yang disebabkan oleh faktor cuaca ini disebut pelapukan


fisika. Adapun makhluk hidup yang menyebabkan pelapukan, misalnya
pepohonan dan lumut yang disebut pelapukan biologi. Tanah terbentuk dari
beberapa faktor : batuan , iklim, jazad hidup, topografi dan waktu. Adanya
berbagai berbedaan dari faktor-faktor tersebut , maka proses pelapukan dan
pembentukan tanah berbeda-beda. Hal ini menyebabkan adanya perbedaan
jenis tanah antara satu daerah dengan daerah lainnya.

Pencemaran tanah terjadi akibat masuknya benda asing (misalnya


senyawa kimia buatan manusia) ke tanah dan mengubah suasana/lingkungan asli
tanah sehingga terjadi penurunan kualitas tanah. Pencemaran dapat terjadi
karena kebocoran limbah cair atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial;
penggunaan pestisida; masuknya air permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan
sub-permukaan; kecelakaan kendaraaan pengangkut minyak, zat kimia, atau
limbah; air limbah dari tempat penimbunan sampah serta limbah industri yang
langsung dibuang ke tanah secara sembarangan (illegal dumping).
1.2 EROSI

2.1 Pengertian Erosi

Erosi (dari bahasa Latin erosionem "menggerogoti") atau disebut juga


pengikisan adalah suatu peristiwa yang terjadi secara alami oleh pengikisan
padatan (sedimen, tanah, batuan, dan partikel lainnya) akibat transportasi oleh
angin, tanah dan material lain di bawah pengaruh gravitasi atau oleh makhluk
hidup semisal hewan yang membuat liang atau pertumbuhan akar tanaman yang
mengakibatkan retakan tanah dalam hal ini disebut bio-erosi.

Erosi tanah adalah suatuprosess atau peristiwa yang menyebabkan


terlepasnya partikel - partikel tanah sebagai akibat tenaga air, angin, atau salju
dan pengalirannya ke daerah rendah. Erosi mengakibatkan menurunnya
produktifitas tanah, menurunnya daya dukung tanah untuk memproduksil hasil
pertanian dan terganggunya nilai kesembangan lingkungan hidup
Di daerah tropis basah seperti Indonesia, erosi terutama disebabkan oleh
daya rusak air hujan. Air hujan yang jatuh ke tanah sebagian merembes kedalam
tanah, sebagian kecil menguap dan sebagian lagi mengalir permukaan tanah
menuju tempat yang lebih rendah. Aliran permukaan inilah(run off) yang
menjadi penyebab erosi.
Proses erosi tanah yang disebabkan oleh air meliputi 3 tahap yang terjadi dalam
keadaan normal dilapangan. Tahap pertama pemecahan bongkah - bongkah atau
agregat - agregat tanah ke dalam butir – butir kecil atau partikel tanah. Tahap
kedua pengangkutan butir - butir yang kecil sampai sangat halus tersebut. Tahap
ketiga pengendepan (sedimentasi) partikel – partikel tersebut di tempat yang
lebih rendah atau di dasar sungai atau waduk.
Sistem pola jaringan erosi persis sama dengan pola jaringan pengaliran air,
selalu mengikuti sistem atas bawah, yaitu sistem yang terdiri dari susunan:
Daerah atas → lereng, lembah, atau parit → daerah bawah sebagai tempat
sedimentasi.
Kalau daerah atas adalah puncak bukit, maka daerah lerengnya adalah
punggung bukit tersebut, dan daerah bawanya adalah kaki bukit atau lembah.
Dapat juga daerah atas merupakan puncak dari suatu lembah atau parit, daerah
bawahnya adalah lembah atau dasar parit itu dan seterusnya.

Erosi tidak sama dengan pelapukan akibat cuaca, yang mana merupakan
proses penghancuran mineral batuan dengan proses kimiawi maupun fisik, atau
gabungan keduanya. Secara umum erosi melibatkan tiga proses yaitu pelepasan
(detachment), transformasi (transformation), dan pengendapan (sedimentation).

2.2 Faktor Penyebab Erosi

Banyaknya erosi tergantung berbagai faktor yang mempengaruhinya


meliputi iklim, vegetasi, karakteristik tanah, penggunaan lahan, dan topografi.
Faktor Iklim, termasuk besarnya dan intensitas hujan / presipitasi, rata-rata dan
rentang suhu, begitu pula musim, kecepatan angin, frekuensi badai. faktor
geologi termasuk tipe sedimen, tipe batuan, porositas dan permeabilitasnya,
kemiringan lahan. Faktor biologis termasuk tutupan vegetasi lahan, makhluk
yang tinggal di lahan tersebut dan tata guna lahan oleh manusia.

Faktor yang paling sering berubah-ubah adalah jumlah dan tipe tutupan
lahan. pada hutan yang tak terjamah, mineral tanah dilindungi oleh lapisan
humus dan lapisan organik. kedua lapisan ini melindungi tanah dengan
meredam dampak tetesan hujan. lapisan-lapisan beserta serasah di dasar hutan
bersifat porus dan mudah menyerap air hujan. Biasanya, hanya hujan-hujan
yang lebat (kadang disertai angin ribut) saja yang akan mengakibatkan
limpasan di permukaan tanah dalam hutan. bila Pepohonan dihilangkan akibat
kebakaran atau penebangan, derajat peresapan air menjadi tinggi dan erosi
menjadi rendah. kebakaran yang parah dapat menyebabkan peningkatan erosi
secara menonjol jika diikuti denga hujan lebat. dalam hal kegiatan konstruksi
atau pembangunan jalan, ketika lapisan sampah / humus dihilangkan atau
dipadatkan, derajad kerentanan tanah terhadap erosi meningkat tinggi.
Akibat erosi terhadap kesuburan tanah menimbulkan pengaruh buruk
terhadap kesuburun fisik, kimia dan biologi tanah. Erosi mengakibatkan
kemerosotan kesuburan fisik tanah seperti terpecahnya agregat tanah,
tersumbatnya pori - pori tnah, dan terganggunya sirkulasi air dan udara tanah.
Lebih buruk lagi apabila erosi terjadi terus - menerus mengakibatkan hilangnya
lapisan atas tanah (top soil) yang pada umumnya lebeih subur, secara perlahan -
lahan yang pada gilirannya sampai pada lapisan bawah yang memiliki sifat
jelek.

Dengan terkikisnya lapisan atas tanah yang mengandung bahan organis,


mengakibatkan kesuburan kimia akan merosot pula. Di Amerika Serikat setiap
tahunnya terjadi pengikisa tanah sebesar 4.000 juta ton. Jika hasil analisis tanah
menunjukkan 0.1% nitrogen, 0.15% P2O5 dan 0.5% K2O maka berarti lebih 50
juta ton dari unsur hara utama tadi hilang dari lahan pertanian dan kehutanan
setiap tahunnya. Dari sungai Kuning Tiongkok tercatat 1,3 juta m 3 tanah
lempung hanyut pada tahun 1934, sebagai akibat erosi. Jumlah ini menurut
Bennet (1939), sama dengan 450.000 hektar tanah sawah yang tebal lapisan
olahnya 20 cm.

1.3 KERUSAKAN TANAH

Kerusakan tanah merupakan peristiwa hilangnya unsur-unsur hara tanah


atau ketidakmampuan tanah untuk berproduktif seperti semula. Kerusakan tanah
ini terjadi akibat faktor alam dan manusia.
Ada beberapa cara untuk memperbaiki dampak dari kerusakan tanah
(kerusakan sifat fisik tanah, kerusakan kimia dan biologi tanah) diantara dengan
cara konversi tanah dan air dan penerapan sistem pertanian terpadu.
Usaha konservasi tanah dapat dilakukan melalui 3 cara, yaitu metode
vegetatif (agronomis), mekanik, dan kimia. Ketiga metode tersebut memiliki
maksud yang sama dalam konservasi tanah, yaitu melindungi tanah dari curahan
hujan secara langsung, meningkatkan kapasitas infiltrasi tanah, mengurangi laju
aliran permukaan, dan meningkatkan stabilitas partikel-partikel (agregat) tanah.

3.1 SEBAB

Fungsi tanah bagi tanaman memiliki peran yang sangat sentral, artinya
apabila terjadi kerusakan tanah maka rusak pula tanaman yang tumbuh di
atasnya. Secara umum penyebab kerusakan tanah bisa kita kategorikan kedalam
dua bentuk yakni faktor alam dan faktor manusia.

1.Erosi Tanah

Mendengar istilah ini bukan merupakan suatu hal yang aneh di telinga kita.
Erosi tanah adalah bentuk berkurangnya lapisan tanah yang penyebabnya adalah
bisa angin atau juga air, bahkan hingga ulah manusia sendiri. Erosi tanah ini
akan memindahkan tanah dari tempat tanah semula berada. Setidaknya ada tiga
tahapan dalam proses terjadinya erosi tanah.

• Pertama, tanah akan mengalami pengelupasan terlebih dahulu ketika


ada angin atau air mengenai permukaan tanah dengan tingkat intensitas
yang tinggi.
• Kedua, tanah mengalami pengangkutan, tanah yang terkelupas tersebut
kemudian akan diangkut baik oleh aliran air atau terjangan angin ke
permukaan tanah yang tidak lebih tinggi atau rendah.
• Ketiga, adalah pengendapan tanah, ketika tanah telah berada pada
permukaan yang lebih rendah sehingga tidak mungkin untuk mengalami
proses pengelupasan lagi maka ditempat yang baru tersebutlah tanah
akan mengalami pengendapan. Tahap-tahap tersebutlah yang kemudian
menjadi penyebab terjadinya kerusakan tanah.

2. Pencemaran Limbah Domestik

Limbah ini bisa berbentuk padat dan juga bisa berbentuk cair. Limbah
jenis ini merupakan limbah yang berasal dari pemukiman penduduk, pasar,
perhotelan. Dan juga dari kelembagaan seperti kantor-kantor pemerintah dan
lainya. Oleh karena itu, pengolahan limbah domestik menjadi suatu hal mutlak
yang harus dilakukan. Akibat limbah domestik ini kandungan dalam tanah akan
terpengaruh dan tanah menjadi rusak.

3. Pencemaran Limbah Padat

Dinamakan limbah padat sebab limbah jenis ini tidak bisa diolah oleh
mikroorganisme menjadi suatu senyawa yang bisa menjadi unsur pembentuk
tanah. Limbah ini biasanya berupa plastik, karet, serat, bekas bahan bangunan
dan lainnya. Dampak utama dari limbah ini adalah tidak bisa ditambuhkan
limbah padat oleh akar tanaman. Tidak bisa ditembusnya senyawa tersebut oleh
air sehingga unsur pembentuk mineral tanah akan berkurang, di tambah
mikroorganisme yang mampu menyuburkan tanah juga berkurang drastis akibat
berkurangnya tanaman di atas permukaan tanah.

4. Pencemaran Limbah cair

Limbah cair ini biasanya berupa bahan kimia yang dibuat pabrikan seperti
deterjen, oli dan bahan sejenis lainya. Bahaya dari limbah ini adalah dapat
membunuh mikro-organisme yang hidup di dalam tanah. Limbah cair ini lebih
banyak disebabkan oleh pencemaran limbah pabrik.
5. Pencemaran Limbah Industri

Sesuai namanya limbah ini berasal dari suatu kegiatan industri yang
dilakukan pabrik. Limbah industri ini biasanya mengahasilkan suatu zat beracun
yang sangat berbahaya bagi kelangsungan hidup mikro-organisme di tanah.
Limbah ini umumnya seperti zat tembaga, logam dan industri kimia sejenis. Zat
yang terkandung dalam logam biasanya berupa Hg, Zn, Pb, Cd. (baca
juga:pengolahan limbah industri). Karena mikroorganisme di tanah berkurang
maka kesuburan tanah pun juga akan hilang.

6. Limbah Pertanian

Sudah menjadi kebiasaan masyarakat Indonensia yang lebih suka


memakai produk-produk kimia dalam menanggulangi hama atau juga
mempercepat tumbuhnya tanaman. Misalnya dengan menggunakan urea dan
pestisida untuk memberastas hama dari suatu tanaman. Bahan-bahan tersebutlah
yang kemudian justru akan merusak unsur kualitas dari tanah, sebab pestisida
ternayata tidak hanya akan membunuh hama saja melainkan juga membunuh
mikro-organisme. Macam-macam limbah pertanian ini biasa terdiri dari limbah
cair dan juga limbah padat.

7. Kegiatan Pertambangan

Kegiatan pertambangan juga akan menyebabkan terjadinya kerusakan


yang tidak kecil, bahkan kegiatan pertambangan bisa menyebabkan kerusakan
yang sangat besar. Pertambangan sangatlah berdampak besar bagi kerusakan
segala ekosistem di sekitarnya. Penggalian, penggundulan hutan menjadi
penyebab rusaknya tanah disekitar lokasi tambang. Salah satu bukti nyata
kerusakan tanah akibat dari pertambangan adalah apa yang terjadi di Papua
akibat penambangan Freeport.
8. Penebangan Hutan

Penebangan hutan sebenarnya sangat berkaitan dengan penyebab pertama


berupa erosi tanah. Penggundulan hutan besar-besaran akan menyebabkan daya
ikat tanah berkurang sehingga apabila terjadi aliran air yang deras tidak akan
ada yang menahan tanah sehingga menyebabkan erosi besar-besaran. Hal
tersebutlah salah satu dampak penebangan hutan secara liar.

9. Proses Mekanis Air Hujan

Proses mekanis air hujan yang dimaksud adalah suatu bentuk peristiwa
pengikisan tanah saat hujan turun dengan sangat deras. Tanah akan tergores
perlahan-lahan hingga membesar sampai berbentuk hampir sama dengan
selokan di daerah yang vegetasinya rendah. Akibat hal tersebut berkubik-kubik
tanah akan hanyut ke daerah lain, sehingga tanah bersangkutan akan hilang
kualitasnya dan bahkan rusak. (baca : proses terjadinya hujan)

10. Aktivitas Manusia

Aktivitas pengolahan lahan oleh manusia secara sembarangan tidak


memperhatikan kaidah-kaidah pengolahan tanah akan berdampak pada
kerusakan tanah secara besar-besaran. Misalnya, secara sembarangan di lahan
lereng manusia mengolah lahan tanpa membuat bentuk bidang terasering
sehingga mudah sekali lahan terkena erosi. (baca : pengertian terasering)

3.2 Akibat

Adapun dampak dari kerusakan tanah ini selain juga akan merusak tanah,
juga akan menyebabkan beberapa masalah lain sebagai berikut:
1. Dampak Erosi Tanah

Sebagaimana disinggung di atas, bahwa erosi akan menyebabkan hilangnya


atau berpindahkan lapisan permukaan tanah ke bagian lain yang lebih rendah
ketinggian tanahnya. Ada beberapa dampak dari erosi ini terhadap tanah yakni:

• Produktifitas tanah menjadi menurun


• Unsur hara yang bermanfaat bagi tanaman akan hilang
• Karena kehilangan unsur hara kesuburan tanaman juga menurun
• Rusaknya struktur tanah
• Akan mempersempit lahan yang dapat ditanami
• Karena produktifitas tanah menurun, produktifitas tanaman juga menurun
• Pendapat petani menurun

2. Dampak Pencemaran Tanah

 Dampak bagi kesehatan

Pemakaian pestisida secara terus menerus akan mencemari unsur-unsur tanah.


Sehingga tanah kemudian akan terkandung bahan-bahan kimia. Bahan tersebut
kemudian jika terserap oleh tanaman, maka tanaman yang tumbuh di atasnya
akan terkandung bahan kimia. Jika hal tersebut terjadi pada lahan pertanian,
maka hasil-hasil pertanian yang biasa dijadikan konsumsi rumahan maka akan
terserap ke dalam tubuh. Hal itu, kemudian akan membahayakan bagi kesehatan
tubuh. Sebagai contoh, Benzena yang bisa menyebabkan leukimia dan air raksa
yang menjadi penyebab kerusakan ginjal.
 Dampak bagi lingkungan

Dampak utama bagi lingkungan ini adalah khususnya terjadi pada metabolisme
tanaman. Rantai makanan dari mikro-organisme yang berkurang akibat
pencemaran akan sangat berdampak pada kualitas tanah disekitarnya, sehingga
proses metabolisme tanaman akan berkurang. Dampak pencemaran lingkungan
tersebut akhirnya adalah tanah mati yang tidak bisa ditanami tumbuhan jenis
apapun

3. Dampak Kegiatan Pertambangan

Dalam waktu yang sangat singkat kegiatan pertambangan yang dilakukan


oleh manusia akan merubah semua bentuk ekologi di kawasan sekitarnya.
Penebangan hutan, pengerukan tanah, hingga pemotongan lereng gunung akan
sangat berdampak pada keseimbangan alam di sekitarnya. Tanpa
memperhatikan kondisi geologi alam sekitarnya, kegiatan pertambangan akan
mengakibatkan tanah longsor, ledakan tambang, gempa dan reruntuhan lainya.
Adapun beberapa dampak negatif dari adanya kegiatan pertambangan antara
lain:

• Polusi udara
• Menurunnya permukaan bumi
• Pencemaran limbah
• Pencemaran lingkungan dan masalah kesehatan
• Kerusakan lahan perkebunan dan pertanian
• Banjir, longsor dan punahnya keanekaragaman hayati

4. Kerusakan Di Tempat Terjadinya Erosi


Kerusakan tanah di tempat terjadinya erosi terutama akibat hilangnya
sebagian tanah dari tempat tersebut karena erosi. Hilangnya sebagian tanah ini
mengakibatkan hal-hal berikut:
• Penurunan produktifitas tanah;
• Kehilangan unsur hara yang diperlukan tanaman;
• Kualitas tanaman menurun;
• Laju infiltrasi dan kemampuan tanah menahan air berkurang;
• Struktur tanah menjadi rusak;
• Lebih banyak tenaga diperlukan untuk mengolah tanah;
• Erosi gully dan tebing (longsor) menyebabkan lahan terbagi-bagi dan
mengurangi luas lahan yang dapat ditanami; dan Pendapatan petani
berkurang.

1.4 PERMASALAHAN TANAH DI PERKOTAAN

Masalah pertanahan Charles Abrams (1969) menulis permasalahan dalam


tata guna lahan bukan karena kekurangan lahan (kuantitas lahan) tetapi lebih
pada penggunaan yang tidak efektif dan terorganisisir. Ditambah dengan
perusakan lingkungan hidup akibat eksploitasi lahan besar-besaran misalnya
akibat ekspansi kegiatan industri.

Terdapat perbedaan yang mencolok dalam masalah tata guna lahan di


negara berkembang dan di negara maju. Di negara berkembang masalah yang
mencolok adalah spekulasi harga dan harga lahan yang sangat tinggi sehingga
sangat sedikit orang yang dapat membeli rumah secara tunai. Di negara maju,
harga lahan terutama ditentukan oleh aksesibilitasnya yaitu sistem transportasi.
Sepetak lahan tanpa utilitas yang sulit transportasinya harganya hanya ¼ dari
harga kavling di kota dan kurang dari 10% dari biaya pembangunan rumah di
pinggir kota.
4.1 Masalah Tanah Perkotaan

1. Akses terhadap lahan rendah

Pertanyaan: siapa yang mengendalikan tanah? Sangat penting untuk


dicermati. Di negara-negara latin, tanah-tanah dimiliki oleh sebagian kecil
(minoritas) orang pada kawasan tersebut yang disebut Latifundios.
Furtado (1970) mencatat proporsi kepemilikan lahan oleh Latifundios
adalah 82% di Peru, 81% di Chile, dan 60% di Brazil.

Di Asia sistem kepemilikan tanah (landownerships) biasanya merupakan


warisan kolonial. Sistem kolonial umumnya mendorong “private property
ownership” melalui peraturan atau hukum yang legal. Peraturan ini membuat
sistem lahan agraria yang diatur oleh komunitaas/adat menjadi berubah.
Ditmbah lagi dengan emakin meningkatnya jumlah populasi dan berkembangny
kegitan ekonomi.

Di Afrika, tanah biasanya dikuasai oleh kelompok bukan indivisual


misalnya suku tertentu. Peraturan di kelompok ini biasanya menetapkan bahwa
tanah tidak boleh dijual tetapi diusahakan untuk menunjang kesejahteraan
anggota kelompok

2. Tanah tidak mendukung kebutuhan perumahan

Banyak negara berkembang memiliki luas wilayah yang sangat besar


dibanding jumlah penduduknya, tetapi sebagian besar penduduknya tidak
memiliki tanah dan rumah. Hal ini terjadi karena sistem monopoli dan harga
tanah sangat cepat berubah akibat kebutuhan/demand
4.2 Cara Mengatasi

Banyak peraturan dan undang-undang yang dibuat dalam rangka


mendorong distribusi tanah secara luas, antara lain:

1. Pengendalian tata guna tanah/lahan

Pemerintah melakukan pengendalian konversi tanah sesui dengan


rencana induk tata ruang, peraturan, dsb. Pemilik tanah individual atau
perusahaan swasta harus mengajukan ijin kepada pemerintah kota jika ingin
mengubah fungi tanahnya atau mendirikan bangunan.
Mekanisme/metode/cara yang digunakan adalah izin prinsip, izin lokasi,
izin perencanaan, IMB, dll

2. Pembangunan lahan terpadu,

Dilakukan pemerintah dengan menyediakan prasarana jalan dan listrik


yang cukup sehingga merangsang pihak swasta untuk membangun atau
mengarahkan untuk membangun ke arah yang telah ditetapkan pemerintah.

3. “land banking” (bank tanah selektif).

Pemerintah membebaskan sebidang tanah di pinggir kota kemudian


menjualnya kepada pihak swsta dengan tujuan mengarahkan pembangunan fisik
sesuai rencana tata ruang yang ada

4. Konsolidasi tanah

Suatu teknik mengelola tanah dengan menyatukan beberapa pemilik


tanah dalam suatu perencanaan yang terpadu dan menyediakan fasilitas umum,
dan kemudian membagikannya kembali kepada pemilik tanah sesuai
kesepakatan.
5. Pembangunan tanah matang

Pemerintah melakukan pembebasan tanah di pinggir kota dan


memberikan pelayanan atau membangun infrastruktur bagi keperluan sektor
swasta. Semua biaya yang timbul ditanggung pemerintah.

Satu hal yang perlu dicatat dalam hal penyediaan perumahan adalah akses
ke tempat kerja. Mahalnya harga tanah di perkotaan membuat sebagian besar
orang membangun rumah di luar kota. Artinya, biaya transportasi menjadi
besar.

Anda mungkin juga menyukai