Anda di halaman 1dari 10

1

PERBEDAAN HASIL BELAJAR IPS PADA SISWA YANG


MENERAPKAN MODEL TIME TOKEN DENGAN
MODEL TALKING STICK
Eli Meivawati, Nono Harsono1, Tin Rustini2
Jurusan PGSD, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia
Email: eli.meivawati@student.upi.edu.com

Abstrak: Perbedaan Hasil Belajar IPS Pada Siswa yang Menerapkan Model
Time Token dengan Model Talking Stick. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh
rendahnya hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS. Pada pembelajaran IPS
verbalisme guru masih tinggi dan guru masih mendominasi pembelajaran di kelas
sehingga siswa cenderung pasif dalam kegiatan pembelajaran. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui perbedaan hasil belajar pada pembelajaran IPS antara
siswa yang menerapkan model Time Token dengan siswa yang menerapkan model
Talking Stick dan mengetahui hasil belajar di kedua kelas. Jenis penelitian yang
dilakukan adalah Eksperimen Kuasi dengan desain kelompok kontrol non-
ekuivalen. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik sampling insidental.
Penelitian dilakukan di SDN Percobaan Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung.
Peneliti menetapkan 35 siswa di kelas IIIA sebagai kelas eksperimen dan 35 siswa
di kelas IIIC sebagai kelas kontrol. Instrumen yang digunakan meliputi 20 soal
pilihan ganda, 10 soal isian, dan lembar observasi. Setelah mendapat perlakuan
yang berbeda sebanyak enam kali pembelajaran, kedua kelas mengalami
peningkatan hasil belajar dengan rata-rata skor posttest kelas eksperimen sebesar
8,35 dan rata-rata skor posttest kelas kontrol sebesar 6,68. Berdasarkan hasil uji
perbedaan rerata menggunakan uji Mann Whitney diperoleh nilai signifikansi 0,00
lebih kecil dari pada 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
hasil belajar yang signifikan antara siswa yang menerapkan model Time Token
dengan siswa yang menerapkan model Talking Stick. Uji N-Gain di kelas
eksperimen adalah 0,632 dan di kelas kontrol 0,352 sehingga peningkatan nilai
lebih tinggi terjadi di kelas eksperimen. Bagi guru atau peneliti lain yang akan
menerapkan model Time Token dalam pembelajaran, disarankan untuk
memperkaya kata kunci dalam kartu Time Token agar pendapat yang disampaikan
siswa bisa beragam. Sedangkan bagi yang akan menerapkan model Talking Stick
yang harus diperhatikan adalah kualitas pertanyaan yang akan ditujukan kepada
siswa.

Kata kunci : Hasil Belajar, IPS, Model Time Token, Model Talking Stick

(1)
Penulis Penanggung Jawab1
(2)
Penulis Penanggung Jawab2
2

THE DIFFERENCES OF STUDENTS LEARNING RESULT AT


SOCIAL STUDIES BY USING TIME TOKEN MODEL WITH
TALKING STICK MODEL
Eli Meivawati, Nono Harsono1, Tin Rustini2
PGSD Department, Faculty of Science Education, Indonesia University of Education
Email: eli.meivawati@student.upi.edu.com

Abstract: The Differences Of Students Learning Result At Social Studies By Using Time
Token Model With Talking Stick Model. This research is motivated by the the low of the
students learning result in social studies. The study of social science, teachers verbalism is
still high and teachers still dominate in class. Therefore, students tend to be passive in the
learning activities. The purpose of this research is to know the differences of students
learning result of social studies by using Time Token model and Talking Stick model. To
know learning result in experiment class and control class. Type of the research is Quasi
experiments with non-equivalent control group design. Technique of sampling using
incidental technique. Location of the research is in SDN Percobaan Kecamatan Cileunyi
Kabupaten Bandung. Some samples of the research are 35 students in class 3th A, as the
experiment class and 35 students in class 3th C, as control class. Instruments which are used
consist of 20 multiple choice questions, 10 essay questions, and anobservation sheet. After
receiving different learning as much as six times, both of classes have increased learning
results by an average score of experiment class is 8,35 and control class is 6,68. Result of
mean difference test using the test of Mann Whitney, the significance value obtained by
0,00 smaller than 0,05. Based on the result, it can be concluded that there is a significant
learning between students by using the Time Token Model and students by using the
Talking Stick. N-Gain value in experiment class is 0,632 and control class is 0,352. An
increase in value of experiment class is better than in control class. For teachers or
researchers who will apply the Time Token Model in learning, it is advisable to enrich the
keywords in the Token Time card to increase the variety of students opinion. As for
teachers or researchers who will apply the model of the Talking Stick to concern in the
quality of the questions to be delivered to the students.

Keywords: Results Of Study, Social Studies, the Time Token Model, the Talking Stick
Model
Antologi UPI, Volume... Nomor... Edisi... Agustus 2015
3

2. Resiprokasi yaitu anak mulai


Zaman sudah semakin maju. Salah satu mengetahui hubungan timbal balik.
jalan untuk mengarungi tuntutan zaman 3. Identitas yaitu anak cenderung
adalah pendidikan. Pendidikan merupakan egosentrisme dan apa yang
wadah dimana manusia bisa dipikirkan anak masih terbatas pada
mengembangkan potensinya agar menjadi hal-hal yang konkret.
manusia yang dewasa seutuhnya. Secara Karakteristik anak di usia sekolah dasar
luas pendidikan terus dilakukan manusia memang harus diperhatikan pada setiap
sejak dini sampai dengan akhir hayatnya. pembelajaran, tak terkecuali pembelajaran
Hal tersebut sesuai dengan yang tertera IPS. Adapun pengertian IPS menurut The
dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan National Council For The Social Studies
Nasional No.20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 (NCSS) (dalam Sapriya, dkk, 2006, hlm. 4)
yaitu: Social studies adalah suatu ilmu
Pendidikan adalah suatu usaha sadar yang karakteristiknya bersifat
dan terencana untuk mewujudkan dinamis, selalu berubah sesuai
suasana belajar dan proses dengan tingkat perkembangan
pembelajaran agar peserta didik masyarakat. Ilmu sosial tersebut
secara aktif mengembangkan potensi terdiri dari sejarah, ekonomi,
dirinya, untuk memiliki spiritual sosiologi, kewarganegaraan,
keagamaan, pengendalian diri, geografi, dan semua modifikasi atau
kepribadian, kecerdasan, akhlak kombinasi mata pelajaran yang
mulia serta keterampilan yang memiliki materi dan tujuan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, berhubungan dengan masalah
bangsa, dan negara. (Supriatna, dkk., kemasyarakatan.
2010, hlm. 5) IPS bukan sekedar mata pelajaran
Pengertian pendidikan tersebut secara luas biasa, namun memiliki tujuan yang mulia
juga dijelaskan Sadulloh, dkk. (2007, hlm. dalam mengakomodasi perubahan yang
4) bahwa Pendidikan berlangsung seumur ada. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
hidup, tanggung jawab pendidikan (KTSP) pembelajaran IPS di SD dan
merupakan tanggung jawab bersama, dan sederajat bertujuan agar peserta didik
pendidikan merupakan suatu keharusan... memiliki kemampuan sebagai berikut:
Mengingat betapa pentingnya pendidikan, 1. Memiliki kemampuan mengenal
maka sudah seharusnya pendidikan dapat konsep-konsep yang berkaitan
dilaksanakan secara formal mulai dari dengan kehidupan masyarakat dan
pendidikan dasar sampai dengan lingkungannya.
pendidikan tingkat lanjut. Pendidikan dasar 2. Memiliki kemampuan dasar
menjadi pondasi untuk melanjutkan ke berpikir logis dan kritis, rasa ingin
tingkat pendidikan berikutnya. Oleh karena tahu, inkuiri, memecahkan masalah,
itu untuk tenaga pendidikan di tingkat dan keterampilan sosial.
pendidikan dasar harus memperhatikan 3. Memiliki komitmen dan kesadaran
karakteristik perkembangan anak agar bisa terhadap nilai-nilai sosial dan
menentukan perlakuan yang tepat dalam kemanusiaan.
pembelajaran. 4. Memiliki kemampuan
berkomunikasi, bekerjasama, dan
Adapun karakteristik perkembangan anak berkompetensi dalam masyarakat
usia sekolah dasar menurut Desmita (2011, majemuk, di tingkat lokal, nasional,
hlm. 105) adalah sebagai berikut: dan global. (Kurikulum 2006, 2006,
1. Negasi yaitu anak memahami hlm. 114)
proses dan memahami hubungan.
Eli Meivawati, Perbedaan Hasil Belajar IPS Pada Siswa yang Menerapkan Model Time Token
dengan Model Talking Stick 4

Dilihat dari tujuannya pendidikan IPS Pembelajaran IPS di sekolah dasar


memang sangat diperlukan, mengingat harus dikemas dengan menarik. Kemasan
nilai-nilai sosial dimasyarakat kini sudah pembelajaran yang menarik bisa
memudar akibat dari perkembangan diimplikasikan dengan menerapkan model
teknologi dan kemajuan zaman. Namun pembelajaran tertentu yang berbeda dari
pada kenyataannya masih sulit bagi kita biasanya. Salah satu model pembelajaran
untuk mencapai tujuan tersebut, yang sesuai dengan tingkat perkembangan
dikarenakan beberapa hal yang dapat anak usia sekolah dasar adalah model
dilihat secara langsung di lapangan. pembelajaran kooperatif. Jenis
Dari hasil observasi, pembelajaran IPS pembelajaran kooperatif sangatlah
di sekolah dasar masih didominasi dengan beragam, dua diantaranya adalah model
pemberian ceramah dari guru. Jika guru time token dengan model talking stick.
masih menjadi pusat dalam pembelajaran Hasil wawancara, model pembelajaran
maka bagaimana bisa siswa aktif kooperatif yang sering dilakukan di SDN
berkembang mengkonstruksi pengetahuan Percobaan adalah model talking stick.
serta pengalamannya. Tindakan guru yang Berdasarkan segelintir permasalahan
seperti itu bisa saja mengkerdilkan yang telah dikemukakan, peneliti tertarik
perkembangan kecerdasan anak. untuk mencari tahu sejauh mana kedua
Dari hasil observasi maka dapat model tersebut dapat berpengaruh terhadap
diketahui bahwa harapan tidak sejalan hasil belajar siswa. Kedua model tersebut
dengan kenyataan. Apa yang menjadi merupakan model yang baik dan
ekspetasi tidak terwujud dalam tindakan. kooperatif. Namun bagaimanapun guru
Oleh karena itu, para tenaga pendidik perlu yang cerdas adalah guru yang mampu
memperbaiki paradigma dan mulai memilih yang terbaik diantara yang terbaik.
melakukan perubahan, minimal Dari beberapa masalah yang telah
menggunakan model pembelajaran inovatif diuraikan sebelumnya, maka tujuan
dan memaksimalkan penggunaan media dilakukannya penelitian ini adalah sebagai
pembelajaran. Jika semua persiapan dalam berikut:
melakukan pembelajaran sudah maksimal 1. Mengetahui hasil belajar siswa yang
tentu akan berpengaruh terhadap hasil menggunakan model pembelajaran
belajar siswa. Time Token.
Trimurtini (2009, hlm.121) 2. Mengetahui hasil belajar siswa yang
mengemukakan Hasil belajar adalah menggunakan model Talking Stick.
penguasaan pengetahuan, keterampilan dan 3. Mengidentifikasi perbedaan hasil
kebiasaan dengan cara mengunakan tes belajar siswa antara yang belajar
tertulis, tes lisan, tes perbuatan atau menggunakan model Time Token
observasi serta tugas kelompok dan dibandingkan dengan yang
individu. Dari pengertian tersebut dapat menggunakan model Talking Stick
diketahui bahwa hasil belajar dapat pada konsep uang di kelas III SD.
diperoleh dari nilai anak dalam
mengerjakan tes atau ujian. Dari hasil Baik model time token maupun
wawancara dengan guru kelas III yang ada model talking stick keduanya masih berada
di SDN Percobaan, diketahui juga bahwa dilandasan teori yang sama. Kedua model
sebelum ada tindakan remedial rata-rata tersebut merupakan rumpun model
nilai UAS dan UTS pada mata pelajaran pembelajaran yang kooperatif dan
IPS masih tendah. Peneliti berpendapat pembelajarannya berpusat pada siswa.
bahwa hasil belajar siswa yang rendah Menurut Saudagar dan Idrus (2011,
dipengaruhi oleh cara mengajar guru yang hlm. 181) pembelajaran model Time
kurang menarik dan tidak inovatif. Token adalah pembelajaran dengan struktur
Antologi UPI, Volume... Nomor... Edisi... Agustus 2015
5

yang dapat digunakan untuk mengajarkan kedalam bentuk yang berbeda. Pada
keterampilan sosial, untuk menghindari pelaksanaannya kedua model ini
siswa mendominasi pembicaraan atau menggunakan alat pembelajaran dan media
siswa diam sama sekali. Pada yang bisa membawa siswa dari hal yang
pelaksanaannya model Time Token konkret ke hal yang lebih konseptual.
menggunakan media kartu yang nantinya Vygotsky (dalam Dahar, 2011, hlm.
digunakan siswa untuk berbicara atau 152) mengungkapkan Sometimes speech
berpendapat. becomes of such vital importance, if not
Sedangkan model Talking Stick permitted to use it, young children cannot
dikembangkan oleh Carol Locust seperti accomplish the given. Vygotsky
yang ditulis oleh Huda (2013, hlm. 224) memandang bahwa kognitif anak
Carol Locust menyebutkan bahwa Talking berkembang melalui interaksi sosial. Kedua
Stick adalah sebuah cara yang digunakan model ini pada aplikasinya adalah belajar
oleh penduduk asli Amerika untuk bersama kelompok, dimana ketika siswa
mengajak semua orang bicara... Pada belajar dengan temannya maka akan
pelaksanaannya model Talking Stick terbentuk suatu interaksi sosial.
menggunakan media lagu dan tongkat yang Kompetensi sosial juga dijelaskan
nantinya diestafetkan ketika siswa sedang dalam teori perkembangan psikososial.
bernyanyi. Menurut Erikson (dalam Supriadie dan
Adapun yang menjadi landasan teori Darmawan, 2012, hlm. 25) dalam teori
dari kedua model tersebut adalah teori perkembangan psikossosial anak pada
kontruktivisme, teori Piaget, teori interaksi usia 6-12 tahun memiliki kualitas
sosial dari Vygotsky dan teori Psikososial kepribadian antara penguasaan atau rendah
Erikson. diri, hasil positif yang bisa
Dalam pandangan konstruktivis maka dikembangkannya adalah kompetensi
pembelajaran yaitu: 1) Mengutamakan sosial yang dapat mengembangkan
pembelajaran yang bersifat nyata dalam aktivitas kecakapan akademik.
kontek yang relevan; 2) Mengutamakan Kompetensi sosial juga terdapat dalam
proses; 3) Menanamkan pembelajaran model Time Token dan model talking stick,
dalam konteks pengalaman sosial; 4) dimana siswa berkompetensi baik secara
Pembelajaran dilakukan dalam upaya individu maupun kelompok.
mengkonstruksi pengalaman (Jauhar, 2011, METODE
hlm. 37). Model time token dan model Metode penelitian yang dilakukan
talking stick juga menekankan kepada teori adalah kuantitatif, lebih tepatnya adalah
konstruktivis karena siswa membangun eksperimen kuasi atau biasa juga disebut
pemahamannnya sendiri dalam aktivitas eksperimen semu. Eksperimen kuasi
belajar kelompok. merupakan penelitian dimana pemilihan
Dalam implementasinya kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak
pembelajaran harus memperhatikan tingkat dilakukan secara random. Desain penelitian
perkembangan siswa sesuai dengan ini adalah nonequivalent control group
usianya. Siswa kelas III SD pada biasanya design. Berikut diagram desain yang akan
berumur 8-10 tahun. Hal itu berarti siswa digunakan dalam penelitian.
kelas III SD berada pada tahap peralihan
dari operasional konkrit ke pra-operasional. Treatment Group O X O
Piaget (dalam Desmita, 2011, hlm. 101) -------------------------
mengungkapkan bahwa pada usia tersebut Control Group O X O
anak akan dapat berpikir secara logis Diagram the pretestt posttest design
mengenai peristiwa- peristiwa yang konkret (Sugiyono, 2014 : 112)
dan mengklasifikasikan benda-benda
Eli Meivawati, Perbedaan Hasil Belajar IPS Pada Siswa yang Menerapkan Model Time Token
dengan Model Talking Stick 6

Keterangan: adalah dengan menerapkan pembelajaran


O : Pretest pada kelompok model Time Token, sedangkan pada kelas
eksperimen kontrol pembelajaran yang diterapkan
O : Posttest pada kelompok adalah model Talking Stick. Langkah
eksperimen terakhir dari tahapan penelitian ini adalah
O : Pretest pada kelompok kontrol dengan memberikan soal posttest yang
O : Posttest pada kelompok sama di kelas eksperimen maupun kelas
kontrol kontrol.
X : Perlakuan pada kelompok Data yang diperoleh dari hasil pretest
eksperimen dengan menggunakan dan posttest diolah dengan menggunakan
pembelajaran dengan model Time software statistik SPSS 20 for window.
Token Sedangkan data hasil observasi peserta
X : Perlakuan pada kelompok didik di kelas eksperimen digunakan untuk
kontrol dengan menggunakan menilai afektif dan psikomotorik siswa
pembelajaran dengan model Talking selama proses pembelajaran.
Stick Berdasarkan hasil penelitian yang
diperoleh, maka dapat disimpulkan hasil
Lokasi penelitian adalah SDN Percobaan pretest dan posttest pada kelompok
Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung. eksperimen adalah sebagai berikut:
Populasinya adalah seluruh siswa kelas III
sekolah dasar yang ada di Kecamatan KELOMPOK
Cileunyi. Sampelnya adalah siswa kelas HASIL EKSPERIMEN
III-A dan siswa kelas III-C yang ada di PENELITIAN Pretest Posttest
SDN Percobaan Angkatan 2014/2015. Nilai Maksimum 7,33 10
Jumlah siswa di kelas III-A adalah Nilai Minimum 3 6,67
sebanyak 35 siswa terdiri dari 19 siswa Rata-rata 5,51 8,35
laki-laki dan 16 siswa perempuan. Jumlah Uji Normalitas 0,200 0,000
siswa di kelas III-C juga 35 siswa, terdiri Uji Homogenitas 0,919 -
dari 17 siswa laki-laki dan 18 siswa Uji Perbedaan Rerata 0,701 0,000
perempuan. Setelah dilakukan pretest maka
HASIL DAN PEMBAHASAN diketahui rata-rata nilai pretest di kelas
Pelaksanaan penelitian dimulai dari eksperimen adalah 5,51. Pada pretest, nilai
tanggal 21 April 2015 sampai dengan 15 tertinggi yang pernah diperoleh adalah 7,33
Mei 2015. Pelaksanaan penelitian dimulai sedangkan nilai terendahnya adalah 3.
dari pemberian pretest dengan soal yang Sedangkan rata-rata skor posttest adalah
sama pada kelas eksperimen maupun kelas 8,35. Pada posttest, nilai tertinggi yang
kontrol. Pemberian pretest bertujuan pernah diperoleh adalah 10 dan nilai
mengetahui kemampuan awal peserta didik terendah yang diperoleh adalah 6,67.
pada pembelajaran IPS dengan pokok
bahasan tentang konsep uang. Setelah Sedangkan hasil pretest dan posttest
pemberian pretest maka langkah berikutnya pada kelompok kontrol setelah dilakukan
adalah dengan memberikan perlakuan pretest maka diketahui rata-rata nilai
(treatment) yang berbeda di kedua kelas. pretest di kelas eksperimen adalah 5,4.
Masing-masing kelas diberi perlakuan Pada pretest, nilai tertinggi yang pernah
sebanyak enam kali tindakan atau diperoleh adalah 7,67 sedangkan nilai
pembelajaran. Setiap pembelajarannya terendahnya adalah 2,33. Sedangkan rata-
diberi alokasi waktu 2x35 menit atau rata skor posttest adalah 6,68. Pada
kurang lebih tujuh puluh menit. Perlakuan posttest, nilai tertinggi yang pernah
yang diberikan pada kelas eksperimen diperoleh adalah 9 dan nilai terendah yang
Antologi UPI, Volume... Nomor... Edisi... Agustus 2015

diperoleh adalah 3,67. Hal tersebut dapat signifikansi 0,00 lebih kecil dari 0,05 maka
dilihat pada tabel dibawah ini. data tidak berdistribusi normal. Sedangkan
data nilai posttest di kelas kontrol memiliki
KELOMPOK signifikansi sebesar 0,185 lebih besar dari
HASIL KONTROL 0,05 yang berarti data berdistribusi normal.
PENELITIAN Pretest Posttest
Dikarenakan terdapat salah satu data
Nilai Maksimum 7,67 9 yang berdistribusi tidak normal maka uji
Nilai Minimum 2,33 3,67 statistik langsung dilanjutkan kepada uji
Rata-rata 5,4 6,68 non parametris perbedaan dua rerata. Uji
Uji Normalitas 0,198 0,185 yang digunakan adalah Uji Mann Whitney
Uji Homogenitas 0,919 - U. Setelah dilakukan penghitungan, nilai
Uji PerbedaanRerata 0,701 0,000 signifikansi yang diperoleh adalah 0,00
lebih kecil dari 0,05. Hal tersebut
Berdasarkan pengolahan data nilai menunjukan bahwa terdapat perbedaan
pretest dikedua kelas maka diperoleh hasil hasil belajar yang signifikan antara siswa
uji normalitas Kolmogorov Smirnov yang yang memperoleh pembelajaran model
menunjukan bahwa kedua data di kelas Time Token di kelas eksperimen dengan
tersebut berdistribusi normal. Hal tersebut siswa yang memperoleh pembelajaran
dapat dilihat dari nilai signifikansi di kelas model Talking Stick di kelas kontrol.
eksperimen yaitu 0,200 dan nilai Hasil belajar siswa dikelas
signifikansi di kelas kontrol yaitu 0,198. eksperimen dan kelas kontrol mengalami
Data nilai pretest keduanya memiliki nilai peningkatan, untuk mengetahui besarnya
signifikansi lebih dari 0,05 hal tersebut peningkatan yang tercapai dapat dihitung
menunjukan bahwa distribusi data normal dengan menghitung N-gain. Adapun hasil
dan dapat dilanjutkan ke uji homogenitas perhitungannya yaitu.
Levines Test.
Hasil uji homogenitas menunjukan Skor Skor
Kelas Rata-rata
bahwa data nilai pretest dikedua kelas Min Maks
memiliki nilai signifikansi 0,919 lebih Eksperimen 6,67 10 8,35
besar dari 0,05. Hal tersebut menunjukan Kontrol 3,67 9 6,68
populasi-populasi bervarians sama atau
homogen. Jika data yang diperoleh Hasil Uji N-Gain kelas eksperimen
homogen maka dilanjutkan dengan uji adalah 0,632 lebih besar dibandingkan
perbedaan dua rerata independent sample t- dengan kelas kontrol yang hanya 0,352.
test atau Uji T. Uji perbedaan dua rerata Dapat disimpulkan bahwa peningkatan
tersebut menunjukan nilai signifikansi nilai yang lebih besar terjadi di kelas
0,701 lebih besar dari 0,05, yang berarti eksperimen. Hasil penghitungan N-Gain di
tidak ada perbedaan yang signifikan antara kedua kelas tersebut termasuk kedalam
kemampuan siswa di kelas eksperimen dan kategori sedang. Hal tersebut menunjukan
kelas kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas pembelajaran dikedua kelas sudah
siswa dikelas eksperimen maupun siswa baik, namun peningkatan yang lebih baik
dikelas kontrol memiliki kemampuan awal terjadi di kelas eksperimen.
yang sama terhadap pembelajaran IPS pada Ada beberapa hal yang mendasari
konsep uang. kualitas pembelajaran di kelas eksperimen
lebih baik dibandingkan dengan kelas
Setelah dilakukan posttest maka kontrol antara lain sebagai berikut.
berdasarkan hasil pengolahan uji a. Pembelajaran model Time Token
normalitas Kolmogorov Smirnov data nilai belum pernah dilakukan pada
posttest di kelas eksperimen memiliki pembelajaran di kelas eksperimen
Eli Meivawati, Perbedaan Hasil Belajar IPS Pada Siswa yang Menerapkan Model Time Token
8
dengan Model Talking Stick

maupun di kelas kontrol (berdasarkan mendengarkan. Beberapa siswa


hasil wawancara). mungkin sulit untuk mendengarkan
b. Pembelajaran model Talking Stick pendapat dari temannya karena
sudah sering dilakukan pada suasana kelas yang kurang kondusif.
beberapa kesempatan pembelajaran e. Vygotsky memandang bahwa
IPS baik di kelas eksperimen maupun kognitif anak berkembang melalui
kelas kontrol, sehingga model bahasa dan interaksi sosial. Hal
tersebut termasuk kedalam model tersebut juga dijelaskan dalam sebuah
pembelajaran yang sudah biasa atau situs (Anonim, 2012) Menurut
konvensional (berdasarkan hasil Vygotsky, pertama-tama anak
wawancara). melakukan segala sesuatu dalam
c. Pada pembelajaran Time Token siswa konteks sosial dengan orang lain dan
mampu mengembangkan bahasa membantu proses ini dalam
pendapatnya dengan bebas tanpa banyak hal. Oleh karena itu, model
terbatas oleh pertanyaan. Sedangkan pembelajaran Time Token lebih
pada pembelajaran Talking Stick menekankan kepada interaksi antara
siswa hanya mengembangkan siswa dengan temannya dalam
pendapat terbatas oleh pertanyaan bekerja sama membangun konsep
dari guru. Model pembelajaran Time dan pengetahuan. Selain dari itu
Token sesuai untuk kelas III SD model Time Token ini menekankan
karena bisa mengenalkan berbagai kepada aktivitas berpendapat siswa.
sub pokok bahasan materi dari f. Model Time Token menekankan
peristiwa-peristiwa konkret untuk kepada kompetensi sosial dalam
kemudian mendorong siswa berpikir aktivitas kecakapan akademik.
dan berpendapat. Hal tersebut Dimana anak berlomba untuk
menunjukan bahwa pembelajaran menggunakan kartunya dan
Time Token adalah pembelajaran memperoleh reward. Hal tersebut
yang konstruktivis, sesuai dengan sesuai dengan teori perkembangan
pernyataan dari Suryani dan Agung psikossosial anak Erikson
(2012, hlm. 121) pada pembelajaran mengungkapkan (dalam Supriadie
konstruktivis siswa Dibebaskan dan Darmawan, 2012, hlm. 25) pada
untuk menciptakan makna dan usia 6-12 tahun memiliki kualitas
pengertian baru berdasarkan interaksi kepribadian antara penguasaan atau
antara apa yang telah dimiliki, rendah diri, hasil positif yang bisa
diketahui, dipercayai, dengan dikembangkannya adalah kompetensi
fenomena, ide, atau informasi baru sosial yang dapat mengembangkan
yang dipelajari. aktivitas kecakapan akademik.
d. Pada pembelajaran Time Token siswa
diminta untuk mencatat berbagai Baik model Time Token maupun
pendapat yang dikemukakan oleh model Talking Stick keduanya sangatlah
temannya sehingga siswa tidak hanya layak untuk diterapkan dalam pembelajaran
berbicara, melainkan mendengarkan IPS khususnya pada konsep uang. Kedua
dan juga menuliskan. Siswa yang model tersebut termasuk kedalam rumpun
sering ribut atau sulit mendengarkan pembelajaran kooperatif. Kedua model ini
pendapat temannya juga menjadi termasuk kedalam model yang baik dalam
tertib karena harus mencatat apa yang pembelajaran IPS, Isjoni (2013, hlm. 96)
disampaikan temannya. Sedangkan berpendapat bahawa kooperatif learning
pada pembelajaran Talking Stick dapat meningkatkan keinginan kelas,
siswa hanya berbicara dan prestasi yang dipertahankan, dan prestasi
Antologi UPI, Volume... Nomor... Edisi... Agustus 2015
9

aktual. Pernyataan Isjoni dapat terlihat eksperimen dengan model Talking


dari hasil penelitian ini yang menunjukan Stick di kelas kontrol. Hal tersebut
bahwa kedua kelas mengalami peningkatan dibuktikan dari hasil uji perbedaan
hasil belajar. dua rerata menggunakan teknik Mann
Whitney-U dengan signifikansi 0,00
Menurut Slavin (2011, hlm. 257) lebih kecil dari 0,05. Jika nilai
mengemukakan Pendekatan paling efektif signifikansi lebih kecil dari 0,05
terhadap manajemen kelas bagi maka terdapat perbedaan hasil belajar
pembelajaran kooperatif adalah yang signifikan diantara kelas
menciptakan sebuah sistem penghargaan eksperimen dan kelas kontrol.
positif yang didasarkan pada kelompok Adapun jika dilihat dari rata-rata nilai
dari pernyataan tersebut dapat dijelaskan posttest pada kelas eksperimen lebih
bahwa baik model Time Token maupun besar dibandingkan dengan kelas
model Talking Stick keduanya bisa berhasil kontrol. Sedangkan jika dilihat dari
dilaksanakan didalam kelas jika guru bisa nilai gain peningkatan hasil belajar
menciptakan suatu penghargaan positif pada kelas eksperimen sebesar 0,632
terhadap usaha kelompok, penghargaan dan kelompok kontrol mengalami
yang diberikan bisa berupa reward bintang peningkatan sebesar 0,352.
atau pujian. Walaupun kedua model
tersebut layak dan bagus untuk diterapkan Dengan demikian, dapat disimpulkan
didalam kelas, namun guru yang cerdas bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPS
adalah guru yang mampu memilih model pada konsep uang antara peserta didik
pembelajaran yang terbaik dari yang yang mengikuti pembelajaran model Time
terbaik. Token dengan peserta didik yang mengikuti
pembelajaran Talking Stick.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian,
pengolahan data, dan menganalisis data- DAFTAR PUSTAKA
data yang diperoleh, maka peneliti
memberikan kesimpulan sebagai berikut. Anonim. (2012). Teori Perkembangan
1. Hasil belajar siswa yang Vygotsky. [Download]. Tersedia:
menggunakan model pembelajaran http://blog.tp.ac.id/download-teori-
Time Token dapat dilihat dari rata- perkembangan -kognitif-vygotsky/.
rata nilai posttest di kelas eksperimen (17 Mei 2015)
adalah 8,35. Sedangkan rata-rata nilai
evaluasi dari pembelajaran satu Dahar, RW. (2011). Teori-Teori Belajar
sampai dengan pembelajaran enam di dan Pembelajaran. Jakarta : Erlangga
kelas eksperimen adalah 8,95.
2. Hasil belajar siswa yang Desmita. (2011). Psikologi Perkembangan
menggunakan model pembelajaran Peserta Didik. Bandung: Rosda
Talking Stick dapat dilihat dari rata-
rata nilai posttest di kelas kontrol Huda, M. (2013). Model-model pengajaran
adalah 6,68. Sedangkan rata-rata nilai dan pembelajaran. Yogyakarta :
evaluasi dari pembelajaran satu Pustaka Pelajar
sampai dengan pembelajaran enam di
kelas kontrol yaitu 8,14. Isjoni. (2013). Cooperative Learning.
3. Terdapat perbedaan yang signifikan Bandung: Alfabeta
pada hasil belajar siswa yang
pembelajarannya menggunakan
model Time Token di kelas
10
Eli Meivawati, Perbedaan Hasil Belajar IPS Pada Siswa yang Menerapkan Model Time Token
dengan Model Talking Stick
Jauhar, M. (2011). Implementasi PAIKEM,
dari Behavioristik sampai
Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi
Pustakaraya.

Kemendiknas. (2006). Kurikulum Tingkat


Satuan Pendidikan. Jakarta : Badan
Standar Nasional Pendidikan

Sapriya, dkk. (2006). Pendidikan IPS:


Konsep dan Pembelajaran. Bandung
: Rosda

Saudagar, F & Idrus, A. (2011).


Pengembangan Profesionalitas
Guru. Jakarta : GP Press

Slavin, R. (2011). Psikologi Pendidikan


Teori dan Praktek. Jakarta : Indeks

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian


Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta

Supriadie, D & Darmawan, D. (2012).


Komunikasi Pembelajaran. Bandung
: PT Remaja Rosdakarya

Supriatna, N, dkk. (2010). Pendidikan IPS


SD. Bandung : UPI Press

Sadulloh, dkk. (2007). Pedagogik.


Bandung : Cipta Utama

Suryani, N & Agung, L. (2012). Strategi


Belajar Mengajar. Yogyakarta:
Ombak

Trimurtini. (2009). Implementasi Model


Cooperative Learning Berbantuan
Komputer Dalam Pembelajaran
Pendidikan Matematika 1 pada
Mahasiswa PGSD, 39 (2), hlm. 121

Anda mungkin juga menyukai