Anda di halaman 1dari 12

1 .

MASALAH PERTAMBANGAN BATUBARA


Apa itu Pertambangan????
Pengertian Tambang
1. Suatu penggalian yang dilakukan di bumi untuk memperoleh mineral
(Hartman,1987)
2. Lokasi kegiatan yang bertujuan memperoleh mineral bernilai ekonomis
(kamus istilah teknik pertambangan umum, 1994).
Pengertian Pertambangan
1. Sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka
penelitian,pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang
meliputi penyelidikan umum,eksplorasi,studi
kelayakan,konstruksi,penambangan,pengolahan dan
pemurnian,pengangkutan dan penjualan,serta kegiatan pesca tambang (UU
No 4 Tahun 2009)
2. Kegiatan,pekerjaan dan industri yang berhubungan dengan ekstraksi mineral
(Hartman,1987)
3. ilmu pengetahuan,teknologi dan bisnis yang berkaitan dengan industri
pertambangan mulai dari
prospeksi,eksplorasi,evaluasi,penambangan,pengolahan,pemurnian sampai
dengan pemasarannya (kamus istilah teknik pertambangan umum,1994)
1.tambang batu bara
Batu bara atau batubara adalah salah satu bahan bakar fosil.
Pengertian umumnya adalah batuan sedimen yang dapat terbakar,
terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan
terbentuk melalui proses pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya terdiri
dari karbon,hidrogen dan oksigen.
Batu bara juga adalah batuan organik yang memiliki sifat-sifat fisika dan
kimia yang kompleks yang dapat ditemui dalam berbagai bentuk. Analisis
unsur memberikan rumus formula empiris seperti C137H97O9NS untuk
bituminus dan C240H90O4NS untuk antrasit.

contoh batu bara

DAMPAK PENAMBANGAN BATUBARA TERHADAP LINGKUNGAN


DAMPAK PENAMBANGAN BATUBARA PADA LINGKUNGAN
Batubara merupakan salah satu bahan galian strategis yang sekaligus
menjadi sumber daya energy yang sangat besar. Indonesia pada tahun 2006
mampu memproduksi batu bara sebesar 162 juta ton dan 120 juta ton
diantaranya diekspor. Sementara itu sekitar 29 juta ton diekspor ke Jepang.
indonesia memiliki cadangan batubara yang tersebar di Pulau Kalimantan
dan Pulau Sumatera, sedangkan dalam jumlah kecil, batu bara berada di
Jawa Barat, Jawa Tengah, Papua dan Sulawesi. Sedangkan rumus empirik
batubara untuk jenis bituminous adalah C137H97O9NS, sedangkan untuk
antrasit adalah C240H90O4NS.
Indonesia memiliki cadangan batu bara yang sangat besar dan
menduduki posisi ke-4 di dunia sebagai negara pengekspor batubara. Di
masa yang akan datang batubara menjadi salah satu sumber energi
alternatif potensial untuk menggantikan potensi minyak dan gas bumi yang
semakin menipis. Pengembangan pengusahaan pertambangan batubara
secara ekonomis telah mendatangkan hasil yang cukup besar, baik sebagai
pemenuhan kebutuhan dalam negeri maupun sebagai sumber devisa.
Bersamaan dengan itu, eksploitasi besar-besaran terhadap batubara
secara ekologis sangat memprihatinkan karena menimbulkan dampak yang
mengancam kelestarian fungsi lingkungan hidup dan menghambat
terselenggaranya sustainable eco-development. Untuk memberikan
perlindungan terhadap kelestarian fungsi lingkungan hidup, maka kebijakan
hukum pidana sebagai penunjang ditaatinya norma-norma hukum
administrasi ladministrative penal law) merupakan salah satu kebijakan yang
perlu mendapat perhatian, karena pada tataran implementasinya sangat
tergantung pada hukum administrasi. Diskresi luas yang dimiliki pejabat
administratif serta pemahaman sempit terhadap fungsi hukum pidana
sebagai ultimum remedium dalam penanggulangan pencemaran dardatau
perusakan lingkungan hidup, seringkali menjadi kendala dalam penegakan
norma-norma hukum lingkungan. Akibatnya, ketidaksinkronan berbagai

peraturan perundang-undangan yang disebabkan tumpang tindih


kepentingan antar sektor mewarnai berbagai kebijakan di bidang
pengelolaan lingkungan hidup. Bertitik tolak dari kondisi di atas, maka selain
urgennya sinkronisasi kebijakan hukum pidana, diperlukan pula
pemberdayaan upaya-upaya lain untuk mengatasi kelemahan penggunaan
sarana hukum pidana, dalam rangka memberikan perlindungan terhadap
kelestarian fungsi lingkungan hidup dan korban yang timbul akibat degradasi
fungsi lingkungan hidup.
Jenis Batubara
Jenis dan kualitas batubara tergantung pada tekanan, panas dan
waktu terbentuknya batubara. Berdasarkan hal tersebut, maka batubara
dapat dikelompokkan menjadi 5 jenis batubara, diantaranya adalah antrasit,
bituminus, sub bituminus, lignit dan gambut.
1. Antrasit merupakan jenis batubara dengan kualitas terbaik, batubara
jenis ini mempunyai ciri-ciri warna hitam metalik, mengandung unsur karbon
antara 86%-98% dan mempunyai kandungan air kurang dari 8%.
2. Bituminus merupakan batubara dengan kualitas kedua, batubara jenis ini
mempunyai kandungan karbon 68%-86% serta kadar air antara 8%-10%.
Batubara jenis ini banyak dijumpai di Australia.
3. Sub Bituminus merupakan jenis batubara dengan kualitas ketiga,
batubara ini mempunyai ciri kandungan karbonnya sedikit dan mengandung
banyak air.
4. Lignit merupupakan batubara dengan kwalitas keempat, batubara jenis
ini mempunyai cirri memiliki warna muda coklat, sangat lunak dan memiliki
kadar air 35%-75%.
5. Gambut merupakan jenis batubara dengan kwalitas terendah, batubara
ini memiliki ciri berpori dan kadar air diatas 75%.
Metode Penambangan Batubara
Kegiatan pertambangan batubara merupakan kegiatan eksploitasi
sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui dan umumnya membut
uhkan
investasi yang besar terutama untuk membangun fasilitas infrastruktur.
Karakteristik yang penting dalam pertambangan batubara ini adalah
bahwa pasar dan
harga sumberdaya batubara ini yang sangat prospektif menyebabkan
industri pertambangan batubara dioperasikan pada tingkat resiko yang tinggi
baik
dari segi aspek fisik, perdagangan, sosial ekonomi maupun aspek politik
.
Kegiatan penambangan batubara dapat dilakukan dengan mengg
unakan dua metode yaitu (Sitorus, 2000) :

1. Penambangan permukaan (surface/ shallow mining) , meliputi tamban


g terbuka penambangan dalam jalur dan penambangan hidrolik.
2. Penambangan dalam (subsurfarcel deep mining).
Kegiatan penambangan terbuka (open mining) dapat mengakibatkan
gangguan seperti
a. Menimbulkan lubang besar pada tanah.
b. Penurunan muka tanah atau terbentuknya cekungan pada sisa baha
n galian yang dikembalikan ke dalam lubang galian.
c. Bahan galian tambang apabila di tumpuk atau disimpan pada stock fliling
dapat mengakibatkan bahaya longsor dan senyawa beracun dapat tercuci ke
daerah hilir.
d. Mengganggu proses penanaman kembali reklamasi pada
galian tambang
yang ditutupi kembali atau yang ditelantarkan terutama bila terdapat
bahan beracun, kurang bahan organiklhumus atau unsur hara telah
tercuci .
Sistem penambangan batubara yang sering
diterapkan oleh perusahaan-perusahaan yang beroperasi adalah sistem
tambang terbuka (Open Cut Mining) . Penambangan batubara dengan si
stem
tambang terbuka dilakukan dengan membuat jenjang (Bench) sehingga
terbentuk lokasi penambangan yang sesuai dengan kebutuhan penamba
ngan.
Metode penggalian dilakukan dengan cara membuat jenjang serta
membuang
dan menimbun kembali lapisan penutup dengan cara back filling per bl
ok
penambangan serta menyesuaikan kondisi penyebaran deposit sumberda
ya mineral, (Suhala eta/., 1995).
Sedangkan pertambangan skala besar, tailing yang dihasilkan lebih
banyak lagi. Pelaku tambang selalu mengincar bahan tambang yang
tersimpan jauh di dalam tanah, karena jumlahnya lebih banyak dan memiliki
kualitas lebih baik. Untuk mencapai wilayah konsentrasi mineral di dalam
tanah, perusahaan tambang melakukan penggalian dimulai dengan
mengupas tanah bagian atas (top soil). Top Soil kemudian disimpan di suatu
tempat agar bisa digunakan lagi untuk penghijauan setelah penambangan.
Tahapan selanjutnya adalah menggali batuan yang mengandung mineral
tertentu, untuk selanjutnya dibawa ke processing plant dan diolah. Pada saat
pemrosesan inilah tailing dihasilkan. Sebagai limbah sisa batuan dalam
tanah, tailing pasti memiliki kandungan logam lain ketika dibuang.
Kegiatan penambangan apabila dilakukan di kawasan hutan dapat
merusak ekosistem hutan. Apabila tidak dikelola dengan baik, penambangan
dapat menyebabkan kerusakan lingkungan secara keseluruhan dalam bentuk
pencemaran air, tanah dan udara.
Kerusakan Lingkungan dan kaitannya dengan pertambangan

Pertambangan adalah suatu kegiatan mencari, menggali, mengolah,


memanfaatkan dan menjual hasil dari bahan galian berupa mineral, batu
bara, panas bumi dan minyak dan gas.Seharusnya kegiatan pertambangan
memanfaatkan sumberdaya alam dengan berwawasan lingkungan, agar
kelestarian lingkungan hidup tetap terjaga.
Kegiatan penambangan khususnya Batubara dan lain-lain dikenal
sebagai kegiatan yang dapat merubah permukaan bumi. Karena itu,
penambangan sering dikaitkan dengan kerusakan lingkungan. Walaupun
pernyataan ini tidak selamanya benar, patut diakui bahwa banyak sekali
kegiatan penambangan yang dapat menimbulkan kerusakan di tempat
penambangannya.
Akan tetapi, perlu diingat pula bahwa dilain pihak kualitas lingkungan
di tempat penambangan meningkat dengan tajam. Bukan saja menyangkut
kualitas hidup manusia yang berada di lingkungan tempat penambangan itu,
namun juga alam sekitar menjadi tertata lebih baik, dengan kelengkapan
infrastrukturnya. Karena itu kegiatan penambangan dapat menjadi daya
tarik, sehingga penduduk banyak yang berpindah mendekati lokasi
penambangan tersebut. Sering pula dikatakan bahwa bahwa kegiatan
penambangan telah menjadi lokomotif pembangunan di daerah tersebut.
Akan tetapi, tidaklah mudah menepis kesan bahwa penambangan
dapat menimbulkan dampat negatif terhadap lingkungan. Terlebih-lebih
penambangan yang hanya mementingkan laba, yang tidak menyisihkan
dana yang cukup untuk memuliakan lingkungannya.
Hal ini dapat dipahami jika disadari bahwa infestasi telah menelan
banyak biaya, yang bila semuanya dihitung dengan harga dana, yaitu bunga
pinjaman, maka faktor yang paling mudah dihapuskan adalah faktor
lingkungan. Kesadaran manusia untuk meningkatakan kualitas lingkungan
dan memperhitungkannya sebagai baya dalam kegiatan tersebut, atau
dikenal sebagai Internasionalisasi biaya eksternal, menyebabkan
perhitungan cost-benefit suatu penambangan berubah. Dalam hal ini, faktor
harga komoditas mineral sangat penting, tetapi lebih penting lagi pergeseran
cut off grade, yaitu pada tingkat mana suatu jebakan mineral dapat disebut
ekonomis. Upaya lanjutan adalah penelitian untuk meningkatkan teknologi
proses.
Dampak negatif yang ditimbulkan kegiatan penambangan berskala
besar, baik dalam ukuran teknologi maupun investasi, dapat berukuran besar
pula. Namun pengendaliannya lebih memungkinkan ketimbang
pertambangan yang menggunakan teknologi yang tidak memadai apalagi
danannya terbatas.
Memang pada kenyataannya, perubahan permukaan bumi yang
disebabkan oleh kegiatan penambangan terbuka dapat mempengaruhi
keseimbangan lingkungan. Hal ini disebabkan kerena dengan mengambil
mineral seperti Mangan tubuh tanah atau soil harus dikupas sehingga
hilanglah media untuk tumbuh tumbuhan dan pada akhirnya merusak

keanekaragaman hayati yang ada di permukaan tanah yang memerlukan


waktu ribuan tahun untuk proses pembentukannya.
Di samping pengupasan tubuh tanah atau soil dan bopengbopengnya permukaan bumi, penambangan juga menghasikan gerusan
batu, mulai dari yang kasar sampai yang halus yang merupakan sisa atau
ampas buangan disebut Tailing. Dan biasanya selalu menggunung di lokasi
penambangan atau dibuang ke sungai sehingga menyebabkan banjir dan
sungai mengalami kedangkalan. Selain itu juga bisa berakibat pada
pencemaran sungai yang menyebabkan ekosistem sungai bisa terganggu.
Manusia yang ditinggal disekitar sungai juga akan terkena dampak dari
pencemaran ini.
Dampak Negatif yang ditimbulkan dari kegiatan pertambangan
adalah masalah lingkungan dan dapat diuraikan sebagai berikut :

Pertama, usaha pertambangan dalam waktu yang relatif singkat dapat


mengubah bentuk topografi dan keadaan muka tanah (land impact),
sehingga dapat mengubah keseimbangan sistem ekologi bagi daerah
sekitarnya;

Kedua, usaha pertambangan dapat menimbulkan berbagai macam


gangguan antara lain; pencemaran akibat debu dan asap yang mengotori
udara dan air, limbah air, tailing serta buangan tambang yang mengandung
zat-zat beracun. Gangguan juga berupa suara bising dari berbagai alat berat,
suara ledakan eksplosive (bahan peledak) dan gangguan lainnya;

Ketiga, pertambangan yang dilakukan tanpa mengindahkan


keselamatan kerja dan kondisi geologi lapangan, dapat menimbulkan tanah
longsor, ledakan tambang, keruntuhan tambang dan gempa.
DAMPAK PENAMBANGAN BATUBARA
Pencemaran lingkungan adalah suatu keadaan yang terjadi karena
perubahan kondisi tata lingkungan (tanah, udara dan air) yang tidak
menguntungkan (merusak dan merugikan kehidupan manusia, hewan dan
tumbuhan) yang disebabkan oleh kehadiran benda-benda asing (seperti
sampah, limbah industri, minyak, logam berbahaya, dsb.) sebagai akibat
perbuatan manusia, sehingga mengakibatkan lingkungan tersebut tidak
berfungsi seperti semula (Susilo, 2003).
a.

Dampak Terhadap Lingkungan


Setiap kegiatan penambangan baik itu penambangan Batu bara, Nikel
dan Marmer serta lainnya pasti menimbulkan dampak positif dan negatif
bagi lingkungan sekitarnya. Dampak positifnya adalah meningkatnya
devisa negaradan pendapatan asli daerah serta menampung tenaga kerja
sedangkan dampak negatif dari kegiatan penambangan dapat dikelompokan
dalam bentuk kerusakan permukaan bumi, ampas buangan (tailing),

kebisingan, polusi udara, menurunnya permukaan bumi (land subsidence),


dan kerusakan karena transportasi alat dan pengangut berat.
Karena begitu banyak dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan
penambangan maka perlu kesadaran kita terhadap lingkungan sehingga
dapat memenuhi standar lingkungan agar dapat diterima pasar. Apalagi
kebanyakan komoditi hasil tambang biasanya dijual dalam bentuk bahan
mentah sehingga harus hati-hati dalam pengelolaannya karena bila para
pemakai mengetahui bahan mentah yang dibeli mencemari lingkungan,
maka dapat dirasakan tamparannya terhadap industri penambangan kita.
Sementara itu, harus diketahui pula bahwa pengelolaan sumber daya
alam hasil penambangan adalah untuk kemakmuran rakyat. Salah satu
caranya adalah dengan pengembangan wilayah atau community
development. Perusahaan pertambangan wajib ikut mengembangkan
wilayah sekitar lokasi tambang termasuk yang berkaitan dengan
pengembangan sumber daya manusia. Karena hasil tambang suatu saat
akan habis maka penglolaan kegiatan penambangan sangat penting dan
tidak boleh terjadi kesalahan.
Seperti halnya aktifitas pertambangan lain di Indonesia,
Pertambangan batubara juga telah menimbulkan dampak kerusakan
lingkungan hidup yang cukup besar, baik itu air, tanah, Udara, dan hutan, Air
. Penambangan Batubara secara langsung menyebabkan pencemaran antara
lain ;
1.

Pencemaran air,

Permukaan batubara yang mengandung pirit (besi sulfide)


berinteraksi dengan air menghasilkan Asam sulfat yang tinggi sehingga
terbunuhnya ikan-ikan di sungai, tumbuhan, dan biota air yang sensitive
terhadap perubahan pH yang drastis.
Batubara yang mengandung uranium dalam konsentrasi rendah,
torium, dan isotop radioaktif yang terbentuk secara alami yang jika dibuang
akan mengakibatkan kontaminasi radioaktif. Meskipun senyawa-senyawa ini
terkandung dalam konsentrasi rendah, namun akan memberi dampak
signifikan jika dibung ke lingkungan dalam jumlah yang besar. Emisi merkuri
ke lingkungan terkonsentrasi karena terus menerus berpindah melalui rantai
makan dan dikonversi menjadi metilmerkuri, yang merupakan senyawa
berbahaya dan membahayakan manusia. Terutama ketika mengkonsumsi
ikan dari air yang terkontaminasi merkuri.
2.

Pencemaran udara

Polusi/pencemaran udara yang kronis sangat berbahaya bagi


kesehatan. Menurut logika udara kotor pasti mempengaruhi kerja paru-paru.
Peranan polutan ikut andil dalam merangsang penyakit pernafasan seperti
influensa,bronchitis dan pneumonia serta penyakit kronis seperti asma dan
bronchitis kronis.

3.

Pencemaran Tanah

Penambangan batubara dapat merusak vegetasi yang ada,


menghancurkan profil tanah genetic, menggantikan profil tanah genetic,
menghancurkan satwa liar dan habitatnya, degradasi kualitas udara,
mengubah pemanfaatan lahan dan hingga pada batas tertentu dapat
megubah topografi umum daerah penambangan secara permanen.
Disamping itu, penambangan batubara juga menghasilkan gas
metana, gas ini mempunyai potensi sebagi gas rumah kaca. Kontribusi gas
metana yang diakibatkan oleh aktivitas manusia, memberikan kontribusi
sebesar 10,5% pada emisi gas rumah kaca.
Aktivitas pertambangan batubara juga berdampak terhadap peningkata
n laju erosi tanah dan sedimentasi pada sempadan dan muaramuara sungai. Kejadian erosi merupakan dampak tidak langsung dari ak
tivitas pertambangan batubara melainkan dampak dari pembersihan lahan
untuk bukaan tambang dan
pembangunan fasilitas tambang lainnya seperti pembangunan sarana da
n
prasarana pendukung seperti perkantoran, permukiman karyawan,Dampa
k penurunan kesuburan tanah oleh aktivitas pertambangan
batubara terjadi pada kegiatan pengupasan tanah pucuk (top soil) dan
tanah
penutup (sub soil/overburden). Pengupasan tanah pucuk dan tanah penu
tup akan merubah sifatsifat tanah terutama sifat fisik tanah dimana susunan tanah
yang terbentuk secara alamiah dengan lapisan-lapisan yang tertata rapi
dari
lapisan atas ke lapisan bawah akan terganggu dan terbongkar akibat
pengupasan tanah tersebut.
b.

Dampak Terhadap manusia

Dampak pencemaran Pencemaran akibat penambangan batubara


terhadap manusia, munculnya berbagai penyakit antara lain :
1.
Limbah pencucian batubara zat-zat yang sangat berbahaya bagi
kesehatan
manusia jika airnya dikonsumsi dapat menyebabkan penyakit
kulit pada manusia seperti kanker kulit. Kaarena Limbah tersebut
mengandung belerang ( b), Merkuri (Hg), Asam Slarida (Hcn), Mangan (Mn),
Asam sulfat (H2sO4), di samping itu debu batubara menyebabkan polusi
udara di sepanjang jalan yang dijadikan aktivitas pengangkutan batubara.
Hal ini menimbulkan merebaknya penyakit infeksi saluran pernafasan, yang
dapat memberi efek jangka panjang berupa kanker paru-paru, darah atau
lambung. Bahkan disinyalir dapat menyebabkan kelahiran bayi cacat.

2.

Antaranya dampak negatifnya adalah kerusakan lingkungan dan masalah


kesehatan yang ditimbulkan oleh proses penambangan dan penggunaannya.
Batubara dan produk buangannya, berupa abu ringan, abu berat, dan kerak
sisa pembakaran, mengandung berbagai logam berat : seperti arsenik,
timbal, merkuri, nikel, vanadium, berilium, kadmium, barium, cromium,
tembaga, molibdenum, seng, selenium, dan radium, yang sangat berbahaya
jika dibuang di lingkungan.
3.
Seperti halnya aktifitas pertambangan lain di Indonesia, Pertambangan
batubara juga telah menimbulkan dampak kerusakan lingkungan hidup yang
cukup parah, baik itu air, tanah, Udara, dan hutan, Air Penambangan
Batubara secaralangsung menyebabkan pencemaran air, yaitu dari limbah
penducian batubara tersebut dalam hal memisahkan batubara dengan sulfur.
Limbah pencucian tersebut mencemari air sungai sehingga warna air sungai
menjadi keruh, Asam, dan menyebabkan pendangkalan sungai akibat
endapan pencucian batubara tersebut. Limbah pencucian batubara setelah
diteliti mengandung zat-zat yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia
jika airnya dikonsumsi. Limbah tersebut mengandung belerang ( b), Merkuri
(Hg), Asam Slarida (Hcn), Mangan (Mn), Asam sulfat (H2sO4), dan Pb. Hg dan
Pb merupakan logam berat yang dapat menyebabkan penyakit kulit pada
manusia seperti kanker kulit.
c.
1.
a.

Dampak Sosial dan kemasyarakatan

Terganggunya Arus Jalan Umum


Banyaknya lalu lalang kendaraan yang digunakan untuk angkutan
batubara berdampak pada aktivitas pengguna jalan lain. Semakin
banyaknya kecelakaan, meningkatnya biaya pemeliharaan jembatan dan
jalan, adalah sebagian dari dampak yang ditimbulkan.
2. Konflik Lahan Hingga Pergeseran Sosial-Budaya Masyarakat
Konflik lahan kerap terjadi antara perusahaan dengan masyarakat
lokal yang lahannya menjadi obyek penggusuran. Kerap perusahaan
menunjukkan kearogansiannya dengan menggusur lahan tanpa melewati
persetujuan pemilik atau pengguna lahan. Atau tak jarang mereka
memberikan ganti rugi yang tidak seimbang denga hasil yang akan mereka
dapatkan nantinya. Tidak hanya konflik lahan, permasalahan yang juga
sering terjadi adalah diskriminasi. Akibat dari pergeseran ini membuat pola
kehidupan mereka berubah menjadi lebih konsumtif. Bahkan kerusakan
moralpun dapat terjadi akibat adanya pola hidup yang berubah.
Nilai atau dampak positif dari batubara itu sendiri, Sumber
wikipedia.com mengatakan Tidak dapat di pungkiri bahwa batubara adalah
salah satu bahan tambang yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi.
Indonesia adalah salah satu negara penghasil batubara terbesar no.2 setelah
Australia hingga tahun 2008. Total sumber daya batubara yang dimiliki
Indonesia mencapai 104.940 Milyar Ton dengan total cadangan sebesar

21.13 Milyar Ton. Nanun hal ini tetap memberikan efek positif dan negatif,
dan hal positifnya Sumber wikipedia.com mengatakan. Hal positifnya adalah
bertambahnya devisa negara dari kegiatan penambanganya.
Secara teoritis usaha pertambangan ditujukan untuk kesejahteraan
masyarakat. Para pekerja tambang selayaknya bekerja sama dengan
masyarakat sekitar. Salah satu bentuknya dengan cara memperkerjakan
masyarakat sekitar dalam usaha tambang sekitar, sehingga membantu
kehidupan ekonomi masyarakat sekitar.
Pembakaran batubara dan ancaman terbesar terhadap iklim kita
Pembakaran batubara meninggalkan jejak kerusakan yang tak kalah
dasyat. Air dalam jumlah yang besar dalam pengoperasian PLTU
mengakibatkan kelangkaan air di banyak tempat. Polutan beracun yang
keluar dari cerobong asap PLTU mengancam kesehatan masyarakat dan
lingkungan sekitar. Partikel halus debu batubara adalah penyebab utama
penyakit pernapasan akut, merkuri perusak perkembangan saraf anak-anak
balita dan janin dalam kandungan ibu hamil yang tinggal di sekitar PLTU. Dan
yang tak kalah penting, pembakaran batubara di PLTU adalah sumber utama
gas rumah kaca penyebab perubahan iklim seperti karbon dioksida, sulfur
dioksida, nitrogen dioksida, dan metana yang memperburuk kondisi iklim
kita.
Pertambangan batubara yang ditinggalkan dan limbah pembakaran
batubara
Jejak kerusakan yang ditinggalkan oleh batubara tidak berhenti di
saat pembakarannya. Di ujung rantai kepemilikannya, terdapat
pertambangan batubara yang ditinggalkan setelah dieksploitasi habis,
limbah pembakaran batubara, dan hamparan alam yang rusak tanpa pernah
akan bisa kembali seperti sediakala.
Pertambangan yang ditinggalkan pasca dieksploitasi habis,
meninggalkan segudang masalah untuk lingkungan dan masyarakat
sekitarnya. Lubang-lubang raksasa, drainase tambang asam, dan erosi tanah
hanya sebagian dari masalah. Hamparan alam yang rusak adalah adalah
kondisi permanen yang tak akan pernah pulih , sekeras apapun usaha yang
dilakukan untuk mengembalikannya.
Limbah pembakaran batubara sangat beracun, dan membahayakan
kesehatan masyarakat, tembaga, cadmium dan arsenic adalah sebagian dari
zat toksik yang dihasilkan dari limbah tersebut, yang masing-masing memicu
keracunan, gagal ginjal, dan kanker.
Setiap rantai dalam siklus pemanfaatan batubara meyumbangkan
kerusakan yang diakibatkan oleh energi kotor inimasing-masing dengan
caranya sendiri. Kerusakan ini nyata dan mematikan.
lingkungan pasca tambang

Kegiatan pasca tambang pembangunan yang berkelanjutan


semestinya menghasilkan output yaitu pemanfaatan yang optimal dan bijak
terhadap sumberdaya alam yang tak terbaharukan, serta berkesinambungan
terhadap keseterdiaan sumber daya alam. Adanya dampak ekologis dari
kegiatan pasca tambang memacu untuk dipikirkan terlebih dahulu, serta
dilakukan penelitian dan penaatan ruang karena bila tidak dilakukan
kompehensip, maka penutupan tambang hanya akan meninggalakan
kerusakan bentang alam dan lingkungan. Untuk itu diperlukan upaya
penanggulanan pencemaran dan kerusakan lingkungan pada saat operasi
maupun pasca ditutupnya usa tambang sebagai berkesinambungan yang
pada intinya adalah upaya yang bisa untuk menghilangkan dampak dari
kegiatan tambang dengan melakukan suaru gran desain dan krontruksi
kegiatan tambang yang berdampak lingkungan yang dikenal dengan AMDAL.
Dalam kaitan dengan hal ini pemerintah harus meyeleksi secara
ketat para pemegang Kuasa Penambangan sehingga betul-betul
melaksanakan AMDAL sesuai dengan peraturan yang berlaku. Peraturan
perundangan mengenai dampak lingkungan berkembang sejak
diundangkannya Undang-Undang No. 4/1982, Undang-Undang No. 23/1997
serta Surat Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No.
389K/008/MPE/1995 tentang Pedoman Teknis Penyusunan Upaya
Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL).
Untuk menyederhanakan prosedur, pemerintah harus membuat daftar
kegiatan yang sudah berjalan atau yang disebut listing, yang didasarkan ada
luas jangkuan kegiatan dan skala produksinnya. Semua kegiatan
penambangan yang termasuk dalam daftar diharuskan membuat AMDAL,
sedangkan tidak termasuk dalam daftar diharuskan membuat UKL dan UPL.
Kegiatan yang menyusun AMDAL adalah kegiatan penambangan yang
berada di lokasi yang sensitif terhadap lingkungan seperti hutan lindung,
daerah cagar budaya dan cagar alam. Dalam undang-undang No. 11/1967
mengenai pertambangan telah dicantumkan pula daerah yang tidak
diperkenankan untuk dijadikan ajang kegiatan penambangan antara lain
kuburan, cagar budaya, bangunan penting seperti jembatan, instalasi militer
dan sebagainya.
SOLUSI TERHADAP DAMPAK DAN PENGARUH
PERTAMBANGA BATUBARA
Tidak dapat di pungkiri bahwa pemerintah mempunyai peran yang
penting dalam mencari solusi terhadap dampak dan pengaruh
pertambangan batu bara yang ada di indonesia. Pemerintah harus
menyadari bahwa tugas mereka adalah memastikan masa depan yang
dimotori oleh energi bersih dan terbarukan. Dengan cara ini, kerusakan pada
manusia dan kehidupan sosialnya serta kerusakan ekologi dan dampak buruk
perubahan iklim dapat dihindari.

Sayangnya, Pemerintah Indonesia ingin percaya bahwa batubara


jawaban dari permintaan energi yang menjulang, serta tidak bersedia
mengakui potensi luar biasa dari energi terbarukan yang sumbernya
melimpah di negeri ini.
Upaya pencegahan dan penanggulangan terhadap dampak yang
ditimbulkan oleh penambang batu bara dapat ditempuh dengan beberapa
pendekatan, untuk dilakukan tindakan-tindakan tertentu sebagai berikut :
1.
Pendekatan teknologi, dengan orientasi teknologi preventif
(control/protective) yaitu pengembangan sarana jalan/jalur khusus untuk
pengangkutan batu bara sehingga akan mengurangi keruwetan masalah
transportasi. Pejalan kaki (pedestrian) akan terhindar dari ruang udara yang
kotor. Menggunakan masker debu (dust masker) agar HHrisiko
terpapar/terekspose oleh debu batu bara (coal dust).
2.

Pendekatan lingkungan yang ditujukan bagi penataan lingkungan


sehingga akan terhindar dari kerugian yang ditimbulkan akibat kerusakan
lingkungan. Upaya reklamasi dan penghijauan kembali bekas penambangan
batu bara dapat mencegah perkembangbiakan nyamuk malaria.
Dikhawatirkan bekas lubang/kawah batu bara dapat menjadi tempat
perindukan nyamuk (breeding place).

3.

Pendekatan administratif yang mengikat semua pihak dalam kegiatan


pengusahaan penambangan batu bara tersebut untuk mematuhi ketentuanketentuan yang berlaku (law enforcement)
4.
Pendekatan edukatif, kepada masyarakat yang dilakukan serta
dikembangkan untuk membina dan memberikan penyuluhan/penerangan
terus menerus memotivasi perubahan perilaku dan membangkitkan
kesadaran untuk ikut memelihara kelestarian lingkungan.
sumber :
http//www.google.com

Anda mungkin juga menyukai