Anda di halaman 1dari 57

MINI BOOK

MK.PENDIDIKAN
MINI BOOK MASALAH MASALAH PENDIDIKAN DI SEUMUR HIDUP
NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG PRODI S1 PENMAS

NILAI:

Dosen Pengampu
Dr.Sudirman,SE,M.Pd
Friska Indria Nora Harahap,S.Pd,M.Pd

OLEH
Nama : Sonia Simamora (1202171003)
Mayasari (1202171005)
Nelly Waty Situmorang (1201171002)
Nur Hakiki(1202171004)
Kelas : Penmas Reguler B 2020
Mata Kuliah : Pendidikan Seumur Hidup

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021

i
ii
DAFTAR ISI

COVER ……………………………………………………… 1

DAFTAR ISI ………………………………………………… 2

BAB I PENDAHULUAN …………………………………… 4

BAB II ISI BUKU

Bab 1 Pengertian Pendidikan Menurut Para Ahli …………….. 6

Bab 2 Pengertian Negara Maju ……………………………….. 10

1. Ciri-ciri Negara Maju …………………………………..10


2. Sistem Pendidiknan Negara Maju ………………………10

Bab 3 Masalah Pendidikan di Negara Maju Amerika ………… 11

1. Sistem Pendidikan Negara Amerika ………………….. 11

Bab 4 Masalah Pendidikan di Negara Maju Inggris ……………13

1. Struktur Dasar Sistem Pendidikan di Inggris…………… 16


2. Sistem Pendidikan di Negara Inggris ………………….. 16

Bab 5 Masalah Pendidikan di Negara Maju Belnada …………..18

Bab 6 Masalah Pendidikan di Negara Finlandia ………………..24

1. Pendidikan di Finlandia …………………………………25


2. Tujuan Pendidikan Finlandia ……………………………27
3. Sistem Pendidikan Finlandia …………………………… 27
4. Kurikulum Pendidikan Finlandia ………………………. 32
5. Pendidik di Finlandia …………………………………… 36
6. Kebijakan Tentang Pendidikan Terbaik di Finlandia …… 37
7. Faktor pendukung kemajuan pendidikan Finlandia …….. 40
8. Masalah Pendidikan di finlandia ………………………... 41

Bab 7 Pengertian Negara Berkembang …………………………..42

1. Ciri-ciri Negara Berkembang …………………………….42

Bab 8 Masalah Pendidikan di Negara Berkembang Indonesia……43

iii
1. Masalah Pendidikan di Indonesia …………………………43

Bab 9 Masalah Pendidikan di negara berkembang Myanmar ……….46

Bab 10 Masalah Pendidikan di Negara Berkembang India ………….47

1. Tujuan dan Ciri Pendidikan di India …………………………47


2. Struktur dan Jenis Pendidikan di India ……………………….47
3. Manajemen Pendidikan India ………………………………..48
4. Sesten Pendidikan India . ……………………………………. 48
5. Pendidikan di India…………………………………………… 49

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………… 53

iv
BAB I
PENDAHULUAN

Secara psikologis, bahwa dorongan rasa ingin tahu manusia yang kuat,telah
mendorong seseorang untuk mengetahui dan mempelajari lebih jauh tentang keadaan
prikehidupan yang berlaku di luar lingkungan masyarakatnya atau negaranya sendiri. Dan
dengan mengetahui keadaan prikehidupan yang berlaku diluar lingkungan masyarakatnya
sendiri dan dapat mengetahui perikehidupan masyarakatlainnya itu akan mengakibatkan
terjadinya salain pengertian dan terjalinya kerja sama dan saling tolong menolong untuk
mencapai tujuan dan kemajuan bersama.Untuk mengetahui keberadan di luar masyarakatnya
atau bangsa lainnya diperlukan apa yang sekarang dikenal dengan istilah studi comparative
atau studi perbandingan. Menurut pengetian dasarnya studi perbandingan mempuyai arti
menganalisa dua hal atau lebih untuk mencari kesamaan-kesamaan dan perbedaan-
perbedaannya. Sehingga dengan demikianakan dapat memberikan pegertian dan pemahaman
terhadap berbagaimacam sistem pendidikan yang ada diberbagai negara dan kawasan
duniaumumnya khususnya sistem pendidikan Indonesia dan negara-negara maju dengan
berbagai latar belakang sejarahnya, secara komparatif
Selain dari beberapa hal tersebut dengan studi perbandingan system pendidikan yang
ada, akan mengakibatkan tumbuh dan berkembangnya kemampuan untuk membandingkan
berbagai system pendidikan dari berbagai negara dan kawasan dunia tersebut.
Permasalahan pendidikan di negara-negara berkembang menurut Philip H. Coombs
yang dikutip Imam Barnadib (1981: 84) meliputi pertambahan anak yang cepat sehingga
tidak semua anak tertampung di sekolah, mutu pendidikan, ketidaksesuaian antara hasil
sekolah dengan kebutuhan masyarakat, kurangnya sumber dana dan efisiensi kerja.
Indonesia sebagai salah satu negara berkembang juga menghadapi permasalahan-
permasalahan yang dikemukakan oleh Coombs dengan agenda reformasi yang harus
dilaksanakan dalam bidang pendidikan dan tersebut di atas. Dijelaskan lebih lanjut oleh
Bastian yang dikutip Jono Trimanto (2003: 21), bahwa sejalan pengajaran di Indonesia maka
permasalahan pokok yang dihadapi diantaranya pembenahan birokrasi pendidikan,
memetakan sistem desentralisasi pendidikan, membenahi manajemen sistem pendidikan
nasional, mewujudkan pemerataan pendidikan nasional serta meningkatkan kualitas dan
relevansi pendidikan dengan kurikulum.
Pendidikan adalah hal yang sangat penting baik di negara yang sudah maju maupun
negara-negara yang sedang berkembang. Bagi negara maju, pendidikan digunakan sebagai
upaya untuk terus meningkatkan kualitas hidup para warga negaranya. Sedangkan bagi
negara-negara yang sedang berkembang, pendidikan dilaksanakan sebagai upaya untuk
mengejar ketertinggalan mereka dikancah internasional sehingga mereka dapat disejajarkan
dengan negara-negara maju.
Namun, pendidikan baik di negara maju maupun negara yang sedang berkembang
bukanlah tanpa masalah. Negara-negara maju seperti Inggris, Amerika Serikat, Jepang, yang
tergolong maju juga masih memiliki masalah mengenai pendidikan yang disebabkan oleh
beberapa faktor. Apalagi dengan negara yang sedang berkembang. Dengan segala

5
kekurangannya, negara yang sedang berkembang juga memiliki masalah pendidikan yang
semakin kompleks.
Melalui perbandingan pendidikan dapat diketahui apa sebenarnya masalah-masalah
yang membelit dunia pendidikan di negara-negara maju dan juga negara-negara yang
berkembang. Perbandingan itu tentunya akan menjadi refleksi dari sistem pendidikan di
Indonesia sendiri. Oleh karena itu, menarik untuk dikaji, apa sebenarnya masalah-masalah
pendidikan yang terjadi di negara-negara tersebut.

6
BAB II ISI BUKU

BAB I PENGERTIAN PENDIDIKAN MENURUT PARA AHLI


Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengem-bangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UUSPN, 2003: 3).
Secara etimologi, pendidikan berasal dari kata “paedagogie” daribahasa Yunani,
terdiri dari kata “paes” artinya anak dan “agogos” artinyamembimbing. Jadi paedagogie
berarti bimbingan yang diberikan kepadaanak. Dalam bahasa Romawi pendidikan berasal dari
kata “educate”yang berarti mengeluarkan sesuatu yang berada dari dalam. Sedangkandalam
bahasa Inggris pendidikan diistilahkan dengan kata “to educate”yang berarti memperbaiki
moral damelatihintelektual.Ahmadi dan Uhbiyati (2007: 70) mengemukakan
bahwapendidikan pada hakekatnya merupakan suatu kegiatan yang secarasadar dan disengaja,
serta penuh tanggung jawab yang dilakukan olehorang dewasa kepada anak sehingga timbul
interaksi dari keduanyaagar anak mencapai kedewasaan yang dicitacitakan dan
berlangsungterus menerus. Abdurrahman Saleh Abdullah (2007: 15) menjelaskanpendidikan
sebagai proses yang dibangun masyarakat untuk membawagenerasi-generasi baru kearah
kemajuan dengan cara-cara tertentusesuai dengan kemampuan yang berguna untuk mencapai
tingkatkemajuan paling tinggiJhon Dewey (2003: 69) menjelaskan bahwa “Pendidikan
adalahproses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secaraintelektual dan
emosional kearah alam dan sesama manusia”. Dilainpihak Oemar Hamalik (2001: 79)
menjelaskan bahwa “Pendidikanadalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar
dapatmenyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungan dan dengandemikian akan
menimbulkan perubahan dalam dirinya yangmemungkinkannya untuk berfungsi secara kuat
dalam kehidupanmasyarakat”.
Edward Humrey: Education mean increase of skill of develofment of knowlodge and
undertanding as a result of training, study or experience…6(Pendidikan adalah sebuah
penambahan ketrampilan atau pengembangan ilmu pengetahuan dan pemahaman sebagai
hasil latihan, studi atau pengalaman.
Ki Hajar Dewantara seperti dikutip Alisuf Sabri bahwa:Pendidikan adalah menuntun
segala kekuatan kodrat yang ada pada anak agar mereka sebagai manusia dan anggota
masyarakat dan mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-Tingginya.Driyarkara
Pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia muda.
Artinya pendidikan ialah :
• Seni, praktek, atau profesi sebagai pengajar;

7
• Ilmu yang sistematis atau pengajaran yang berhubungan dengan prinsip dan metode-
metode mengajar, pengawasan dan bimbingan murid; dalam arti luas digantikan
dengan istilah pendidikan
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat diidentifikasikan beberapa ciri pendidikan, antara lain,
yaitu:
a. Pendidikan mengandung tujuan, yaitu kemampuan untuk berkembang sehingga bermanfaat
untuk kepentingan hidup.
b. Untuk mencapai tujuan itu, pendidikan melakukan usaha yang terencana dalam memilih isi
(materi), strategi, dan teknik penilaiannya yang sesuai.
c. Kegiatan pendidikan dilakukan dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat
(formal dan non formal).Apabila dikaitkan dengan keberadaan dan hakikat kehidupan
manusia, pendidikan diarahkan untuk pembentukan kepribadian manusia, yaitu
mengembangkan manusia sebagai mahluk individu, mahluk sosial, makhluk susila, dan
mahluk beragama (religius).
1.M.J. Longeveled Pendidikan adalah usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang
diberikan kepada anak agar tertuju kepada kedewasaannya, atau lebih tepatnya membantu
anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri.
2.Thompson Pendidikan adalah pengaruh lingkungan terhadap individu untuk menghasilkan
perubahan-perubahan yang tetap dalam kebiasaan perilaku, pikiran dan sifatnya.
3.Frederick J. Mc DonaldPendidikan adalah suatu proses atau kegiatan yang diarahkan untuk
merubah tabiat (behavior) manusia.
4.H. HornePendidikan adalah proses yang terus-menerus dari penyesuaian yang berkembang
secara fisik dan mental yang sadar dan bebas kepada Tuhan
5.J.J. RusseauPendidikan adalah pembekalan yang tidak ada pada pada saat anak-anak, akan
tetapi dibutuhkan pada saat dewasa.
6.Ki Hajar Dewantara Pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran,
serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan
menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya.
7.Ahmad D. Marimba Pendidikan adalah bimbingan secara sadaroleh si pendidik terhadap
perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.
8.Insan Kamil Pendidikan adalah usaha sadar yang sistematis dalam mengembangkan seluruh
potensi yang ada dalam diri manusia untuk menjadi manusia yang seutuhnya.
9.Ivan Illc Pendidikan adalah pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan
dan sepanjang hidup.
10.Edgar Dalle Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan
pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan, yang berlangsung di sekolah
dan di luar sekolah sepanjang hayat untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat
mempermainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tetap untuk masa yang
akan datang.

8
11.HartotoPendidikan adalah usaha sadar, terencana, sistematis, dan terus-menerus dalam
upaya
memanusiakan manusia.
12.Ngalim Purwanto Pendidikan adalah segala urusan orang dewasa dalam pergaulannya
dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya kearah
kedewasaan.
13.Driakara Pendidikan adalah memanusiakan manusia muda atau pengangkatan manusia.

14.W.P. Napitulu Pendidikan adalah kegiatan yang secara sadar, teratur, dan terencana dalam
tujuan mengubah tingkah laku ke arah yang diinginkan.
15.UU No. 2 tahun 1989 Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan pelatihan bagi peranannya di masa yang akan
datang.
16.UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan nasionalPendidikan adalah usaha sadar
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
darinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
17.Pengertian Pendidikan Menurut Undang-Undang dan GBHNPendidikan adalah usaha
sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan
berlangsung seumur hidup.Dari beberapa pengertian pendidikan di atas, pada dasarnya
pengertian pendidikan yang dikemukakan memiliki kesamaan yaitu usaha sadar, terencana,
sistematis, berlangsung terus-menerus, dan menuju kedewasaan.(Hartoto).
Beberapa manfaat tujuan dalam pendidikan dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Memperbaharui Informasi, Meningkatkan Pemahaman Manfaat dan kegunaan pendidikan
agar dapat memberi informasi dan meningkatkan pemahaman kepada peserta didik tentang
sesuatu yang baru juga dapat memberi pengatahuan secara utuh. Ilmu pengetahuan akan
selalu berkembang setiap saat.
b.Mencetak Generasi Muda Manfaat proses pendidikan yang kedua diharapkan mampu untuk
mencetak generasi muda penerus bangsa yang kompeten dalam berbagai bidang. Proses
regenerasi tidak akan berjalan jika generasi muda tidak diberikan bekal pendidikan yang
cukup untuk menghadapinya.
c.Mempertajam Pengetahuan Manfaat proses pendidikan selain dapat membantu menciptakan
generasi muda penerus bangsa yang baik dan cerdas, pendidikan juga bermanfaat bagi peserta
didik yang sedang ingin mempertajam dan memperdalam suatu disiplin ilmu.
d.Karier dan Gelar Pendidikan Manfaat lain dari proses pendidikan adalah untuk
mendapatkan gelar (jenjang kesarjanaan) yang pada saatnya akan berguna untuk
meningkatkan karier.

9
e.Membentuk Pola Pikir Ilmiah Seseorang yang melakukan proses pendidikan dan yang tidak
pernah melakukan proses pendidikan akan berbeda dalam pola pikir dan bertindak. Proses
pendidikan pada dasarnya memungkinkan seseorang akan memiliki pola pikir cerdas dan
ilmiah, terstruktur dalam bertindak yang didasarkan pada fakta.
f.Mengurangi Terbentuknya Generasi Lemah dan Bodoh Peran dunia pendidikan baik formal
maupun informalsangat bermanfaatdalam rangka mencegah terjadinya pembodohan dan
penciptaan generasi lemah.
g.Menambah Wawasan dan Pengalaman Dengan pendidikan akan mampu meningkatkan
pengalaman dan menambah wawasan individu sebagai peserta didik maupun kelompok.
h.Tingkat Kemampuan Tertinggi Individu Dengan berbagai pengalaman, wawasan dalam
dunia pendidikan, maka seseorang akan dapat mencapai kemampuan tertinggi (aktualisasi
diri),
apabila aktualisasi diri telah dimiliki oleh individu, maka dengan mudahnya untuk mencapai
apa-apa yang di cita-citakan sesuai dengan pengalamannya.
i. Mencegah Tindak Kejahatan Pendidikan menjadikan seseorang maupun masyarakat mampu
memahami dan membedakan mana yang benar dan salah, mana yang baik dan yang buruk
sehingga berpengaruh terhadap tingkah laku yang merugikan lingkungan, sehingga secara
tidak langsung dapat mengurangi bahkan mencegah terjadinya tindak kejahatan.
j. Proses Pembelajaran Fungsi Sosial Pada hakikatnya setiap manusia diciptakan sebagai
makhluk sosial, pendidikan juga mengajarkan bagaimana hidup bersosial, bagaimana cara
beriteraksi dengan sesama didalam masyarakat.
Fungsi pendidikan merujuk pada sumbangan pendidikan terhadap perkembangan
dan pemeliharaan pendidikan pada tingkat sosial yang berbeda. Pada tingkat individual
pendidikan membantu siswa belajar cara belajar dan membantu guru cara mengajar. Orang
yang berpendidikan diharapkan memiliki kesadaran untuk belajar sepanjang hayat (life long
learning), selalu merasa ketinggalan informasi, ilmu pengetahuan serta teknologi sehingga
terus terdorong untuk maju dan terus belajar.
Hubungan Hakikat Manusia Dan Pendidikan
1. Asas-Asas keharusan atau perlunya pendidikan bagi manusia Asas keharusan pendidikan
ada 3 asas yaitu: Pertama, manusia sebagai makhluk yang belum selesai, artinya manusia
harus merencanakan, berbuat, dan menjadi.
2. Asas-asas Kemungkinan Pendidikan Ada lima asas antropologi yang mendasari kesimpulan
bahwa manusia mungkin dididik atau dapat dididik. Pertama azas Potensial, yaitu manusia
akan dapat didik karena memiliki potensi untuk dapat menjadi manusia.

10
BAB II PENGERTIAN NEGARA MAJU
Negara Maju adalah Negara yang memiliki standar kehidupan yang tinggi dengan
pendapatan Nasional Bruto ( PNB ) yang juga relatif tinggi disertai dengan kemajuan
teknologi yang tinggi dan pembagian ekonomi yang merata. Negara maju memiliki angka
pertumbuhan penduduk sekitar 0,4 persen per tahun. Angka kematian bayi juga sangat rendah
yakni hanya 8/1000 orang. Ini disebabkan karena majunya di bidang kedokteran di negara
maju. Usia harapan hidup hingga 79 tahun dan angka ketergantunhan hanyalah 20 persen saja.
Selain itu, di negara maju hampir tidak terdapat pengangguran, bukan seperti di negara
berkembang. Pasalnya orang yang menganggur tetap akan mendapat biaya hidup dari
pemerintah. Penduduknya tidak melakukan apa-apa tetapi tetap dapat biaya dari pemerintah.
Maka dari itu pemerintah senantiasa menyediakan lapangan pekerjaan jenis apapun itu
asalkan semua penduduknya bisa bekerja.
Ciri Ciri Negara Maju
1.Memiliki standar hidup yang tinggi.
2.Angka kematian bayi rendah sedangkan angka harapan hidup tinggi.
3.Kota sebagai pusat persebaran penduduk.
4.Terpusat lada sektor industri dan jasa.
Sistem Pendidikan
Sistem adalah merupakan jumlah keseluruhan dari bagian-bagian yang saling bekerja
sama untuk mencapai hasil yang diharapkan berdasarkan atas kebutuhan yang telah di
tentukan. Setiap system pasti mempuyai tujuan , dan semua kegiatan yang dari semua
komponen diarahkan untuk mencapai tujuan tersebut. pendidikan diIndonesia adalah
merupakan proses pendidikan dalam arti sebuah sistem,yang di sebut degan sistem
pendidikan. Secara teoritis suatu system pendidikan, terdiri dari komponen-komponen atau
bagian- bagian yang menjadi inti dari proses pendidikan. Bagian-bagian tersebut adalah terdiri
dari:
a.Tujuan atau cita-cita pendidikan, yang berfungsi untuk memberikan arah terhadap semua
kegiatan dalam semua proses pendidikan.
b.Peserta didik, yang berfungsi sebagai obyek yang sekaligus sebagai subyek pendidikan.

11
c.Pendidik yang berfungsi sebagai pembimbing, pengarah untuk menumbuhkan aktivtas
peserta didik.
d.Alat pendidikan maksudnya adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk mencapai
tujuan pendidikan, yang berfungsi untuk mempermudah atau mempercepat tercapainya tujuan
pendidikan.
e.Lingkungan, yang befungsi sebagai wadah atau lapangan terlaksanaanya proses pendidikan
karena tanpa adanya lingkungan , pendidikan tak dapat berlangsung.

BAB III MASALAH PENDIDIKAN NEGARA MAJU DI AMERIKA


Sistem Pendidikan di Amerika Serikat
Sistem pemerintahan di AS hampir mirip dengan di Indonesia. Terdiri dari 3 lapis
pemerintahan yaitu pusat disebut Federal atau Sentral Goverment, pemerintah provinsi atau
negara bagian yang disebut State goverment dan yang ketiga pemerintah kota atau kabupaten
yang disebut Local Goverment. Ada 51 negara bagian atau state di AS, dan ada sekitar 10
sampe 30 kota/kabupaten atau disini disebut Town / City disetiap negara bagian.
Ternyata sudah menjadi kultur budaya yang sangat mengakar dalam sejarah AS
bahwa pendidikan menjadi tugas bagi keluarga dan masyarakat. oleh karena itu masyarakat
tidak mau kalau pendidikan diatur oleh pemerintah pusat, bahkan oleh pemerintah negara
bagian, bahkan oleh pemerintah lokal sekalipun. Masyarakat merasa memiliki hak yang
sangat kuat untuk menentukan sistem pendidikan seperti apa yang paling tepat untuk
masyarakat mereka. Mereka menganggap tantangan yang dihadapi oleh setiap komunitas
tidaklah sama, jadi sistem pendidikan juga tidak boleh atau tidak perlu disamakan antara satu
kota dengan kota lain, antara satu state dengan state lain.
Sistem pemerintahan di tiap lapis juga hampir mirip dengan di Indonesia. Ada
lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif. Lembaga legislatif ditingkat pusat menggunakan
sistembikameral atau sistem dua kamar, sama dengan di Indonesia ada DPR dan DPD, jumlah
DPR plus DPD sama dengan MPR, disini MPR disebut Congress beranggota sebanyak 535
orang yang terdiri dari House (semacam DPR-RI) beranggota 435 orang dan Senate
(semacam DPD)beranggota sebanyak 100 orang. Ditingkat state atau negara bagian atau
provinci juga terdiri dari Representative (=House) dan Senate. Sedangkan ditingkat lokal
hanya adarepresentative. Ditingkat lokal disetiap 200 orang penduduk ada 1 orang
representatif, jadi contohnya ditempat kami tinggal di kota Amherst penduduknya ada 22.000
orang, maka wakil rakyatnya (representatif) ada 110 orang. Wakil rakyat ini kemudian
memilih perwakilan mereka lagi atau bisa juga disebut tim formatur atau disini disebut
selectman atau Selectboard sebanyak kurang lebih 5 orang yang mempunyai tugas memilih
walikota (Mayor) atau Bupati (Town manager). Tidak terkait dengan itu, masyarakat juga
memilih melalui pemilu lokal yang disebut wakil-wakil mereka yang akan mengurus urusan
pendidikan, yaitu yang disebut school commitee atau komite sekolah. Bedanya dengan di
Indonesia komite sekolah adanya ditiap sekolah, tapi di AS komite sekolah adanya ditingkat

12
kota/kab. Jadi mungkin mirip dengan Dewan Pendidikan di Indonesia, hanya bedanya komite
sekolah di AS dipilih langsung oleh rakyat.
Komite sekolah ini berjumlah berkisar 5-7 orang tergantung jumlah penduduk, dan
mereka akan memilih yang disebut Super Intendants sebanyak 1 orang. Maka untuk urusan
pendidikan komite sekolah berfungsi sebagai legislatifnya dan super intendant sebagai
eksekutifnya atau kepala dinasnya. Jadi semacam ada 2 pemerintahan ditingkat lokal, yaitu
pemerintahan yang mengurus pendidikan, dan pemerintahan yang mengurus selain
pendidikan. Eksekutif yang mengurus pendidikan disebut super intendant dan eksekutif yang
mengurus selain pendidikan disebut mayor atau town manager. Pendapatan pemerintah lokal
berasal dari pajak property yang dipungut dari masyarakat, uang ini dipegang oleh
mayor/town manager dan 60% dari uang ini diserahkan kepada Super Intendant. Ketika kami
sempat bertemu dengan seorang mantan walikota Amherst, beliau menyatakan pusing dengan
komite sekolah, karena uang saya sebagian besar dipakai buat mengurus pendidikan.
Amerika Serikat terdiri dari berbagai orang dari negara-negar lain didunia. makanya
AS sering disebut sebagai Negri Imigran. Meskipun imigran tapi mereka diperlakukan sama.
Demokrasi dan hak setiap individu dijunjung tinggi. Keberhasilan letaknya pada individu
masing2 bukan pada sistemnya. Ketika di Newyork saya melihat banyak gelandangan
berkeliaran dikota yang sangat padat, lebih padat dari jakarta. Lebih padat dari pusat
pertokoan di kota Sukabumi. Dan orang miskin juga banyak, tetapi itu bukan lantaran mereka
tidak diperhatikan pemerintah, tetapi karena mereka sendiri yang mau seperti itu, dan
sebagiannya lagi karena sudah dirusak oleh obat-obat bius. Ternyata etnik yang tergolong
kaya di AS adalah etnik kulit putih asli AS dan orang Asia, dan yang miskin kebanyakan
orang kulit hitam, suku African American dan orang Hispanik (Amerika Latin). Kalo dari sisi
agama, yang kaya adalah orang Yahudi dan Muslim. Ada sekitar 10% dari seluruh penduduk
AS yang paling kaya. penghasilan pemerintah pusat atau federal adalah dari pajak penghasilan
atau PPH (kalo tadi pemerintah lokal penghasilannya dari pajak proverty atau PBB). Dari
keseluruhan pendapatan banyak 70%nya berasal dari 10% orang paling kaya di AS.
Tugas dari Komite Sekolah adalah : mengurus anggaran pendidikan, mengangkat
Super Intendant (SI), membuat kebijakan pendidikan termasuk kurikulum, dan melaporkan ke
publik (masayarakat). Tugas SI adalah : Mengangkat Principals atau Kepala Sekolah,
mengangkat staf dan direktur-direktur pendidkan (subdin-subdin), melaksanakan pengelolaan
pendidikan, dan melaporkan ke komite sekolah. Tugas dari Principals adalah : Sebagai
manager di sekolah, mengangkat guru-guru, melaksanakan kurikulum dan melaporkan ke SI.
Tugas guru adalah membuat draft kurikulum, menentukan buku (tapi tidak boleh menjual),
mengajar, melaporkan ke principals.
Keuangan untuk pendidikan yang diberikan ke SI melalui komite sekolah berasal
dari 60% kekayaan pemerintah lokal, 40% kekayaan pemerintah state dan 10% kekayaan
pemerintah pusat. Tetapi ketika pemerintah state dan pusat memberikan kekayaannya ke
komite sekolah, maka komite sekolah wajib menerima kebijakan-kebijakan pendidikan
pemerintah pusat dan state yang terkait dengan jumlah uang yang diberikannya itu.
Di Indonesia kita mengenal wajib belajar SD dan SMP. Di Amerika kesempatan
memperoleh pendidikan bagi seluruh warga sudah lama diberlakukan. wajib belajar di AS
mulai dari SD sampai SMA. Tapi pemerintah menggratiskan biaya sekolah sejak TK sampai
SMA untuk sekolah-sekolah negri. Untuk sekolah swasta, pemerintahan dipusat sampai lokal

13
tidak memberikan anggaran apapun, dan sebaliknya sekolah itupun tidak diwajibkan
mengikuti seluruh kebijakan pemerintah dibidang pendidikan.
Pada tahun 2001 pemerintah pusat melakukan Reformasi di bidang pendidikan
dengan meluncurkan kebijakan NCLB atau No Child Left Behind atau Tak ada satupun anak
yang tertinggal dibelakang. Kebijakan ini terkait dengan mutu atau kualitas anak didik.
Negara bagian Massachusetts yang selalu terbaik dalam pendidikan telah lebih dulu
mengawali kebijakan ini pada tahun 1993. Kebijakan NCLB ini antara lain dilakukan dalam
bentuk penciptaan standar-standar mutu hasil didik dan pelaksanaan Ujian Nasional.
Pemerintah pusat memerintahkan pemerintah negara bagian untuk membuat standar
pendidikan, membuat kurikulum, membuat soal Ujian nasional dan menyelenggarakan Ujian
nasional. materi yang diujikan samapai saat ini baru Matematik dan Bahasa Inggris, tapi tahun
depan akan ditambah Sejarah AS dan IPA.
Intervensi pemerintah pusat dalam pendidikan dilakukan karena melihat kualitas
pendidikan anak-anak SMA sangat menurun. Angka Drop Out (tidak meneruskan sekolah)
sebesar rata-rata 50%, dari 50% yang ikut Ujian nasional lulus 90%, dari yang lulus ini
sebagian meneruskan kuliah dan sebagian lagi bekerja. Sebelum masuk perguruan tinggi atau
bekerja mereka juga di tes, dan hanya 50% dari yang ikut tes lulus masuk perguruan tinggi
atau bekerja. akibatnya banyak pengangguran atau bekerja ditempat yang dibayar murah, dan
akibatnya angka kemiskinan makin meningkat, seterusnya pembayar pajak semakin sedikit
dan pendapan negara semakin berkurang.
Karakteristik Pendidikan di Amerika Serikat yang sangat menonjol nya desentralisasi.
Pemerintah federal negara bagian dan pemerintah daerah memiliki aturan dan tanggung jawab
administratif masing-masing yang sangat jelas. Pemerintah federal Amerika Serikat tidak
punya mandat untuk mengontrol dan mengadakan pendidikan untuk masyarakat. Hal ini
disebabkan soal pendidikan Tidak disebutkan dalam konstitusi Amerika, dan para penyusun
konstitusi menyebutkan bahwa semua kekuasaan yang tidak tersebut Amerika
Karakteristik Pendidikan di Amerika Serikat yang sangat menonjol nya desentralisasi.
Pemerintah federal negara bagian dan pemerintah daerah memiliki aturan dan tanggung jawab
administratif masing-masing yang sangat jelas. Pemerintah federal Amerika Serikat tidak
punya mandat untuk mengontrol dan mengadakan pendidikan untuk masyarakat. Hal ini
disebabkan soal pendidikan Tidak disebutkan dalam konstitusi Amerika, dan para penyusun
konstitusi menyebutkan bahwa semua kekuasaan yang tidak diberikan kepada pemerintah
federal menjadi tanggung jawab pemerintah negara bagian.
Menurut Hasil studi perbandingan yang dilakukan oleh agustiansyah Nur, ada
beberapa isu dan masalah pendidikan yang dialami pemerintah dan masyarakat Amerika
Serikat, antara lain:
1.Banyaknya anak usia sekolah yang tidak diasuh langsung oleh orang tua mereka, karena
adanya dinamika perubahan sosial masyarakat Amerika Serikat yang umumnya baik sang ibu
atau sang ayah memiliki kesibukan yang sangat tinggi di luar rumah. Hal ini akan menjadi
permasalahan yang serius bagi perkembangan sosial anak dilihat dari aspek psikis dan
emosional.
2.Tingginya tingkat perceraian, yang mengakibatkan banyaknya anak-anak usia sekolah yang
hanya diasuh oleh sang ibu sebagai single parent dalam rumah tangga. Tidak sedikit janda

14
cerai di Amerika Serikat yang terpaksa harus berprofesi rendahan dan kasar. Hal ini juga
mempengaruhi perkembangan sosial anak-anak mereka.
3.Tingginya tingkat integrasi yang umumnya berasal dari kalangan tidak mampu dan tidak
terdidik, yang karenanya banyak diantara mereka yang tidak memperoleh pekerjaan yang
layak. Hal ini menyebabkan masalah pendidikan anak-anak dari keluarga imigran tidak dapat
teratasi. Ditambah lagi faktor berasal dari kalangan imigran yang mendirikan bagi anak-anak
imigran diri sendiri jika mereka mendapat akses pendidikan.
4.Dari berbagai monitoring dan evaluasi pendidikan yang dilakukan oleh berbagai badan
resmi Amerika Serikat sendiri, ternyata kualitas pendidikan dan lulusan sekolah di Amerika
Serikat masih kalah dibandingkan dengan negara-negara lain dalam standar internasional.
Banyak anak-anak yang Drop Outs dan tingginya kekerasan oleh anak-anak.
BAB IV MASALAH PENDIDIKAN NEGARA MAJU DI INGGGRIS
Sejarah berdiriya lembaga pendidikan di United Kingdom atau kerajaan Inggris sudah
mulai tercatat sejak akhir abad ke-6, yaitu dalam peridoe sejarah Inggris Anlo-Sxon. Sekolah
yang diperkirakan petama berdiri di Inggris adalah sebuah rmmr yang didirikan pada tahun
598 di Canterbury, England. Inggris merupakan rumah bagi beberapa universitas tertua di
dunia. Universitas Oxford merupakan universitas pertama yang tercatat berdiri dalam sejarah
Inggris. Terdapat bukti yang menunjukkan bahwa universitas tertua di negara berbahasa
Inggris ini telah memulai pengajaran sejak tahun 1096 dan berkembang pesat sejak tahun
1167.
Salah satu tonggak penting dalam sejarah pendidikan di Inggris adalah pertama
kalinya program wajib belajar diberlakukan, yaitu pada tahun 1880. Wajib belajar
diberlakukan pada waktu itu hanya untuk anak berusia 5 sampai 10 tahun. Batas akhir usai
wajib belajar kemudian bertambah secara bertahap dan mencapai usia 14 tahun pada tahun
1918. Tahun 1947 dan tahun 1973, batas akhir usia tersebut kembali masing-masing
meningkat menjadi 15 dan 16 tahun. Dengan diberlakukannya undang-undang Eduction nd
Skills Act 2008, mulai tahun 2013 sampai dengan 2015, batas akhir usia belajar tersebut akan
bertahap meningkat menjadi 18 tahun. [1]
Pemerintahan di Inggris mula-mula enggan terlihat dalam pengelolaan pendidikan.
Pemerintahan Inggris pertama kali mengelola bidang pendidikan baru terjadi pada tahun
1833. Permulaan mengelola bidang pendidikan tersebut dilakukan pemerintah dengan
memberikan sejumlah kecil dana bantuan pada dua perkumpulan sekolah amal. Sebelumnya
pemerintah telah mengizinkan berdirinya yayasan pendidikan swasta dan sekali-kali
memberikan bantuan dana kepada mereka. Wewenang untuk menilai dan memberikan lisensi
melalui proses sertifikasi kepada guru-guru dan mengawasi pelaksanaan pembelajaran di
sekolah-sekolah diserahkan kepada gereja Inggris. Perhatian pemerintah terhadap
penyelenggaraan pendidikan ini selanjutnya membawa kepada upaya penetapan aneka
peraturan yang menjamin keberadaan kepercayaan ortodoks dan kesetiaan kepada golongan
yang berkuasa.
Struktur dan Jenis Pendidikan Negara Inggris
1. Pendidikan Formal

15
Bagi anak-anak yang berusia antara 5 dan 16 tahun, pendidikan itu wajib di UK.
Pendidikan yang dibiayai pemerintah bagi anak-anak pada usia ini terstruktur dalam dua atau
tiga jalur (tier). Sistem dua jalur (two-tier-system) terdiri dari sekolah dasar (Primary school)
dan sekolah menengah pilihan atau tanpa pilihan (selective/non selective secondary school) .
sekolah dasar adalah sekolah untuk anak-anak yang berusia antara 5-11 tahun, kecuali di
Scotland dimana transfer dilakukan pada usia 12 bukan 11 tahun. Adakalanya terbagi lagi
dalam kelompok 5-7 tahun (infant school) dan kelompok 7-11 tahun (junior school). Sekolah
menengah adalah untuk anak-anak yang berusia antara 11 dan 16 atau 18 tahun. Sistem tiga
jalur (three-tier system) terdiri sekolah pertama (first school) adalah bagi anak-anak yang
berusia 5-8 atau 9 tahun, sekolah menengah (middle school) bagi anak berusia antara 8-12
atau 9-13 tahun, dan sekolah tingkat atas (upper school) biasanya non selektif, bagi anak-anak
berusia antara 12 atau 13-16 atau 18 tahun.
Sistem sekolah dengan dua jalur adalah yang banyak dilaksanakan di UK . sistem tiga
jalur dijumpai hanya di England yang menampung kurang 15 % dari seluruh murid . sampai
tahun 1965 kebanyakan anak-anak di England dan Wales di tes pada usia 11 tahun untuk
mengetahui kecocokanya memasuki sekolah yang berorientasi akademik yaitu sekolah
menengah yang dikenal dengan “grammar school”. Kurang lebih 25 % anak-anak pada usia
ini memasuki “grammar school”. Anak-anak yang lain memasuki sekolah yang dikenal
dengan nama sekolah menengah modern(secondary-modern school) yang kurikulumnya
kurang berorientasi pada akademik. Tentu saja bagi mereka yang menamatkan pendidikanya
disekolah ini lebih kecil peluang untuk bisa mengikuti ujian negara pada usia 16 tahun dan
juga mereka kurang memperoleh fasilitas apabila berkeinginan melanjutkan pendidikan
setelah usia 16 tahun. Semenjak tahun 1965, didorong terutama oleh pemerintah partai buruh,
hampir semua “I.e.a.s” lebih mengakui dan menyukai sistem sekolah menengah yang dapat
menampung berbagai kemampuan, dan ini dikenal dengan sebagai sekolah komprehensif
(Comprehensive school). Sebagaian besar anak-anak berusia 11-16 tahun saat ini mendapat
pendidikan di sekolah jenis ini.
Anak-anak yang melampui usia wajib belajar (16 tahun) dapat juga meneruskan
pendidikanya di sekolah sendiri dalam program yang dinamakan “sixth from” dengan
tambahan waktu dua tahun lagi atau mereka juga boleh pindah ke lembaga lain seperti “Sixth-
from collage” yang menampung secara penuh anak-amak usia 16 -18 tahun, ke “Tertiary
Collage”. “Collage of Further Education” atau ke “Technical Collage” tiga yang terakhir ini
pada dasarnya adalah sama , melayani mahasiswa yang purna waktu ( Full Time) dan paruh
waktu (part-time).
Pendidikan bagi anak-anak yang telah tamat dari pendidikan dasar menengah dapat
dikelompokkan dalam dua kategori, pertama “nonadvanced further education” (NAFE) untuk
yang tidak akan meneruskan kependidikan tinggi , tetapi dipersiapkan mengambil General
Certificate of Education (GCE) tingkat advanced (A) dan kategori. kedua, pendidikan tinggi
yang otonom yang diselenggrakan dengan dana pemerintah, dan perguruan tinggi yang
diselenggarakan oleh “I.e.a.s” yang sebagian dikenal dengan politeknik (Di Scotland, ada 14
perguruan tinggi yang langsung dibiayai oleh Pemerintah Pusat). Banyak “I.e.a.s yang
menyelenggrakan kedua jenis pendidikan ini. Universitas dan Politeknik adalah pusat
pendidikan untuk memperoleh titel dan penelitian, politeknik kuat dalam pendidikan “part
time” dan melayani terutama mahasiswa berusia 21 tahun ke atas. Titel pertama yang

16
diberikan oleh sistem pendidikan di UK menuntut tiga tahun kuliah bahkan sebagian program
menuntut 4 tahun atau lebih.
2. Pendidikan Nonformal
Berbagai program untuk orang dewasa dan Cuntinuing Education disenggarakan oleh
“I.e.a.s, jurusan-jurusan ekstra universitas, dan badan-badan tertentu seperti Asosiasi
Pendidikan para pegawai. Pada umumnya kuliah-kuliah diselenggarakan “part-time” (siang
atau malam), tetapi ada sebagaian yang mengharuskan tinggal dikampus dalam waktu pendek,
dan sebagian kecil sekali ada yang harus tinggal di kampus dalam jangka waktu panjang pada
perguruan tinggi negeri. Mata kuliah yang ditawarkan bervariasi besar sekali, mulai dari
pendidikan paling dasar seperti tulis baca sampai pada mata kuliah untuk mengambil ujian
program akademik atau mata-mata kuliah vokasional. Biaya pendidikan umumnya ditanggung
oleh mahasiswa.
Universitas Terbuka (Open University, OU) tergolong pendidikan non formal yang mampu
menawarkan berbagai program akademik dengan berbagai gelar. Perkuliahan sebagian besar
dilakukan di rumah melalui korespondensi, televisi dan radio. Tidak diperlukan kualifikasi
akdemik formal untuk mendaftar di Universitasb Terbuka ini, dan gelar di berikan atas dasar
jumlah kredit yang diperoleh dengan sukses pada setiap fase perkuliahan.
Pelayanan terhadap generasi muda diadakan dengan tujuan untuk meningkatkan
pendidikan sosial secara informal pada waktu-waktu senggang sambil membina
pengembangan bakat mereka. pelayanan ini diseenggarakan oelh beberapa klanb bejerja sama
dengan pejabat-pejabat setempat termasuk “I.e.a.s” dan macam-macam organisasi sukarela,
tetapi itu bukanlah gerakan sukarela kaum muda secara nasional.
Struktur Dasar Sistem Pendidikan di Inggris
(1) Pendidikan pra-primer (pre-primary education), usia 3-4 tahun
(2) Pendidikan primer (primary education), usia 4-11 tahun
(3) Pendidikan sekunder (secondary education), usia 11-16 tahun
(4) Pendidikan lanjutan (further education), usia 16-18 tahun
(5) Pendidikan tinggi (higher education), usia di atas 18 tahun
Pendidikan wajib belajar dimulai sejak pendidikan primer saat anak-anak menginjak
usia 5 tahun dan berakhir sampai dengan usia 16 tahun2. Batas akhir usia wajib belajar ini
akan berubah secara bertahap mulai tahun 2013 menjadi 18 tahun pada tahun 2015.
Umumnya siswa setelah menyelesaikan pendidkan sekunder (usia 16 tahun),lalu mengambil
ujian General Certificate of Secondary Education (GCSE), untuk kemudian melanjutkan ke
pendidikan lanjutan (further education) selama 2 tahun.
Umumnya setelah mendapatkan nilai GCSE siswa di Inggris mengambil kualifikasi
AS (Advanced Subsidiary) level yang kemudian dilanjutkan dengan A-Level, yang dapat
diambil di sekolah yang sama, sixth form college atau further education college. A-Level
biasanya dipakai sebagai syarat melanjutkan pendidikan ke universitas. Selain A-Level
terdapat beberapa pilihan lain seperti kualifikasi Business and Technology Education Council
(BTEC), International Baccalaureate (IB), Cambridge Pre-U dan sebagainya, termasuk pilihan

17
melanjutkan ke berbagai sekolah tinggi kejuruan. Bagi yang memilih sekolah kejuruan dan
ingin memasuki lapangan kerja dengan lebih cepat mereka dapat mengambil pendidikan
kejuruan (vocational), sebagai contoh, pendidikan untuk mendapatkan sertifikat National
Vocational Qualification (NVQ). Pemegang kualifikasi pendidikan kejuruan NVQ tetap
mempunyai peluang untuk dapat meneruskan pendidikan mereka ke tingkat perguruan tinggi
atau universitas, setelah memenuhi beberapa ketentuan akademis. Pendidikan tinggi (higher
education) umumnya dimulai dengan tiga tahun pendidikan setingkat sarjana atau bachelor’s
degree. Kemudian, pendidikan pascasarjana dimulai dengan pendidikan tingkat master yang
biasanya dapat ditempuh dalam waktu satu tahun.
Tingkat pendidikan tertinggi di tahapan ini adalah pendidikan tingkat doctor yang
setidaknya ditempuh selama tiga tahun.Di tingkat nasional, pendidikan di England diawasi
pemerintah pusat yaitu oleh Departemen Pendidikan (Department for Education - DfE) dan
Departemen Bisnis,Inovasi dan Keterampilan (Department for Business, Innovation and
Skills - BIS). Namun untuk pelaksanaan kebijakan pendidikan di tingkat daerah, masing-
masing pemerintah daerah diberi tanggung jawab dalam pengelolaannya. Bagian selanjutnya
buku ini akan menjelaskanketerangan singkat di atas lebih mendalam.
Sistem Pendidikan di Inggris
Inggris dikenal dengan standar pendidikannya yang tinggi, sistem pendidikan
Inggris telah banyak mempengaruhi banyak negara dan adalah rumah untuk beberapa
universitas terkenal.
1.Sekolah Dasar
Pendidikan wajib di Inggris dimulai dari usia 5 tahun dengan sekolah dasar. Siswa
naik dari kelas 1 sampai 6 tanpa ujian, meskipun kemampuan mereka diuji di usia 7 tahun.
Penekanan ada pada belajar secara praktikal dibandingkan menghafal. Siswa belajar mata
pelajaran inti seperti Inggris, matematika dan sains, juga pelajaran dasar seperti sejarah,
geografi, musik, seni dan olahraga.
2.Sekolah Menengah Atas
Siswa memulai sekolah menengah pada usia 11 tahun, dimana menjadi kewajiban
untuk lima tahun berikutnya. Di setiap jenjangnya, siswa memperdalam pengetahuan mereka
pada mata pelajaran inti dan ditambah setidaknya 1 bahasa asing. Di tahun ke-4, mereka
mulai bersiap untuk mengikuti ujian-ujian yang disebut General Certificate of Secondary
Education atau GCSE. Siswa akan diuji di 9 atau 10 topik GCSE yang mereka pilih.
3.A-Levels di Sekolah Menengah Atas
Setelah menyelesaikan ujian GCSE, siswa sekolah menengah dapat meninggalkan
sekolah untuk bekerja, mengikuti program training di sekolah kejuruan atau teknik, atau
melanjutkan 2 tahun lagi untuk menyiapkan diri bagi ujian masuk universitas, yang dikenal
dengan "A-Levels." Secara umum, siswa yang ingin masuk ke universitas akan belajar 3-4
subyek untuk ujian A-Levels. Ini kerap dilakukan di sekolah yang dinamakan Sixth Form
Colleges. Makin tinggi nilai ujian A-Levels, makin baik peluang siswa untuk masuk ke
universitas pilihannya.
4.Program Sarjana

18
Ditingkat sarjana, siswa di Inggris dapat memilih jurusan "art" dan "sciences".
Program biasanya berlangsung selama tiga tahun dimana selama itu siswa menyelesaikan
pelajaran dan tutorial di bidang masing-masing. Siswa yang akan lulus biasanya harus
mengikuti ujian akhir. Syarat penerimaan bagi siswa internasional termasuk kefasihan bahasa
Inggris (min IELTS 6.0), tambahan 1 tahun sekolah menengah, dikenal dengan University
Foundation Year atau nilai A-Level.
5.Pasca Sarjana atau PhD
Pelajaran universitas dapat diteruskan ke tingkat pasca sarjana. Gelas pasca sarjana
tradisional biasanya dibidang "Arts" (MA) atau "Sciences" (MSc). Gelar pasca sarjana yang
makin populer adalah Masters in Business Administraion (MBA). Program Master
berlangsung selama satu sampai dua tahun dan mengharuskan ujian dan tesis untuk syarat
kelulusan. Bagi program tertentu, pengalaman dibidang riset dan bekerja dibutuhkan untuk
mengikuti program doktoral, atau PhD, yang dapat berlangsung selama empat atau lima tahun
di sekolah dan riset serta disertasi.
Menurut William, bahwa Nalar pendidikan di Inggris didasari yang bernama sistem
pengetahuan rasional, empirisme dan positivisme. William melanjutkan dan menguraikan dari
dasar filosofis epistimologis pendidikan di Inggris (Eropa),yaitu Empirisme, Bahafiorisme
(filosofis), dll. Kemudian William mengungkapkan juga tokoh liberalisme pendidikan yang
terjadi di Inggris:
1.Seluruh hasil kegiatan belajar adalah pengetahuan melalui pengalaman personal. 2.Seluruh
hasil kegiatan belajar bersifat subjektif dan selektif.
3.Seluruh hasil kegiatan belajar berakar pada keterlibatan pengertian indrawi.
4.Seluruh hasil hasil belajar didasari oleh proses pemecahan masalah secara
aktif dalam pola “coba benar salah”.
5.Cara belajar yang baik diatur oleh perintah-perintah experimental yang bercirikan metode
ilmiah.
6.Pengetahuan yang terbaik adalah yang paling selaras dengan atau mungkin berdasarkan
pembuktian ilmiah yang dianggap benar sebelumnya.
7.Kegiatan belajar diartikan dan dikendalikan oleh konsekuensi-konsekuensi emosional dari
perilaku.
8.Sifat sifat Hakiki dan isi Pengetahuan Sosial mengarahkan dan mengendalikan sifat sifat
Hakiki dan isi pengalaman personal.
9.Penyelidikan kritis yang mempunyai arti penting hanya bisa berlangsung dalam masyarakat
yang demokratis dan memiliki komitmen terhadap ungkapan umum pemikiran dan perasaan
individual.
Ada beberapa masalah pendidikan di Inggris yang cukup mendapatkan perhatian dari
kalangan pemerhati pendidikan di sana. Persatuan Guru nasional Inggris dan Wales
mengemukakan ada beberapa masalah kependidikan yang dihadapi oleh pendidikan Inggris.
Masalah-masalah tersebut antara lain:

19
1.Masyarakat Inggris berpandangan bahwa tugas pokok sekolah adalah membantu siswa
memecahkan masalah termasuk di dalamnya yaitu membantu siswa memecahkan masalah
transisi dari sekolah menuju dunia kerja. Masyarakat Inggris menghendaki adanya Fungsi
nyata dari lulusan suatu sekolah dan arti Bagaimana tulisan tersebut dapat didayagunakan
dalam dunia kerja. Mereka menginginkan adanya hubungan antara lingkungan pendidikan
dengan dunia kerja. Oleh karenanya sekolah diharapkan dapat menjalin kerjasama dengan
perusahaan perusahaan holding company dan sebagainya.
2.A commitment to life-longeducation Pendidikan di Inggris Tengah berupaya agar prinsip
pendidikan sepanjang Hayat dapat terlaksana. Upaya ini dilakukan agar mereka yang sudah
berusia lanjut juga terus mendapatkan pendidikan. Hal ini dikarenakan ada sebagian orang
orang lanjut usia yang pada masa anak-anak yang kurang mengenyam pendidikan dengan
adanya usaha ini diharapkan adanya pemerataan pendidikan baik muda maupun tua Sesuai
dengan prinsip long life education.
3.Salah satu resiko dari pengembangan sarana pendidikan adalah biaya yang dikeluarkan akan
semakin banyak. Apalagi di era arus informasi dan teknologi yang semakin hari semakin
berkembang dengan cepat sehingga membutuhkan sarana pendidikan yang dapat disesuaikan
dengan perkembangan zaman. Hal ini agar pendidikan Inggris tidak print-an zaman. Dampak
dari pengembangan sarana pendidikan berteknologi tinggi akan mengurangi tenaga kerja guru
itu sendiri. Akibatnya banyak guru-guru yang akan menganggur. Namun di lain pihak apabila
fasilitas tidak terpenuhi atau kurang maka akan menimbulkan hambatan belajar sehingga
kurang optimalnya proses belajar siswa. Hal ini juga akan berdampak pada ekonomi Inggris
di masa mendatang.
4.Pendidikan guru juga merupakan masalah yang harus diperhatikan. Sistem dan metode
pengajaran hendaknya dapat memenuhi permintaan masyarakat yang menginginkan hasil
yang bagus. untuk menangani masalah tersebut, pendidikan profesi keguruan di Inggris
dipersiapkan secara matang selama 4 tahun. Melalui pendidikan tersebut guru diharapkan
dapat menjelaskan tentang kenyataan hidup dalam masyarakat plural yang multirasial dan
multikultural.

20
BAB V MASALAH PENDIDIKAN NEGARA MAJU DI BELANDA
Sistem pendidikan di Belanda sangat berbeda dengan sistem pendidikan yang dikenal
di Asia, Amerika, bahkan di sebagian besar wilayah Eropa. Di Eropa sendiri, sistem
pendidikan ala Belanda hanya dikenal oleh beberapa negara, antara lain Jerman dan Swedia.
Salah satu perbedaan sistem pendidikan di Belanda adalah penjurusan yang sudah dimulai
sejak pendidikan di tingkat dasar dengan mempertimbangkan minat dan kemampuan
akademis dari siswa yang bersangkutan.
Secara umum, sistem penjurusan tersebut dapat dikategorikan sebagai berikut:
1. Pendidikan tingkat dasar dan lanjutan (primary en secondary education)
2. Pendidikan tingkat menengah kejuruan (senior secondary vocational education and
training)
3. Pendidikan tingkat tinggi (higher education)
Kategori-kategori di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
Pendidikan tingkat dasar dan lanjutan (primary en secondary education) Pendidikan
tingkat dasar di Belanda mulai diwajibkan sejak anak berumur 5 tahun dan berlangsung
selama kurang lebih 8 tahun (7 tahun di antaranya merupakan wajib belajar). Di tahun terakhir
para siswa sudah dianjurkan untuk memilih pendidikan lanjutan yang akan mereka jalani.
Pendidikan lanjutan yang dimulai sejak siswa berumur 12 tahun dan diwajibkan sampai umur
16 tahun ini diberikan dalam beberapa tingkatan: VMBO program (4 tahun) memberikan
pendidikan yang merupakan gabungan dari pendidikan umum dan kejuruan, dimana
lulusannya bisa melanjutkan ke pendidikan tingkat menengah kejuruan (senior secondary
vocational education and training). Sedangkan 2 jenis tingkat pendidikan yang memberikan
akses langsung ke sistem pendidikan tingkat tinggi (higher education) adalah HAVO (5
tahun) dan VWO (6 tahun) yang merupakan pendidikan selektif. Lulusan dari VWO bisa
mendapatkan akses langsung ke Universitas sedangkan lulusan HAVO bisa mendapatkan
akses langsung ke HBO (hogeschool/universities of profesional education). Dua tahun
terakhir di HAVO atau tiga tahun terakhir di VWO merupakan tahun penjurusan untuk
memilih bidang pilihan mereka. Dalam penjurusan ini mereka dapat memilih satu di antara
empat jurusan yaitu:

21
1. science and technology (ilmu teknologi/fisika)
2. science and health (ilmu kesehatan)
3. economic and society (sosial ekonomi)
4. culture and society (sosial dan budaya)
Pendidikan tingkat menengah kejuruan (senior secondary vocational education and
training)Pendidikan tingkat menengah kejuruan yang dikenal dengan tingkatan MBO (4
tahun) diberikan dalam beberapa jurusan, antara lain: ekonomi, teknik, kesehatan, perawatan
diri, kesejahteraan dan pertanian. Program MBO diberikan dalam 4 tingkatan (1-4 tahun) dan
hanya lulusan dari tingkat 4 MBO saja yang dapat memiliki akses ke HBO.
Pendidikan tingkat tinggi (higher education)
Pendidikan tingkat tinggi di Belanda terdiri atas 2 bagian, yaitu HBO
(hogeschool/universities of profesional education) dan WO (research universities).
Hogeschool memberikan pendidikan yang bersifat siap guna untuk siswa yang ingin langsung
terjun ke lapangan pekerjaan praktis, sedangkan Universitas memberikan pendidikan yang
bersifat spesifik /penjurusan berdasarkan ilmu – ilmu murni. Pada setiap tahun pertama
HBO/WO dilakukan penyaringan yang disebut dengan masa propedeuse. Dalam proses ini,
setiap siswa diwajibkan menyelesaikan mata pelajaran tahun pertama mereka dalam waktu
dua tahun. Jika siswa tersebut gagal, maka dia akan dikeluarkan dari jurusannya (Drop
Out/DO).
Setelah tahun 2002, pemerintah Belanda memberlakukan sistem pendidikan tingkat
tinggi (higher education) baru. Pada sistem baru ini, pendidikan tingkat tinggi dibagi menjadi
tiga tingkat, yaitu: Bachelor dan Master (BAMA), serta Phd degree. Walaupun menurut
peraturan baru lulusan dari HBO maupun WO mempunyai gelar yang sama/setara, ada
beberapa perbedaan yang mencolok antara kedua institusi tersebut dalam penerapan sistem
Bachelor – Master (BAMA) serta Phd degree, yaitu:
HBO (hogeschool/universities of profesional education):
Bachelor degree dapat diperoleh setelah menyelesaikan program di hogeschool
dengan mengumpulkan kredit sebanyak 240 ECTS/European Credit Transfer Sistem (selama
4 tahun). Lulusan program Bachelor dari hogeschool hanya berhak menggunakan titel
Bachelor yang berkaitan dengan jurusannya contoh: Bachelor of engineering, Bachelor of
nursing dll.
Master degree dapat diperoleh setelah menyelesaikan program master di hogeschool
dengan mengumpulkan kredit sebanyak 60 atau 120 ECTS (1 atau 2 tahun). Lulusan program
Master dari hogeschool hanya berhak mengunakan titel Master yang berkaitan dengan
jurusannya contoh: Master of social work, Master of business dll.
WO (research universities):
Bachelor degree dapat diperoleh setelah menyelesaikan program di universitas
dengan mengumpulkan kredit sebanyak 180 ECTS/European Credit Transfer Sistem (selama
3 tahun). Lulusan program Bachelor dari universitas berhak mengunakan titel Bachelor of
Science dan Bachelor of Arts (BA/BSc) tergantung dari jurusan yang diambil.

22
Master degree dapat diperoleh setelah menyelesaikan program di universitas dengan
mengumpulkan kredit sebanyak 60, 90 atau 120 ECTS (1, 1,5 atau 2 tahun). Lulusan program
Master dari universitas berhak menggunakan titel Master of Science dan Master of Arts
(MA/MSc) tergantung dari jurusan yang diambil.Sedangkan gelar PhD hanya bisa diperoleh
melalui program di WO (research universities).
Syarat – syarat untuk memasuki pendidikan tingkat tinggi (higher education) di Belanda
Untuk memasuki HBO (hogeschool/universities of profesional education) setiap
calon siswa diwajibkan memiliki ijazah HAVO atau ijazah MBO level 4 atau yang setara
dengannya. Sedangkan untuk memasuki WO (research universitas), setiap calon siswa
diwajibkan memiliki ijazah VWO. Karena adanya keterbatasan tempat, beberapa program
WO (research universities) memakai sistem undian dalam proses penerimaan (contoh: jurusan
kedokteran).Sementara itu, siswa potensial yang berumur lebih dari 21 tahun boleh memasuki
pendidikan tingkat tinggi di Belanda setelah berhasil lulus tes masuk dari badan pendidikan
yang bersangkutan.
Lulusan program Bachelor dari WO yang ingin masuk ke program Master di WO
(research universitas) kadang – kadang perlu menjalani test extra jika memilih jurusan yang
berbeda. Sementara untuk lulusan program Bachelor dari HBO (hogeschool/universities of
profesional education) yang ingin memasuki program Master di WO (research universities)
diwajibkan untuk memasuki 1 tahun persiapan di WO (research universities) sebelum
memulai program dengan jurusan yang sudah dipilih. Hal tersebut juga berlaku bagi lulusan
program Master dari HBO yang ingin melanjutkan pendidikan ke tingkat Phd di WO
(research universities).
Sistem kredit dan penilaian
Sejak tahun 2002 sistem pendidikan di Belanda menggunakan sistem kredit/point
ECTS (European Credit Transfer Sistem) yang berlaku hampir di seluruh Eropa. Satu kredit
mewakili 28 jam kerja/studi di kampus (belum termasuk jam pelajaran di rumah/pribadi) dan
60 kredit mewakili 1 tahun ajaran penuh. Sementara, sistem penilaian sama sekali tidak ada
perubahan dari system sebelumnya, yaitu dari skala 1 (sangat rendah) sampai 10 (sangat
memuaskan) dengan nilai lulus paling rendah adalah 6. Umumnya nilai 9 sangat jarang
diberikan, nilai 10 dianggap sangat aneh jika didapatkan, dan penilaian dari 1 – 3 sangat
jarang sekali digunakan.
Akreditasi dan jaminan kualitas sistem pendidikan di Belanda
Sejak tahun 2002 akreditasi sistem pendidikan tinggi di Belanda di atur oleh
Netherlands – Flemish Accreditation Organization (NVAO). Dalam sistem tersebut, NVAO
memberikan akreditasi kepada suatu program pendidikan dalam satu periode selama 6 tahun.
Program yang menerima akreditasi dari NVAO sajalah yang akan memperoleh bantuan
subsidi dari pemerintah Belanda dan berhak mengeluarkan gelar yang diakui oleh pemerintah
Belanda.
Semua program yang diakreditasi oleh NVAO dicantumkan di Central Register of
Higher Education Study Programmes (CROHO). Saat ini NVAO sedang mereview semua
program studi yang ada di Belanda (tahun 2006), dan sampai proses tersebut selesai, semua
program yang tercantum di CROHO dianggap diakui oleh hukum.

23
Sementara itu departemen pendidikan juga Belanda memiliki sistem akreditasi yang
berbeda dengan NVAO, yaitu: Program yang disubsidi/dibiayai oleh negara dan program
yang diakui oleh negara tetapi tidak mendapatkan subsidi/biaya dari negara. Apapun bentuk
akreditasi dari departemen pendidikan Belanda, semua program yang ada di Belanda harus
diakreditasi dan didaftarkan oleh NVAO untuk dapat diakui sebagai program yang terpercaya.
Perlu diingat bahwa badan pendidikan tinggi di Belanda diwajibkan mencantumkan
status akreditasi program mereka di ijazah yang akan diberikan bagi lulusan program tersebut
dan status akreditasi yang ada di ijazah kelulusan tersebut berlaku permanent. Jadi, sebaiknya
calon siswa meneliti terlebih dahulu apakah jurusan yang dipilih sudah terakreditasi atau
belum.
Sistem pendidikan di Belanda sangat berbeda dengan sistem pendidikan yang dikenal
di Asia, Amerika, bahkan di sebagian besar wilayah Eropa. Di Eropa sendiri, sistem
pendidikan ala Belanda hanya dikenal oleh beberapa negara, antara lain Jerman dan Swedia.
Salah satu perbedaan sistem pendidikan di Belanda adalah penjurusan yang sudah dimulai
sejak pendidikan di tingkat dasar dengan mempertimbangkan minat dan kemampuan
akademis dari siswa yang bersangkutan.
Secara umum, sistem penjurusan tersebut dapat dikategorikan sebagai berikut:
1. Pendidikan tingkat dasar dan lanjutan (primary en secondary education)
2.Pendidikan tingkat menengah kejuruan (senior secondary vocational education and training)
3.Pendidikan tingkat tinggi (higher education)
Kategori-kategori di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.Pendidikan tingkat dasar dan lanjutan (primary en secondary education) Pendidikan tingkat
dasar di Belanda mulai diwajibkan sejak anak berumur 5 tahun dan berlangsung selama
kurang lebih 8 tahun (7 tahun di antaranya merupakan wajib belajar). Di tahun terakhir para
siswa sudah dianjurkan untuk memilih pendidikan lanjutan yang akan mereka jalani.
2.Pendidikan lanjutan yang dimulai sejak siswa berumur 12 tahun dan diwajibkan sampai
umur 16 tahun ini diberikan dalam beberapa tingkatan: VMBO program (4 tahun)
memberikan pendidikan yang merupakan gabungan dari pendidikan umum dan kejuruan,
dimana lulusannya bisa melanjutkan ke pendidikan tingkat menengah kejuruan
3.Pendidikan tingkat menengah kejuruan (senior secondary vocational education and
training). Sedangkan 2 jenis tingkat pendidikan yang memberikan akses langsung ke sistem
pendidikan tingkat tinggi (higher education) adalah HAVO (5 tahun) dan VWO (6 tahun)
yang merupakan pendidikan selektif. Lulusan dari VWO bisa mendapatkan akses langsung ke
Universitas sedangkan lulusan HAVO bisa mendapatkan akses langsung ke HBO
(hogeschool/universities of profesional education). Dua tahun terakhir di HAVO atau tiga
tahun terakhir di VWO merupakan tahun penjurusan untuk memilih bidang pilihan mereka.
Gejala Post Modernisasi sangat terasa di Negara Belanda Gejala post modernisasi
ditandai dengan sekularisasi yang salah satunya dalam bentuk lunturnya nilai-nilai
agama.Kecuali itu juga ditandai dengan liberalisasi pola pikir sangat menekankan pada hak
azasi tiap manusia untuk melakukan kehendaknya sendiri. Belanda yang pada masa lalu
mampu mengirimkan nisionaris-misionarisnya ke seluruh dunia, terutama Negara jajahannya,

24
kini justru membutuhkan misionaris-misionaris dari luar. Tidak dapat dipungkiri, masyarakat
Belanda masa kini adalah masyarakan yang individualistis, yang memandang soal-soal agama
sebagai urusan pribadi semata. Kegiatan kerohanian menjadi tidak menarik lagi. Gereja-gereja
kosong, kaum muda tidak tertarik melaksanakan kegiatan keagamaan.
Aktualisasi kehidupan beriman orang Belanda masa kini lebih ditekankan pada
karya-karya humanistis. Namun gejala ini tidak berlaku bagi kaum imigran. Dari situasi
tersebut muncul pula kebiasaan-kebiasaan yang sulit diterima nalar, seperti: adanya hari
bebas mengkonsumsi narkoba (Surya, 26 Mei 2010)! Jika demikian tentu kebebasan dalam
bidang lain, missal pergaulan, tentu mendapat kelonggaran pula.
Kecenderungan individualistis juga memperburuk situasi pergaulan antar muda-
mudi, bahkan antar pasangan sejenis. Pimpinan Gereja Katolik pernah didemo masyarakat.
Belanda yang menuntut disahkannya pernikahan sejenis! Kecuali hal-hal tersebut, yang perlu
dipertimbangkan adalah adanya iklim yang berbeda dengan Indonesia. Musim dingin yang
sering disertai badai salju menjadi pertimbangan khusus bagi orang-orang yang berasal dari
Negara-negara tropis. Dan satu hal lagi yang perlu diperhitungkan adalah sangat terbatasnya
took/rumah makan yang menjual makanan khas Indonesia.

BAB VI MASALAH PENIDIKAN DI NEGARA FINLANDIA


Finlandia atau Republik Finlandia adalah sebuah negara Nordik yang terletak di
Fennoscandian wilayah utara Eropa. Di sebelah barat berbatasan dengan Swedia, di sebelah
timur berbatasan dengan Rusia, dan di sebelah utara berbatasan dengan Norwegia, sementara
Estonianya terletak di bagian selatan Teluk Finlandia. Ibu kota Finlandia adalah Helsinki.
Finlandia terkenal dengan pendidikan terbaik di dunia. Ini terbukti dari peringkat
PISA (Program for International Student Assesment) pada tahun 2003 siswa Finlandia
menduduki peringkat pertama dan meraih skor tertinggi di dunia secara konsisten. Tes yang
diadakan oleh PISA menguji siswa yang berusia 15 tahunan di sekiatr 40 negara industri
seluruh dunia, pengukuran tes dalam PISA yaitu keaksaraan dalam membaca, matematika,
dan ilmu pengetahuan.

25
Jika dibandingkan dengan Indonesia yang berada pada peringkat paling bawah. Ini
artinya negara finlandia merupakan Negara dengan kualitas pendidikan terbaik di dunia
dengan sistem pendidikan yang baik pula. Sistem pendidikan di Finlandia adalah sebuah
system egalitarian Nordik, dengan tidak ada uang untuk waktu-penuh siswa. Secara hukum
semua siswa wajib belajar sembilan tahun dimulai pada usia tujuh tahun dan mereka
mendapatkan makan secara gratis. Peraturan tersebut diberlakukan pada tingkat dasar dan
menengah. Di bidang pendidikan pendidikan, Forum Ekonomi Dunia meletakkan kualitas
Finlandia pada peringkat pertama di dan peringkat kedua dalam matematika dan ilmu
pendidikan.
Pendidikan di Finlandia
Finlandia, berbeda dengan kita yang harus menghadapi ujian nasional tiap mau naik
jenjang sekolah, seumur-umur pelajar di Finlandia hanya menghadapi 1 ujian nasional ketika
mereka berumur 16 tahun. Tidak hanya minim pekerjaan rumah, pelajar di Finlandia juga
mendapatkan waktu istirahat hampir 3 kali lebih lama daripada pelajar di negara lain. Namun
dengan sistem yang leluasa entah bagaimana mereka justru bisa belajar lebih baik. Berikut ini
adalah beberapa hal yang dilaksanakan dalam dunia pendidikan, antara lain :
1. Anak Baru Boleh Bersekolah Setelah Berusia 7 Tahun.
Di Indonesia, anak belum genap 3 tahun saja sudah ngantri dapat pre-school bagus gara-gara
takut kalau dari awal sekolahnya tidak bagus, nantinya susah dapat SD, SMP, atau SMA yang
bagus. Di Finlandia tidak ada kekhawatiran seperti itu. Bahkan menurut hukum, anak-anak
baru boleh mulai bersekolah ketika berumur 7 tahun.
Awal yang lebih telat jika dibandingkan negara-negara lain itu justru berasal dari
pertimbangan mendalam terhadap kesiapan mental anak-anak untuk belajar. Mereka juga
meyakini keutamaan bermain dalam belajar, berimajinasi, dan menemukan jawaban sendiri.
Anak-anak di usia dini justru didorong untuk lebih banyak bermain dan bersosialisasi dengan
teman sebaya. Bahkan penilaian tugas tidak diberikan hingga mereka kelas 4 SD. Hingga
jenjang SMA pun, permainan interaktif masih mendominasi metode pembelajaran.
Pelajar di Finlandia sudah terbiasa menemukan sendiri cara pembelajaran yang paling
efektif bagi mereka, jadi nantinya mereka tidak harus merasa terpaksa untuk belajar. Maka
dari itu meskipun mulai telat, tapi pelajar umur 15 di Finlandia justru berhasil mengungguli
pelajar lain dari seluruh dunia dalam tes internasional Programme for International Student
Assessment (PISA). Itu membuktikan faedah dan efektivitas sistem pendidikan di Finlandia.
2. Cara Belajar: 45 Menit Belajar, 15 Menit Istirahat.
Setiap 45 menit siswa di Finlandia belajar, mereka berhak mendapatkan rehat selama
15 menit. Orang-orang Finlandia meyakini bahwa kemampuan terbaik siswa untuk menyerap
ilmu baru yang diajarkan justru akan datang, jika mereka memilliki kesempatan
mengistirahatkan otak dan membangun fokus baru. Mereka juga jadi lebih produktif di jam-
jam belajar karena mengerti bahwa toh sebentar lagi mereka akan dapat kembali bermain.
Di samping meningkatkan kemampuan fokus di atas, memiliki jam istirahat yang lebih
panjang di sekolah juga sebenarnya memiliki manfaat kesehatan. Mereka jadi lebih aktif
bergerak dan bermain, tidak hanya duduk di kelas. Bagus juga kan jika tidak membiasakan
anak-anak dari kecil untuk terlalu banyak duduk.

26
3. Semua Sekolah Negeri Di Finlandia Bebas Dari Biaya. Sekolah Swasta pun Diatur
Secara Ketat Agar Tetap Terjangkau.
Satu lagi faktor yang membuat orang tua di Finlandia tidak usah pusing-pusing
memilih sekolah yang bagus untuk anaknya, karena semua sekolah di Finland itu sama
bagusnya. Dan yang lebih penting lagi, sama gratisnya. Sistem pendidikan di Finlandia
dibangun atas dasar kesetaraan. Bukan memberi subsidi pada mereka yang membutuhkan,
tapi menyediakan pendidikan gratis dan berkualitas untuk semua.
Reformasi pendidikan yang dimulai pada tahun 1970-an tersebut merancang sistem
kepercayaan yang meniadakan evaluasi atau ranking sekolah sehingga antara sekolah tidak
perlu merasa berkompetisi. Sekolah swasta pun diatur dengan peraturan ketat untuk tidak
membebankan biaya tinggi kepada siswa. Saking bagusnya sekolah-sekolah negeri di sana,
hanya terdapat segelintir sekolah swasta yang biasanya juga berdiri karena basis agama.
Tidak berhenti dengan biaya pendidikan gratis, pemerintah Finlandia juga
menyediakan fasilitas pendukung proses pembelajaran seperti makan siang, biaya kesehatan,
dan angkutan sekolah secara Cuma-Cuma. Memang sih sistem seperti ini mungkin berjalan
karena kemapanan perekonomian Finlandia. Tapi jika memahami sentralnya peran pendidikan
dalam membentuk masa depan bangsa, seharusnya semua negara juga berinvestasi besar
untuk pendidikan.
4. Semua Guru Di Finlandia Dibiayai Pemerintah Untuk Meraih Gelar Master. Gaji
Mereka Juga Termasuk Dalam Jajaran Pendapatan Paling Tinggi di Finlandia.
Di samping kesetaraan fasilitas dan sokongan dana yang mengucur dari pemerintah,
penopang utama dari kualitas merata yang ditemukan di semua sekolah di Finlandia adalah
mutu guru-gurunya yang setinggi langit. Guru adalah salah satu pekerjaan paling bergengsi di
Finlandia. Pendapatan guru di Finlandia pun lebih dari dua kali lipat dari guru di Amerika
Serikat.Tidak peduli jenjang SD atau SMA, semua guru di Finlandia diwajibkan memegang
gelar master yang disubsidi penuh oleh pemerintah dan memiliki tesis yang sudah dipublikasi.
Finlandia memahami bahwa guru adalah orang yang paling berpengaruh dalam
meningkatkan mutu pendidikan generasi masa depannya. Maka dari itu, Finlandia
berinvestasi besar-besaran untuk meningkatkan mutu tenaga pengajarnya. Tidak saja kualitas,
pemerintah Finlandia juga memastikan ada cukup guru untuk pembelajaran intensif yang
optimal. Ada 1 guru untuk 12 siswa di Finlandia, rasio yang jauh lebih tinggi daripada negara-
negara lain. Jadi guru bisa memberikan perhatian khusus untuk tiap anak, gak Cuma berdiri di
depan kelas.
5. Guru Dianggap Paling Tahu Bagaimana Cara Mengevaluasi siswa, karena Itu, Ujian
Nasional Tidaklah Perlu.
Kredibilitas dan mutu tenaga pengajar yang tinggi memungkinkan pemerintah
menyerahkan tanggung jawab membentuk kurikulum dan evaluasi pembelajaran langsung
kepada mereka. Hanya terdapat garis pedoman nasional longgar yang harus diikuti. Ujian
nasional pun tidak diperlukan. Pemerintah meyakini bahwa guru adalah orang yang paling
mengerti kurikulum dan cara penilaian terbaik yang paling sesuai dengan siswa-siswa mereka.
Diversitas siswa seperti keberagaman tingkatan sosial atau latar belakang kultur
biasanya jadi tantangan sendiri dalam menyeleraskan mutu pendidikan. Bisa jadi gara-gara

27
fleksibilitas dalam sistem pendidikan Finlandia itu, semua diversitas justru bisa difasilitasi.
Jadi dengan caranya sendiri-sendiri, siswa-siswa yang berbeda ini bisa mengembangkan
potensinya secara maksimal.
6. Siswa SD-SMP di Finlandia Cuma Sekolah 4-5 Jam/hari. Buat Siswa SMP dan SMA,
Sistem Pendidikan Mereka Sudah Seperti Di Bangku Kuliah.
Tidak hanya jam istirahat yang lebih panjang, jam sekolah di Finlandia juga relatif
lebih pendek dibandingkan negara-negara lain. Siswa-siswa SD di Finlandia kebanyakan
hanya berada di sekolah selama 4-5 jam per hari. Siswa SMP dan SMA pun mengikuti sistem
layaknya kuliah. Mereka hanya akan datang pada jadwal pelajaran yang mereka pilih. Mereka
tidak datang merasa terpaksa tapi karena pilihan mereka.
Pendeknya jam belajar justru mendorong mereka untuk lebih produktif. Biasanya
pada awal semester, guru-guru justru menyuruh mereka untuk menentukan target atau
aktivitas pembelajaran sendiri. Jadi ketika masuk kelas, mereka tidak sekedar tahu dan siap
tapi juga tidak sabar untuk memulai proyeknya sendiri.
7. Tidak Ada Sistem Ranking di Sekolah. Finlandia Percaya Bahwa Semua Murid Itu
Ranking
Upaya pemerintah meningkatkan mutu sekolah dan guru secara seragam di Finlandia
pada akhirnya berujung pada harapan bahwa semua siswa di Finlandia dapat jadi pintar.
Tanpa terkecuali. Maka dari itu, mereka tidak mempercayai sistem ranking atau kompetisi
yang pada akhirnya hanya akan menghasilkan ‘sejumlah siswa pintar’ dan ‘sejumlah siswa
bodoh’.
Walaupun ada bantuan khusus untuk siswa yang merasa butuh, tapi mereka tetap
ditempatkan dalam kelas dan program yang sama. Tidak ada juga program akselerasi.
Pembelajaran di sekolah berlangsung secara kolaboratif. Bahkan anak dari kelas-kelas
berbeda pun sering bertemu untuk kelas campuran. Strategi itu terbukti berhasil karena saat
ini Finlandia adalah negara dengan kesenjangan pendidikan terkecil di dunia.
Memang negara kita tidak bisa serta merta menyontek sistem pendidikan Finlandia dan
langsung menerapkannya di Indonesia. Dengan berbagai perbedaan institusional atau budaya,
hasilnya juga mungkin tidak akan sama. Tapi tidak ada salahnya belajar dari negara yang
udah sukses dengan reformasi pendidikannya.
Tujuan Pendidikan di Negara Finlandia
Tujuan utama system pendidikan Finlandia adalah mewujudkan high-level education
for all. Tujuan tersebut mengupayakan agar seluruh rakyat Finlandia dapat mengenyam
pendidikan hingga tingkatan tertinggi, secara merata, dengan kemampuan, keahlian dan
kompetensi yang terbaik. Finlandia membangun system pendidikan dengan karakteristik yang
dilaksanakan secara konsisten, yakni, free education, free school meals, dan special needs
education dengan berpegang teguh pada prinsip inklusivitas.
Pendidikan dasar Finlandia dikembangkan sedemikian rupa agar mampu menjamin
kesetaraan kesempatan bagi seluruh rakyat untuk menikmati pendidikan terlepas dari faktor
gender, strata sosial, latar belakang etnis dan golongan. Fokus utama sistem pendidikan

28
adalah kemerataan pendidikan guna menunjang tingkat kompetensi rakyat dalam menyokong
pembangunan nasional berdasarkan inovasi.
Segenap rakyat Finlandia memiliki hak dasar untuk mengenyam pendidikan secara
gratis. Pemerintah wajib menyediakan kesempatan yang setara bagi seluruh warga negara
untuk menikmati layanan pendidikan gratis, di setiap jenjang pendidikan, sesuai dengan
kemampuan dan kebutuhannya, terlepas dari latar belakang perekonomian mereka, guna
pengembangan diri, keahlian, kompetensi dan kapasitas seluruh warga negaranya. Hak
tersebut dijamin dan tertuang dalam Konstitusi Finlandia.
Sistem Pendidikan di Negara Finlandia
Salah satu faktor yang mendorong keberhasilan Finlandia bertransformasi menjadi
negara industri maju dan modern adalah tingginya kualitas dan kompetensi sumber daya
manusia (SDM) yang dimilikinya. Tingginya kualitas dan kompetensi SDM Finlandia
merupakan hasil dari perjalanan panjang komitmen kuat pemerintah dan rakyat Finlandia
dalam membangun dan mengembangkan system pendidikan nasionalnya.
Pemerintah dan rakyat Finlandia menyadari bahwa komitmen kuat untuk membangun
dan mengembangkan system pendidikan nasional merupakan kunci penentu keberhasilan
negaranya untuk tetap eksis mempertahankan keberlangsungan hidupnya sebagai negara yang
berpenduduk kecil, sumber daya alam yang sangat terbatas dan hidup di tengah kondisi alam
yang ekstrim dan kurang bersahabat. Pembangunan negara dan bangsa Finlandia berdiri di
atas pilar pendidikan dan penelitian yang berbasis inovasi dan disokong penuh oleh seluruh
komponen bangsa.
Sistem pendidikan di Finlandia memiliki 3 tingkatan, yakni:
1. Pendidikan wajib dasar nasional 9 tahun (terdiri dari 6 tahun pendidikan dasar dan 3
tahun pendidikan menengah pertama);
2. Pendidikan menengah atas dan/atau sekolah kejuruan (vocational training);
3. Pendidikan tinggi (higher education).
Pendidikan pra-sekolah tersedia bagi anak-anak yang belum memasuki usia wajib
sekolah (di bawah usia 7 tahun). Pendidikan dasar adalah tingkat pendidikan umum dasar
yang diberikan secara komprehensif dalam periode 9 tahun. Pendidikan menengah atas terdiri
dari pendidikan dan pelatihan kejuruan dan pendidikan dasar. Pendidikan tinggi diberikan di
berbagai universitas dan politeknik. Pendidikan dan pelatihan kaum muda tersedia di setiap
tingkatan jenjang pendidikan. Selain dari pada itu, pendidikan kaum dewasa menawarkan
berbagai macam pendidikan dan pelajaran rekreasional yang diharapkan mampu membangun
kompetensi dan keahlian penduduk.
a. Pendidikan Pra Sekolah
Di Finlandia, anak dikenakan wajib belajar ketika ia memasuki usia yang ketujuh.
Namun demikian, bagi anak yang belum mencapai usia 7 tahun, mereka dapat menikmati
pendidikan pra-sekolah yang disediakan oleh Pemerintah Daerah di bawah pengawasan
administratif Kementerian Sosial. Anak yang berusia di bawah 7 tahun yang mengikuti
jenjang pendidikan pra-sekolah di sekolah umum/ pemerintah tidak dipungut biaya
pendidikan. Selain dari pada itu, siswa pra-sekolah juga disediakan makanan (school meals),

29
pelayanan kesehatan, dan transportasi (apabila rumah mereka berada lebih dari 5 km) secara
gratis.
Namun demikian, bagi anak berusia di bawah 7 tahun yang mengikuti jenjang
pendidikan pra-sekolah di pusat penitipan anak akan dikenai biaya yang disesuaikan dengan
pendapatan orang tuanya. Di jenjang pendidikan pra-sekolah terdapat konsep ”educational
partnership” yang menekankan pentingnya peran orang tua dalam mendukung proses
pembelajaran anak yang diberikan oleh gurunya di sekolah atau di pusat penitipan anak.
Orang tua murid juga turut aktif dilibatkan dalam penyusunan kurikulum daerah yang tetap
berpegang teguh dengan kurikulum inti nasional.
b. Pendidikan Dasar
Sistem pendidikan Finlandia tidak lagi mengenal sistem pendidikan menengah
pertama, atau setara dengan pendidikan di tingkat Sekolah Menegah Pertama (SMP) di
Indonesia. Orang tua atau wali murid dalam usia wajib belajar wajib menyekolahkan anaknya
untuk mengikuti program wajib belajar. Pemerintah daerah memiliki kewajiban untuk
menyelenggarakan pendidikan dasar tanpa dipungut biaya untuk seluruh anak yang tinggal di
kekuasaan wilayah administratifnya. Setelah anak menyelesaikan seluruh silabus pendidikan
dasar, maka anak tersebut akan menerima sebuah sertifikat yang menyatakan bahwa anak
tersebut telah menyelesaikan pendidikan wajib dasar 9 tahun dan berhak untuk melanjutkan
ke jenjang pendidikan menegah atas (general upper secondary school) atau pendidikan
kejuruan (vocational education and training).
Dalam jenjang pendidikan dasar 9 tahun, tidak terdapat ujian nasional untuk
kenaikan tingkat kelas, maupun ujian nasional untuk kelulusan pendidikan wajib dasar 9
tahun. Anak hanya akan memperoleh penilaian yang diberikan oleh guru di tiap akhir tahun
ajaran dan di akhir jenjang pendidikan dasar.
c. Pendidikan Menengah
Sekolah Menengah atas dan Kejuruan Setelah seorang murid telah menerima seluruh
kurikulum jenjang pendidikan wajib dasar 9 tahun, maka murid tersebut dapat melanjutkan
pendidikannya ke jenjang pendidikan lanjutan (upper secondary education level). Terdapat
dua macam jenjang pendidikan lanjutan, yakni jenjang Pendidikan Menengah Atas dan
jenjang Pendidikan Sekolah Kejuruan (vocational education and training). Jenjang
pendidikan sekolah kejuruan dibagi ke dalam dua tingkat, yakni pendidikan kejuruan (initial
vocational education and training) dan pendidikan kejuruan lanjutan (further vocational
education and training). Murid dapat memilih jalur pendidikan mana yang akan mereka jalani.
Kurikulum jenjang pendidikan menengah atas dan jenjang pendidikan sekolah kejuruan
ditempuh selama 3 tahun. Namun demikian, setelah seorang murid menamatkan salah satu
dari kedua jalur pendidikan tersebut, maka ia berhak untuk melanjutkan pendidikannya ke
jenjang perguruan tinggi di Universitas atau Politeknik.
d. Pendidikan Tinggi
Sistem pendidikan tinggi (dikti) Finlandia terdiri dari 2 sektor, yakni politeknik, dan
universitas. Misi politeknik adalah untuk mencetak dan melatih para ahli untuk mendukung
dunia kerja dan melaksanakan riset dan pembangunan yang mampu menyokong pendidikan
serta pembangunan daerah. Universitas melaksanakan riset ilmiah dan menyediakan instruksi

30
dan pendidikan paska sarjana. Tujuan inti kebijakan dikti Finlandia adalah untuk memenuhi
kebutuhan pendidikan masyarakat dan mencetak para ahli terdidik guna memenuhi kebutuhan
dunia kerja, khususnya di bidang bisnis dan industri.
Bahkan Finlandia tercatat sebagai Negara dengan waktu belajar terseingkat di dunia
dibanding negara maju lainnya yaitu 4-5 jam per hari. Selain itu , guru yang mendampingi
dalam 1 kelas ada 3 orang . 2 guru pengampuh mata pelajaran dan 1 orang guru lagi untuk
mendampingi anak secara individual apabila mengalami kendala saat proses belajar
berlangsung.
Saat ini, pendidikan di Indonesia masih di tingkat yang memprihatinkan dan mutu
pendidikan yang masih rendah. Berdasarkan hasil tes PISA (Programme for International
Student Assessment) yang dilakukan oleh OECD (Organization for Economic Cooperation &
Development), Indonesia berada di urutan bawah dari 65 negara yang mengikuti tes PISA
untuk kategori math, sains dan reading Finlandia, negara yang mendominasi peringkat satu
sejak pertama kali tes PISA dilakukan pada tahun 2000 dan berhasil mempertahankan posisi
sebagai nomor satu hingga tahun 2009. Hasil tes 2009 menunjukkan Finlandia menduduki
rangking kedua untuk reading, rangking kedua untuk matematika dan rangking pertama untuk
sains. Secara keseluruhan, newsweek melaporkan bahwa Finlandia #1 di dunia di bidang
pendidikan, kewarganegaraan dan kualitas masyarakat.
Programme for International Student Assessment (PISA) adalah survey internasional
tiga tahunan yang bertujuan untuk mengevaluasi sistem pendidikan di dunia dengan
melakukan tes kemampuan dan pengetahuan siswa usia 15 tahun. PISA pertama kali
dilakukan pada tahun 2000. Dengan demikian, PISA telah dilakukan sebanyak empat kali,
yang kesemuanya rangking pertama secara umum dimenangkan oleh Finlandia. Dan hasil tes
2012 akan dikeluarkan pada 3 Desember 2013.
Menurut Pasi Sahlberg, seorang ahli pendidikan di Finlandia, keberhasilan Finlandia
memang bertolak belakang dengan arah Global Education Reform Movement (GERM), yang
menekankan pada kompetisi, standarisasi, akuntabilitas berdasar nilai tes dan kebebasan
memilih sekolah pemerintah atau swasta.
1. Di Finlandia, profesi guru dipandang sangat populer bukan karena gajinya yang tinggi
melainkan karena status sosial yang sangat terhormat di masyarakat.
2. Seleksi untuk jadi guru sangat kompetitif. Hanya siswa-siswa terbaik yang melamar ke
program pendidikan guru, dan yang diterima hanya 10%. Pelamar dinilai berdasarkan nilai
rapor SMA, aktifitas ekstra kurikuler dan skor Matriculation Exam (kalau di Indonesia
namanya UN). Setelah lulus tes, kemudian mereka diobservasi dalam hal teaching-like
activity dan wawancara, karena syarat utama menjadi tenaga pendidik di Finlandia adalah
memiliki jiwa mendidik atau pedagogi.
3. Setiap guru di Finlandia minimal harus bergelar master alias S2. Hanya 11 universitas
yang memiliki program pendidikan guru, jadi memudahkan dalam mengontrol kualitas dan
standar konsistensi program pendidikan. Untuk mendapat gelar master, mahasiswa harus
menyelesaikan 5 tahun pendidikan research-based yang menekankan pengetahuan tentang
pedagogic. Sebelum lulus mahasiswa juga harus mengikuti magang selama satu tahun penuh
mengajar di sekolah yang bekerja sama dengan universitas tempat mereka kuliah. Sekolah-

31
sekolah ini adalah sekolah model, dimana para guru dan peneliti mengembangkan metode-
metode baru dan menyelesaikan penelitian mengenai belajar mengajar.
4. Gaji guru bukanlah profesi yang bergaji paling tinggi, namun besarannya tidak begitu
jauh berbeda dengan penghasilan dokter, pengacara, atau tenaga professional lainnya. Guru
sekolah lanjutan tahun pertama gaji minimal $34,707; dan gaji paling tinggi sebesar $54,181.
Rata-rata OECD untuk guru sekolah lanjutan tahun pertama bergaji $31,687; dan gaji
tertinggi sebesar $51,317. Dan jumlah gaji tersebut lebih rendah daripada gaji-gaji tenaga
professional di Finlandia.
5. Dalam hal kurikulum, pemerintah hanya membuat panduan umum berupa target
(goals). Dan guru diberi kebebasan bagaimana caranya untuk mencapai target tersebut. Guru
bebas memakai metode mengajar maupun buku teks apa pun.
6. Guru mengajar kelompok siswa yang sama sampai beberapa tahun. Dengan demikian,
guru dapat lebih mengenal siswa-siswanya sekaligus dapat memantau perkembangan
akademik, sosial dan emosionalnya. Dan setiap guru wajib membuat evaluasi mengenai
perkembangan belajar setiap siswanya. Dan satu kelas maksimal jumlah siswa hanya 12 orang
sehingga guru dapat lebih mudah memantau seluruh siswanya.
7. Tidak ada standarisasi pendidikan di Finlandia karena berlawanan dengan kreatifitas.
Mereka percaya semakin standarisasi ditekankan, semakin sempit ruang kreatifitas. Menurut
guru di Finlandia, mata pelajaran terpopuler di kalangan siswa adalah art & craft terutama
kerajinan kayu (woodwork). Selain itu, guru di Finlandia menekankan pentingnya waktu
bermain, yang dipercaya dapat meningkatkan performa akademik siswa, membantu
perkembangan kognitif, afektif dan sosial. Prinsipnya dalam 1 jam pelajaran, 45 menit
dialokasikan untuk belajar dan 15 menit untuk bermain bebas sesuai kehendak siswa.
Karenanya, waktu istirahat sangat banyak di sekolah-sekolah Finlandia bahkan hingga
sekolah lanjutan atas. Guru mengurangi mengajar dengan metode ceramah dengan persentase
40% guru dan 60% siswa.
8. Waktu mengajar guru di Finlandia 4 jam sehari dan 2 jam per minggu untuk
“professional development”. Hasil PISA menunjukkan waktu mengajar guru di Finlandia
lebih rendah daripada guru-guru di negara lain pada umumnya.
9. Wajib belajar adalah 9 tahun. Tidak memberlakukan pemisahan pendidikan dasar dan
lanjutan sehingga tidak perlu berganti sekolah di usia 13 tahun. Kebijakan ini dilakukan untuk
menghindari masa transisi yang perlu dialami oleh siswa, yang dianggap dapat mengganggu
pendidikan mereka. Pasi Sahlberg said “The first six years of education are not about
academic success. We don’t measure children at all. It’s about being ready to learn and
finding your passion.” (Selama enam tahun pertama, anak-anak Finlandia tidak dituntut untuk
pintar secara akademik (menguasai pelajaran atau menjadi pintar dalam suatu bidang). Sama
sekali tidak ada tes. Masa itu adalah masa-masa penting bagi mereka untuk belajar apa pun
dan menentukan sendiri apa yang ingin mereka lakukan.)
10. Di sekolah tidak ada PR dan tes. PR dan tes hanya diberikan pada remaja dan itu pun
jarang sekali. Terlalu banyak tes membuat guru cenderung mengajar siswa hanya untuk lulus
ujian, padahal banyak aspek dalam pendidikan yang tidak bisa diukur hanya dengan ujian.
Para guru sangat menghindari kritik terhadap pekerjaan siswa mereka. Setiap siswa

32
diperbolehkan melakukan kesalahan. Mereka hanya diminta membandingkan hasil mereka
dengan nilai sebelumnya, dan tidak dengan nilai siswa lainnya.
11. Finlandia menganut automatic promotion, naik kelas otomatis. Guru siap memberi
perhatian lebih untuk membantu siswa yang tertinggal, berupa les privat, sehingga semua naik
kelas.
12. Di sekolah Finlandia tidak ada rapor maupun rangking karena dipandang hanya
membuat guru berfokus pada murid-murid terbaik saja, bukan seluruh murid. Setiap siswa
diharapkan agar bangga terhadap dirinya masing-masing.
13. Tidak ada pengkotak-kotakkan siswa dalam kelas yang berbeda (kelas inti, kelas regular,
kelas berbahasa Indonesia, kelas bilingual), juga tidak ada pengkastaan sekolah (sekolah
berstandar nasional, sekolah nasional plus, sekolah berstandar internasional). Bahkan sekolah
swasta pun mendapat besaran dana yang sama dengan sekolah negeri. Dengan demikian, tidak
ada kesenjangan.
14. Di Finlandia tidak ada standarisasi tes karena kemampuan tiap siswa tidak sama.
Melakukan tes baku untuk semua siswa sama sekali tidak menghasilkan mutu pendidikan
yang baik.
15. Pemerintah membuat kebijakan untuk menumbuhkan minat baca dengan menjadikannya
sebagai kultur. Cara-cara yang ditempuh oleh pemerintah antara lain dengan membuka
perpustakaan menyatu dengan pusat perbelanjaan dan pustaka keliling bagi daerah yang sulit
dijangkau serta menyiarkan program berbahasa asing dengan teks terjemahan dalam bahasa
Finnish di stasiun TV sehingga anak-anak bahkan membaca saat menonton TV. Selain itu,
untuk tiap bayi yang lahir kepada keluarganya diberi maternity package berisi 3 buku bacaan
untuk ibu, ayah dan bayi itu sendiri.
16. Pendidikan di Finlandia murni public good, yang berarti bahwa investasi berasal dari
publik melalui pajak, dan manfaat hasil pendidikan dinikmati oleh publik juga. Pendidikan di
Finlandia gratis dari sekolah dasar hingga program doktoral. Hanya 4% dari keseluruhan
institusi pendidikan di Finlandia yang tidak didanai oleh pemerintah melalui pajak. Walaupun
gratis, pemerintah Finlandia juga berkomitmen untuk menjamin kualitas tinggi pada semua
sekolah tanpa kecuali. Ini berlaku bagi siswa dari keluarga miskin atau kaya, di desa maupun
di kota, di daerah jarang penduduknya atau yang rapat penduduknya. Sekolah-sekolah di
Finlandia tidak menjual nama karena mutu semua sekolah adalah sama. Orang tua dapat
dengan mudah memilih sekolah mana saja untuk anaknya tanpa harus ragu akan kualitas
sekolah tersebut. Yang membedakan hanya 2 hal, yaitu setiap sekolah memiliki pelajaran
bahasa asing yang berbeda dan olahraga khusus.
17. Kurikulum pendidikan di Finlandia tidak pernah berubah. Komitmen untuk terus
melaksanakan sistem pendidikan berkualitas tinggi ini dijaga dengan baik walaupun sudah
lebih dari 20 menteri pendidikan berganti sejak reformasi pendidikan Finlandia diluncurkan
sejak 1970.
Finlandia adalah negara yang tidak mempunyai sumber daya alam yang cukup dan
kondisi geografis yang kurang menguntungkan. Namun mereka menyadari bahwa sumber
daya sesungguhnya adalah ‘brain’, yaitu anak manusia. Semua lapisan masyarakat dengan
segala macam profesi apakah itu guru, kepala sekolah, politisi, dokter, pengacara, setuju

33
untuk membuat dan konsisten akan suatu standar pendidikan yang tinggi. Dari poin-poin yang
diuraikan terlihat bahwa pendidikan di Finlandia menjadi bagus mutunya karena mendapat
dukungan penuh dari pemerintah, sistem pendidikan yang fleksibel dan tidak memberatkan
siswa serta tenaga pendidik yang handal (baik dalam mengembangkan kurikulum maupun
sebagai peneliti).
Kurikulum Pendidikan di Finlandia
Kurikulum pendidikan Finlandia tidak sepadat kurikulum yang diberlakukan di
negara-negara lainnya, khususnya negara Asia. Anak-anak di Finlandia menghabiskan waktu
lebih sedikit di sekolah dibandingkan anak-anak di negara lain. Jam istirahat sekolah juga
lebih panjang, yakni 75 menit, dibandingkan dengan negara seperti Amerika yang membatasi
waktu 30 menit istirahat. Mereka juga diberikan tugas yang lebih sedikit. Selain itu, anak-
anak Finlandia memulai pendidikan akademik di usia 7 tahun, berbeda dengan kebanyakan
negara yang memulai pendidikan akademik anak-anak di usia yang lebih muda. Bagaimana
Finlandia mampu menuai sukses di dunia pendidikan dengan kurikulumnya yang terkesan
“malas” ?
Prinsip kurikulum pendidikan Finlandia adalah “Less is More”. Sekolah berfungsi
sebagai tempat belajar dan eksplorasi potensi dimana sekolah menjadi lingkungan yang relaks
dan tidak terlalu mengikat siswanya dengan jam belajar dan kapasitas tugas yang tidak terlalu
membebani siswa. Di samping itu, tidak ada sistem peringkat untuk prestasi akademik dan
ujian standarisasi dari tingkat sekolah dasar sampai dengan menengah pertama. Para siswa
juga baru diuji dengan ujian standarisasi pada sekolah menengah tingkat akhir. Ujian ini pun
bersifat optional, hanya bagi mereka yang ingin melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi.
Bagi yang tidak mengikuti ujian, tetap bias melanjutkan ke institusi pendidikan yang
berorientasi ke praktek dunia kerja.
Sistem pendidikan Finlandia sangat menitikberatkan bimbingan bagi siswa yang
mengalami kesulitan belajar. Finlandia optimis bahwa hasil terbaik hanya dapat dicapai bila
kita lebih memperhatikan siswa yang kurang daripada terlalu menekankan target kepada siswa
yang unggul. Dengan begitu, tidak ada anak-anak yang merasa tertinggal. Finlandia terbukti
mampu mencetak anak-anak berprestasi di bidang akademik tanpa harus mengikuti
standarisasi akademik konvensional yang kaku.
Salah satu prinsip kurikulum di Finlandia adalah Non-discrimination and equal
treatment yang berarti tidak ada diskriminasi dan mendapat perlakuan yang sama. Di
Finlandia semua anak punya hak sama dalam pendidikan, tidak dibedakan antara si kaya dan
si miskin dan semua sekolah tidak dibedakan baik itu sekolah favorit atau tidak.
Jadi siswa bisa masuk ke sekolah mana saja karena semua sekolah sama. Hal lain yang
membuat sistem pendidikan di Finlandia berbeda adalah karena tidak ada assessment atau
penilaian.
Siswa-siswa di Finlandia dibimbing untuk memiliki hak yang sama ketika belajar, maka tidak
heran jika di dalam kelas mereka memiliki minimal dua guru untuk mengajar, 1 bertindak
sebagai guru utama dan 1-nya sebagai asisten.

34
Di sisi lain berdasarkan hak dasar warga Finlandia, prinsip Receive understanding and
have their say in accordance with their age and maturity yaitu menerima pemahaman dan
pendapat sesuai umur dan kedewasaan.
Jadi mereka memiliki hak mendapatkan ilmu sesuai umur mereka tanpa diskriminasi.
Mereka juga mendapatakan dukungan spesial jika dibutuhkan seperti anak cacat dan anak-
anak yang membutuhkan waktu ektra akan memiliki kelas tambahan untuk diajarkan secara
khusus agar mereka mendapatkan hal yang sama seperti anak lainnya.
Dari segi mata pelajaran di Finlandia memiliki 6 mata pelajaran inti yang semuanya
terbungkus dengan kata orientation. Kenapa ada kata orientation? Karena kurikulum di
Finlandia memiliki konsep gagasan bahwa 6 mata pelajaran ini bukan mengharuskan siswa
belajar isi dari seluruh pelajaran ini namun mengajak anak didik untuk mulai memperoleh
kemampuan menjelajah dan memahami fenomena-fenomena alam yang ada disekitar mereka.
Maka jika anda melihat ada tiga kata yang dipakai disini yaitu examine, understand, &
experience.
Jadi siswa melatih kemudian memahami dan mencoba. Jadi pada hakikatnya siswa
di Finlandia tidak belajar isi dari buku-buku tetapi berinteraksi dengan ilmu-ilmu tersebut.
Tentunya dengan fasilitas yang lengkap di setiap sekolah, baik desa maupun kota.Hal menarik
lainnya adalah bagaimana seorang guru mengajar di Finlandia tidak sebatas hanya di dalam
kelas. Siswa diajak mengekplorasi pengetahuan secara langsung di luar kelas ketika bahan
ajar berkaitan dengan lingkungan. Jadi dalam hal ini siswa tidak semata-mata belajar teori
namun terjun ke lapangan untuk membuka wawasan mereka tentang alam demi mendapatkan
pengetahuan dari pengalaman secara langsung.
Jangan heran jika di Finlandia ada yang namanya Parental engagement, orang tua
siswa juga terlibat dalam pendidikan anak jadi mereka juga secara tidak langsung memiliki
ikatan kerjasama dengan sekolah. Tujuannya adalah agar memungkinkan pihak sekolah tahu
bakat anak secara akurat lebih dini jadi apa yang dibutuhkan si anak lebih tersalurkan di
sekolah dengan informasi dari orangtuanya ke pihak sekolah. Luar biasa bukan? Dan ini
mereka lakukan dalam bentuk diskusi bersama orangtua dan staff.
Tidak hanya itu, orang tua juga memiliki hak mengevaluasi kurikulum sehingga
mereka punya hak memberikan saran untuk perkembangan si anak. Ini adalah peran nyata
orangtua dalam pendidikan. Jadi orantua di Finlandia tidak sekedar mendaftarkan anak ke
sekolah dan terus selesai, mereka punya tanggungjawab sebagai orangtua untuk memonitor
kemajuan si anak dengan baik melalui keterlibatan memberikan saran dan pendapat untuk
perbaikan kurikulum jika dibutuhkan.
Finlandia merupakan negara yang memiliki tingkat kualitas pendidikan terbaik di
dunia. Finlandia merupakan sebuah negara yang hanya memiliki penduduk sekitar 5 juta jiwa.
Salah satu sebab mengapa Finlandia mempunyai pendidikan terbaik adalah budaya baca yang
ditanamkan sejak anak-anak. Berikut beberapa kebijakan negara dengan pendidikan terbaik di
dunia.
Mata pelajaran inti dan distribusi mata pelajaran dalam silabus pendidikan dasar
Finlandia ditetapkan melalui regulasi. Mata pelajaran inti yang ditetapkan di sekolah-sekolah
dasar adalah bahasa ibu dan sastra; bahasa resmi lainnya satu bahasa asing seperti bahasa
Inggris, Jerman, dan Italia; pendidikan lingkungan; pendidikan kesehatan; pendidikan agama

35
atau etika; ilmu sejarah; ilmu sosial; matematika; fisika; kimia, biologi, geografi, psikologi,
musik, seni dan kerajinan, serta ilmu ekonomi rumah tangga. Sementara di Indonesia
kurikulum pendidikan dasar secara umum juga memuat pendidikan agama, pendidikan
kewarganegaraan, bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, seni
dan budaya, pendidikan jasmani dan olah raga, keterampilan atau kejuruan, dan muatan lokal.
Perbedaan yang sangat terlihat dari kedua kurikulum tersebut adalah bahwa Finlandia lebih
banyak menekankan penguasaan bahasa dan sastra termasuk bahasa asing pada peserta
didiknya. Selain fungsi bahasa sebagai alat komunikasi, tentu saja penguasaan bahasa dan
sastra menjadi sangat penting kedudukannya sebagaimana keberadaan bahasa dalam struktur
ilmu sebagai basis yang harus dikuasai peserta didik selain matematika tentunya.
The National Board of Education adalah dewan yang menerbitkan kurikulum inti
secara nasional. Mereka menyusun kurikulum dengan tujuan dan materi utama kurikulum
pendidikan dasar yang berfungsi sebagai guideline bagi sekolah. Namun, pemerintah lokal
dan sekolah dapat melakukan penyesuaian terhadap mata pelajaran yang akan diajarkan,
berbasis pada kebutuhan peserta didik. Bahkan orang tua peserta didik juga diberi kesempatan
untuk berpartisipasi dalam menyusun kurikulum sekolah dan tujuan pendidikannya. Indonesia
selintas memang menerapkan sistem yang hampir serupa. Acuan kurikulum pendidikan
nasional dibuat oleh Depdiknas dan pengembanganya diserahkan pada masing-masing
sekolah sebagaimana KTSP di implementasikan. Namun pada prakteknya, tidak semua
pendidik memiliki kompetensi untuk mengembangkan KTSP sebab sudah terbiasa dengan
pola kurikulum yang sentralistis.
Dalam proses pembelajaran, peserta didik Finlandia tidak dipaksa oleh pendidik
untuk mencapai target tertentu. Pendidik hanya memberi tahu mereka tentang nilai-nilai yang
dapat dicapai oleh peserta didik bila mereka memenuhi taraf tertentu. Target pembelajaran
dibuat sendiri oleh peserta didik dengan bantuan orang tua peserta didik. Sistem pendidikan
Finlandia memahami belajar sebagai proses bertahap yang tidak bisa dipaksakan apalagi
diberi target waktu pencapaiannya. Sehingga Finlandia yang tidak mengenal adanya sistem
tinggal kelas ini memberikan kesempatan pada peserta didik usia sekolah dasar (kelas 1-9)
untuk berada di sekolah hingga 10 tahun lamanya dan bagi peserta didik usia sekolah
menengah (kelas 10-12) hingga 4 tahun.
Sementara yang terjadi di Indonesia sangat jauh bertolak belakang dengan apa yang
terjadi di Finlandia. Sistem pendidikan di Indoesia mengenal adanya sistem tinggal kelas bagi
peserta didik yang nilainya kurang sehingga dianggap tidak patut untuk melanjutkan ke kelas
yang berikutnya. Finlandia memandang sistem yang seperti ini akan mengganggu rasa
percaya diri peserta didik sehingga menghambat mereka untuk berprestasi. Namun yang
terutama, sistem tinggal kelas ini sangat dehumanis, sebab tidak menghargai keunikan peserta
didik sebagai individu yang memiliki kecepatan belajar berbeda satu sama lainnya. Bahkan
tidak sedikit jumlah peserta didik asal Indonesia yang mengakhiri hidupnya hanya karena
mereka tinggal kelas.
Finlandia juga tidak mempunyai ranking sebagaimana Indonesia yang
selalumeranking peserta didiknya dalam rapor penilaian akhir semester atau akhir
tahun.Sebab peringkat atau nilai dianggap tidak penting oleh pendidik, yang penting adalah
bagaimana peserta didik dapat menguasai materi pelajaran.

36
Beban belajar peserta didik di Finlandia hanya 190 hari belajar per tahun sementara di
Indonesia mencapi hampir 230 hari per tahun. Tiap minggunya peserta didik belajar hampir
40 jam. Namun beban belajar yang tinggi tersebut tidak hanya dialami oleh peserta didik asal
Indonesia, namun juga peserta didik yang negaranya sangat ingin mengejar kemajuan secara
kompetitif. Akibatnya peserta didik menjadi stress dan bahkan banyak yang mengalami
school phobia.
Sebagai prinsip pendidikan humanis, kurikulum Finlandia mengedepankan integrasi
antara teori dan praktik pendidikan, terutama dalam pelajaran sains sehingga peserta didik
dapat belajar banyak mengenai problem solving. Tidak seperti peserta didik di Indonesia yang
rata-rata lebih banyakdijejali dengan hapalan teori yang sangat minim dengan praktek.
Pendidik di Finlandia tidak menyampaikan materi dengan menggunakan metode ceramah
sebagaimana halnya yang masih terjadi di Indonesia. Peserta didik mencari informasi sendiri
yang mereka butuhkan. Pendidik menjadi fasilitator, tempat mereka bertanya bila mereka
menemui kesulitan. Di Indonesia, dialog interaktif antara pendidik dan peserta didik rata-rata
hanya terjadi bila pendidik memberikan kesempatan pada peserta didik, itupun di akhir
ceramahnya saat jam pelajaran sudah nyaris berakhir.
Di Finlandia peserta didik tidak hanya belajar dengan bimbingan pendidik di kelas
namun bebas belajar dimana saja sehingga suasana kegiatan belajar mengajar menjadi sangat
fleksibel dan lebih nyaman. Bahkan penjaga sekolah hingga kepala sekolah pun juga ikut
andil dalam kegiatan belajar mengajar. Peserta didik bahkan juga dilibatkan untuk membantu
menyiapkan makanan di dapur sekolah sebagai sarana interaksi mereka dengan orang-orang
yang lebih dewasa.
Hampir serupa dengan Indonesia, pendidik yang mengajar kelas 1-6 adalah guru kelas,
sementara pendidik untuk kelas 7-9 adalah guru mata pelajaran. Bedanya sistem unifikasi
menyebabkan pendidikan dasar Finlandia tidak terpisah-pisah antara sekolah dasar dan
sekolah lanjutan tingkat pertama sebagaimana halnya yang terjadi di Indonesia.
Pendidik di Negara Finlandia
Pemerintah Finlandia juga menetapkan standar tinggi untuk profesi guru. Dimana
semua tenaga pengajar di Finlandia setidaknya diwajibkan mempunyai latar belakang
pendidikan Master.Proses seleksi tenaga pengajar pun sangat ketat, hanya 10% dari lulusan
perguruan tinggi yang bisa diterima menjadi guru. Mereka yang lolos seleksi ini pun masih
harus melalui proses training yang kompleks terlebih dahulu sebelum dinyatakan siap
berkecimpung dalam profesi guru. Finlandia percaya bahwa guru adalah modal utama untuk
menghasilkan siswa yang unggul.
Dengan kualitas mahasiswa yang baik dan pendidikan pelatihan guru yang berkualitas,
tak salah jika mereka menjadi guru-guru dengan kualitas luarbiasa. Dengan kualifikasi dan
untuk menggunakan metode kelas apapun yang mereka suka, dengan kurikulum yang mereka
rancang sendiri, dan buku teks yang mereka pilih sendiri. Jika negara-negara lain percaya
bahwa ujian dan evaluasi bagi siswa merupakan bagian yang sangat penting bagi kualitas
pendidikan, mereka justru percaya bahwa ujian dan test itulah yang menghancurkan tujuan
belajar siswa.
Terlalu banyak test membuat guru cenderung mengajar siswa hanya untuk lolos ujian,
ungkap seorang guru di Finlandia. Padahal banyak aspek dalam pendidikan yang tidak bias

37
diukur dengan ujian. Pada usia 18 tahun siswa mengambil ujian untuk mengetahui kualifikasi
mereka di perguruan tinggi dan dua pertiga lulusan melanjutkan ke perguruan tinggi.
Siswa diajar untuk mengevaluasi dirinya sendiri, bahkan sejak Pra-TK! Ini
membantu siswa belajar bertanggungjawab atas pekerjaan mereka sendiri, kata Sundstrom,
kepala sekolah di SD Poikkilaakso, Finlandia. Kalau siswa bertanggungjawab, mereka guru
bekeja lebih bebas karena tidak harus selalu mengontrol mereka. Siswa didorong untuk
bekerja secara independen dengan berusaha mencari sendiri informasi yang mereka butuhkan.
Siswa belajar lebih banyak jika mereka mencari sendiri informasi yang mereka
butuhkan. Kita tidak belajar apa-apa kalau kita hanya menuliskan apa yang dikatakan oleh
guru. Di Finlandia guru tidak mengajar dengan metode ceramah. Suasana sekolah sangat
santai dan fleksibel. Terlalu banyak komando hanya akan menghasilkan rasa tertekan dan
belajar menjadi tidak menyenangkan. Siswa yang lambat mendapat dukungan secara intensif
baik oleh guru maupun siswa lain. Hal ini juga yang membuat Finlandia sukses.
Berdasarkan penemuan PISA, sekolah- sekolah di Finlandia sangat kecil
perbedaannya antara siswa yang berprestasi baik dan yang buruk. Remedial tidaklah dianggap
sebagai tanda kegagalan tapi sebagai kesempatan untuk memperbaiki. Seorang guru yang
bertugas menangani masalah belajar danprilaku siswa membuat program individual bagi
setiap siswa dengan penekanan tujuan-tujuan yang harus dicapai, umpamanya: Pertama,
masuk kelas; kemudian datang tepat waktu; berikutnya, bawa buku, dlsb. Kalau mendapat PR
siswa bahkan tidak perlu untuk menjawab dengan benar, yang penting mereka berusaha.
Para guru sangat menghindari kritik terhadap pekerjaan siswa mereka. Menurut
mereka, jika kita mengatakan “Kamu salah” pada siswa, maka hal tersebut akan membuat
siswa malu. Dan jika mereka malu maka ini akan menghambat mereka dalam belajar. Setiap
siswa diperbolehkan melakukan kesalahan. Mereka hanya diminta membandingkan hasil
mereka dengan nilai sebelumnya, dan tidak dengan siswa lainnya. Jadi tidak ada system
ranking-rankingan. Setiap siswa diharapkan agar bangga terhadap dirinya masing-masing.
Ranking- rankingan hanya membuat guru memfokuskan diri pada segelintir siswa tertentu
yang dianggap terbaik di kelasnya.
Kehebatan dan keberhasilan system pendidikan di Finlandia adalah gabungan antara
kompetensi guru yang tinggi, kesabaran, toleransi dan komitmen pada keberhasilan melalui
tanggung jawab pribadi. Kalau saya gagal dalam mengajar seorang siswa, kata seorang guru,
maka itu berarti ada yang tidak beres dengan pengajaran saya! Itu benar-benar ucapan guru
yang sangat bertanggungjawab.
Kebijakan Tentang Pendidikan Terbaik di Finlandia
Finlandia merupakan negara yang memiliki tingkat kualitas pendidikan terbaik di
dunia. Finlandia merupakan sebuah negara yang hanya memiliki penduduk sekitar 5 juta jiwa.
Salah satu sebab mengapa Finlandia mempunyai pendidikan terbaik adalah budaya baca yang
ditanamkan sejak anak-anak. Berikut beberapa kebijakan negara dengan pendidikan terbaik di
dunia.
1. Seleksi Guru Yang Ketat
Di negara Finlandia guru adalah profesi terhormat dan membanggakan. Guru adalah profesi
yang diidamkan oleh para pemuda. Seleksi untuk mengajar di suatu sekolah sangat ketat.

38
Calon guru dengan ijazah S-1 hanya 5% yang diterima dan calon guru dengan ijazah S-2 20%
diterima. Dengan seleksi guru yang ketat, terjadilah guru-guru berkualitas. Dengan guru yang
berkualitas maka akan tercipta pulalah pendidikan yang berkualitas.
Kredibilitas dan mutu tenaga pengajar yang tinggi memungkinkan pemerintah
menyerahkan tanggung jawab membentuk kurikulum dan evaluasi pembelajaran langsung
kepada mereka. Hanya terdapat garis pedoman nasional longgar yang harus diikuti. Ujian
nasional pun tidak diperlukan. Pemerintah meyakini bahwa guru adalah orang yang paling
mengerti kurikulum dan cara penilaian terbaik yang paling sesuai dengan siswa-siswa mereka.
Diversitas siswa seperti keberagaman tingkatan sosial atau latar belakang kultur
biasanya jadi tantangan sendiri dalam menyeleraskan mutu pendidikan. Bisa jadi gara-gara
fleksibilitas dalam sistem pendidikan Finlandia itu, semua diversitas justru bisa difasilitasi.
Jadi dengan caranya sendiri-sendiri, siswa-siswa yang berbeda ini bisa mengembangkan
potensinya secara maksimal.
2. Gaji Tinggi
Gaji guru di Finlandia adalah 40 juta perbulan. Hal tersebut mengantarkan gaji guru
tertinggi ke-5 di dunia. Sebelum menjadi guru tentunya mereka harus masuk pada fakultas
keguruan terlebih dahulu. Di Finlandia untuk masuk ke fakultas keguruan lebih sulit
dibandingkan dengan masuk ke fakultas kedokteran.
Disamping kesetaraan fasilitas dan sokongan dana yang mengucur dari pemerintah,
penopang utama dari kualitas merata yang ditemukan di semua sekolah di Finlandia adalah
mutu guru-gurunya yang setinggi langit. Guru adalah salah satu pekerjaan paling bergengsi di
Finlandia. Pendapatan guru di Finlandia pun lebih dari dua kali lipat dari guru di Amerika
Serikat.Tidak peduli jenjang SD atau SMA, semua guru di Finlandia diwajibkan memegang
gelar master yang disubsidi penuh oleh pemerintah dan memiliki tesis yang sudah dipublikasi.
Finlandia memahami bahwa guru adalah orang yang paling berpengaruh dalam
meningkatkan mutu pendidikan generasi masa depannya. Maka dari itu, Finlandia
berinvestasi besar-besaran untuk meningkatkan mutu tenaga pengajarnya. Tidak saja kualitas,
pemerintah Finlandia juga memastikan ada cukup guru untuk pembelajaran intensif yang
optimal. Ada 1 guru untuk 12 siswa di Finlandia, rasio yang jauh lebih tinggi daripada negara-
negara lain. Jadi guru bisa memberikan perhatian khusus untuk tiap anak, gak Cuma berdiri di
depan kelas.
a. Pendidikan Anak Usia Dini
Otoritas pendidikan di Finlandia mempercayai 90% pertumbuhan otak terjadi pada
usia balita, sehingga masa ini menjadi strategis untuk mengoptimalkan kerja otak. Finlandia
terus mempersiapkan pendidikan anak untuk lebih baik. Pendidikan Anak Usia Dini adalah
titik berat pendidikan di Finlandia. Mulai ajak Anak Anda ke PAUD.
Orang tua jaman sekarang pasti udah rempong kalau mikir pendidikan anak.
Anaknya belum genap 3 tahun aja udah ngantri dapat pre-school bagus gara-gara takut kalau
dari awal sekolahnya gak bagus, nantinya susah dapat SD, SMP, atau SMA yang bagus. Di
Finlandia tidak ada kekhawatiran seperti itu. Bahkan menurut hukum, anak-anak baru boleh
mulai bersekolah ketika berumur 7 tahun.

39
Awal yang lebih telat jika dibandingkan negara-negara lain itu justru berasal dari
pertimbangan mendalam terhadap kesiapan mental anak-anak untuk belajar. Mereka juga
meyakini keutamaan bermain dalam belajar, berimajinasi, dan menemukan jawaban sendiri.
Anak-anak di usia dini justru didorong untuk lebih banyak bermain dan bersosialisasi dengan
teman sebaya. Bahkan penilaian tugas tidak diberikan hingga mereka kelas 4 SD. Hingga
jenjang SMA pun, permainan interaktif masih mendominasi metode pembelajaran.Pelajar di
Finlandia sudah terbiasa menemukan sendiri cara pembelajaran yang paling efektif bagi
mereka, jadi nantinya mereka tidak harus merasa terpaksa untuk belajar. Maka dari itu
meskipun mulai telat, tapi pelajar umur 15 di Finlandia justru berhasil mengungguli pelajar
lain dari seluruh dunia dalam tes internasional Programme for International Student
Assessment (PISA). Itu membuktikan faedah dan efektivitas sistem pendidikan di Finlandia.
b. Kurikulum yang Konsisten
Kurikulum di negara pendidikan terbaik di dunia ini telah sejak lama
mempersiapkan kurikulum mereka. Pendidikan di Finlandia jarang mengganti kurikulum
pendidikannya. Mereka terkesan tak mau coba-coba terhadap kurikulum yang baru. Dengan
demikian tak akan terjadi kebingungan antara guru dan murid, dan fokus pada tujuan
pendidikan tercapai.
Setiap 45 menit siswa di Finlandia belajar, mereka berhak mendapatkan rehat
selama 15 menit? Orang-orang Finlandia meyakini bahwa kemampuan terbaik siswa untuk
menyerap ilmu baru yang diajarkan justru akan datang, jika mereka memilliki kesempatan
mengistirahatkan otak dan membangun fokus baru. Mereka juga jadi lebih produktif di jam-
jam belajar karena mengerti bahwa toh sebentar lagi mereka akan dapat kembali bermain.
Di samping meningkatkan kemampuan fokus di atas, memiliki jam istirahat yang
lebih panjang di sekolah juga sebenarnya memiliki manfaat kesehatan. Mereka jadi lebih aktif
bergerak dan bermain, tidak hanya duduk di kelas. Bagus juga kan jika tidak membiasakan
anak-anak dari kecil untuk terlalu banyak duduk.
Tidak hanya jam istirahat yang lebih panjang, jam sekolah di Finlandia juga relatif
lebih pendek dibandingkan negara-negara lain. Siswa-siswa SD di Finlandia kebanyakan
hanya berada di sekolah selama 4-5 jam per hari. Siswa SMP dan SMA pun mengikuti sistem
layaknya kuliah. Mereka hanya akan datang pada jadwal pelajaran yang mereka pilih. Mereka
tidak datang merasa terpaksa tapi karena pilihan mereka.
Pendeknya jam belajar justru mendorong mereka untuk lebih produktif. Biasanya
pada awal semester, guru-guru justru menyuruh mereka untuk menentukan target atau
aktivitas pembelajaran sendiri. Jadi ketika masuk kelas, mereka tidak sekedar tahu dan siap
tapi juga tidak sabar untuk memulai proyeknya sendiri.
c. Meminimalisir Ujian
Pemerintah Finlandia percaya bila ujian banyak itu hanya akan memfokuskan siswa
pada nilai sekedar lulus. Pendidikan Finlandia membimbing siswa untuk lebih mandiri,
terampil, cerdas, dan kemampuan mencari informasi secara independen. Model pembelajaran
di Finlandia mendorong siswa untuk lebih cerdas dan mandiri.
d. Tak Ada Ranking

40
Upaya pemerintah meningkatkan mutu sekolah dan guru secara seragam di Finlandia
pada akhirnya berujung pada harapan bahwa semua siswa di Finlandia dapat jadi pintar.
Tanpa terkecuali. Maka dari itu, mereka tidak mempercayai sistem ranking atau kompetisi
yang pada akhirnya hanya akan menghasilkan ‘sejumlah siswa pintar’ dan ‘sejumlah siswa
bodoh’.
Walaupun ada bantuan khusus untuk siswa yang merasa butuh, tapi mereka tetap
ditempatkan dalam kelas dan program yang sama. Tidak ada juga program akselerasi.
Pembelajaran di sekolah berlangsung secara kolaboratif. Bahkan anak dari kelas-kelas
berbeda pun sering bertemu untuk kelas campuran. Strategi itu terbukti berhasil karena saat
ini Finlandia adalah negara dengan kesenjangan pendidikan terkecil di dunia.
Tak ada ranking membuat mental siswa Finlandia kuat. Seolah-olah tak ada
diskriminasi, dan di Finlandia tak ada kelas unggulan. Penilaian didasarkan pada bagaimana
mereka mengerjakan tugas, dan bukan pada benar atau salahnya jawaban. Penilaian
didasarkan pada usaha mereka mengerjakan tugas. Program remedial adalah waktu siswa
memperbaiki kesalahannya. Para siswa berusaha untuk membawa sekolah sebagai kegiatan
yang menyenangkan.
e. Biaya Pendidikan Ditanggung Negara
Biaya pendidikan di Finlandia ditanggung oleh negara. Dengan penduduk hanya 5
juta jiwa pemerintah mampu menanggung biaya pendidikan sebesar 200 ribu euro. Biaya
tersebut per siswa hingga menuju perguruan tinggi. Jadi keluarga miskin dan kaya mampu
merasakan kesempatan belajar yang sama.
Satu lagi faktor yang membuat orang tua di Finlandia gak usah pusing-pusing milih
sekolah yang bagus untuk anaknya, karena semua sekolah di Finland itu sama bagusnya. Dan
yang lebih penting lagi, sama gratisnya. Sistem pendidikan di Finlandia dibangun atas dasar
kesetaraan. Bukan memberi subsidi pada mereka yang membutuhkan, tapi menyediakan
pendidikan gratis dan berkualitas untuk semua.
Reformasi pendidikan yang dimulai pada tahun 1970-an tersebut merancang sistem
kepercayaan yang meniadakan evaluasi atau ranking sekolah sehingga antara sekolah gak
perlu merasa berkompetisi. Sekolah swasta pun diatur dengan peraturan ketat untuk tidak
membebankan biaya tinggi kepada siswa. Saking bagusnya sekolah-sekolah negeri di sana,
hanya terdapat segelintir sekolah swasta yang biasanya juga berdiri karena basis agama. Tidak
berhenti dengan biaya pendidikan gratis, pemerintah Finlandia juga menyediakan fasilitas
pendukung proses pembelajaran seperti makan siang, biaya kesehatan, dan angkutan sekolah
secara Cuma-Cuma.
Jika dilihat dari segi giografis Finlandia adalah sebuah negara Scandinavia di Eropa
Utara. Seperempat dari wilayahnya masuk dalam Lingkaran Laut Arktik kutub utara. Oleh
karena itu penduduk negara kecil ini harus mampu memaksimalkan pendayagunaan semua
potensi psikologikal dan fisikalnya untuk mempertahankan dan mensejahterakan hidupnya.
Negara ini memiliki luas area 338.145 km dengan jumlah penduduk sekitar 5.518.371 jiwa
dan menganut falsafah sosialis (Luthrean-komunis). Sebelum tahun 1990 Finlandia
menggantungkan pendapatan negaranya pada sektor pertanian, tetapi sekarang Finlandia
terkenal sebagai salah satu pusat teknologi dunia. Finlandia mampu menghasilkan siswa yang
lebih unggul dibandingkan dengan siswa di Amerika dalam bidang Science dan Matematika.

41
Sebagaimana negara-negara lain di Eropa Finlandia juga menganut paham pragmatis.
Pendidikan agama merupakan tanggungjawab orang tua masing-masing. Pemerintah
Finlandia tidak memungut biaya pendidikan kepada warga negaranya. Kurikulum inti
ditangani oleh komite pelatihan tripartit (pemerintah, dunia industri dan penyelenggara
pendidikan dan pelatihan). Pergantian pucuk pimpinan negara tidak merubah kebijakan
pendidikan, sehingga apa yang diprogramkan oleh pemegang kekuasaan sebelumnya tentang
kebijakan pendidikan dapat terus berjalan. Hasilnya hanya dalam 14 tahun Finlandia menjadi
negara dengan pendidikan nomor satu di dunia. Dalam satu kelas terdapat tiga orang guru
(dua guru yang fokus pada penyampaian materi, satu orang guru menemani siswa yang masih
tertinggal dalam pelajaran). Semua guru wajib bergelar master. Strata satu tidak lagi
dibolehkan menjadi guru meskipun di sekolah dasar. Calon guru berasal dari 10
besarmahasiswa di kampusnya yang masih akan disaring dengan lebih ketat. Dalam evaluasi
sistem pendidikan Finlandia tidak ada Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) seperti di
Indonesia, dan juga tidak ada ujian nasional (UAN), tetapi mereka menganut kebijakan
“automatic promotion”, naik kelas secara otomatis. Guru selalu siap membantu siswa yang
tertinggal sehingga semua naik kelas. Semboyan mereka adalah “Test Less Learn More”
(kurangi tes perbanyak belajar). Ukuran kemajuan pendidikan menurut mereka adalah
karakter penduduknya bukan pendapatan nasional, kemajuan teknologi dan kekuatan militer.
Pemerintah Finlandia menyediakan anggaran 5.200 Euro atau sekitar Rp 70 juta untuk setiap
siswa per tahun.

Faktor pendukung kemajuan pendidikan Finlandia


Hal-hal yang mendukung kemajuan pendidikan di Finlandia:
1) Setiap anak diwajibkan mempelajari bahasa Inggris dan membaca satu buku setiap
Minggu. Biaya pendidikan tidak dipungut sedikitpun sejak dari TK sampai perguruan
tinggi.
2) Wajib belajar diterapkan kepada setiap anak sejak umur tujuh tahun sampai 16 tahun.
3) Selama pendidikan berlangsung guru mendampingi proses belajar setiap siswa,
lebihlebih lagi terhadap siswa yang agak lamban. Bahkan terhadap siswa yang lemah
sekolah menyiapkan guru bantu untuk mendampingi guru tersebut serta kepada
mereka diberikan kursus secara pribadi.
4) Setiap guru wajib membuat evaluasi perkembangan belajar siswa setiap hari.
5) Ada perhatian khusus bagi siswa di sekolah dasar (umur 7 tahun), karena bagi mereka
menyelesaikan masalah belajar di sekolah dasar jauh lebih mudah dari pada siswa
yang berumur 14 tahun.
6) Orang tua bebas memilih sekolah bagi anaknya karena perbedaan mutu antar sekolah
sangat kecil.
7) Semua fasilitas belajar dan mengajar dibayar atau disiapkan oleh negara.
8) egara membayar kurang lebih 200 ribu Euro per siswa untuk dapat menyelesaikan
studinya hingga tingkat perguruan tinggi.
9) Semua siswa (miskin dan kaya) mempunyai kesempatan yang sama untuk belajar dan
mencapai cita-citanya karena ditanggung oleh negara.
10) Pemerintah tidak segan-segan mengeluarkan dana untuk peningkatan mutu pendidikan.
11) Makan-minum di sekolah dan transportasi semua ditanggung oleh negara.

42
12) Biaya pendidikan diperoleh dari pajak daerah, provinsi dan tingkat nasional.
13) Mengenai kesejahteraan guru, setiap guru menerima 3400 Euro per bulan atau setara
dengan 42 juta rupiah. Guru bukan hanya pengajar tetapi juga disiapkan sebagai
seorang ahli pendidikan.
14) SD dan SMP tidak lagi mengeluarkan ijazah mengingat tuntutan dunia kerja saat ini
tidak meminta ijazah dari dua jenjang pendidikan ini. Untuk masuk SMP cukup
dengan memperlihatkan rapor saja begitu juga dari SMP ke SMA. Ijazah hanya
diberikan pada tingkat SMA saja.
15) Finlandia menerbitkan lebih banyak buku untuk anak-anak dari pada negeri mana pun
di dunia.
16) Hasil dari kebijakan ini sebesar 25% kenaikan pendapatan nasional Finlandia
disumbangkan oleh meningkatnya mutu pendidikan.
17) Menurut mereka ukuran kemajuan sebuah negara adalah bukan pendapatan nasional,
bukan kemajuan teknologi, bukan kekuatan militer, tetapi karakter penduduknya. Hal
ini hanya dapat dibina melalui pendidikan.
18) Kurikulum pendidikan Finlandia tidak sepadat kurikulum yang diberlakukan di
negara-negara lainnya, khususnya negara Asia. Anak-anak di Finlandia menghabiskan
waktu lebih sedikit di sekolah dibandingkan anak-anak di negara lain. Jam istirahat
sekolah juga lebih panjang, yakni 75 menit, dibandingkan dengan negara seperti
Amerika yang membatasi waktu 30 menit istirahat. Mereka juga diberikan tugas yang
lebih sedikit. Selain itu, anak-anak Finlandia memulai pendidikan akademik di usia 7
tahun, berbeda dengan kebanyakan negara yang memulai pendidikan akademik
anakanak di usia yang lebih muda (Indonesia anak berusia 6 tahun sudah boleh
sekolah dasar).
Masalah Pendidikan di Finlandia
Walaupun menjadi negara terbaik di dunia di bidang pendidikan,tidak menutup
kemungkinan adanya permasalahan. Negara Finlandia juga memiliki permasalahan yaitu
Internasionalisasi dan Multikulturalisme. Hal ini karena prosentase mahasiswa dalam negeri
masih banyak. Bahkan, hampir dikatakan hanya satu atau dua mahasiswa yang dari luar
negeri.
Selain itu, juga karena mayoritas penduduknya hanya ada satu suku, yaitu suku Finn.
Dengan masuknya Finlandia di Uni Eropa, maka warga negara Uni Eropa masuk ke Finlandia.
Akibatnya, menjadi masalah sosial tersendiri bagi pendidikan di Finlandia. Dengan demikian,
perlu ditambahkan ke kurikulum agar masalah multikulturalisme dan toleransi ditambahkan.
BAB VII PENGERTIAN NEGARA BERKEMBANG
Negara Berkembang adalah suatu negara yang memiliki kualitas hidup yang rendah,
dan tingkat kesejahteraan masyarakat secara material juga rendah. Rata-rata Pendapatan
Nasional Bruto ( PNB ) di negara berkembang hanyalah USSS 950, dengan tingkat harapan
hidup yang rendah, disertai dengan sarana komunikasi dan transportasi yang terbatas. Belum
meratanya pembangunan juga menjadi penyebab mengapa negara berkembang belum juga
bisa maju. Kurangnya keprihatinan pemerintah dan luasnya negara tersebut juga menjadi
penyebab utama.
Ciri-Ciri Negara Berkembang

43
1.Standar hidup yang rendah dan tingkat PNB yang rendah pula.
2.Angka harapan hidup rendah.
3.Banyak penduduknya yang masih buta huruf.
4.Banyak pengangguran dimana-mana.
5.Angka perumbuhan penduduk tinggi.
6.Biasanya masyarakatnya terpusat pada sektor pertanian.
7.Tingkat ketergantungan penduduk yang masih tinggi

BAB VIIl MASALAH PENDIDIKAN NEGARA BERKEMBANG DI INDONESIA


Pendidikan merupakan suatu proses yang sangat penting untuk meningkatkan
kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian, dan
mempertebal semangat kebersamaan agar dapat membangun diri sendiri dan bersama-sama
membangun bangsa. (Saptono, 2017)Pendidikan adalah sesuatu kebutuhan yang harus
dipenuhi oleh setiap individu. Pendidikan tidak terlepas dari segala aktivitas yang dilakukan
manusia. Dalam kondisi apapun, manusia tidak dapat menolak efek dari penerapan
pendidikan dalam sehari-hari.

44
Pendidikan dibagi menjadi tiga, yaitu pendidikan formal, pendidikan informal, dan
pendidikan non-formal. Pendidikan formal terdiri dari SD hingga ke perguruan tinggi.
Pendidikan informal adalah jenis pendidikan atau pelatihan yang terdapat di dalam keluarga
atau masyarkat yang diselenggarakan tanpa ada organisasi tertentu. Pendidikan non-formal
adalah segala bentuk pendidikan yang diberikan secara terorganisasi tetapi diluar wadah
pendidikan formal. Dan pada kali ini akan dibahas mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
pendidikan formal.
Pada dasarnya, setiap kegiatan yang dilakukan manusia memiliki dampak positif dan
dampak negatif. Dampak positif tentunya merupakan sebuah harapan yang diinginkan oleh
setiap manusia. Dan dampak negatif adalah sesuatu yang dapat menimbulkan masalah bagi
kehidupan manusia.Jika dikaitkan dengan dunia pendidikan, penerapan pendidikan yang
berjalan secara tidak baik akan menimbulkan dampak negatif. Hal ini merupakan penghambat
bagi suatu proses kelancaran dalam proses belajar mengajar. Dan peristiwa ini banyak terjadi
di dalam dunia pendidikan formal.Permasalahan demi permasalahan pendidikan di Indonesia
dituai tiap tahunnya. Permasalahan pun muncul mulai dari aras input, proses, sampai output.
Ketiga aras ini sejatinya saling terkait satu sama lain. Input mempengaruhi keberlanjutan
dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran pun turut mempengaruhi hasil output.
Seterusnya, output akan kembali berlanjut ke input dalam jenjang pendidikan yang lebih
tinggi lagi atau masuk ke dalam dunia kerja, dimana teori mulai dipraktekkan. (Megawanti,
2012).
MASALAH PENDIDIKAN DI INDONESIA
1. Pemerataan Pendidikan
Permasalahan Pemerataan dapat terjadi karena kurang tergorganisirnya koordinasi
antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, bahkan hingga daerah terpencil sekalipun.
Hal ini menyebabkan terputusnya komunikasi antara pemerintah pusat dengan daerah. Selain
itu masalah pemerataan pendidikan juga terjadi karena kurang berdayanya suatu lembaga
pendidikan untuk melakukan proses pendidikan, hal ini bisa saja terjadi jika kontrol
pendidikan yang dilakukan pemerintah pusat dan daerah tidak menjangkau daearh-daerah
terpencil. Jadi hal ini akan mengakibatkan mayoritas penduduk Indonesia yang dalam usia
sekolah, tidak dapat mengenyam pelaksanaan pendidikan sebagaimana yang diharapkan.
Pada sisi ini, sepintas dapat dipahami bahwa selama ini belum semua masyarakat
bangsa Indonesia dapat merasakan manisnya pendidikan. Jika hendak dicermati, maka
persoalan pemerataan pendidikan setidaknya disebabkan oleh (1)Perbedaan tingkat sosial
ekonomi masyarakat; (2) Perbedaan fasilitas pendidikan; (3) Sebaran sekolah tidak merata;
(4) Nilai masuk sebuah sekolah dengan standart tinggi; (5) Rayonisasi. (Idrus, 2016)Yang
paling utama permasalahannya di Indonesia adalah tingkat ekonomi. Semakin rendah tingkat
ekonomi masyarakat, maka peluang untuk mendapatkan pendidikan yang tenaga pengajarnya
berkualitas semakin kecil. Serta fasilitas dalam pendidikan juga dapat diukur dengan uang.
Semakin mahal sekolah, biasanya akan semakin memadai fasilitas yang ada.
Iklan “pendidikan gratis” telah membawa anggapan bagi masyarakat untuk tidak
mengeluarkan biaya sepeser pun padahal dalam kenyataannya tidak demikian. (Mujahidun,
2017) Anggapan seperti ini salah karna pendidikan pada realita mengeluarkan uang, mulai
dari biaya seragam, sumbangan pembangunan, dan lain-lainnya. Bagi orang yang tidak

45
mampu atau di kawasan tertinggal akan memilih untuk tidak melanjutkan pendidikan dan
menyebabkan tidak meratanya pendidikan di Indonesia.
Permasalahan pemerataan pendidikan dapat ditanggulangi dengan menyediakan
fasilitas dan sarana belajar bagi setiap lapisan masyarakat yang wajib mendapatkan
pendidikan. Pemberian sarana dan prasrana pendidikan yang dilakukan pemerintah sebaiknya
dikerjakan setransparan mungkin, sehingga tidak ada oknum yang dapat mempermainkan
program yang dijalankan ini.
2. Mutu dan Relevansi Pendidikan
Rendahnya mutu dan relevansi pendidikan juga disebabkan oleh rendahnya kualitas
tenaga pengajar. Penilaian dapat dilihat dari kualifikasi belajar yang dapat dicapai oleh guru
dan dosen tersebut. Dibanding negara berkembang lainnya, maka kualitas tenaga pengajar
pendidikan tinggi di Indonesia memiliki masalah yang sangat mendasar.Kinerja guru
merupakan serangkaian hasil dari proses dalam melaksanakan pekerjaannya yang sesuai
dengan tugas pokok dan fungsinya. Kemampuan seorang guru untuk menciptakan model
pembelajaran baru atau memunculkan kreasi baru akan membedakan dirinya dengan guru
lain. (Saptono, 2017)Itulah sebabnya seorang tenaga pengajar harus mengedepankan
kreativitas agar mendapatkan mutu yang baik dan berpengaruh positif terhadap rangkaian
pembelajaran, hal ini akan berpengaruh juga terhadap kecepatan daya tangkap suatu ilmu
yang dicerna oleh peserta didik selama proses pembelajaran.
3. Efisiensi dan Efektifitas Pendidikan
Pelaksanaan proses pendidikan yang efisien adalah apabila pendayagunaan sumber
daya seperti waktu, tenaga dan biaya tepat sasaran, dengan lulusan dan produktifitas
pendidikan yang optimal. Pada saat sekarng ini, pelaksanaan pendidikan di Indonesia jauh
dari efisien, dimana pemanfaatan segala sumberdaya yang ada tidak menghasilkan lulusan
yang diharapkan. Banyaknya pengangguran di Indonesia lebih dikarenakan oleh kualitas
pendidikan yang telah mereka peroleh. Pendidikan yang mereka peroleh tidak menjamin
mereka untuk mendapat pekerjaan sesuai dengan jenjang pendidikan yang mereka jalani.
Pendidikan yang efektif adalah pelaksanaan pendidikan dimana hasil yang dicapai
sesuai dengan rencana / program yang telah ditetapkan sebelumnya. Jika rencana belajar yang
telah dibuat oleh dosen dan guru tidak terlaksana dengan sempurna, maka pelaksanaan
pendidikan tersebut tidak efektif. Ketidakefektifan pelaksanaan pendidikan tidak akan mampu
menghasilkan lulusan yang berkualitas. Melainkan akan menghasilkan lulusan yang tidak
diharapkan. Keadaan ini akan menghasilkan masalah lain seperti pengangguran.
Terdapat faktor pendukung dari permasalahan pendidikan di Indonesia, yaitu:
1. IPTEK
Peningkatan dan pengembangan SDM serta teknologi dalam mempersiapkan
generasi penerus suatu bangsa dilaksanakan melalui pembelajaran di sekolah. (Saptono, 2016)
Penemuan teknologi baru di dalam dunia pendidikan, menuntut Indonesia melakukan
reformasi dalam bidang pendidikan. Pelaksanaan reformasi tidaklah mudah, hal ini sangat
menuntut kesiapan SDM Indonesia untuk menjalankannya.
2. Laju Pertumbuhan Penduduk

46
Laju pertumbuhan yang sangat pesat akan berpengaruh tehadap masalah pemerataan
serta mutu dan relevansi pendidikan. Pertumbuhan penduduk akan berdampak pada jumlah
peserta didik. Semakin besar jumlah pertumbuhan penduduk, maka semakin banyak
dibutuhkan sekolah-sekolah untuk menampungnya. Jika daya tampung suatu sekolah tidak
memadai, maka akan banyak peserta didik yang terlantar atau tidak bersekolah. Hal ini akan
menimbulkan masalah pemerataan pendidikan. Tetapi apabila jumlah dan daya tampung suatu
sekolah dipaksakan, maka akan terjadi ketidakseimbangan antara tenaga pengajar dengan
peserta didik. Jika keadaan ini dipertahankan, maka mutu dan relevansi pendidikan tidak akan
dapat dicapai dengan baik.
3. Permasalahan Pembelajaran
Pada saat sekarang ini, kegiatan pembelajaran yang dilakukan cenderung pasif,
dimana seorang pendidik selalu menempatkan dirinya sebagai orang yang serba tahu. Hal ini
akan menimbulkan kejengahan terhadap peserta didik. Sehingga pembelajaran yang dilakukan
menjadi tidak menarik dan cenderung membosankan. Kegiatan belajar yang terpusat seperti
ini merupakan masalah yang serius dalam dunia pendidikan.

BAB IX MASALAH PENDIDIKAN NEGARA BERKEMBANG DI MYANMAR


Pendidikan di Myanmar saat ini memang tidak lebih baik dari pendidikan di
Indonesia. Namun tidak ada salahnya jika Indonesia sekedar bercermin dari Myanmar serta
konflik-konflik internal yang terjadi di negara tersebut yang berpengaruh besar terhadap
pendidikan Myanmar. Beruntung Indonesia tidak memiliki konflik internal seperti halnya di

47
Myanmar, meskipun dengan adanya konflik Bank Century telah banyak menguras energi dan
memecah konsentrasi bangsa ini.
Keyakinan bahwa pendidikan atau lebih tepatnya sekolah formal adalah persiapan
untuk hidup, diperkenalkan ke Myanmar dengan kedatangan Inggris. Saat ini pendidikan
monastic telah menjadi andalan pendidikan di Myanmar selama berabad-abad mendampingi
pendidikan formal. Biara dan biarawan masih berpengaruh dalam kehidupan rakyat, dan
penting dalam pengambil keputusan mengingat mayoritas penduduk Myanmar masih tinggal
di pedesaan. Vihara masih berfungsi sebagai pusat belajar dan ini masih berlaku di negara
Buddhist lainnya di kawasan Asia Tenggara. Para siswa di biara adalah anak-anak yang tidak
bisa menghadiri sekolah dasar karena berbagai alasan.
Pendidikan selalu menjadi prioritas utama pemerintah Myanmar. Sejak zaman kuno,
biara-biara menjadi pusat pendidikan. Karena tradisi biara yang kuat, tingkat melek huruf di
Myanmar menjadi tinggi. Selama Inggris menjajah, tingkat melek huruf turun drastis karena
pihak kolonial kurang memberi perhatian pada pendidikan. Namun setelah merdeka tahun
1948, upaya memulihkan pendidikan terus dilakukan hingga tingkat melek huruf mencapai
91,8 persen pada tahun 2002.
Komunitas muslim masih tertinggal dalam akses pendidikan utama dinegara yanmar.
sebagian karena kebijakan diskriminatif negara terhadap etnisminoritas dalam mengakses
hak-hak dasar, yang menyebabkan penurunan substansial status mereka di masyarakat.
Pendidikan merupakan salah satu sektor yang sangat dipengaruhi oleh diskriminasi, di mana
umat islam sering menghadapi pembatasan hak mereka atas pendidikan. sementara itu,
muslim sendiri dikritik karena tidak bekerja sama dengan pemerintah untuk menyekolahkan
anak mereka ke pendidikan formal yang ditawarkan oleh sekolah-sekolah yang dikelola
negara, terutama yang diakui secara hukum bagi warga negara Myanmar.
Memiliki sedikit perbedaan jenjang dalam sektor pendidikan yaitu pendidikandasar
dan pendidikan tinggi. Pendidikan dasar di Myanmar hanya sampai kelas untuk kelas sampai
11 adalah pendidikan menengah. Sedangkan pendidikan dasar di Indonesia kelas 1 merupakan
pendidikan dasar dan kelas adalah pendidikan Menengah. Hal yang menjadi permasalahan di
Myanmar saat ini adalah konflik agama yang tak kunjung usai. Di mana Warga minoritas
Islam belum mendapatkan hak yang sama dalam pemerataan pendidikan.

BAB X MASALAH PENDIDIKAN DI NEGARA BERKEMBANG DI INDIA


India merupakan salah satu kawasan Asia Selatan yang memiliki kemegahan
kebudayaan yang megah di dunia yang menyaingi Cina dalam kesusasteraan, seni dan
48
arsitektur. Perasaan nasionalis India mulai berkembang setelah timbul rasa bangga atas hasil-
hasil kebudayaan mereka yang dipelajari dan kemudian dialih bahasakan oleh sarjana-sarjana
asing ke dalam bahasa-bahasa barat. Pendapatan per kapita India adalah US$ 200 per tahun.
Dari sensus tahun 1987-1988 diketahui bahwa 30% penduduknya dibawah garis kemiskinan.
Kesenjangan sosial cukup menjolok dalam hal ekonomi dan distribusi kesehatan . Bisa
dimaklumi bahwa populasi penduduk yang sangat besar tersebut, disamping sebagai human
capital juga merupakan beban negara. Terlebih bila diingat bahwa selama 150 tahun India
dibawah penjajahan Inggris dan baru pada tahun 1947 mengalami
kemerdekaan.Perkembangan ilmu pengetahuan di bidang pertanian, nutrisi, obat-obatan dan
industri oleh para pendidik India diakui harus memiliki hubungan dengan pendidikan dan
modernisasi.
Ilmu-ilmu sosial dan prilaku belum digunakan secara efektif dalam menyelesaikan
persoalan dan hambatan yang dihadapi oleh masyarakat yang sedang berubah. Segera setelah
tahun 1947, Jawaharlal Nehru menyatakan bahwa seluruh dasar pendidikan mestilah diubah
secara revolusioner. India merdeka mencoba untuk modernisasi secara tepat dengan
menempatkan banyak sumber dan kepemimpinanya untuk diprioritaskan pada pelayanan
pembangunan ekonomi, sistem pendidikan diizinkan berkembang tanpa kritik yang berarti.
Pada tahun 1964, pemerintah mengangkat komisi pendidikan tingkat tinggi untuk memberi
nasehat pada pemerintahan tentang pola pendidikan nasional di seluruh jenjang dan aspeknya.
Laporan komisi pendidikan ini diterbitkan pada tahun 1996 dan merupakan analisis pertama
tentang kondisi sistem pendidikan di india dalam hubungannya dengan tujuan pembangunan.
Laporan itu sendiri bukanlah sebuah rencana atau badan hukum melainkan dirancang untuk
melayani sebagai latar belakang bagi munculnya rencana dan peraturan baru.
Ciri dan tujuan pendidikan di India
Ciri-ciri pendidikan di India adalah :
a. Pengajaran agama di nomor satukan.
b. Pendidikan diselenggarakan oleh kasta Brahmana.
c. Tujuan pendidikan; mencapai kebahagian abadi (Nirwana).
Sedangkan tujuan pendidikan di India antara lain :
1. Untuk memberantas penyakit buta huruf
2. Meningkatkan mobilitas dan integrasi sosial
3. Untuk memajukan/ mengembangkan ilmu dan teknologi
4. Untuk meningkatkan perkembangan ekonomi
5. Untuk memperbaiki kondisi sosial masyarakat
Struktur dan Jenis Pendidikan
Komisi pendidikan India telah menetapkan kebijakan sistem pendidikan 10-2-3 tahun
usia sekolah. Tingkat awal, 10 tahun sebagai pendidikan dasar dan terbagi dalam tiga jenjang
yaitu primary (5 tahun), upper primary (3 tahun), dan secondary (2 tahun). Jenjang berikutnya

49
ditempuh selama 2 tahun sebagai persiapan memasuki pendidikan tinggi. Untuk pendidikan
kejuruan, jurusan teknik dan bisnis sudah mulai sejak secondary school.
Bila dijabarkan dalam tingkat usia sekolah akan tampak sebagai berikut :
a. tingkat dasar (primary stage) yang meliputi kelas I sampai V yakni 5 tahun masa belajar.
Ini dilaksanakan di 20 negara bagian dan teritoria india.
b. pendidikan tingkat menengah (middle stage) meliputi kelas VI sampai VIII
diselenggarakan di 18 negara bagian dan teritoria india.
c. pendidikan menengah atas (secondary stage) meliputi kelas IX sampai X. Kelas ini
diselenggarakan di 19 negara bagian dan teritoria india.
Pendidikan kejuruan, baik jurusan teknik maupun bisnis merupakan pola pendidikan ghandi,
yaitu pembentukan ”manusia berkepribadian yang utuh, kreatif dan produktif”. Pendidikan
nonformal dilaksanakan dengan dibentuknya lembaga pendidikan yang bersifat terbuka bagi
semua siswa, tidak terikat dengan proses pembelajaran secara langsung dan beban biaya yang
tinggi .
Manajemen Pendidikan
1. Otorita
Sistem pendidikannya dipengaruhi oleh Mahatma Ghandi yang memiliki gagasan untuk
membentuk ”kepribadian yang utuh, kreatif dan produktif”.
2. Pendanaan
Sejak tahun 1976, pemerintahan pusat telah menetapkan bertanggung jawab atas pembiayaan
dan pengaturan standar pendidikan atas sampai menengah dan mengadakan koordinasi
dengan program pendidikan tinggi.
3. Kurikulum dan Metodologi Pengajaran
Struktur dan kurikulum pendidikan di India secara esensial dipengaruhi oleh sistem
pendidikan Inggris karena latar belakang penjajahannya. Namun setelah merdeka, upaya
pendidikan ditekankan pada ekspansi yang cepat dibandingkan dengan reformasi menyeluruh.
Maka konstitusi yang berlaku pada tahun 1950 selanjutnya menegaskan prinsip bahwa
pendidikan merupakan penyampaian materi dan oleh karenanya berada dibawah kebijakan
pemerintah sedangkan tugas menteri pendidikannya adalah membantu pemerintah melalui
penyediaan bimbingan dan dana. Pasal dalam konstitusi India menyatakan perlindungan hak
bagi lembaga swasta untuk menyelenggarakan pendidikan dan menerima bantuan dari
pemerintah serta menyediakan standar tertentu yang harus dipenuhi oleh lembaga tersebut.
Jadi masalah pendidikan pada dasarnya adalah tanggung jawab pemerintah. Perencanaan dan
koordinasi pendidikan diimplementasikan melalui kebijakan umum yang telah diletakkan oleh
badan penasehat urusan pendidikan.
Kurikulum sekolah di India
Sekolah dasar (primary school) mencakup pelajaran membaca, menulis dan mengeja
bahasa daerah, sejarah dan kebudayaan india, geografi, sastra, sains dan kesehatan.Sekolah
menengah (secondary school) pelajaran sains dan matematika bahkan juga beberapa sekolah

50
mengganti kajian ilmu-ilmu sosial dengan sejarah dan geografi serta sedikit sekolah
menengah atas yang memiliki banyak tujuan menawarkan jenis pelatihan manual dan ilmu
kerumahtanggaan (home sciences).
Bidang spesialisasi di jenjang pendidikan tinggi terkait dengan disiplin ilmu
tradisional seperti sejarah, sastra inggris dan ilmu politik. Ketika seorang mahasiswa telah
memilih jurusan tertentu, ia tidak dapat merubah spesialisasinya. Beberapa universitas telah
memulai memberikan program studi umum atas dasar eksperimen. Mahasiswa yang cerdas
cenderung masuk ke jurusan fisika, kimia, teknik atau kedokteran. Metode pendidikan masih
menekankan pada peranan hafalan tetapi ada beberapa jurusan di universitas yang mendorong
dilakukannya metode penelitian (inquiri). Komisi beasiswa universitas telah mendirikan
berbagai pusat studi lanjutan di berbagai universitas. Dari subsidi pusat-pusat inilah kemajuan
riset dan pelatihan dikembangkan.
Pendidikan di India
Penyelenggaraan peadidikan berlangsung di rumah (keluarga) dan sekolah. Materi
pelajaran yang diajarkan yaitu astronomi, matematik, pengetahuan tentang obat-obatan,
hukum, kesusasteraan, sejarah. Soal mutu pendidikan di India sekarang sudah dikatakan
tinggi (berkualitas). Beberapa institut di sana sudah menerapkan kurikulum dan metode
proses belajar mengajar seperti halnya model Harvard. Salah satu perguruan tinggi Islam di
India adalah Jamia Millia Islamia. Jamia Millia Islamia juga merupakan salah satu kampus
terbaik yang terdapat diNew Delhi, India. Jamia Millia Islamia yang merupakan kampus
bermayoritas Muslim dikenal dengan kualitasnya dalam sistem pembelajaran dan penelitian
serta telah menghasilkan sarjana di berbagai bidang keilmuan, khususnya yang berkaitan
dengan ilmu-ilmu keislaman. Jamia Millia Islamia mengadopsi sistem pendidikan yang sama
dengan University of Delhi, yaitu sistem Eropa dan sistem Amerika.
Dengan gabungan sistem ini tingkat keseriusan belajar mahasiswa sangat tinggi.
Strategi yang digunakan dalam proses pembelajaran bagi mahasiswa di Jamia Millia Islamia
adalah “independentlearning”. Pada dasarnya, fasilitas belajar mengajar yang disediakan di
kedua kampus ini lengkap adanya namun dalam kondisi sederhana. Soal gaji bagi pengajar,
kehidupan mereka jauh dari kesan mewah. Tidak seperti kebanyakan yang berlaku di
Indonesia, keunggulan dan prestise seorang akademisi tidak diukur dengan indikator material,
namun mengarah pada kultur akademis yang mencipta, dengan seberapa sering keilmuan dan
pemikirannya yang dicurahkan dalam bentuk karya tulis masuk dalam jurnal internasional dan
seberapa tinggi frekuensi mengajar di universitas lain terutama di kampus-kampus di luar
negeri dan masih banyak lagi hal yang menjadi indikator bagi seorang profesor yang
berkualitas yang masih bernuansa akademik. Mutu jauh lebih penting bagi India. Pendidikan
di India dikendalikan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang keduanya
bertanggung jawab atas pendidikan dengan kekhususan dimana daerah mempunyai otonomi
untuk mengatur hal khusus dalam pendidikan.
India sudah membuat kemajuan yang besar dalam rangka partisipasi pendidikan
dimana sudah banyak anak hadir di sekolah mengenyam pendidikan dasar(primary education)
dan angka melek huruf penduduk juga meningkat. Peningkatan sistem pendidikan tersebut
sedikit banyak dapat memberikan andil dalam peningkatan ekonomi, meskipun belum sesuai
yang diharapkan. Sebagian besar kemajuan pendidikan didukung oleh institusi swasta, India
masih menghadapi berbagai tantangan meskipun investasi dalam bidang pendidikan

51
meningkat, 40% dari populasi masih buta huruf dan 15% pemuda hanya mengenyam
pendidikan menengah. Sebelum tahun 1976, penddikan menjadi tanggung jawab pemerintah
daerah, sedangkan pusat hanya mengurus bagian tertentu seperti koordinasi, penentuan
standart pendidikan dsb. Sejak tahun 1976, pendidikan di India menjadi tanggung jawab
bersama antara pemerintah pusat dengan pemerintah negara bagian.
Pendidikan di India saat ini menggunakan pola dan substansi yang di adobsi dari
Negara barat, dimana pertama kali di perkenalkan oleh Negara Inggris pada abad ke-19.
Komisi pendidikan India telah menetapkan kebijakan sistem pendidikan 10-2-3 untuk usia
sekolah, . Tingkat awal 10 tahun terbagi dalam 3 jenjang, yaitu primary (5 tahun), upper
primary (3 tahun), dan secondary (2 tahun).
Struktur pendidikan sekolah yang seragam tersebut telah di adobsi oleh seluruh
Negara bagian dan teritori India. Walaupun demikian, dilingkungan dan teritori India masih
dijumpai sejumlah kelas yang menyelenggarakan pendidikan dasar (primary ), menengah
(upper primary), dan (high and higher secondary school ). Pendidikan jurusan, baik teknik
maupun bisnis menetapkan pola pendidikan Ghandi, yaitu pembentukan manusia yang
berkepribadian utuh, kreatif dan produktif.
Pada tahun 1960-1992 kemajuan minat siswa pada sekolah kejuruan sangat kecil
hanya mencapai 6%. Baru pada 1995 terjadi lonjakn yang signifikan, mencapai 25% dari
keseluruhan siswa yang mengikuti pendidikan tinggi mengambil jurusan ini. Mengenai
pendidikan Islam, stukturnya dilakukan berjenjang pada tingkat rendah (tahtania) dilakukan
selama 3 tahun, (watsania) menengah dilakukan selama 4 tahun, atau tingkat atas ( fauqania)
dilakukan selama 2 tahun. Kemudian jenjangmaulviselama 2 tahun,‘alimselama 2 tahun.
Salah satu madrasah yang terkenal sebagai jamiatul banaat yang terletak di Hyderabat,
bagian selatan India, memberikan pendidikan khusus untuk perempuan di India dengan materi
pembelajaran Bahasa arab, sasrta arab, Al-quran, tafsir, hadist, dan fikih. Disamping itu juga
memberikan pendidikan kerumah-tanggaan seperti perawatan anak, menjahit, dan memasak.
1.Dalam proses pendidikan di Negara India masih kekurangan guru terutama di pendidikan
dasar, rasio guru dengan siswa 1:5.
2.Jenjang yang setara dengan SMP masih menggunakan guru kelas, belum ada guru per
mapel.
3.Keadaan guru masih sangat sedikit.
4.Bagi siswa yang kelas rendahan atau miskin mereka bersekolah di sekolah kalangan orang-
orang miskin yang muatannya per kelas 50-80 siswa.
5.Rendahnya pengajaran yang memanfaatkan aktivitas siswa.
6.Pembelajaran masih didominasi dengan hafalan.
7.Pada tahun 2005/2006 hanya memiliki 65,01% ( 570 ribu ) saja yang memiliki bangunan
tetap bahkan, 2,4% (24 ribu) masih belajar dibawah tenda.
8.Sekolah negeri di pedesaan seperti di Negara bagi Uttar Pradesh dan Biharasih kesulitan
menjamin fasilitas dasar seperti : bangunan, toilet, Dan papan tulis.

52
Dalam bidang Pendidikan, India mengalami proses panjang, dimulai dari jaman kuno
sampai dewasa ini. Menurut Kanchana Narasimhan (2008), pada zaman India kuno,
pendidikan diberikan melalui sistem gurukul. Dalam sistem ini, sang guru biasanya mengajar
para siswa secara lisan di kediamannya dan para siswa biasanya tinggal dengan guru mereka.
Sistem ini secara perlahan-lahan berkembang menjadi pendidikan formal seperti sekarang ini.
Bangsa Inggris adalah yang paling berperan dalam perubahan ini.
Pada tahun 2000 tingkat melek huruf orang dewasa (persentase untuk yang berusia 15
atau lebih tua) adalah 58,5 persen (72,3 pesen untuk laki-laki, 44,4 persen untuk perempuan).
Angka ini meningkat hampir dua kali lipat sejak tahun 1961 dan lebih tinggi dari pada
kebanyakan Negara di Asia Selatan lainnya, namun mereka masih jauh lebih rendah daripada
kebanyakan Negara di Asia Timur. Pada tahun 2001 angka partisipasi gabungan sekolah
dasar, menengah pertama dan atas adalah 55 persen penduduk usia sekolah resmi untuk tiga
tingkatan. Total belanja pemerintah pada pendidikan pada tahun 2001 adalah Rs 841.8 miliar
(USՖ17,300,000,000), setara 13,2 persen dari seluruh pengeluaran pemerintah dan 4 persen
dari produk domestik bruto (PDB). Sejak tahun 1950-an, pengeluaran pemerintah untuk
pendidikan terus meningkat, sehingga India mampu mengembangkan sejumlah lembaga
pendidikan dari dasar sampai tingkat universitas.
India memiliki potensi untuk menjadi pemimpin teknologi global. Industry India
mampu bersaing secara global dalam perangkat lunak dan bahkan di bidang-bidang seperti
mobil, bahan kimia, dan peralatan rekayasa. Sebuah isu penting bagi keberhasilan masa depan
industry India adalah pertumbuhan pendidikan teknik di India.
Sejak kemerdekaan, focus awal dari kebijakan pemerintah adalah untuk menyediakan
para insinyur yang diperlukan untuk pengembangan ekonomi. Pendirian India Institutes of
Technology(IIT), perguruan tinggi teknik regional (yang dikenal sebagai National Institute of
Technology)ditujukan untuk mencapai hal ini. Insinyur India sudah terkenal reputasinya
untuk keahlian rekayasa dan desain. Pendidikan Teknik di India merupakan pilihan favorit
bagi siswa berprestasi. Hal ini mengakibatkan lonjakan pendirian perguruan tinggi teknik baru
terutama di sector swasta. Meskipun demikian, para pemimpin industry mengeluh tentang
kurangnya insinyur berkualitas untuk industry mereka. Hal ini disertai dengan tingkat
pengangguran yang signifikan terutama insinyur yang baru lulus. Disisi lain, terjadi
kesenjangan pendidikan teknik dimana Tamil Nadu, Andhra Pradesh dan Karnataka memiliki
jumlah tertinggi lulusan teknik per penduduk. Penduduk India yang mendapatkan ijazah (per
tahun) sarjana teknik berjumlah sekitar 230,000 ijazah master sekitar 20,000 dan ijasah Ph.D
sekitar 1,000 (data tahun 2006). Pemegang gelar doctor India kurang dari 1 persen dari
seluruh lulusan terbaik. Persentase gelar doctor untuk bidang teknik di India lebih rendah dari
sebagian besar Negara-negara lain (9 persen Amerika Serikat, 10 persen Inggris, 8 persen
Jerman, dan 3 persen Korea).
Perbandingan beberapa institusi India terpilih(Indian Institute of Technology,Institut
Teknologi Nasional dan perguruan tinggi teknik swasta) mengungkapkan beberapa hasil yang
menarik. Sebuah perbandingan internasional menunjukkan bahwa banyak lembaga India yang
tidak mampu berevolusi dari lembaga pengajaran tahap sarjana untuk menuju lembaga yang
berbasis pengajaran dan penelitian. Salah satu keuntungan terbesar dari perguruan tinggi
teknik terbaik di India adalah selektivitas tinggi sekitar 2-3 persen dari pelamar yang dipilih.
Ini jauh lebih rendah dari universitas internasional terkenal. Namun sistem pendidikan

53
rekayasa tidak mampu menarik minat mahasiswa teknik terbaik untuk melanjutkan studi
pasca-sarjana. Para lulusan IIT dan IISc berkontribusi kurang dari 1 persen dari mahasiswa
pasca-sarjana teknik di negeri ini, 20 persen dari M.Tech dan 40 persen dari Ph.D. hanya
sekitar 1 persen (atau kurang) dari lulusan B. Tech yang memilih untuk melanjutkan M.Tech
di India, sementara hanya 2 persen dari lulusan M.Tech yang memilih untuk melanjutkan
Ph.D India. Sekitar 75 persen dari mahasiswa pasca-sarjana teknik belajar di perguruan tinggi
teknik swasta.
Ada lebih dari 1.100 perguruan tinggi swasta rekayasa. Namun hanya sebagian kecil
dari perguruan tinggi swasta yang masuk peringkat 50 terbaik perguruan tinggi teknik di
India. Lebih dari 90 persen dari perguruan tinggi teknik swasta merupakan perguruan tinggi
yang berafiliasi dengan perguruan tinggi negeri, sehingga memiliki sedikit otonomi
akademik. Struktur administrasi yang ada dan sifat dari perguruan tinggi swasta juga memiliki
otonomi keuangan yang sangat sempit untuk pengembangan, dengan biaya dan gaji meliputi
80 persen dari anggaran.
Struktur pendidikan di India sedikit berbeda dengan Indonesia dimana pendidikan
dasarnya harus ditempuh 8 tahun, sedangkan pendidikan menengah pertamanya(secondary
school) dilaksanakan selama 2 tahun, demikian pula pendidikan menengah atasnya (second
secondary school). Hampir semua sekolah di India bersifat satu atap, dimana kelas 1 hingga
12 dilaksanakan di sekolah yang sama.
Untuk Perguruan Tinggi, tergantung dari institusinya. Secara umum, institusi
pendidikan tinggi di India terdiri atas universitas dan institur (teknologi, kedokteran,
manajemen, teknologi informasi). Untuk tingkat bachelor, secara umum program di
universitas adalah 3 tahun, sementara IIT secara umum program B.Tech (Bachelor of
Technology) rata-rata 4 tahun, meskipun ada yang 5 tahun untuk B.Arch (Bachelor of
Architechture).
Politeknik di India berbeda dengan di Indonesia, dimana yang diterima adalah lulusan
Secondary School (kelas 10) selama 3 tahun dan lebih bersifat ketrampilan. Program-program
yang ditawarkanadalah program diploma dalam bidang yang ‘umum’ seperti Teknik Elektro,
Kimia, Mesin,hingga yang sangat khusus seperti Fashion Design, Teknologi Keramik,
Kesekretariatan.
Ada dua sumber dana pendidikan di India, yaitu dari pemerintah dan sector
swasta/masyarakat. Dana dari pemerintah disediakan oleh : 1) pemerintah pusat, (2)
pemerintah Negara bagian(state),3)University Grant Commission(UGC) untuk Pendidikan
Tinngi, 4) badan local (semacam CSR dari perusahaan daerah). Sedangkan dana dari
swasta/masyarakat antara lain uang kuliah, sumbangan-sumbangan dan investasi dari
perusahaan-perusahaan/pribadi.

54
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Abdillah, S.Ag, M.Pd.2019.Ilmu Pendidikan “Konsep, Teori dan


Aplikasinya".Medan:Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan Indonesia (LPPPI).
Munir Yusuf.2018.PENGANTAR ILMU PENDIDIKAN.Palopo:Lembaga Penerbit Kampus
IAIN PalopoJalan Agatis, Kel. Balandai Kec. Bara Kota Palopo.
Afifuddin Harisah.2018.FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM PRINSIP DAN DASAR
PENGEMBANGAN.Yogyakarta:DEEPUBLISH
55
Amanudin, S.Pd., M.M.2019.PENGANTAR ILMU PENDIDIKAN.Tangerang Selatan
:Unpam Press
Nurkholis.2013.PENDIDIKAN DALAM UPAYA MEMAJUKAN TEKNOLOGI .Vol. 1 No.
1
Dra. Endang Hangestiningsih, M. Pd
Heri Maria Zulfiati, S.Pd, M.Pd
Arif Bintoro Johan, M. Pd .2015.DIKTAT PENGANTAR ILMU
PENDIDIKAN.FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS
SARJANAWIYATA TAMANSISWA YOGYAKARTA.
Tajab, Perbandingan Pendidikan,( Surabaya: Karya Abdi Tama, 1994) hal 7
Abd. Rachman Assegaf, Internasionalisasi Pendidikan: Sketsa Perbandingan Pendidikan di
Negara-Negara Islam dan Barat, (Yogyakarta: Gama Media. 2003) h. 175
Abd. Rachman Assegaf, Op. Cit. h. 176-177 [8] Abd. Rachman Assegaf, Op. Cit. h. 177-178
Abd Rachman Assegaf, Op. Cit. h. 178-179.
Abd. Rachman Assegaf, Op. Cit.: h. 179-180.
Soelaiman Fauzi, 2014, Sistem Pendidikan di Inggris, London : Kedutaan Besar Republik
Indonesia (KBRI) London.
Nur, Agustiar Syah. 2001. Perbandingan Sistem Pendidikan 15 Negara. Bandung: Lubuk
Agung.
Rohman Arif, 2010, Pendidikan Komparatif, Yogyakarta : Laksbang Mediatama.
Rohman, Arif. 2010. Pendidikan Komparatif : dasar-dasar teori perbandingan antar bangsa .
Yogyakarta : Laksbang Grafika.
Soelaiman Fauzi .2013. Atase Pendidikan KBRI London
Agustiar Syah Nur, Op.Cit

Agustiar Syah Nur. 2001. Perbandingan Sistem Pendidikan 15 Negara. Bandung: Lubuk
Agung.
Arif Rohman. 2010. Pendidikan Komparatif. Yogyakarta : Aswaja Pressindo.
Haryo Winarso, dkk. 2014. Sistem Pendidikan Dasar dan Menengah di 16 Negara. Jakarta
:Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Harian Surya, 26 Mei 2010. Bebas Berpesta Ganja di Taman Tanpa Takut Polisi.

56
Evelyn J. Sowel. 2000. Curriculum, An Integrative Introduction; Prentice Hall, New Jersey.
Thomas Lichona. 1992. Educating For Character: How Our School Can Teach Respect
Responsibility. New York: Bantam Books.
Buku Sistem Pendidikan Finlandia, Oleh-oleh Dubes Finlandia Untuk Ahok.
Perbedaan Sistem Pendidikan Indonesia & Finlandia.
M. Daud, Ridawan. 2019. Sistem pendidikan Finlandia suatu alternatif sistem pendidikan
Aceh.
Idrus, M. (2016). Mutu Pendidikan Dan Pemerataan Pendidikan Di Daerah.
PSIKOPEDAGOGIA Jurnal Bimbingan Dan Konseling, 1(2).
Megawanti, P. (2012). Permasalahan Pendidikan Dasar Di Indonesia. Jurnal Ilmiah
Pendidikan MIPA, 2(3), 227–234.
Mujahidun. (2017). PEMERATAAN PENDIDIKAN ANAK
BANGSA: PENDIDIKAN GRATIS VERSUS KAPITALISME
PENDIDIKAN Mujahidun. Tarbiyatuna, 8(1), 1–8.
Saptono, A. (2016). Lingkungan Belajar , Sikap Terhadap Profesi
Guru terhadap Intensi Menjadi Guru (Studi pada Mahasiswa
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta) Ari Saptono, 14(1).
Saptono, A. (2017). Pengaruh Kreativitas Guru Dalam Pembelajaran
Dan Kecerdasan Emosional Siswa Terhadap Prestasi Belajar
Ekonomi Pada Siswa Kelas X Di Sma Negeri 89 Jakarta.
Econosains Jurnal Online Ekonomi Dan Pendidikan, 14(1), 105–112.
Sunarto. 2000. Ilmu Pendidikan Sosial ( IPS ). Jakarta : Pembukuan Departement
Pendidikan Nasional.
Tirtarahardja. 2005 Pengantar Pendidikan. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Zahara Idris. 1992. Pengantar Pendidikan 2. Jakarta : PT. Grasindo.
Ensiklopedia Geografi dunia untuk pelajar dan umum jilid ke-3 PT. Lentera abadi Jakarta

57

Anda mungkin juga menyukai