Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI TUMBUHAN

ASOSIASI INTERSPESIFIK

Oleh:
1. Firdha Khadifa (3415091335)
2. Nur Baeti Rakhmawati (3415092315)
3. Prihastuti (3415092302)
4. Rezki Yuniarto (3415092316)
5. Ria Tri Lestari (3415092311)
6. Rizky malihah (3415092304)
7. Wiwit Y. Lestari (3415092312)

Pendidikan Biologi Reguler 2009

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2012
BAB 1
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Di alam organisme tidak hidup sendirian tetapi berdampingan dan saling berinteraksi
dengan organisme yang lainnya. Begitupun yang terjadi terhadap tumbuhan, interaksi ini
bisa terjadi antara tumbuhan yang sejenis ataupun tidak sejenis. Demikian juga interaksi
yang terjadi antar setiap organisme dengan lingkungannya merupakan proses yang tidak
sederhana melainkan suatu proses yang kompleks. Karena didalam lingkungan hidup
terdapat banyak komponen yang disebut komponen lingkungan (Soemarwoto, 1983).
Interaksi yang terjadi antara organisme-organisme tersebut dapat bersifat positif-positif,
positif-netral, positif-negatif, netral-netral, dan negatif- negatif. Namun dalam praktikum ini
yang diteliti adalah kompetisi yang terjadi antara tanaman jagung dan kacang hijau.
Kompetisi tersebut dapat berbentuk perebutan sumber daya yang terbatas (resource
competition) atau saling menyakiti antar indifidu yang sejenis dengan kekuatan fisik
(interference competition). Kompetisi yang terjadi antara individu sejenis disebut sebagai
kompetisi intraspesifik sedangakan interaksi antara individu yang tidak sejenis disebut
interaksi interspesifik
Berdasarkan konsep dasar pengetahuan ekologi, komponen lingkungan yang
dimaksud tersebut juga dinamakan komponen ekologi karena setiap komponen lingkungan
tidak berdiri sendiri, melainkan selalu berhubungan dan saling memengaruhi baik secara
langsung maupun tidak langsung (Odum, 1993).
Makhluk hidup dalam mempertahankan hidupnya memerlukan komponen lain yang
terdapat dilingkungannya. Misalnya udara dan air yang sangat mereka perlukan untuk
bernafas dan minum dan kebutuhan lainnya. Seperti oksigen yang dihirup oleh hewan dari
udara untuk pernafasan, sebagian beasr berasal dari tumbuhan yang melakukan proses
fotosintesis. Sebaliknya, karbondioksida yang dihasilkan dari pernapasan oleh hewan
digunakan oleh tumbuhan untuk proses fotosintesis. Proses fotosintesis yang terjadi pada
tumbuhan selain memanfaatkan karbondioksida, juga memerlukan bahan-bahan lainnya
yang diperlukan oleh tumbuhan untuk proses tumbuh dan berkembang. Seperti energi dari
radiasi matahari, air dan zat-zat hara.
Suatu komunitas yang terbentuk atas banyak spesies, sebagian diantaranya akan
dipengaruhi oleh kehadiran atau ketidakhadiran anggota spesies lain dari komunitas
tersebut. Seringkali dua atau lebih spesies berinteraksi. Interaksi tersebut bisa positif
(menguntungkan kedua pihak) atau negatif (merugikan bagi salah satu). Untuk itulah pada
praktikum ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kedekatan(asosiasi) antar Spesies Poaceae
1 dan Spesies Poaceae 2 dengan metode pengukuran. Dengan pengukuran ini akan diketahui
batas hubungan interspesifik antara Spesies Poaceae 1 dengan Spesies Poaceae 2.
I.2. Tujuan
1. Untuk mempelajari persaingan interspesifik yang terjadi antara spesies
tumbuhan yang berbeda.
2. Mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi asosiasi interspesifik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Kompetisi
Kompetisi adalah interaksi antar individu yang muncul akibat kesamaan kebutuhan
akan sumberdaya yang bersifat terbatas, sehingga membatasi kemampuan bertahan
(survival), pertumbuhan dan reproduksi individu penyaing (Begon et al,1990), sedangkan
Kartawinata (1986) kompetisi didefinisikan sebagai interaksi antar individu yang berakibat
pada pengurangan kemampuan hidup mereka. Kompetisi dapat terjadi antar individu
(intraspesifik) dan antar individu pada satu spesies yang sama atau interspesifik (Naughton.
1998).
Kompetisi dapat didefenisikan sebagai salah satu bentuk interaksi antar tumbuhan
yang saling memperebutkan sumber daya alam yang tersedia terbatas pada lahan dan waktu
sama yang menimbulkan dampak negatif terhadap pertumbuhan dan hasil salah satu
spesies tumbuhan atau lebih. Sumber daya alam tersebut, contohnya air, hara, cahaya, CO2,
dan ruang tumbuh (Kastono,2005).
Definisi kompetisi sebagai interaksi antara dua atau banyak individu apabila (1) suplai
sumber yang diperlukan terbatas, dalam hubungannya dengan permintaan organisme atau
(2) kualitas sumber bervariasi dan permintaan terhadap sumber yang berkualitas tinggi lebih
banyak. Organisme mungkin bersaing jika masing-masing berusaha untuk mencapai sumber
yang paling baik di sepanjang gradien kualitas atau apabila dua individu mencoba
menempati tempat yang sama secara simultan. Sumber yang dipersaingkan oleh individu
adalah untuk hidup dan bereproduksi, contohnya makanan, oksigen, dan cahaya (Noughton,
1990).
Secara teoritis ,apabila dalam suatu populasi yang terdiri dari dua spesies , maka
akan terjadi interaksi diantara keduanya. Bentuk interaksi tersebut dapat bermacam-
macam,salah satunya adalah kompetisi. Kompetisi dalam arti yang luas ditujukan pada
interaksi antara dua organisme yang memperebutkan sesuatu yang sama. Kompetisi antar
spesies merupakan suatu interaksi antar dua atau lebih populasi spesies yang
mempengaruhi pertumbuhannya dan hidupnya secar merugikan. Bentuk dari kompetisi
dapat bermacam-macam. Kecenderungan dalam kompetisi menimbulkan adanya pemisahan
secara ekologi , spesies yang berdekatan atau yang serupa dan hal tersebut di kenal sebagai
azaz pengecualian kompetitif (competitive exclusion principles) (Ewusie,1990).
Kompetisi dalam suatu komunitas dibagi menjadi dua, yaitu Kompetisi sumber daya
(resources competition atau scramble atau exploitative competition), yaitu kompetisi dalam
memanfaatkan secara bersama-sama sumber daya yang terbatas Inferensi (inference
competition atau contest competition), yaitu usaha pencarian sumber daya yang
menyebabkan kerugian pada individu lain, meskipun sumber daya tersebut tersedia secara
tidak terbatas. Biasanya proses ini diiringai dengan pengeluaran senyawa kimia
(allelochemical) yang berpengaruh negatif pada individu lain (Naughton. 1998)
Faktor-faktor Biotik dalam Interaksi Populasi :
Faktor yang berpengaruh dalam interaksi populasi adalah faktor biotik lingkungan
yang pada dasarnya bersifat acak tidak langsung terkait dengan perubahan komunitas,
terutama faktor iklim dan curah hujan. Banyak data mengarahkan perubahan acak iklim
itulah yang pertama-tama menentukan kerapatan populasi. Perubahan yang cocok dapat
meningkatkan kerapatan populasi, sebaliknya poipulasi dapat mati kalau tidak cocok.
Pada dasarnya pengaruh yang baru diuraikan berlaku bagi kebanyakan organisme
tetapi pengaruh yang sebenarnya malah dapat memicu perubahan mendasar sampai kepada
variasai. Jika pembahasan berbagai factor abiotik lingkungan terkait dengan berbagai
parameter toleransi, sebaran dan optimasi, factor biotic didak langsung terkait dengan factor
itu. Tetapi di sisi lain factor biotic lebih realistic, bervariasi dan mampu menciptakan
stabilitas populasi.
2. Persaingan dalam komunitas
Dalam artian yang luas persaingan ditunjukan pada interaksi antara dua organisme
yang memperebutkan sesuatu yang sama. Persaingan ini dapat terjadi antara indifidu yang
sejenis ataupun antara individu yang berbeda jenis. Persaingan yang terjadi antara individu
yang sejenis disebut dengan persaingan intraspesifik sedangkan persaingan yang terjadi
antara individu yang berbeda jenisnya disebut sebagai persaingan interspesifik.
Persaingan yang terjadi antara organisme-organisme tersebut mempengaruhi
pertumbuhan dan hidupnya, dalam hal ini bersifat merugikan (Odum, 1993). Setiap
organisme yang berinteraksi akan di rugikan jika sumber daya alam menjadi terbatas
jumlahnya. Yang jadi penyebab terjadinya persaingan antara lain makanan atau zat hara,
sinar matahari, dan lain lain (Kartawinata. 1986). Faktor-fator intraspesifik merupakan
mekanisme interaksi dari dalam individu organisme yang turut mengendalikan kelimpahan
populasi. Pada hakikatnya mekanisme intraspesifik yang di maksud merupakan perubahan
biologi yang berlangsung dari waktu ke waktu (Naughton. 1998)
Wirakusumah(2003) mengatakan bahwa persaingan intraspesifik di gunakan untuk
menggambarkan adanya persaingan antar individu-individu tanaman yang sejenis.
Persaingan intraspesifik terdiri atas :
1. Persaingan aktivitas
2. Persaingan sumber daya alam
Dua jenis populasi tumbuhan dapat bertahan bersama bila individu-individunya
secara bebas di kendalikan oleh hal hal sebagai berikut:
a. Perbedaan unsur hara
b. Perbedaan sebab sebab kematian
c. Kepekaan terhadap berbagai senyawa racun
d. Kepekaan terhadap faktor faktor yang mengendalikan sama dan pada waktu yang
berbeda.
Beberapa factor-faktor yang berpengaruh terhadap persaingan intraspesifik dan
interspesifik pada tumbuhan menurut Wirakusumah (2003) , yaitu :
a. Jenis tanaman
Factor ini meliputi sifat biologi tumbuhan, system perakaran, bentuk pertumbuhan
secara fisiologis. Misalnya adalah pada tanaman ilalang yang memiliki system perakaran
yang menyebar luas sehingga menyebabkan persaingan dalam memperebutkan unsur hara.
Bentuk daun yang lebar pada daun talas menyebabkan laju transpirasi yang tinggi sehingga
menimbulkan persaingan dalam memperebutkan air.
b. Kepadatan tumbuhan
Jarak yang sempit antar tanaman pada suatu lahan dapat menyebabkan persaingan
terhadap zat-zat makanan hal ini karena zat hara yang tersedia tidak mencukupi bagi
pertumbuhan tanaman.
c. Penyebaran tanaman
Untuk menyebarkan tanaman dapat dilakukan dengan penyebaran biji atau melalui
rimpang (akar tunas). Tanaman yang penyebarannya dengan biji mempunyai kemampuan
bersaing yang lebih tinggi daripada tanaman yang menyebar dengan rimpang. Namun
persaingan yang terjadi karena factor penyebaran tanaman sangat dipengaruhi factor-faktor
lingkungan lain seperti suhu, cahaya, oksigen, dan air.
d. Waktu
Dalam hal ini waktu adalah lamanya tanaman sejenis hidup bersama. Periode 25-30%
pertama dari daur tanaman merupakan periode yang paling peka terhadap kerugian yang
disebabkan oleh persaingan.
2. Macam-macam Kompetisi
Kompetisi dibedakan menjadi empat macam, yaitu:
Kompetisi intraspesifik yakni persaingan antara organisme yang sama dalam lahan
yang sama. Kompetisi interspesifik yakni persaingan antara organisme yang beda spesies
dalam lahan yang sama.
Intraplant competition yakni persaingan antara organ tanaman, misalnya antar organ
vegetatif atau organ vegetatif lawan organ generatif dalam satu tubuh tanaman Interplant
competition yakni persaingan antar dua tanaman berbeda atau bersamaan spesiesnya
(dapat pula terjadi pada intra maupun interplant competition). (Kastono , 2005)
3. Persaingan intraspesifik
Pada latihan dalam laboratorium dalam persaingan intraspesifik diambil contoh hasil
telur pada Drosophyla dalam kaitannya dengan rapatan populasi. Dalam percobaan ini
pengaruh rapatan populasi pada kecepatan produksi telur pada lalat buah Drosophyla akan
dipelajari sebagai suatu contoh persaingan intraspesifik. Tempat penimbunan telur akan
dibuat tetap dan jumlah lalat betina bertambah secara logaritmik (Michael ,1994).
4. Persaingan Interspesifik
Adanya lebih dari satu spesies dalam suatu habitat menaikkan ketahanan lingkungan
kapan pun spesies lain bersaing secara serius dengan spesies pertama untuk beberapa
sumber penting, hambatan pertumbuhan terjadi dalam kedua spesies. Hukum Gause
menyatakan bahwa tidak ada spesies dapat secara tak terbatas menghuni ceruk yang sama
secara serentak. Salah satu dari spesies-spesies itu akan hilang atau setiap spesies menjadi
makin bertambah efisien dalam memanfaatkan atau mengolah bagian dari ceruk tersebut
dengan demikian keduanya akan mencapai keseimbangan. Dalam situasi terakhir, persaingan
interspesifik berkurang karena setiap spesies menghuni suatu ceruk mikro yang terpisah
(Michael, 1994). Persaingan diantara tumbuhan secara tidak langsung terbawa oleh
modifikasi lingkungan. Di dalam tanah, sistem-sistem akan bersaing untuk air dan bahan
makanan, dan karena mereka tak bergerak, ruang menjadi faktor yang penting. Di atas
tanah, tumbuhan yang lebih tinggi mengurangi jumlah sinar yang mencapai tumbuhan yang
lebih rendah dan memodifikasi suhu, kelembapan serta aliran udara pada permukaan tanah
(Michael, 1994).
BAB III
METODOLOGI
1. Waktu dan tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 3 April 2012 di Kebun P2KS.
2. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah besi kuadrat berukuran 50 x 50
cm , tali rafia, meteran, penggaris, pancang, alat hitung, gunting, dan alat tulis.
Bahan-bahan yang digunakan adalah dua spesies rerumputan
3. Cara kerja
1. Menentukan plot yang akan di teliti.
2. Membuat transek dengan menggunakan besi yang berukuran 50 x 50 cm
3. Mencari tanaman yang dapat berasosiasi antara spesies 1 dan spesies 2
4. Menempatkan kuadrat sebanyak 100 kali sepanjang transek
5. Mencatat kehadiran spesies tumbuhan yang di amati pada setiap kuadrat.
6. Menguji data dengan menggunakan Khi kuadrat pada = 0,05, dengan df= 1
adalah 3.83.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN ANALISIS DATA
1. Hasil Pengamatan
Tabel 1 Data Pengamatan Asosiasi Interspesifik spesies Poaceae 1 dan dan spesies Poaceae
2.
No No No No No No No No No No
Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot
1 a 11 a 21 c 31 c 41 a 51 c 61 a 71 c 81 c 91 c

2 a 12 c 22 c 32 c 42 a 52 c 62 a 72 c 82 c 92 c

3 a 13 c 23 c 33 c 43 b 53 a 63 a 73 c 83 a 93 a

4 a 14 c 24 c 34 c 44 a 54 a 64 a 74 c 84 a 94 c

5 a 15 c 25 c 35 c 45 a 55 a 65 c 75 c 85 a 95 a

6 a 16 c 26 c 36 c 46 a 56 a 66 c 76 c 86 c 96 c

7 a 17 c 27 c 37 a 47 a 57 a 67 c 77 c 87 c 97 c

8 a 18 c 28 c 38 a 48 a 58 a 68 c 78 c 88 c 98 c

9 a 19 c 29 c 39 a 49 a 59 a 69 c 79 c 89 c 99 c

10 a 20 c 30 c 40 a 50 a 60 a 70 c 80 c 90 c 100 c

Total : a = 41 b = 1 c = 58 d=0
2. Analisis Data
Untuk menentukan terdapat atau tidaknya asosiasi antara spesies 1 dan spesies.2 maka
terlebih dahulu ditentukan hipotesisnya sebagai berikut:
Ho : tidak ada asosiasi antara Spesies 1 dan Spesies 2
H1 : terdapat asosiasi antara Spesies 1 dan Spesies 2
Frekuensi harapan untuk tiap tipe pengamatan diperoleh dengan rumus sebagai berikut:

F harapan A = F harapan C =
F harapan A = (41+ 1) ( 41 + 58) F harapan C = (41+58) (58+0)
100 100
= 41,58 = 57,42
F harapan B = F harapan D =

(41+1)(1+0) (52+6)(1+0)
F harapan B = F harapan D =
100 100
= 0,42 = 0,58

Untuk memperoleh derajat asosiasi interspesifik antara Spesies Poaceae 1 dan


Spesies Poaceae 2 digunakan tabel kontigensi 2 x 2.
Tabel 2 Kontingensi 2x2 untuk menentukan derajat Asosiasi Interspesifik antara Spesies Poaceae 1
dengan Spesies Poaceae 2

Spesies Poaceae 2
ADA TIADA
AMATI HARAPAN AMATI HARAPAN TOTAL
Spesies ADA 41 (a) 41,58 1 (b) 0,42 42
Poaceae 1 TIADA 58 (c) 57,42 0 (d) 0.58 58
TOTAL 99 99 1 1 100

X2 =

X2 = X2a+X2b+X2c+X2d
= {[(41- 41,58)2/ 41,58 ]+ [( 1- 0,42)2/ 0,42] + [(58-57,42)2/57,42] + [(0- 0,58 )2/ 0,58]}
= 0,00809 + 0,80095 + 0,00586 + 0,58
= 1,3949

X2 tabel pada taraf uji = 5% X2 tabel = 3,83


Kriteria : X2hitung< X2tabel yaitu 1,3949 <3.83 maka terima Ho.
Artinya: tidak terdapat asosiasi interspesifik antara spesies Poaceae 1 dan Spesies Poaceae
2.

BAB V
PEMBAHASAN
Asosiasi interpesifik merupakan hubungan antara dua atau lebih spesies dalam satu
habitat tertentu. Dalam pengamatan di lapangan dilakukan pengamatan antara spesies
Poceae 1 dengan spesies Poaceae 2 di kebun p2ks. Pada tempat pengamatan dilakukan
pengambilan data dengan mengunakan metode petak berukuran 50x50 cm dan berjumlah
100 buah. Pada setiap plot dilihat keberadaan dari rumput spesies 1 dengan rumput spesies
2, bila dalam plot terdapat kedua jenis tanaman maka dieri kode a, bila hanya spesies 1
diberi kode b, bila hanya terdapat spesies 2 diberi kode c sedangkan bila tidak ditemukan
kedua spesies maka diberi kode d.
Pada pengamatan ternyata hasilnya lebih banyak keadaan a yaitu sebanyak 58 yang
artinya pada setiap plot terdapat kedua tanaman tersebut dan kode c yaitu sebanyak 41
yang artinya dalam satu plot hanya terdapat spesies 1. Berdasarkan perhitungan statistik
ternyata tidak terdapat asosiasi interspesifik antara tanaman spesies poaceae 1 dengan
tanaman spesies poaceae 2. Berarti dalam pertumbuhan tanaman spesies 1 dengan spesies
2 tidak saling berkompotensi. Dalam mendapatkan unsur hara kedua tanaman tersebut tidak
saling bersaing, masing-masing tanaman mendapatkan unsure hara dengan baik karena
kemungkinan kedua tanaman tersebut memiliki perakaran serabut sehingga penyerapan air
dan mineral dapat berjalan dengan baik. Selain itu ketahanan rumput terhadap ancaman
kekeringan sangat resisten sehingga mampu bertahan dalam keadaan kekeringan. Jadi kedua
tanaman tidak saling mematikan dalam memperebutkan unsur hara.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi hubungan interspesifik adalah jenis tanaman.
Bila jenis tanaman yang hidup dalam satu habitat memiliki anatomi dan fisiologi yang sama
maka tanaman tersebut akan mengalami kompetisi dan akan saling mematikan. Seperti yang
dijelaskan oleh Wirakusumah (2003) yang menyatakan bahwa persaingan interspesifik
dipengaruhi oleh jenis tanaman dimana factor ini meliputi sifat biologi tumbuhan, system
perakaran, bentuk pertumbuhan secara fisiologis. Misalnya adalah pada tanaman ilalang
yang memiliki system perakaran yang menyebar luas sehingga menyebabkan persaingan
dalam memperebutkan unsur hara. Sedangkan pada kedua tanaman memiliki anatomi
penyebaran akar serabut sehingga mampu memodifikasi keadaan lingkungan yang
menngancam. Selain itu ketersediaan air di lingkungan juga sangat baik karena kedua
rumput ada di lahan terbuka dan selalu dirawat dengan baik.

Pada lingkungan yang diamati termasuk kedalam ruang terbuka sehingga


mendapatkan penyinaran matahari secara optimum. Hal ini menyebabkan kedua tanaman
dapat melakukan proses fotosintsesis dengan baik. Dengan ketersediaan sinar matahari
membuat pertumbuhan kedua tanaman terus berjalan dengan baik selain itu ketersediaan
air dan mineral juga cukup. Selain itu kedua tumbuhan tersebut memliki tinggi yang sama
karena menurut Michel (1994) tumbuhan yang lebih tinggi mengurangi jumlah sinar yang
mencapai tumbuhan yang lebih rendah Luas lahan dari kedua tanaman juga sangat luas
sehingga tanaman dapat meyebarkan akarnya dengan mudah dan tidak saling tumpang
tindih. Sehingga setiap tumbuhan dapat melakukan ekspansi lahan dengan baik. Oleh sebab
itu menyebabkan kedua tanaman ini tidak saling bergantung dalam melakukan
pertumbuhan dan perkembangan.

BAB VI
PENUTUP
1. KESIMPULAN
a. Nilai X2 hitung lebih kecil dari X2 tabel maka terima Ho yang berarti tidak ada
asosiasi interspesifik antara spesies poaceae 1 dan spesies Poaceae 2.
b. Faktor yang mempengaruhi terjadinya asosiasi interspesifik antara lain : Jenis
tanaman, cahaya matahari, kepadatan tumbuhan dan penyebaran tumbuhan.

2. SARAN
Dalam melakukan pengamatan diharapkan agar lebih teliti dalam mengamati
tumbuhan yang diamati dan

DAFTAR PUSTAKA
Begon, B.,J.L. Harper and C.R. Townsend. 1986. Ecology: Individual, Population, and
communities. Sunderland, Massachusetts: Sinauer Associates, Inc. Publisher.
Budiastuti. 2009. Foliar Triaconthanol Application and Plant Spacing on Mungbean. Jakarta:
UI Press.
Ewusie. 1990. Pengantar Ekologi Tropika . Bandung: ITB.
Hardjosuwarno, Sunarto. 1990. Dasar-Dasar Ekologi Tumbuuhan. Yogyakarta: Fakultas
Biologi Universitas Gajah Mada.
Kartawinata. 1986. Pengantar Ekologi. Bandung: Remadja karya CV.
Kastono. 2005. Ilmu Gulma. Yogyakarta: Jurusan Budidaya Pertanian. UGM.
Michael. 1994. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Lapangan dan Laboratorium. Jakarta: UI
Press.
Mueller-Dombois, D. and H. Ellenberg. 1974. Aims and Methods of Vegetation Ecology. New
York. London. Sydney. Toronto: John Wiley & Sons.
Naughton. 1998. Ekologi Umum. edisi kedua. Yogyakarta: UGM Press.
Odum. 1993. Dasar-dasar Ekologi. Yogyakarta: UGM Press.
Wirakusumah, S. 1003. Dasar-dasar Ekologi bagi populasi dan Komunitas. UI-Press: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai