Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Materi Praktik Kerja Lapangan


Menurut (Riadi, 2021) Praktik Kerja Lapangan (PKL) adalah suatu bentuk Pendidikan
dengan cara memberikan pengalaman bagi taruna untuk penyeimbangan antara teori yang
diberikan dikelas dengan kondisi serta keadaan yang ada dilapangan. Para Taruna
diharapkan mampu meningkatkan keahlian dengan pengalaman-pengalaman yang
diperoleh pada saat di lapangan nantinya. Praktik Kerja Lapangan bentang lahan/General
view adalah materi dasar dalam pengenalan pengelolaan tanah berkelanjutan dengan cara
melakukan pengenalan dan pembentukan bentuk lahan di berbagai tempat tertentu yang
telah di tetapkan. Hal yang diamati dalam Praktik Kerja Lapangan Bentang Lahan
meliputi:
1. Proses Pembentukan Tanah dan Bentang Lahan
2. Perbandingan Kelerengan atau Kemiringan lahan
3. Batuan dan Jenis Tanah di tempat terkait
4. Sumber daya air dengan pemanfaatannya
5. Penguasaan dan Pemilikian Tanah pada daerah terkait
6. Kondisi sosial dan ekonomi masyarakat sekitar daerah PKL Bentang Lahan
7. Kondisi perkembangan wilayah

Praktik Kerja Lapangan bentang lahan atau General View yang dilakukan oleh
Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional memiliki tujuan untuk memperkenalkan para taruna
tentang kondisi serta penampakan bentang lahan yang sebenarnya, beserta hubunganya
antara berbagai komponen pembentuk bentang lahan dengan kajian ilmu pertanahan dan
akibatnya terhadap pengelolaan pertanahan. Pengelolaan tersebut baik berupa pemilikan,
penguasaan dan pemanfaatan lahan untuk kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat.
Diketahui bahwa sumber daya alam dan lingkungan sekitar berkaitan erat dengan kajian
pertanahan, yang mana hal itu penting untuk dilakukan.

Dalam (Dalyono, 2005) menyatakan bahwa suatu pengalaman dapat memengaruhi


perkembangan seseorang, yang mana hal ini merupakan salah satu prinsip perkembangan
kesiapan mahasiswa guna mempersiapkan diri sebelum terjun ke dunia. Oleh karena itu
perlunya pemahaman yang menyeluruh mengenai bentang lahan dan sumber daya agraria
supaya nantinya dapat menyelesaikan berbagai permasalahan yang berkaitan dengan

1
pertanahan. Pengelolaan pertanahan tidak terlepas dari pengelolaan sumber daya alam
(SDA) yang mempunyai dimensi lebih luas.

Secara normatif lingkup sumberdaya agraria sebagaimana tercantum dalam Undang-


Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, yang
lebih sering disebut dengan Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA). Pasal 1 (2) UUPA
menyebutkan bahwa “Seluruh bumi, air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang
terkandung didalamnya dalam wilayah Republik Indonesia sebagai karunia Tuhan Yang
Maha Esa adalah bumi, air dan ruang angkasa bangsa Indonesia dan merupakan kekayaan
nasional”. Oleh karena itu, kajian sumber daya agraria yang dalam hal ini melingkupi
bumi dan tanah sebagai objek pelayanan di bidang agraria, pertanahan, tata ruang serta air,
keberadaannya sangat dipengaruhi oleh bumi dan tanah.

Penggunaan terminologi “sumber daya agraria” yang lebih operasional pada


Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional, adalah sumber daya
agraria dimaknai sebatas pada pengelolaan pertanahan. Posisi pertanahan dalam
sumberdaya alam ataupun sumberdaya agraria dapat dipahami melalui pegertian bahwa
pertanahan adalah bagian dari sumberdaya alam atau sumberdaya agraria. Sumber Daya
alam atau sumber daya agraria mempunyai perspektif yang lebih luas, karena mencakup
fenomena di seluruh permukaan bumi. Sedangkan pertanahan terbatas pada permukaan
bumi yang tampak sebagai daratan.

Apabila dikaitkan dengan proses pembelajaran Sarjana Terapan Progam Studi


Pertanahan di Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional, maka pengenalan dan pemahaman
awal terkait pertanahan dan tata ruang dilakukan melalui pengenalan bentang lahan.
Argumen pokoknya adalah, dalam melakukan pengelolaan pertanahan sangat dipengaruhi
dan tergantung pada kondisi bentang alamnya, baik pada asal muasal terjadinya, kondisi
fisik wilayahnya serta kondisi sosial ekonominya. Oleh karena itu Praktik Kerja Lapangan
Pengenalan Bentang Lahan menjadi materi wajib bagi Taruna Program Studi Diploma IV
Pertanahan pada tahun pertama.

B. Lokasi Praktik Kerja Lapangan


Praktik Kerja Lapangan Pengenalan Bentang Lahan dilaksanakan tanggal 22 – 25
Januari 2024. Kegiatan Praktik Kerja Lapangan dilaksanakan oleh seluruh kelas D-IV
Pertanahan Semester I dengan pembagian 5 kelompok dalam satu kelas. Pada
pelaksanaannya PKL Pengenalan Bentang Lahan dibagi dalam 5 Jalur, yakni :

2
1. Jalur I dimulai dari stop site Bulak Kayangan dan berakhir di hutan mangrove.
2. Jalur II di mulai dari stop site Gardu Pandang Gunung Merapi dan berakhir di
stop site Bendung Lepen.
3. Jalur III dimulai dari stop site Watu Amben dan berakhir di stop site Pantai
Parangtritis.
4. Jalur IV dimulai dari stop site Tebing Breksi dan berakhir di stop site Pantai
Baron.
5. Jalur V dimulai dari stop site Tebing Breksi dan berakhir di stop site Goa
Ngingrong.
Pada tiap tiap Jalur terbagi atas beberapa Stop Site / Daerah Pemberhentian

No Jalur Stop Site

Bulak Kayangan - Waduk Sermo - Pantai Glagah - Proyek


1 I
Bandara - Sungai Bogowonto - Hutan mangrove

Gardu Pandang Gunung Merapi - Spring Belt - Check Dam


2 II
Bronggang - Kali Code - Bendung Lepen

Watu Amben - Bukit Bego - Hutan Pinus Mangunan -


3 III
Tempuran Kali Opak dan Kali Oyo - Pantai Parangtritis

Tebing Breksi - Tahura - Goa Ngingrong – Kemadang –


4 IV
Pantai Baron

Tebing Breksi - Bukit Pathuk - Nglanggeran - Tahura - Goa


5 V
Ngingrong
Tabel 1. Pebagian Jalur Stop Site I,II,III,IV dan V

3
Kelompok 1 mendapat Jalur Bentang Lahan II (Bagian Tengah Provinsi
Yogyakarta) yang dilaksanakan pada hari Senin, 22 Januari 2024 di Kabupaten Sleman
dan Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Berikut ini adalah rincian lokasi Stop Site pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan
Pengenalan Bentang Lahan yang kelompok kami telusuri :
1. Gardu Pandang Gunung Merapi yang berada di Kaliurang, Desa Hargobinangun,
Kecamatan. Pakem, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta
2. Spring Belt di Wilayah Pakem, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta
3. Dam Bronggang terletak di Suruh, Argomulyo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten
Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
4. Kali Code berada melintasi tiga Kabupaten di Provinsi DIY tepatnya di Kota
Yogyakarta, Kabupaten Sleman, dan Kabupaten Bantul
5. Bendung Lepen Kampung Mrican, Rukun Kampung Ponggakan, Kelurahan
Giwangan Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta.

Kelima Stop Site tersebut dijadikan sebagai tujuan Praktik Kerja Lapangan
Pengenalan Bentang Lahan dengan sasaran sebagai berikut :
1. Mengenalkan asal mula terbentuknya lokasi setiap stop site,
2. Menjelaskan karakteristik setiap stopsite mengenai :
a) Pengenalan dan pengamatankondisi bentuk lahan;
b) Proses pembentukan bentang lahan;
c) Pengelolaankebijakan pertanahan;
d) Kelerengan;
e) Jenis tanah;
f) Sumber daya air;
g) Status penguasaan dan pemilikan tanah;
h) Penggunaan dan pemanfaatan tanah;
i) Keadaan sosial ekonomi masyarakat;
j) Arahan penggunaan tanah dalam RTRW;
k) Permasalahan pertanahan;
l) Ancaman bencana;
m) Kondisi kehidupan (desa atau kota) dan karakteristiknya

4
C. Maksud dan Tujuan

Praktik Kerja Lapangan Pengenalan Bentang Lahan dimaksudkan sebagai pengenalan


terhadap interrelasi antara komponen sumber daya alam dan dampaknya terhadap
pengelolaan pertanahan. Keterkaitan antara keduanya menjadi penting karena sumber
daya alam merupakan manifestasi dari beberapa komponen geosfer yang mempunyai
korelasi sangat kuat dengan aspek pertanahan sebagai obyek kajian di bidang
pertanahan/agraria. Pola penguasaan, penggunaan dan pengelolaan tanah sangat
tergantung pada kondisi komponen-komponen geosfernya baik secara individu maupun
terpadu. Sehingga dalam mempelajari persoalan-persoalan pertanahan dibutuhkan
pemahaman tentang sumber daya alam secara lengkap yang dijadikan sebagai bekal dasar
bagi taruna dalam memahami fenomena-fenomena pertanahan.
Adapun tujuan pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Pengenalan Bentang Lahan
adalah;
a. Taruna mampu menjelaskan karakteristik fisik-alamiah masing-masing unsur
bentang lahan sebagai sumber daya alam.
b. Taruna mampu menjelaskan jenis penggunaan tanah, pola penggunaan tanah dan
pemanfaatan, serta faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukannya.
c. Taruna mampu menjelaskan jenis-jenis dan pola penguasaan dan pemilikan
tanah, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
d. Taruna mampu menjelaskan implikasi karakteristik fisik-sosio-ekonomi dan yuridis
sumber daya agraria terhadap pengelolaan pertanahan (pengukuran dan pemetaan,
penetapan hak dan pendaftaran tanah, pengaturan dan penataan pertanahan,
pengendalian pertanahan dan pemberdayaan masyarakat, serta penanganan sengketa
dan konflik pertanahan).
e. Taruna dapat mengenali dampak unsur-unsur sumber daya agraria terhadap
pengelolaan pertanahan.
f. Taruna mampu memahami interpretasi citra satelit dan memanfaatkan teknologi di
bidang pengukuran dan pemetaan.

5
D. Manfaat Hasil Praktik Kerja Lapangan
Kegiatan Praktik Kerja Lapangan ini menambah pengetahuan dan keterampilan
praktis bagi taruna Program Studi Diploma IV. Hal ini penting karena sumber daya agraria
merupakan perwujudan dari beberapa komponen geosfer yang memiliki korelasi yang
sangat kuat dengan aspek bumi sebagai objek kajian di bidang tanah/agraria. Pola 5
penguasaan tanah, penggunaan dan pengelolaannya sangat tergantung pada kondisi
komponen geosfernya, baik secara individu maupun terpadu, sehingga untuk mengkaji
permasalahan pertanahan diperlukan pemahaman yang utuh tentang sumber daya agraria
yang dijadikan bekal dasar bagi mahasiswa untuk memahami fenomena dan keilmuan
tanah. Ilmu yang didapatkan dari Praktik Kerja Lapangan I Pengenalan Bentang Lahan
ini diharapkan dapat diaplikasikan ketika taruna sudah terjun ke dunia kerja.

Anda mungkin juga menyukai