Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNIK PENDUGAAN PRODUKTIVITAS PERAIRAN

Oleh :
Kelompok V

SISCA DWI B0A011038


MAYLANI B0A011033
SONY WICAKSONO B0A012031
DINA SEPTALIA .L B0A012003
ADE PRASETYO B0A012015
CHRISTON MARULI B0A012035

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PROGRAM STUDI D-III PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN
DAN KELAUTAN
PURWOKERTO

2013
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNIK PENDUGAAN PRODUKTIVITAS PERAIRAN

Oleh :
Kelompok V

SISCA DWI B0A011038


MAYLANI B0A011033
SONY WICAKSONO B0A012031
DINA SEPTALIA .L B0A012003
ADE PRASETYO B0A012015
CHRISTON MARULI B0A012035

Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Mengikuti Ujian Akhir Praktikum


Teknik Pendugaan Produktivitas Perairan Program Studi D-III Pengelolaan
Sumberdaya Perikanan dan Kelautan.
Fakultas Biologi
Universitas Jenderal Soedirman
Purwokerto

Menerima dan Menyetujui


Purwokerto, Desember 2013
Mengetahui Dosen
Pengampu Asisten

Agatha Sih Prianti Nur Laila Rahayu


NIP.1896303301 198903 2 002 NIM.B1J010063
I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Dalam mempelajari suatu ekosistem, perlu diketahui sumber energi


ekosistem tersebut. Sumber energi dan arus energi dapat menjamin kelangsungan
hidup organisme yang berada dalam suatu ekosistem tersebut. Semua organisme
memerlukan energi untuk pertumbuhan, pemeliharaan, reproduksi, dan beberapa
spesies untuk lokomotif/ pergerakan. Pengaturan energi pada suatu ekosistem
bergantung pada produktivitas primer. Produktivitas primer adalah laju
penyimpanan energi radiasi matahari oleh organisme produsen dalam bentuk
bahan organik melalui proses fotosintesa oleh fitoplankton. Menurut (Odum, 1971
dalam Widowati, 2004) dalam tropik level suatu perairan, fitoplankton disebut
sebagai produsen utama perairan.
Pada umumnya faktor pemanfaatan suatu perairan antara lain ditentukan
oleh tingkat kesuburan perairan dengan mengukur kelimpahan produsen primer
yang terdapat di perairan tersebut. Keberadaan produsen primer (fitoplankton) di
dalam ekosistem perairan adalah sangat penting, karena dapat menunjang
kelangsungan hidup organisme air lainnya. Produktivitas primer fitoplankton
merupakan salah satu dari sebagian besar sumber penting dalam pembentukan
energi di perairan. Produktivitas primer juga merupakan persediaan makanan
untuk organisme heterotrof, seperti bakteri, jamur dan hewan termasuk ikan.
Produktivitas sekunder yang tinggi dari suatu komunitas tergantung pada
banyaknya produktivitas primer pada komunitas yang bersangkutan.
Produktivitas primer menggambarkan kondisi lingkungan dimana
organisme itu berada. Dengan demikian produktivitas primer sangat penting untuk
menentukan daya dukung lingkungan perairan. Produktivitas primer fitoplankton
merupakan suatu kondisi periran dimana kandungan zat-zat organik yang dapat
dihasilakn oleh fitoplankton dari zat-zat anorganik melalui proses fotosintesis
(Nybakken, 1992). Besarnya produktivitas primer fitoplankton merupakan ukuran
kualitas suatu perairan. Semakin tinggi produktivitas primer fitoplankton suatu
perairan semakin besar pula daya dukungnya bagi kehidupan komunitas
penghuninya, sebaliknya produktivitas primer fitoplankton yang rendah
menunjukkan daya dukung yang rendah pula.
Informasi mengenai produktivitas primer perairan penting diketahui
sehubungan dengan peranannya sebagai penyedia makanan (produser) dalam
ekosistem perairan, serta perannya sebagai pemasok kandungan oksigen terlarut di
perairan (Clark, 1996). Tingkat produktivitas primer suatu perairan memberikan
gambaran apakah suatu perairan cukup produktif dalam menghasilkan biomassa
tumbuhan, terutama fitoplankton, termasuk pasokan oksigen yang dihasilkan dari
proses fotosintesis yang terjadi, sehingga mendukung perkembangan ekosistem
perairan.
Kualitas air suatu perairan dapat dilihat dari parameter fisik dan kimianya
yang sekaligus dapat menjadi ciri pembeda beberapa macam ekosistem dan
menentukan produktifitas perairan tersebut. Perbedaan pada ciri tersebut erat
kaitannya dengan interaksi yang terjadi pada suatu ekosistem perairan. Parameter
fisik yang mempengaruhi produktifitas suatu perairan meliputi : kedalaman,
kecerahan, suhu air, dan TDS. Parameter kimianya meliputi kandungan O2
terlarut, pH, konsentrasi nitrat, total fosfor (TP) dan ortofosfat. Parameter biologi
meliputi : jenis dan kelimpahan fitoplankton serta kandungan klorofil. Hasil
pemantauan secara biologis dapat disajikan dalam bentuk indeks-indeks biologi di
antaranya morphoedaphic,(MEI), Nygaard (IN), Trophic State Index (TSI) dan
trophic index (TRIX).Kondasi perairan yang sudah mengalami penyuburan dapat
menyebabkan proses pengolahan air yang digunakan sebagai bahan baku air
(Suryono, 2006).

I.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui kondisi kualitas air
(faktor fisika, kimia, dan biologi perairan) serta produktifitas perairan kolam di
UPT BBI PANDAK.
II. MATERI DAN METODE

II.1 Materi

2.1.1 Alat

Alat yang digunkana dalam praktikum ini adalah depth sounder, keping
Sechi (Sechi disk) dengan tali yang berskala, termometer Celsius, Cawan penguap
berkapasitas 100 mLdan berdiameter 90 mm yang terbuat dari porselin atau
platina atau silika berkualitas tinggi; Cawan Goch atau alat penyaring lain yang
dilengkapi pengisap(penekan), Oven, Desikator, Neraca analitik, Tanur untuk
pemanasan 550 ± 50oC, Penjepit cawan, Botol Winkler bervolume 250 ml, Labu
erlenmeyer bervolume250 ml, Gelas Ukur 100 ml, Buret dan statif, Corong biuret,
Pipet seukuran (1 ml), Pipet tetes, Kertas pH universal (0-14), Spektrofotometer,
range 190 – 900 nm, lebar celah 0,2-2,0 nm, Neraca analitik, Penangas air dengan
pengatur suhu, Labu ukur 100 mL, 1000 mL, Pipet ukur 10 mL, Pipet ukur 250,
500, 1000 µL, Erlenmeyer 50 mL, Gelas ukur 100 mL, Gelas piala 100 mL dan
250 ml, Spektrofotometer sinar tampak dengan kuvet silica; Labu ukur 50 mL;
250 mL; 500 mL dan 1000 mL; Pipet volumetrik 1 mL; 2 mL; 5 mL; 10 mL dan
50 mL; Pipet ukur 5 mL; Gelas piala 200 mL dan 400 mL; Erlenmeyer 250 mL;
dan Neraca analitik, Spektrofotometer sinar tunggal atau sinar ganda yang
mempunyai kisaran panjang gelombang 190-900 nm dan lebar celah 0,2-2,0 nm,
serta tekah dikalibrasi pada saat digunakan; pH meter yang mempunyai kisaran
pH 0-14, dengan ketelitian 0,1dan telah dikalibrasi pada saat digunakan, Pipet
mikro 100,250,500 dan 1000 µl; Labu ukur 500 dan 1000 ml; Gelas ukur 100 ml;
pipet ukur 10 ml; labu Erlenmeyer 100 dan 250 ml gelas piala 100 ml,
Spektrofotometer,Timbangan analitik, Erlenmeyer 125 mL, Labu ukur 100 mL;
250 ml; dan 1000 mL; Gelas ukur 25 ml dan 50 ml, Pipet ukur 10 ml; Pipet
volumetrik (2 mL; 5 mL; 10 ml; 20 ml; dan 25 ml); Gelas piala 1000 ml; Pipet
tetes, Plankton net no. 25, Lugol, Botol sampel plankton, Pipet, Mikroskop, buku
identifikasi, Tabung reaksi, Sentrifuge, timbangan analitik dengan ketelitian 0,1
mg; gelas ukur; batang pengaduk, beaker glass, saringan, refrigerator,
penjepit;pompa vacuum, botol gelap dan terang, tiang pancang, Tali, Peralatan
titrasi untuk pengukuran oksigen terlarut.

2.1.2 Bahan

Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah Kertas saring ukuran 0,45
μm, Larutan MnSO4, KOH-KI, Na2S2O3 0,025N, H2SO4 pekat, Indikator amilum,
Akuades, Air bebas nitrat, Larutan stok nitrat (keringkan KNO 3 dalam oven 105oC
selama 24 jam. Dilarutkan 0,2718 g ke dalam air dan encerkan menjadi 1000 mL.
1 mL = 100 μg. Tambahkan 2 mL kloroform per liter, larutan ini stabil selama 6
bulan), HCl 1 N (encerkan 36 mL HCl pekat menjadi 360 mL dengan air suling),
Air suling bebas nitrit,Glass wool,Kertas saring bebas nitrit berukuran 0,45
μm,Larutan sulfanilamida, Larutan NED Dihidroklorida. Larutan natrium
oksalat,Na2C2O4 0,05 N,Larutan ferro ammonium sulfat (FAS) 0,05 N,
ammonium klorida NH4Cl; Larutan nessler; Larutan natrium hidroksida 6N;
Larutan Zink sulfat ZnSO4.7H2O; Reagen EDTA, Larutan asam sulfat (H2SO4)
5N ,Larutan kalium antimonil tartrat (K(SbO) C4H4O6.½H2O, Larutan
ammonium molibdat ((NH4)6Mo7O24.4H2OLarutan asam askorbat, C6H8O6 0,1
M, Kalium dihidrogen fosfat anhidrat (KH2PO4),Larutan campuran, Kertas saring
whatman no 1, Kertas saring GF/C atau PTFE atau Millipore 0,45µm, Aluminium
foil, Aseton 85%, MgCO3, Sampel air yang ditempatkan dalam 2 botol winkler
terang dan 1 botol winkler gelap (warna hitam),Sampel air dalam botol terang (1
botol) digunakan untuk pengukuran oksigen inisial ,Sampel air dalam botol terang
lainnya dan sampel air dalam botol gelap digunakan untuk pengukuran oksigen
setelah inkubasi.
II.2 Metode

II.2.1 Pengukuran Kedalaman

1. Secchi disk diturunkan ke dalam badan air sampai tidak terlihat,


kemudiandiukur kedalaman yang didapat sebagai nilai x (dalam m atau
cm)
2. Secchi diskditurunkan ke dalam badan air sampai tidak terlihat, kemudian
diangkat perlahan sampai mulai terlihat lagi, lalu diukur sebagai nilai y.
Besar nilai penetrasi cahaya matahari (kedalaman Secchi disk) dihitung dengan
rumus berikut:
x+ y
Penetrasi cahaya (m) = 2
Keterangan :
X = kedalaman secchi disk ketika mulai tidak terlihat
Y = kedalaman secchi disk ketika mulai terlihat kembali

II.2.2 Pengukuran Suhu Air

1. Pengukuran suhu air dilakukan dengan cara mencelupkan termometer


Celcius ke dalam perairan sekitar satu menit, setelah itu termometer
diangkat kemudian langsung dibaca skalanya.
2. Catat hasil pengukuran suhu dalam buku lapangan

II.2.3 Pengukuran Total Disolved Solid

1. Penimbangan cawan kosong dikerjakan dengan urutan :

1. Panaskan cawan kosong dalam tanur pada suhu 550 ± 50 oC selama 1 jam,
biarkan di dalam tanur hingga hampir dingin.
2. Dinginkan dalam desikator selama 15 menit
3. Timbang dengan neraca analitik
4. Panaskan kembali cawan kosong dalam oven pada suhu 103 – 105 oC
selama 1 jam
5. Dinginkan dalam desikator selama 15 menit
6. Timbang kembali dengan neraca analitik
7. Ulangi langkah (d) sampai (f) hingga diperoleh berat tetap (kehilangan
berat < 4%)
2. Penyaringan contoh dilakukan dengan urutan :

1. Siapkan kertas saring pada lata penyaring


2. Saring contoh sebanyak 50 mL, ambil filtratnya sebanyak 30 mL
kemudian tuangkan ke dalam cawan yang telah diketahui beratnya dan
banyaknya contoh yang diambil disesuaikan dengan kadar residu terlarut
di dalam contoh uji sehingga berat residu terlarut yang diperoleh antara 2,5
mg sampai 200 mg
3. Keringkan di dalam oven pada suhu 103 – 105oC selama 1 jam
4. Dinginkan dalam desikator selama 15 menit
5. Timbang cawan berisi residu terlarut tersebut dengan neraca analitik
6. Ulangi langkah (c) sampai (e) hingga diperoleh berat tetap (kehilangan
berat < 4%)
Kadar TDS dihitung dengan rumus berikut :

B− A
C= x1000 mg/ L
Vol . sampel
Keterangan :
A = berat cawan berisi residu terlarut (mg)
B = berat cawan kosong (mg)
C = TDS (mg/L)

II.2.4 Pengukuran Oksigen terlarut

Pengukuran O2 menggunakan metode Winkler sebagai berikut :


1. Sampel air diambil dengan botol Winkler bervolume 250 ml secara penuh
kemudian ditutup (dimungkinkan untuk tidak ada gelembung udara di
dalam botol).
2. Larutan1 ml MnSO4 dan 1 ml KOH-KI ditambahkan dengan pipet
seukuran, botol ditutup kembali (dimungkinkan untuk tidak ada
gelembung udara di dalam botol).
3. Botol dikocok perlahan sampai larutan MnSO4 dan KOH-KI homogen
dengan air dan kemudian didiamkan + 2 menit atau sampai timbul endapan
berwarna coklat atau setidaknya sampai cairan supernatan berwarna jernih.
4. H2SO4 pekat ditambahkansebanyak 1 ml dengan pipet seukuran dan botol
ditutup kembali. Botol di kocok perlahan atau di bolak-balik sampai semua
endapan menjadi larut dan berwarna coklat kekuningan.
5. Air sejumlah 100 ml dalam botol Winkler dituangkan kedalam gelas ukur
dan dipindahkan kedalam labu Erlenmeyer.
6. Indikator amilum 3-5 tetes ditambahkan sampai berwarna biru tua.
7. Titrasi dengan Na2S2O3 0,025 N. sampai warna biru tersebut hilang/jernih.
8. Volume titran yang digunakan untuk titrasi dicatat dan dimasukkan
kedalam rumus Untuk menghitung kadar oksigen terlarut.
1000
Oksigen terlarut = × p × q × 8 mg/l
100
Keterangan :
p = jumlah Na2S2O3 0,025 N. yang dgunakan dalam titrasi (ml)
q = normalitas larutan (0,025 N.)
8 = bobot setara dengan O2

2.2.5 Pengukuran pH

1. Prosedur Pengukuran (Metode Kolorimetri). Kertas indikator pH diambil


satu stik (lembar) dan dicelupkan ke dalam air.
2. Perubahan warna yang terjadi pada kertas pH dicocokkan dengan warna
standar pada kemasan dan hasilnya dicatat di buku lapangan.

II.2.5 Pengukuran Nitrat

1. Sebanyak 50 mL contoh uji secara duplo dimasukkan ke dalam gelas piala


100 mL, tambahkan 1 mL larutan HCl 1 N. Contoh uji siap diuji.
2. Larutan sampel dibaca absorbansi pada panjang gelombang 220 nm dan
gunakan kurva kalibrasi untuk memperoleh konsentrasi nitrat. Cara
menentukan konsentrasi nitrat dalam cuplikan dengan cara interpolasi
absuorbansi larutan cuplikan kedalam kurva kalibrasi tersebut.

II.2.6 Pengukuran Nitrit

1. Pipet 50 mL contoh uji, masukkan kedalam gelas piala 50 mL.


2. 1 mL larutan sulfanilamida ditambahkan, kocok dan biarkan 2 menit
sampai dengan 8 menit.
3. 1 mL larutan NED dihidrochloridaditambahkan,, kocok biarkan selama 10
menit dan segera lakukan pengukuran (pengukuran tidak boleh dilakukan
lebih dari 2 jam).
4. Baca absorbansinya pada panjang gelombang 543 nm.
II.2.7 Pengukuran Amonia

1. Air sampel diukur 50 ml contoh uji dan masukkan kedalam erlenmeyer.


2. 1 ml larutan ZnSO4.7H2O ditambahkan,
3. 0,4 – 0,5 ml larutan NaOH 6N ditambahkan,kocok hingga terbentuk
endapan
4. Pisahkan endapan dengan cara disentrifus atau disaring
5. filtrate ditampung sebagai benda uji
6. Pipet benda uji 50 ml masukkan dalam Erlenmeyer
7. 1 – 2 tetes reagen EDTA ditambahkan, kocok
8. 2 ml larutan nessler ditambahkan, kemudian kocok dan tunggu hingga
reaksi berlangsung 10 menit
9. Dimasukkan dalam kuvet pada alat spektrofotometer, baca dan catat
serapannya.
II.2.8 Pengukuran Fhospat dan Total P

1. pipet 50 ml larutan kerja dan dimasukkan masing-masing ke dalam


erlenmeyer;
2. 1 tetes indicator fenolftalin ditambahkan. Jika terbentuk warna merah
muda, tambahkan tetes demi tetes H2SO4 5N sampai warna hilang.
3. 8 ml larutan campuran ditambahkan, dan dihomogenkan
4. Kuvet dimasukkan ke dalam alat spektrofotometer, baca dan catat
serapannya pada panjang gelombang 880 nm dalam kisaran waktu antara
10 menit sampai 30 menit;
5. kurva kalibrasi dibuat dan tentukan persamaan garis lurus.
Pengukuran Total P
1. 50 ml sampel diambil , masukkan beaker glass 100 ml
2. 1 ml H2SO4 5N ditambahkan.dan 0,4 gr Kalium Peroksodisulfat
(K2S2O8)
3. Dipanaskan hingga mendidih dan biarkan sampai volume sampel 20 ml
4. Dinginkan, kemudian di tambah 1-2 tetes indicator PP (phenolphthalein)
5. NaOH tetes demi tetes ditambahkan, sampai larutan berwarna merah muda
6. Akuades ditambahkan.sampai volume 50 ml.
7. Lakukan uji fosfat/ortofosfat
Cara uji fosfat/ortofosfat
1. 8 ml larutan campuranditambahkan, dan dihomogenkan;
2. Dimasukkan ke dalam kuvet pada alat spektrofotometer, baca dan catat
serapannya pada panjang gelombang 880 nm dalam kisaran waktu antara
10 menit sampai 30 menit.
Kadar fosfat (mg P/L) = C x fp

Keterangan :
C = kadar yang diperoleh dari hasil pengukuran (mg/L);
fp = faktor pengenceran

II.2.9 Pengukuran Jenis dan kelimpahan plankton

1. Pengumpulan sampel fitoplankton secara kualitatif dilakukan dengan cara


menarik jala plankton, baik secara horisontal maupun vertikal. Umumnya,
hal ini dilakukan pada perairan menggenang (lentic).Pengumpulan sampel
plankton Secara kuantitatif dilakukan dengan cara menyaring air suatu
perairan yang akan diteliti sebanyak 10/20/40/60/80/100 liter (hal ini
tergantung dari badan air suatu perairan, kondisi lingkungan, atau
homogenitas) dengan menggunakan jala plankton.
2. Sampelplankton yang tertampung dalam jala plankton tersebut diambil
secara hati-hati (perlu diperhatikan bahwa air yang akan disaring atau
dituangkan ke dalam jala plankton diusahakan agar air tidak menyentuh
langsung dinding jala plankton tersebut dan dipindahkan ke dalam botol
sampel.
3. Larutan formalin 40% diberi sampai konsentrasinya menjadi 4%, serta
ditambahan 2 tetes larutan lugol atau 2 tetes larutan CuSO4 jenuh untuk
menguatkan warna plankton agar tidak pudar. Penentuan jumlah formalin
yang dibutuhkan menurut aturan: V1N1 = V2N2, dimana N1 = kadar formalin
yang dikehendaki (4%), N2 = kadar formalin yang tersedia (40%), V1 =
volume air dalam botol sampel (25 ml), V2 = volume formalin yang
dibutuhkan.
Pengamatan fitoplankton :

Metode Lackey Drop Microtransec Counting


1. Pertama-tama sampel fitoplankton yang diperoleh tersebut dihomogenkan
terlebih dahulu sebelum diamati.
2. Kemudian dengan bantuan pipet tetes, ambil setetes sampel fitoplankton
tersebut dan teteskan di atas objek gelas, serta tutup dengan cover gelas.
3. Pengamatan dilakukan menggunakan mikroskop binokuler dan masing-
masing spesies yang ditemukan dihitung dan diberi nama.
4. Untuk menghitung kelimpahan fitoplankton digunakan mikroskop dengan
perbesaran 100 x dan untuk identifikasi digunakan perbesaran 400x.
5. Pengamatan dilakukan sebanyak 20 lapang dengan 3 x ulangan pada tiap
sampel.
6. Jumlah fitoplankton yang ditemukan dimasukkan dalam rumus kelimpahan
untuk mendapatkan kelimpahannya (individu per liter) dan masing-masing
diklasifikasikan atau dikelompokkan berdasarkan taksonominya
menggunakan buku identifikasi.
Perhitungan Kelimpahan fitoplankton
Kelimpahanper liter = F x N
Keterangan :
Q1 V1 1 1
  
Q 2 V2 p w
F=

N = jumlah plankter rataan pada setiap preparat,


Q1 = luas gelas penutup 18 x 18 (324 mm2),
Q2 = luas lapang pandang (1,11279 mm2),
V1 = volume air dalam botol penampung (25 ml),
V2 = volume air di bawah gelas penutup (0,05 ml),
p = jumlah lapang pandang yang diamati (20 kali),
w = volume air yang disaring (60 liter).

II.2.10 Pengukuran Chlorofil


1. Sampel/contoh uji disimpan dalam wadah gelas atau botol plastik
polietilen atau yang setara yang gelap dan tidak tembus cahaya.
Pengawetan sampel dilakukan penyimpanan pada suhu 4ºC, untuk
meminimalkan dekomposisi klorofil karena proses fotosintesis.
2. Lakukan penyaringan dengan peralatan vakum.
3. Aduk contoh uji untuk memperoleh contoh uji yang lebih homogen.
4. Ukur contoh uji dengan volume tertentu.
5. Lakukan penyaringan dengan vakum. Pindahkan kertas saring secara
hati-hati dari peralatan penyaring dan pindahkan ke beaker glass.
6. Tambahkan sedikit demi sedikit campuran Aseton-MgCO3 untuk
melarutkan residu yang ada di kertas saring hingga volume akhir
ekstrak 10 ml.
7. Pindahkan ekstrak ke dalam tabung reaksi dan tutup rapat dengan
aluminium foil.
8. Disimpan dalam ruang gelap selama 1 jam dilanjutkan dengan
sentrifuge atau disimpan dalam refrigerator selama 24 jam.
9. Pisahkan bagian yang bening dan endapannya dengan hati-hati.
10. Baca absorbansinya pada panjang gelombang 664nm dan 750 nm.
11. Tambahkan 0,1 ml HCl 0,1 N, kemudian baca absorbansinya pada
panjang gelombang 665nm dan 750 nm.
26,7 (664 – 665) x V1
Klorofil-a (mg/m3) = ---------------------------------------
V3 x L
Keterangan :
V1 = volume ekstrak;
V3 = volume sampel, m3.
L = panjang atau lebar kuvet, cm
664 dan 665 = absorbansi pada panjang gelombang 664 dan 665

II.2.11 Pengukuran Produktivitas Primer dengan Metode Gelap-Terang

1. dilakukan pengambilan sampel air menggunakan water sampler dan


ditempatkan di dalam botol terang volume 250 ml untuk pengukuran
oksigen initial. Kandungan oksigen terlarut dari botol inisial diukur pada
saat akan dilakukan inkubasi
2. Botol terang dan botol gelap yang telah berisi air sampel ditempatkan pada
kolom air kedalaman sekitar 20 cm dengan cara digantung sedemikian
rupa menggunakan tali yang diikatkan pada tiang pancang dan
diinkubasikan selama 4 jam. Waktu inkubasi dilakukan didasarkan pada
saat sinar matahari optimal (sekitar jam 10.00 – 14.00).
3. Setelah dilakukan inkubasi, kemudian dilakukan pengukuran kandungan
oksigen botol terang dan botol gelap.
Rumus jumlah oksigen yang dihasilkan atau dibutuhkan pada saat proses
fotosintesis/ respirasi dapat dirumuskan sebagai berikut (Wetzel dan Likens
1991).

NPP =

Keterangan:
NPP : Net Primary Productivity (mgO2/l/jam)
R : Respirasi dan dekomposisi (mgO2/l/jam)
GPP : Gross Primary Productivity (mgO2/l/jam)
L : konsentrasi oksigen dalam botol terang (mgO2/l)
D : konsentrasi oksigen pada botol gelap (mgO2/l)
I : konsentrasi oksigen pada botol inisial (mgO2/l)
t : lama inkubasi (jam)
Perhitungan produktivitas primer fitoplankton dilakukan menurut rumus :

GPP

NPP

Keterangan :
GPP = Produksi Primer Kotor
NPP = Produksi Primer Bersih
0,375 = Faktor konversi dari oksigen ke karbon (12/32)
LB = Botol terang (Light bottle), Kandungan O2 pada botol terang
setelah inkubasi
DB = Botol gelap (Dark bottle), Kandungan O2 pada botol gelap
setelah inkubasi
IB = Kandungan O2 awal sebelum inkubasi
PQ = Photosynthesis Quotient (1,2)
N = Lama inkubasi

2.2.12 Pengukuran Metode Morphoedaphic Index (MEI)

1. Dilakukan pengukuran kedalaman perairan


2. Dilakukan pengukuran TDS
3. Data kedalaman dan TDS perairan digunakan untuk perhitungan MEI

Perhitungan MEI ditunjukkan sebagai berikut :

Persamaan yang digunakan dalam pendugaan produksi ikan dirumuskan


sebagai berikut
Log Y = 0,05Tm + 0,28 log MEI + 0,236
Keterangan :
Y = produksi ikan (kg/ha/tahun)
Tm = suhu rata-rata
MEI = Morphoedaphic index

2.2.13 Pengukuran Metode Nygaard

1. Mengambil sampel fitoplankton di perairan


2. Mengidentifikasi jenis-jenis fitoplankton
3. Mengklasifikasikan jenis-jenis fitoplankton sesuai dengan golongan
fitoplankton yang dibutuhkan dalam penentuan indeks Nygaard (klas
Myxophyceae /Cyanophyceae, ordo Chlorococcales, ordo Centric Diatom,
divisi Euglenophyceae, dan kelas Desmidiaceae).

Jumlah jenis Myxophyceae + Chlorococcales + Centric Diatom +


Euglenophyta
IN =
-------------------------------------------------------------------------------------------
Jumlah jenis Desmidiaceae
Keterangan :

Nilai Indeks gabungan kurang dari 1 (IN<1 ) menunjukkan bahwa perairan


tergolong oligotrof. Bila nilai indeks tersebut berkisar antara 1 – 2,5 mesotrof.
Bila indeks In > 2,5 maka perairan eutrof.

2.2.14 Pengukuran Trophic State Index (TSI)

- Melakukan pengukuran parameter TP, chlorofil, dan secchi disk


- Menghitung TSI masing-masing parameter yang dibutuhkan untuk
penilaian status kesuburan perairan menggunakan rumus sebagai berikut :

TSI -SD

TSI –Chl-a

TSI - TP

Rata-rata TSI

Keterangan :
SD = Secchi Disk TSI –SD = nilai TSI untuk Secchi disk
Chl-a = Chlorophyl a TSI –Chl-a = nilai TSI untuk chlorophyl
TP = Total fosfat TSI – TP = nilai TSI untuk TP
Data hasil perhitungan indeks TSI dekelompokkan seperti pada Tabel 2
sehingga diperoleh status kesuburan perairan berdasarkan parameter-parameter
tersebut :
Tabel 2. Status kesuburan perairan berdasarkan TSI

2.2.15 Pengukuran Trophic Index (TRIX)

1. Mengukur konsentrasi kecerahan, NO3, NO2, NH3, klorofil-a dan PO4


2. Menghitung TRIX menggunakan data hasil pengukuran 4 parameter
3. Sebagai pedoman batas atas dan batas bawah digunakan kriteria status
trofik berdasarkan KepmenLH No.28 Th 2009

Tabel 3. Batas nilai masing-masing parameter untuk menentukan status trofik


(KepmenLH No.28 Th 2009) :

Status trofik Total N Total P Klorofil-a Kecerahan


Oligotrof > 650 < 10 < 2,0 >10
Mesotrof > 750 < 30 < 5,0 > 4
Autotrof > 1900 < 100 < 1,5 > 2,5
Hipereutrof > 1900 > 100 >200 < 2,5
Adapun formula yang digunakan adalah :

Keterangan :
k : scaling factor (10)
n : jumlah parameter (4)
U : batas atas (upper)
L : batas bawah (lower)
M : nilai rataan parameter
Dalam TRIX diukur dengan skala 0-10, semakin besar nilai indeks
tersebut semakin tinggi tingkat eutrofikasi pada perairan tersebut.Nilai mendekati
10 menunjukan eutrofikasi yang kuat.
TRIX < 2 : oligotrofik
2 ≤ TRIX < 4 : mesotrofik
4 ≤ TRIX < 6 : eutrofik
TRIX ≥ 6 : hipereutrofik

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


III.1 Hasil

Hasil- hasil yang diperoleh dari praktikum ini adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1.1Pengukuran Parameter Fisika dan Kimia

Analisis Hasil
Parameter Fisika
1. Kecerahan 43 cm
2. Suhu perairan 29oC
3. Kedalaman 0,5 m
4. TDS 3,33 mg/L
II. Parameter Kimia
1. DO 2,6 mg/l
2. pH 7
3. Nitrat 0,5180
4. Nitrit 0,0185
5. Ammonia 1,2298
6. Phospat
7. Total P 0,1787

Tabel 3.1.2 Pengukuran Biologi Jenis dan Kelimpahan Plankton di Kolam


Kelimpahan
No Jenis Plankton U1 U2 U3
(indv/L)
1 Synechocyate 1 - - 105,69108
aquatilia
2 Glenodinium sp. - 1 - 105,69108
3 Pediasterum duplex - - 1 105,69108
TOTAL 1 1 1 317,07324 3
Rata-rata 0,33 0,33 0,33 105,69108 0,33

Tabel 3.1.3Hasil Analisis Produktifitas Perairan dan Tingkat Produktifitas


Perairan

No. Kelimpahan dan Hasil Tingkat


Indeks Produktivitas/Status
Kesuburan
1. Kelimpahan 105,69108 Oligotrofik
fitoplankton
2. Klorofil-a 4,5771429 Oligotrofik
mg/m3
3. Produktifitas 0,28 Oligotrofik
Primer mg/C/jam
4. MEI 6,66
5. Indeks Nygaard - -
6. TSI 29,4 Oligotrofik
7. TRIX 12,5 Hipereutrofik

Gambar 1 Gambar 2
Gambar 3
Pengukuran Suhu Pengambilan Sampel
Pengambilan Sampel
Air
Plankton

Gambar 4Perlakuan Gambar 5 Sampel Botol


untuk mengukur DO Gelap dan Terang
inisial

Gambar 7 Penambahan
MnSo4 1 ml
Gambar 8 Penambahan KOH-KI Gambar 9 Penambahan H2SO4

Gambar 11 Hasi titrasi dengan


Gambar 10 Penambahan indikator
Na2S2O3 pada botol terang amilum pada botol terang

Gambar 13 Hasi titrasi


Gambar 12 Penambahan dengan Na2S2O3 pada botol
Indikator amilum pada botol gelap
gelap
Gambar 14 Penyaringan Klorofil Gambar Gambar 17 Pengukuran Klorofil-a
15

Gambar 16 Sampel
nitran nitrit amonia Gambar 18
dan phospat Gambar 19 Gambar 20
Synechocyatie Glenodinium sp. Pediastrum duplex
aquatilia

Penyaringan air sampel


Gambar 21 Pembungkusan klorofil
dengan alumunium foil

Gambar 22 Pengukuran nitrit,nitrat dan phospat setelah di perlakuan

Gambar 23 Pengukuran Amonia


setelah di perlakuan

III.2 Pembahasan

III.2.1 Pengukuran Parameter Fisika,Kimia,dan Biologi

Pengukuran dilakukan pada kolam di BBI Pandak ,dari hasil yang


ditemukan bahwa parameter fisika yang meliputi suhu perairan adalah 29oC,Jika
di bandingkan dengan baku mutu air sesuai dengan peruntukannya,berdasarkan
Perda Prov Jatim No 2 tahun 2008. Kecerahan perairan adalah 43 cm dan
kedalaman kolam adalah 0,5 meter.Pada perairan memiliki total suspended solid
sebesar 3,33 mg/l,sesuai dengan baku mutu perairan kelas III PP No.28 tahun
2001 TDS adalah 1000 mg/l (Zahra,2012).
Pengukuran pada parameter kimia yaitu oksigen yang terkandung dalam air
kolam sebesar 2,6 mg/l,masih sesuai dengan standar baku mutu perairan KelasIII
berdasarkan Perda Prov Jatim No2 tahun 2008 sebesar 3 mg/l.pH yang terdapat di
air sebesar 7 masih kondisi netral.Nitrat yang terkandung sebesar 0,5180 masih
dibawah batas baku mutu perairan sebesar 3 mg/l.Nitrit yang terkandung adalah
0,0185 dibawah batas baku mutu sebesar 0,6 mg/l dan amonia sebesar 1,2298
masih sesuai dengan standar baku mutu yaitu 5 mg/l dan yang terakhir adalah
total P sebesar 0,1787, jika dibandingkan dengan baku mutu kualitas air maka
sesuai dengan untuk dengan peruntukannya Golongan III.
Pengukuran biologi yaitu menghitung kelimpahan plankton,plankton yang
ditemukan adalah, Synechocyate aquatilia,Glenodinium sp.,Pediasterum duplex.
Klasifikasi Glenodinium sp menurut Odum (1971):
Kingdom : Plantae
Divisi : Pyrrophycophyta
Kelas : Dinophyceae
Ordo : Peridiniales
Genus : Glenodiniaceae
Spesies : Glenodinium sp.
Klasifikasi Pediasterum duplex menurut Odum (1971):
Kingdom : Plantae
Division : Chlorophyta
Class : Chlorophyceae
Order : Chlorococcales
Family : Hydrodictyaceae
Genus : Pediastrum
Species : P. Duplex
Klasifikasi Synechocyate aquatilia menurut Odum (1971):
Kingdom : Bacteria
Filum : Cyanobacteria
Order : Chroococcales
Genus : Synechocytis
Species : Synechocyate aquatilia
Kelimpahan plankton yang diperoleh adalah 10569,108 ind/liter dan
kandungan klorofil –a nya adalah 27914,67 mg/m 3 pada perairan kolam. Menurut
Hatta (2002) dalam Odum (1971) nilai klorofil di permukaan dikelompokkan
rendah, sedang, dan tinggi dengan kandungan klorofil a secara berturut-turut
rendah (<0.07 mg/m3), sedang (0.07 mg/m3 – 0.14 mg/m3), dan tinggi (> 0.14
mg/m3). Kaitannya dengan status trofik di perairan air tawar, menurut Adi dan
Ryding (1980) dalam Sumawidjaya (1974) membagi status trofik menjadi empat
yaitu oligotrofik dengan kandungan klorofil kurang dari 3μg/L, mesotrofik dengna
kandungan klorofil 3 – 7μg/L, eutrofik 7 – 40 μg/L, dan hyper eutrofik dengan
kandungan klorofil di atas 40 μg/L.
III.2.2 Pengukuran Produktifitas perairan

Produktivitas perairan menggambarkan kemampuan suatu perairan dalam


menghasilkan produksi hayati per satuan area atau wilayah tertentu. Produktivitas
primer dalam suatu perairan dapat digunakan untuk menggambarkan tingkat
kesuburannya (Odum, 1971). Produktivitas primer atau laju proses fotosintesis
fitoplankton ini merupakan salah satu dari sebagaian besar sumber penting dalam
pemasukan energi di ekosistem perairan.
Berdasarkan praktikum diperoleh nilai produktivitas perairan kolam
adalah 0,28 mg/C/jam. Sumawidjaya (1974) menyatakan bahwa dalam penentuan
produktivitas primer salah satunya dengan metode botol gelap dan terang. Pada
prinsipnya didalam botol gelap hanya terjadi respirasi, sehingga secara tidak
langsung kandungan O2 terlarut dalam botol terang lebih tinggi. Sedangkan
kandungan O2terlarut dalam suatu perairan sangat dibutuhkan untuk kelangsungan
hidup biota peraira. Soeseno (2001) menyatakan bahwa kandungan O 2 terlarut
dalam suatu perairan minimal 2 ppm. Berdasarkan data di atas dapat diartikan
bahwa kolam ikan termasuk golongan oligotrofik yaitu perairan yang memiliki
tingkat kesuburan sedang karena memiliki nilai produktivitas primer < 200
mgC/m3/hari.
Menurut Welch (1952), produktivitas perairan dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu kelimpahan plankton dan makrobenthos yang ada, penetrasi
cahaya kedalam badan perairan, kedalaman kolam, kekeruhan dan kandungan zat-
zat terlarut misalnya karbondioksida, oksigen terlarut dan pH air. Semakin tinggi
penetrasi cahaya matahari masuk ke dalam badan perairan maka tingkat
produktivitas primer suatu perairan akan semakin tinggi, karena cahaya matahari
dapat mencapai dasar perairan sehingga proses fotosintesis dapat berjalan secara
optimal (Odum, 1971).

III.2.3 Pemgukuran Tingkat produktifitas Perairan atau Status

Kesuburan

Tingkat trofik suatu perairan digunakan untuk menyatakan status nutrien


suatu badan air dan mencerminkan kesuburan perairan tersebut. Secara alamiah
kandungan nutrien (N dan P) akan bertambah besar (terakumulasi) sejalan dengan
bertambahnya umur ekosistem danau dan waduk yang dinyatakan sebagai status
trofik perairan tersebut. Perairan oligotrofik mempunyai kandungan nutrien yang
rendah dan ditinjau dari pertumbuhan organismenya tergolong perairan yang tidak
produktif. Perairan eutrofik merupakan perairan yang kaya kandungan nutriennya
dan sangat produktif. Penilaian kualitas air suatu perairan dapat dilakukan dengan
menggunakan indeks. Selama ini untuk mengukur kualitas perairan umumnya
dilakukan secara parsial berdasarkan parameter secara fisika dan kimiawi dan
dibandingkan dengan baku mutu yang dipersyakatkan. Pemantauan kualitas air
secara biologis telah lama dikembangkan di Inggris. Cara pemantauan ini
berkembang karena beberapa keuntungan dibandingkan dengan pemantauan
secara fisika dan kimiawi. Pemantauan secara biologis akan memberikan hasil
yang lebih akurat tentang gambaran kualitas air, secara teknik lebih mudah
dioperasikan dan lebih murah biayanya. Pada dasarnya penggunaan data biologis
dalam monitoring kualitas air suatu perairan diharapkan lebih menggambarkan
kondisi yang sebenarnya. Beberapa jenis metode biologis yang digunakan dalam
monitoring kualitas air suatu perairan umumnya menggunakan parameter biologis
yang diformulasikan dalam bentuk indeks biologis. Hasil pemantauan secara
biologis dapat disajikan dalam bentuk indeks-indeks biologi di antaranya
morphoedaphic,(MEI), Nygaard (IN), Trophic State Index (TSI) dan trophic index
(TRIX).Kondasi perairan yang sudah mengalami penyuburan dapat menyebabkan
proses pengolahan air yang digunakan sebagai bahan baku air (Suryono,2006).
Morfoedaphic index (MEI) merupakan salah satu pendekatan yang dapat
dilakukan untuk mengetahui produktivitas suatu perairan. Salah satu cara untuk
mendapatkan nilai MEI di suatu perairan yaitu dengan melihat rasio antara TDS
(mg/l) dengan kedalaman rata-rata (m). Perhitungan indeks Nygaard (IN) tersebut
didasarkan pada komposisi jumlah jenis fitoplankton. Tingkat kesuburan perairan
dihitung berdasarkan beberapa parameter yang sangat berpengaruh terhadap
kesuburan sesuai dengan perhitungan trophic state index (TSI) yang dikemukan
oleh Carlson (1977). TSI didasarkan pada tiga parameter yaitu konsentrasi total
fosfat (TSI-P), konsentrasi klorofil-a (TSI chlorofil-a) dan nilai kedalaman secchi
disk (TSI-SD). Trix adalah suatu indeks yang digunakan untuk memantau tingkat
eutrofikasi dari suatu perairan, baik perairan tawar maupun laut.
Berdasarkan dari data yang diperoleh bahwa nilai indeks MEI adalaah
0,626, Hasil perhitungan Indeks IN adalah 0 karena indeks tidak dapat digunakan
, indeks TSI adalah -120 maka tergolong oligotrof karena kurang dari 30-40, dan
untuk indeks TRIX adalah 12,5,karena faktor yang mempengaruhi nilai TRIX
memiliki nilai yang rendah.

IV. KESIMPULAN

1. Produktifitas Primer yang terdapat pada perairan adalah 0,28 mg/C/jam.


2. Status Kesuburan yang dimiliki perairan kolam adalah Oligotrofik.
Berdasarkan hasil perhitungna Indeks kesuburan,Produktivitas primer dan
kelimpahan plankton yang rendah.
DAFTAR PUSTAKA

Ali ,A,.2013.Kajian Kualitas Air Dan Status Mutu Air Sungai Metro Dikecamatan
Sukun Kota Malang.Universitas Brawijaya.Malang.
Ma’rifatin, Z. 2012.Analisis Kualitas Air Dikawasan Wiasata Alam Bunga Tujuh
Kota Dumai Riau. Universitas Sumatra Utara
Odum, E. P. 1971. Fundamental of Ecology.Third edition.WB.Sonderao. Co,
Philadelphia.
PEMDA JATIM. 2008. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 2 Tahun
2008 tentang PengelolaanKualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Timur, Surabaya.
Soeseno, 2001. Pemeliharaan Ikan Dipekarangan. Kanisius, Yogyakarta.
Sumawidjaya, 1974. Limnologi. Fakultas Perikanan Menengah , Bogor
Suryono, T., 2006.Tingkat Kesuburan Perairan Danau Singkarak, Padang,
Sumatra. Makalah Seminar Nasional Limnologi “Pengelolaan perairan
darat secara terpadu”. October 2007. Jakarta
Susanti.I.T .2012. Status trofik waduk Manggar Kota Balikpapan dan Strategi
Pengelolaannya.Universitas Diponegoro.Semarang.
Welch, E. B. 1952. EcologicalEffectof Water Applied Limnology and Pollutant
Effect. E & FN SPON, New York.

LAMPIRAN

DATA LAPANGAN :

Tabel 3.1.1Pengukuran Parameter Fisika dan Kimia

Analisis Hasil
III. Parameter Fisika
1. Kecerahan 43 cm
2. Suhu perairan 29oC
3. Kedalaman 0,5 m
4. TDS 3,33 mg/L
IV. Parameter Kimia
1. DO 2,6 mg/l
2. pH 7
3. Nitrat 0,5180
4. Nitrit 0,0185
5. Ammonia 1,2298
6. Phospat
7. Total P 0,1787

Tabel 3.1.2 Pengukuran Biologi Jenis dan Kelimpahan Plankton di Kolam


Kelimpahan
No Jenis Plankton U1 U2 U3
(indv/L)
1 Synechocyate 1 - - 105,69108
aquatilia
2 Glenodinium sp. - 1 - 105,69108
3 Pediasterum duplex - - 1 105,69108
TOTAL 1 1 1 317,07324 3
Rata-rata 0,33 0,33 0,33 105,69108 0,33

Tabel 3.1.3Hasil Analisis Produktifitas Perairan dan Tingkat Produktifitas


Perairan

No. Kelimpahan dan Hasil Tingkat


Indeks Produktivitas/Status
Kesuburan
1. Kelimpahan 105,69108 Oligotrofik
fitoplankton
2. Klorofil-a 4,5771429 Oligotrofik
mg/m3
3. Produktifitas 0,28 Oligotrofik
Primer mg/C/jam
4. MEI 0,626
5. Indeks Nygaard - -
6. TSI 29,4 Oligotrofik
7. TRIX 12,5 Hipereutrofik

PERHITUNGAN :
x+ y
(m) = 2
Penetrasi cahaya

= 54+32= 43 m

Kadar TDS:
B− A
C= x1000 mg/ L
Vol . sampel
= 0,236290-0,236196 x 1000 mg/L
0,03
= 0,0001x 1000 mg/L
0,03
=3,33mg/L

1000
Oksigen terlarut = × p × q × 8 mg/l= 1000 x 1,3 x 0,025 x 8
100
100
= 13 x 0,025 x 8 = 2,6 mg/L
Kadar fosfat (mg P/L) = C x fp
Kadar Total P
Abs = 0,202, 0,1787 ppm
Kadar Nitrat
ABS = 0,157, 0,5180 ppm
Kadar Nitrit
BS = 0,026 , 0,0185 ppm
Kadar Amonia
ABS = 0,280 , 1,2298 ppm
Perhitungan Kelimpahan fitoplankton
Kelimpahanper liter = F x N = 3/6x 211,38216 = 105,69108 individu/l
Q1 V1 1 1
  
Q 2 V2 p w
F=
F = 324 x 110 x 1 x 1 = 211,38216
1,11279 0,05 3 100

Pengukuran Klorofil-a :
26,7 (664 – 665) x V1
Klorofil-a (mg/m3) = ------------------------------------
V3 x L
=26,7 ( 0,195-0,141) x 0,01
0,00105 x 3
= 26,7 . 0,054 x 0,01
0,00315
= 0,014418
0,00315
= 4,5771429 mg/m3
Abs = 0,209 ( sebelum 664 nm )
Abs = 0,014 ( sebelum hcl 750 nm )
Abs = 0,013 ( sesudah HCL 665 nm )
Pengukuran produktivitas primer
Metode Gelap-Terang
DO Botol terang = 1000x 3,7x0,025x8 = 7,4 mg/L
100

DO Botol Gelap = 1000x 1x0,025x8 = 2 mg/L


100

NPP =

NPP = 7,4 – 2,6 = 0,8 mgO2/l/jam


6
R = 2,6 – 2 = 0,1 mgO2/l/jam
6
GPP = 7,4 –2 = 0,9 mgO2/l/jam
6
Perhitungan produktivitas primer fitoplankton dilakukan menurut rumus :
GPP
NPP

NPP = 0,375 ( 2,7 – 2,6 ) = 0,375 x 5,4


6 . 1,2 7,2
= 0,375 . 0,75
= 0,28 mgC/l/jam

GPP = 0,375 (7,4- 2,6 ) = 0,375 x 4,8


6 . 1,2 7,2
= 0,25 mgC/l/jam
Perhitungan Indeks MEI

MEI = 3,33= 6,66


0,5

Persamaan yang digunakan dalam pendugaan produksi ikan dirumuskan sebagai


berikut
Log Y = 0,05Tm + 0,28 log MEI + 0,236
Log y = 0,05 . 29 + 0,28 log 0,626 + 0,236
= 1,4 + 0,28 = 0,20 + 0,236
= 1,4 – 0,056 + 0,236
Log y = 1,58
Y = 39 kg/ha/tahun
Perhitungan Indeks Nygaard
Jumlah jenis Myxophyceae + Chlorococcales + Centric Diatom +
Euglenophyta
IN = ---------------------------------------------------------------------------------------
Jumlah jenis Desmidiaceae

Pengukuran Trophic State Index (TSI)


TSI -SD

TSI –Chl-a

TSI - TP

Rata-rata TSI

TSI - SD = 10 ( 6 – 3,76 )
0,69
= 10 ( 6 – 5,44 )
= 10 . 0,56
= 5,6 m
TSI – CHL-a =10 ( 6 – 2,04 – 0,68 . 4,5771429)
0,69
=10 ( 6 – 2,04 – 1,034)
0,69
=10 ( 6 –0,54)
=10 x 5,46= 54,6 mg/m3
TSI – TP= 10 ( 6 – 3,87 ) = 10 ( 6 – 2,25 )
1,72 0,69
0,69
= 10 ( 6 – 3,2 )
= 10 x(2,8)
= 28 mg/m3
Rata-rata TSI = (5,6+54,6 +28) = 29,4
3

Pengukuran indeks TRIX


Adapun formula yang digunakan adalah :

= 10 ( Log Mtn-Log 650) + ( Log Mtp-Log 10) + ( Log MChlo-Log 2) +


4 Log 1900-Log 650 Log 100-Log 10 Log 200-Log 2
( Log Mkc-Log 10)
Log 2,5-Log 10
= 10 ( Log 1766,3-Log 650) + ( Log 178,7-Log 10) + ( Log 4577,142-Log 2) +
4 Log 1900-Log 650 Log 100-Log 10 Log 200-Log 2
( Log 0,48-Log 10)
Log 2,5-Log 10
= 10 ( 3,24-2,81) + ( 2,25-1) + ( 3,66-0,30) +
4 3,27-2,81 2-1 2,30-0,30
( -0,36-1)
2-1
= 10 (0,930+1,25+0,625+2,22) = 10 x5,025= 12,5
4 4

Anda mungkin juga menyukai