AKHLAK TERCELA
A. Isyraf
1.Pengertian Israf
Kata israf berasal dari bahasa
Arab asrofa-yusrifu-isroofan berarti bersuka ria sampai
melewati
batas.isyraf ialah suatu sikap jiwa yang memperturutkan keinginan
yang melebihi
semestinya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, melampaui batas (berlebihan)
jdiartikan melakukan
tindakan di luar wewenang yang telah ditentukan berdasarkan
aturan (nilai) tertentu yang
berlaku. Secara istilah, melampaui batas (berlebihan) dapat
dimaknai sebagai tindakan yang
dilakukan seseorang di luar kewajaran ataupun kepatutan karena
kebiasaan yang dilakukan
untuk memuaskan kesenangan diri secara berlebihan.
Sikap ini biasanya terjadi pada orang-orang yang rakus dan tidak
puas atas nikmat yang
telah di beri oleh Allah.Israf adalah perbuatan yang tidak di senangi
oleh Allah karena
perbuatan ini merupakan bagian dari bentuk tidak mensyukuri nikmat yang
telah di berikan
oleh Allah.
“ Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di Setiap
(memasuki) mesjid, Makan dan
minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang
berlebih-lebihan.” (QS. Al A’raaf : 31)
2. Bahaya Perilaku Israf
Perbuatan melampaui batas atau berlebihan ini mengakibatkan amal
ibadah. Seseorang
terhenti dan tidak sabar karena manusia mempunyai sifat tabiat cepat bosan
dan terbatas
kemampuannya. Dengan sendirinya sikap sabar akan mampu melawan
perbuatan berlebih-
lebihan atau melampaui batas ini. Menurut pendapat Hasan Basri, sunah
telah menjelaskan
antara orang yang melampaui batas dan orang yang berpaling.
Maka bersabarlah dalam
mengikuti sunah, karena ahli sunah adalah orang yang paling
sedikit di masa lampau dan
mereka paling sedikit di masa yang tersisa, serta tidak mengikuti orang-
orang yang bermewah-
mewah dalam hidup mereka.
28
Sedangkan Imam Asy Syatibi berpendapat bahwa bahaya sikap
melampaui batas bekasnya
dapat menghilangkan keteguhan dan keseimbangan yarg dituntut agama
dalam melaksanakan
berbagai tanggung jawab hukum. Beliau mengatakan bahwa kesempitan
tidak dihilangkan dari
seorang mukal af karena dua segi. Pertama, khawatir terputus
amalnya di tengah jalan,
membenci ibadah, dan tidak suka melaksanakan beban agama. Kedua,
khawatir menimbuikan
pengurangan amal dengan bermalas-malasan. Kadang-kadang menekuni
sebagian amal dapat
melalaikan dan menghentikan amal lainnya. Kadang-kadang ia
bermaksud menjalankan
keduanya dengan susah payah, tetapi akhirnya ia terhenti ataupun bahkan
meninggalkan amal
kebaikan keduanya.
3. Bentuk Perilaku Israf
Diantara contoh sikap israf adalah dalam bentuk pamer kekayaan dan
berjiwa sombong, hal
yang demikian ini akan menyebabkan kehancuran pada diri sendiri karena
tidak mempunyai
kontrol pribadi dan sosial. Apabila tidak terdapat kontrol tersebut, maka
akan berakibat
sikap melampaui.batas. Sikap orang yang mendambakan kemewahan dunia
semata-mata,
merupakan sikap yang tidak disukai Allah dan tidak memperoleh manfaat
apapun baik di
dunia dan di akhirat.
Perbuatan berlebihan atau melampaui batas ini adalah sebagai wujud
pengingkaran terhadap
nikmat yang telah diberikan Allah. Setiap muslim harus menyadari bahwa
segala sesuatu
yang dimilikinya adalah milik Allah, Allah akan melapangkan rezeki dan
menyempitkannya,
sesuai dengan kehendak dan rida-Nya dan sesuai dengan kebijaksanaan dan
ketetapan yang
telah digariskan-Nya. Hendak- nya pada diri setiap muslim harus
tertanam sikap rida
terhadap apa yang diberikan Allah dan sadar semua nikmat yang
diperolehnya itu hanya
berasal dari Allah serta pengingkaran terhadap nikmat Allah dan
mendustakan Rasul-Nya
tidak akan memperoleh keuntungan sedikit pun.
Perbuatan melampaui batas atau berlebihan ini tidak hanya terhadap
nikmat- nikmat Al ah
sefriata, aalam hal beribadah pun Al ah sangat membencinya.
Perbuatan melampaui batas
(berlebihan) dalam agama akan terputus. Maksudnya melarang
seseorang melampaui batas
dalam ibadah sunah sehingga menimbulkan kebosanan yang berakibat
meninggalkan ibadah
yang yang lebih utama atau meninggalkan ibadah yang disyariatkan, bukan
berarti melarang
seseorang mencari kesempumaan dalam beribadah karena termasuk
hal-hal yang terpuji.
Seperti, orang yang mengerjakan salat tahaj ud semalam suntuk sehingga
di akhir malam ia
mengantuk dan tertidur sampai meninggalkan salat subuh.
Diantara bentuk perbuatan israf adalah
29
a. Menambah-nambah di atas kadar kemampuan, dan berlebihan dalam hal
makan, karena
makan yang terlalu kenyang dapat menimbulkan hal yang negatif pada
struktur tubuk
manusia.
b.Bermewah-mewah dalam makan, minum dan lain-lain artinya
dalam memakan atau
meminum sesuatu tidak boleh memperturutkan hawa nafsu, sehingga
semua yang di
inginkan tersedia.
c. Menumpuk-numpuk harta atau sesuatu hal yang tidak telalu
dibutuhkan oleh kita
maupun oleh masyarakat.
d.Melakukan segala sesuatu yang berlebiha, contohnya terlalu banyak
tidur bisa
menyebabkan berbagai penyekit terutama malas, dari penyakit malas
inilah timbul
berbagai dampak yang tidak baik seperti tidak mau bekerja, kalaupun
bekerja hasilnya
pun tidak akan optimal
e. Melakukan pekerjaanyang sia-sia, terkadang kita sebagai manusia suka
denga hal-hal yang
bersifat hura-hura
f. Memperturutkan hawa nafsunya, manusia dalam menghadapi hidup
biasanya
dihadapakan pada dua permasalahan yaitu antara keperluan dan
kebutuhan dengan
keinginan.
4. Menghindari Perilaku Israf
Rasulul ah saw. melarang umatnya berpuasa terus-menerus, melarang salat
di sebagian malam,
kecuali pada sepuluh hari akhir bulan Ramadhan, melarang
membujang bagi yang mampu
menikah, atau melarang meninggalkan makan daging. Jadi, orang
yang beribadah dengan
tidak mengetahui sebagian besar dari hal itu, ia dapat dimaafkan dan diberi
pahala. Adapun
orang yang beribadah dan paham sunah lalu melampauinya,
maka ia akan dikalahkan dan
tertipu oleh nafsunya. Adapun amal yang paling disukai Al ah
adalah amal yang dikerjakan
terus-menerus (istiqamah) menurut syarak meskipun sedikit.
Islam mengajarkan kebersahajaan. Setiap muslim dilarang
mengikuti nafsu syahwat.
Sederhanakanlah dan ditundukkan nafsu dengan akal sehat.
Sebagian besar keburukan itu
disebabkan seseorang tidak sanggup mengendalikan nafsunya.
Janganlah mendekati hal-hal
yang dapat mendorong diri untuk berbuat yang tidak baik ataupun
melampaui batas. Orang
yang memiliki kesederhanaan tidak suka melakukan sesuatu yang melebihi
kewajaran, karena
akan merendahkan diri sendiri di hadapan makhluk atau pencipta-Nya.
Diantara dampak yang ditimbulakan akibat dari perbuatan israf, yaitu :
a. Dibenci oleh Allah
b. Menjadi sahabat setan
30
c. Menjadi orang yang akan tercela dan menyesal
d. Menjadi orang yang tersesat
5. Hikmah
a. Sikap israf adalah salah satu sikap tercela yang sangat merusak bagi
pelaku sendiri maupun
orang lain yang terkena dampak tingkah lakunya. Sifat
melampaui batas (berlebihan) ini
mengancam masa depan umat manusia.
b. Setiap muslim dilarang mengikuti nafsu syahwat. Sederhanakanlah dan
ditundukkan nafsu
dengan akal sehat, dan setiap pelampauan batas akan selalu dibarengi oleh
kekuatan jahat,
yakni setan yang menghiaskan keburukan sehingga dirasa sebagai
kebaikan.
c. Perbuatan berlebihan atau melampaui batas ini adalah sebagai wujud
pengingkaran
terhadap nikmat yang telah diberikan Allah.
d. Sikap melampaui batas bekasnya dapat menghilangkan keteguhan dan
keseimbangan yarg
dituntut agama dalam melaksanakan berbagai tanggung jawab hukum.
B. Tabdzir
1.Pengertian Tabdzir
Kata tabzir /pemborosan dalam bahasa Arab berasal dari kata
badzara-yubadzdziru-tabdzi ron
dipahami oleh ulama dalam arti pengeluaran yang bukan haq. Kata
tabzir berarti
menggunakan/ membelanjakan harta kepada hal yang tidak perlu.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, boros diartikan berlebih-lebihan
atau menghambur-
hamburkan dalam pemakaian uang ataupun barang. Secara istilah,
boros sebagai perbuatan
yang dilakukan dengan cara menghambur-hamburkan uang atupun barang
karena kesenangan
ataupun kebiasaan.
“ dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya,
kepada orang miskin dan orang
yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan
(hartamu) secara boros.
“ Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara
syaitan dan syaitan itu adalah sangat
ingkar kepada Tuhannya. (QS. Al Isra’ : 26-27)
2. Bahaya Perilaku Tabdzir
Setiap orang selalu berpikir dan berusaha sekuat tenaga untuk meraih
kemewahan
kehidupan dunia sebagai suatu yang menyenangkan dan
membahagiakan, tanpa mempe-
31
rhatikan ketentuan agama. Anggapan dan keinginan seperti itu
sampai sekarang terus
mewarnai sebagian masyarakat, berkeinginan memiliki harta
kekayaan yang melimpah
sekalipun dengan jalan yang tidak wajar, tidak sesuai dengan
peraturan negara dan hukum
agama. Akibatnya, timbul ah kecurangan dimana-mana yang merugikan
semua pihak.
Allah melarang kaum muslimin mencari kekayaan dengan cara yang batil,
dan melarang
membelanjakan harta yang dikuasai secara boros. Larangan dimaksudkan
agar setiap
muslim dapat mengatur nilai pengeluaran sesuai keperluannya, tepat yang
dituju sebagimaha
ketentuan agama. Tidak boleh membelanjakan hartanya secara boros
hanya untuk
kesenangan semata.
Pamer kekayaan dan berjiwa sombong akan menyebabkan
kehancuran pada diri sendiri
karena tidak mempunyai kontrol pribadi dan sosial. Jika kontrol tersebut
tidak ada, maka akan
berakibat menimbulkan sikap pemborosan yang dilarang dalam Islam.
Sikap orang yang mendambakan kemewahan dunia semata sebagai tabiat
buruk yang harus
ditinggalkan karena Allah memberikan pelajaran bahwa Qarun dengan
harta kekayaannya
telah dibenamkan ke dalam bumi. Ternyata harta yang tidak diridai Allah
tidak memperoleh
manfaat apa-apa.
Sayyidina Abu Bakar r.a. menyerahkan semua hartanya kepada Nabi
saw. dalam rangka
berjihad di jalan Allah. Sayyidina 'Utsman r.a., membelanjakan separuh
hartanya. Nafkah
mereka diterima Rasulullah saw. dan beliau tidak menilai mereka
sebagai para pemboros.
Sebaliknya, membasuh wajah lebih dari tiga kali dalam berwudhu', dinilai
sebagai
pemborosan, walau ketika itu yang bersangkutan berwudhu' dari sungai
yang mengalir. Jika
demikian, pemborosan lebih banyak berkaitan dengan tempat bukannya
dengan kuantitas.
Rasulullah, ketika melihat seorang laki-laki berwudu lain beliau
bersabda, “Janganlah kamu
berlebih-lebihan. Janganlah kamu berlebih-lebihan.”
Berikut adalah beberapa tindakan yang tergolong sebagai perbuatan tabzir,
yaitu :
a. Membantu orang lain dalam kemaksiatan. Contoh : Memberi sumbangan
kepada orang
untuk meminum-minuman keras
b. Mengkonsumsi makanan yang tidak ada manfaatnya dan membahayakan
c. Orang yang bersodakoh tetapi tidak ikhlas
d. Merayakan Hari Raya lebaran dengan berlebihan
e. Merayakan pesta pernikahan dengan berlebihan tidak sesuai dengan
syari'at
3. Menghindari Perilaku Tabdzir
Islam menganjurkan hidup sederhana dan tidak boleh sombong
dengan menzalimi diri sendiri ataupun orang lain, karena perilaku zalim
akan berakibat menyengsarakan diri sendiri
32
ataupun orang lain. Melalui sunahnya, Rasulul ah saw.
menjelaskan secara tegas larangan
makan, minum, berpakaian dan bersedekah secara berlebihan.
Segala sesuatu yang dl arang
Allah dan Rasul-Nya pastinya terdapat madarat yang sangat
merugikan bagi kehidupan
manusia.
Hidup sederhana bukan berarti harus melarat, tetapi hidup yang
sederhana sebatas
mencukupi kebutuhan yang diperlukan tanpa berlebih-lebihan. Karena itu,
segala hal yang
berlebihan tidak akan memperoleh kebaikan bagi yang melakukannya.
Sesungguhnya orang yang dapat menerima dengan baik dan mengamalkan
nasihat yang benar
hanyalah orang-orang yang sabar dan tekun. Termasuk di
dalamnya orang yang patuh
meiaksanakan perintah Al ah dan menjauhi segala larangan-Nya. Mereka
menerima dengan baik
dan ikhlas apa yang diberikan Al ah kepadanya. Selalu berusaha
sesuai ketentuan-Nya serta
membelanjakan hartahya untuk kepentingan diri maupun masyarakat.
Persaudaraan setan dengan pemboros adalah persamaan sifat-sifatnya, serta
keserasian antar
keduanya. Mereka berdua sama melakukan hal-hal yang batil, tidak pada
tempatnya.
Persaudaraan itu dapat dipahami sebagai kebersamaan dan
ketidakberpisahan setan dengan
pemboros. Ini karena saudara biasanya selalu bersama saudaranya dan
enggan berpisah
dengannya. Atau dalam arti kebersamaan pemboros dengan setan
secara terus-menerus, dan
demikian juga setan dengan pemboros, seperti dua orang saudara
sekandung yang sama asal usulnya,
sehingga tidak dapat dipisahkan.
Penyifatan setan dengan kafûr/sangat ingkar merupakan peringatan
keras kepada para
pemboros yang menjadi teman setan itu, bahwa persaudaraan dan
kebersamaan mereka
dengan setan dapat mengantar kepada kekufuran. Betapa tidak,
bukankah teman saling
pengaruh mempengaruhi, atau teman sering kali meniru dan meneladani
temannya.
Berikut beberapa akibat yang dapat ditimbulkan dari perbuatan tabzir,
yaitu :
a. Mendapat murka Allah
b. Mendapat siksa yang teramat pedih oleh Allah
c. Mendapat kesengsaraan dunia dan akhirat
d. Mendapat cacian dari orang lain
4. Hikmah
a. Setiap muslim dilarang bersikap boros karena boros merupakan tabiat
setan. Sikap boros
akan menimbulkan kerugian dan kesengsaraan hidup di
kemudian hari. Seorang muslim
dalam membelanjakan hartanya harus dengan kalkulasi yang matang
menyangkut manfaat
dan madaratnya.
33
b. Larangan keras membelanjakan harta dengan cara sesuka hatinya yang
akan berakibat pada
kesengsaraan baik di dunia maupun di akhirat. Al ah memerintahkan
setiap muslim agar
dapat mengatur keseimbangan pengeluaran dan pemasukan
sesuai dengan keperluan
secara wajar sehingga akan dapat menjamin kehidupan yang teratur dan
sejahtera.
C. Ghibah
1.Pengertian Ghibah
Ghibah ialah mempergunjingkan orang lain tentang aib orang lain atau
sesuatu yang apabila
didengar oleh orang dibicarakan dia akan benci. Ciri khas ghibah
adalah objek yang
dibicarakan tidak ada di tempat pembicaraan.
Ghibah adalah menyebutkan sesuatu yang terdapat pada diri seorang
muslim, sedang ia tidak
suka (jika hal itu disebutkan). Baik dalam keadaan soal jasmaninya,
agamanya, kekayaannya,
hatinya, ahlaknya, bentuk lahiriyahnya dan sebagainya. Caranyapun
bermacam-macam.
Diantaranya dengan membeberkan aib, menirukan tingkah laku atau
gerak tertentu dari
orang yang dipergunjingkan dengan maksud mengolok-ngolok.
Dalam kitab Al Adzkar, Imam Nawawy memberikan definisi: Ghibah,
adalah menyebutkan
hal-hal yang tidak disukai orang lain, baik berkaitan kondisi badan,
agama, dunia, jiwa,
perawakan, akhlak, harta, istri, pembantu, gaya ekspresi rasa senang, rasa
duka dan sebainya,
baik dengan kata-kata yang gamblang, isyarat maupun kode.
34
Sikap semacam ini salah satu bentuk daripada penghancuran. Sebab
pengumpatan ini
berarti melawan orang yang tidak berdaya.
Ghibah disebut juga suatu ajakan merusak, sebab sedikit sekali orang yang
lidahnya dapat
selamat dari cela dan cerca. Oleh karena itu tidak mengherankan,
apabila al-Quran
melukiskannya dalam bentuk tersendiri yang cukup dapat
menggetarkan hati dan
menumbuhkan perasaan.
Setiap manusia pasti tidak suka makan daging manusia. Maka bagaimana
lagi kalau daging
saudaranya? Dan bagaimana lagi kalau daging itu telah menjadi bangkai?
Nabi memperoleh
pelukisan Al Qur’an ini ke dalam fikiran dan mendasar di dalam hati setiap
ada kesempatan
untuk itu.
3. Menghindari Perilaku Ghibah
Dari ancaman yang terkandung dalam ayat dan hadits-hadits di atas
menunjukkan bahwa
perbuatan ghibah ini termasuk perbuatan dosa besar, yang seharusnya setiap
muslim untuk
selalu berusaha menghindar dan menjauh dari perbuatan tersebut.
Bila anda menyibukkan dengan aib orang lain maka hal itu merupakan aib
bagimu karena
kamu telah terjatuh dalam kemaksiatan. Sedangkan bila anda lalai dari
mengoreksi aib pada
dirimu sendiri itu juga merupakan aib bagimu. Karena secara tidak langsung
kamu merasa
sebagai orang yang sempurna, padahal tiada manusia yang paling
sempurna.
“Wahai sekalian orang yang beriman dengan lisannya yang belum sampai
ke dalam hatinya, janganlah
kalian mengganggu kaum muslimin, janganlah kalian menjelek-
jelekkannya, janganlah kalian mencari-
cari aibnya. Barang siapa yang mencari-cari aib saudaranya sesama
muslim niscaya Allah akan mencari
aibnya. Barang siapa yang Allah mencari aibnya niscaya Allah akan
menyingkapnya walaupun di dalam
rumahnya.” (H.R. Tirmidzi)
Demikian pula bagi siapa yang mendengar dan ridha dengan perbuatan
ghibah maka hal
tersebut juga dilarang. Semestinya dia tidak ridha melihat saudaranya
dibeberkan aibnya.
Maka wajib bagi orang yang hadir dalam majlis yang sedang menggunjing
orang lain, untuk
mencegah kemungkaran dan membela saudaranya yang
dipergunjingkan. Nabi, amat
menganjurkan hal demikian, sebagaimana dalam sabdanya. " Barangsiapa
menolak (ghibah atas)
kehormatan saudaranya, niscaya pada hari kiamat Allah akan menolak
menghindarkan api Neraka
dari wajahnya". (HR. Ahmad)
Demikian juga semestinya ia tidak ridha melihat saudaranya terjatuh
dalam kemaksiatan
yaitu berbuat ghibah. Semestinya ia menasehatinya, bukan justru ikut larut
dalam perbuatan
tersebut. Kalau sekiranya ia tidak mampu menasehati atau mencegahnya
dengan cara yang
baik, maka hendaknya ia pergi dan menghindar darinya.
35
“ dan apabila mereka mendengar Perkataan yang tidak bermanfaat,
mereka berpaling daripadanya dan
mereka berkata: "Bagi Kami amal-amal Kami dan bagimu amal-
amalmu, Kesejahteraan atas dirimu,
Kami tidak ingin bergaul dengan orang-orang jahil". (QS. Al Qashshash :
55)
4. Kebolehan berperilaku Ghibah
Untuk beberapa kondisi, kita diperbolehkan untuk melakukan ghibah, yaitu:
a. Orang yang mazhlum (teraniaya) boleh menceritakan dan mengadukan
kezaliman orang
yang menzhaliminya kepada seorang penguasa atau hakim atau
kepada orang yang
berwenang memutuskan suatu perkara dalam rangka menuntut haknya.
“Allah tidak menyukai Ucapan buruk, (yang diucapkan) dengan terus
terang kecuali oleh orang yang
dianiaya. Allah adalah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”
“ jika kamu melahirkan sesuatu kebaikan atau Menyembunyikan atau
memaafkan sesuatu
kesalahan (orang lain), Maka Sesungguhnya Allah Maha
Pema'af lagi Maha Kuasa.” (QS. An
Nisa’ : 148-149)
b.Meminta bantuan untuk menyingkirkan kemungkaran dan agar orang
yang berbuat
maksiat kembali ke jalan yang benar. Pembolehan ini dalam rangka
isti'anah (minta
tolong) untuk mencegah kemungkaran dan mengembalikan orang yang
bermaksiat ke
jalan yang hak. Selain itu ini juga merupakan kewajiban manusia untuk
ber-amar ma'ruf
nahi munkar. Setiap muslim harus saling bantu membantu menegakkan
kebenaran dan
meluruskan jalan orang-orang yang menyimpang dari hukum-hukum
Allah, hingga nyata
garis perbedaan antara yang haq dan yang bathil.
c. Istifta' (meminta fatwa) akan sesuatu hal. Walaupun kita
diperbolehkan menceritakan
keburukan seseorang untuk meminta fatwa, untuk lebih berhati-hati,
ada baiknya kita
hanya menyebutkan keburukan orang lain sesuai yang ingin kita adukan,
tidak lebih.
d.Memperingatkan kaum muslimin dari beberapa kejahatan contohnya:
Apabila kita
melihat seorang penuntut ilmu agama belajar kepada seseorang yang
fasik atau ahli
bid'ah dan kita khawatir terhadap bahaya yang akan menimpanya.
Maka kita wajib
36
menasehati dengan cara menjelaskan sifat dan keadaan guru tersebut
dengan tujuan
untuk kebaikan semata.
e. Menceritakan kepada khalayak tentang seseorang yang berbuat fasik atau
bid'ah seperti,
minum-minuman keras, menyita harta orang secara paksa, memungut
pajak liar atau
perkara-perkara bathil lainnya. Ketika menceritakan keburukan itu kita
tidak boleh
menambah-nambahinya dan sepanjang niat kita dalam melakukan hal
itu hanya untuk
kebaikan
f. Bila seseorang telah dikenal dengan julukan si pincang, si pendek, si bisu,
si buta, atau
sebagainya, maka kita boleh memanggilnya dengan julukan di atas
agar orang lain
langsung mengerti. Tetapi jika tujuannya untuk menghina, maka haram
hukumnya. Jika
ia mempunyai nama lain yang lebih baik, maka lebih baik memanggilnya
dengan nama
lain tersebut.
5. Hikmah
a. Islam mengajarkan kepada pemeluknya untuk dapat menjaga,
memelihara dan
menjunjung tinggi kehormatan, harga diri, harkat dan martabat manusia
secara adil dan
sempurna. Kehormatan dan harga diri merupakan perkara yang prinsipil
bagi setiap
manusia.
b.Ghibah adalah salah satu perbuatan yang tercela dan memiliki dampak
negatif yang
cukup besar. Ghibah dapat mencerai-beraikan ikatan kasih sayang dan
ukhuwah sesama
manusia. Seseorang yang berbuat ghibah berarti dia telah menebarkan
kedengkian dan
kejahatan dalam masyarakat.
c. Karena perbuatan ghibah ini berkaitan erat dengan lisan yang
mudah bergerak dan
berbicara, maka hendaknya kita selalu memperhatikan apa yang kita
ucapkan. Apakah ini
mengandung ghibah atau bukan, jangan sampai tak terasa telah terjatuh
dalam perbuatan
ghibah.
D. Namimah
1.Pengertian Namimah
Secara etimologi, dalam bahasa Arab, namimah
bermakna suara pelan atau gerakan. Secara
istilah pada dasarnya namimah adalah menceritakan perkataan seseorang
kepada orang yang menjadi bahan pembicaraan. Ciri khas namimah adalah
ada tujuan untuk merusak hubungan baik namun tidak disyaratkan
orang yang menjadi objek pembicaraan tersebut tidak ada di tempat.
37
Al Baghawi menjelaskan bahwa namimah adalah mengutip suatu
perkataan dengan tujuan
untuk mengadu domba antara seseorang dengan si pembicara. Menurut
Imam Nawawi,
bahwa para ulama mendefinisikan namimah dengan menyampaikan
perkataan seseorang
kepada orang lain dengan tujuan merusak hubungan di antara mereka.
Menurut Al Hafizh
Ibnu Hajar Al Asqalaani bahwa namimah adalah membeberkan sesuatu
yang tidak suka
untuk dibeberkan. Baik yang tidak suka adalah pihak yang dibicarakan
atau pihak yang
menerima berita, maupun pihak lainnya. Baik yang disebarkan itu berupa
perkataan maupun
perbuatan, baik berupa aib ataupun bukan.
Tolak ukur namimah adalah setiap pembeberan perkara yang tidak
disukai untuk
diungkapkan, baik yang tidak suka itu orang yang menjadi sumber berita
atau orang yang
diberi tahu atau yang lain, baik isi berita berupa ucapan ataupun
perbuatan, baik isi
pembicaraan itu sebuah aib ataukah bukan.
38
Dari Ibnu Abbas, ketika Rasulullah melewati sebuah kebun di Madinah atau
Mekah beliau
mendengar suara dua orang yang sedang disiksa dalam kuburnya. Nabi
bersabda, “Keduanya
sedang disiksa dan tidaklah keduanya disiksa karena masalah yang
sulit untuk ditinggalkan”.
Kemudian beliau kembali bersabda, “Memang masalah mereka
adalah dosa besar. Orang yang
pertama tidak menjaga diri dari percikan air kencingnya sendiri.
Sedangkan orang kedua suka
melakukan namimah” (HR Bukhari no 213)
Keterangan itu memberikan peringatan kepada kita agar hati-hati terhadap
orang yang suka
menyebarkan fitnah, adu domba. Adu domba (namimah) merupakan
perbuatan yang sangat
dilarang dalam aga islam. Karena bahayanya sangat besar,
menimbulkan malapetaka yang
menghancurkan.
Janganlah rasa tidak suka atau hasad kita pada seseorang menjadikan kita
berlaku jahat dan
tidak adil kepadanya, termasuk dalam hal ini adalah namimah. Karena
betapa banyak
perbuatan namimah yang terjadi karena timbulnya hasad di hati. Lebih
dari itu, hendaknya
kita tidak memendam hasad (kedengkian) kepada saudara kita sesama
muslim. Hasad serta
namimah adalah akhlaq tercela yang dibenci Allah karena dapat
menimbulkan permusuhan,
sedangkan Islam memerintahkan agar kaum muslimin bersaudara dan
bersatu bagaikan
bangunan yang kokoh.
Nabi bersabda, “Janganlah kalian saling mendengki, saling
membenci, saling bermusuhan, dan
janganlah kamu menjual barang serupa yang sedang ditawarkan
saudaramu kepada orang lain, dan
jadilah kamu hamba-hamba Allah yang bersaudara.” (HR. Muslim)
Berusaha dan bersungguh-sungguhlah untuk menjaga lisan dan menahannya
dari perkataan
yang tidak berguna, apalagi dari perkataan yang karenanya saudara kita
tersakiti dan
terdzalimi.
3. Menghindari Perilaku Namimah
Setiap orang yang diadu domba dengan ada orang yang mengatakan kepada
dirinya, “Si A
telah mencelamu atau telah melakukan demikian dan demikian untuk
menyakitimu” itu memiliki
kewajiban untuk melakukan enam hal berikut ini.
a. Tidak langsung menerima ucapan orang itu karena tukang adu domba
adalah orang fasik
yang omongannya tidak boleh dipercaya.
Kita tidak boleh percaya begitu saja jika mendengar berita yang
menimbulkan
perpecahan. Sebaiknya kita menguji kebenarnnya, seperti yang
dijelaskan dalam QS. Al
Hujurat : 6
39
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik
membawa suatu berita, Maka
periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah
kepada suatu kaum tanpa
mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas
perbuatanmu itu.”
b.Melarangnya melakukan perbuatan tersebut, memberikan nasehat dan
mencela
perbuatannya.
Suatu saat seorang laki-laki mendatangi Umar bin Abdul Aziz. Orang itu
bilang, ada orang
lain yang membicarakan beliau. Akhirnya Umar mengatakan, Kalau
engkau menghendaki, maka
akan saya lihat keadaannya. Jika berita itu tidak benar, maka
engkau orang yang disebut dalam
ayat, ‟Jika datang kepada kalian orang fasik dengan membawa kabar,
maka bertabayunlah‟. Jika
engkau benar, maka engkau orang yang disebut dalam ayat ini, „Yang
banyak mencela, yang ke sana-
sini melakukan adu domba‟. Jika engkau inginkan maka aku
memafkanmu…” demikian salah
satu pernyataan dalam Al Adzkar karya Imam Nawawi.
c. Membencinya karena Allah.
Perbuatan namimah amat dibenci Allah, maka selayaknya kita juga
ikut membencinya.
Membenci apa yang dibenci Allah adalah wajib.
d. Tidak berburuk sangka
Kita juga diharuskan berprasangka baik kepada orang lain, bahwa
yang dikatakan itu
belum tentu benar, ” …jauhilah banyak berprasangka...” (Al Hujurat :
12)
e. Tidak boleh memata-matai dan mencari-cari kebenaran berita yang baru
saja dia terima
(tajassus).
Orang yang mendapat kabar dari pihak tertentu, bahwa pihak lain
mengatakan tentang
dirinya sesuatu yang ia benci, hendaknya tidak melakukan tajasus alias
penyelidikan, guna
mengetahui apa benar berita itu atau tidak. Allah Ta’ala berfirman, ”Dan
janganlah kalian
memata-matai” (Al Hujurat : 12).
f. Tidak menceritakan kembali apa yang dialami kepada yang lain, kecuali
sangat mendesak.
Tidak perlu menceritakan apa yang kita alami, jika kita menjadi korban
namimah kepada
orang lain. Sebab, jika kita bercerita bahwa fulan telah melakukan
namimah, maka ini
berarti membicarakan keburukan pelaku namimah. Bila melakukan
seperti itu, berarti
kita sudah termasuk ghibah. Sedangkan ghibah dilarang dalam Islam.
40
4. Namimah yang dibolehkan
a. Bukan termasuk namimah seseorang yang mengabari orang lain
tentang apa yang
dikatakan tentang dirinya apabila ada unsur maslahat di dalamnya.
Hukumnya bisa
sunnat atau bahkan wajib bergantung pada situasi dan kondisi. Misalnya,
melaporkan
pada pemerintah tentang orang yang mau berbuat kerusakan, orang yang
mau berbuat
aniaya terhadap orang lain, dan lain-lain. An-Nawawi rahimahullah
berkata, “Jika ada
kepentingan menyampaikan namimah, maka tidak ada halangan
menyampaikannya. Misalnya jika
ia menyampaikan kepada seseorang bahwa ada orang yang
ingin mencelakakannya, atau keluarga
atau hartanya.”
b. Adapun bila tujuannya adalah untuk memberi nasehat, mencari
kebenaran dan
menjauhi/mencegah gangguan maka tidak mengapa. Akan tetapi
terkadang sangat sulit untuk
membedakan keduanya. Bahkan, meskipun sudah berhati-hati, ada kala
niat dalam hati berubah
ketika kita melakukannya. Sehingga, bagi yang khawatir adalah lebih
baik untuk menahan diri
dari menyebarkan berita.
Imam Syafi’i berkata, “Seseorang selayaknya memikirkan apa yang
hendak diucapkannya. Dan hendaklah
dia membayangkan akibatnya. Jika tampak baginya bahwa
ucapannya akan benar-benar mendatangkan
kebaikan tanpa menimbulkan unsur kerusakan serta tidak
menjerumuskan ke dalam larangan, maka dia
boleh mengucapkannya. Jika sebaliknya, maka lebih baik dia diam.”
5. Hikmah
a. Salah satu bentuk kejahatan lisan adalah namimah (adu domba). Kata adu
domba identik
dengan kebencian dan permusuhan. Tapi jika kita tak benar-benar
menjaganya ia bisa
mudah tergelincir. Apalagi ketika rasa benci dan hasad (dengki)
telah memenuhi hati.
Atau meski bisa menjaga lisan dari namimah, akan tetapi tidak kita
sadari bahwa
terkadang kita terpengaruh oleh namimah yang dilakukan seseorang.
b.Namimah adalah akhlaq tercela yang dibenci Allah karena dapat
menimbulkan
permusuhan, sedangkan Islam memerintahkan agar kaum muslimin
bersaudara dan
bersatu bagaikan bangunan yang kokoh.
c. Di tengah kehidupan yang berorientasi hedonis dan permasif, kita
melihat banyak
manusia yang demi kecintaannya terhadap materi dan dunia
mereka harus jatuh pada
bentuk kebohongan yang dilarang oleh Rasullullah saw yaitu namimah,
Efek negatif dari
namimah yaitu munculnya pertengkaran, ketidakharmonisan hubungan
horizontal
internal umat Islam serta permusuhan di antara mereka.
41
SOAL PILIHAN GANDA
1. Perkataan “Isrof” berasal dari bahasa arab “Asyrofa-yusrifu-isyrofa”, yang
berarti…….
a. Berlebihan dalam makan d. Berlebihan dalam menyiapkan makanan
b. Bersuka ria samapi melampaui batas e. Ibadah berlebihan sebelum
makan
c. Suka makan minum melampaui batas
2. Pemborosan dalam bahasa agama disebut “tabdzir” yagn berasal dari kata
“badzara-
yubadziru-tabdziron” yang oleh para ulama’ dipahami dalam arti ……..
a. Pengeluaran yang bukan d. Pengeluaran yang buakn wewenangnya
hak e. Pengeluaran sebelum waktunya
b. Pengeluaran diluar
kebutuhan
c. Pengeluaran diluar
kewajaran
3. Berikut ini merupakan bentuk-bentuk prilaku isyraf, kecuali ………
a. Bermewah-mewahan dalam makan dan minum
b. Menumpuk-numpuk harta atau sesuatu hal yang tidak terlalu
dibutuhkan
c. Menyisihkan sebagai rizki untuk santunan
d. Melakukan pekerjaan yang sia-sia
e. Memperturutkan hawa nafsu, keinginan tanpa mempertimbangkan
kebutuhan
4. QS. Al-Isra’ ayat 27
Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa orang-orang yang berprilaku tabdzir
merupakan
…………
a. Saudara-saudara syaitan d. Dibantu oleh syaitan
b. Berteman dengan syaitan e. Diperintah oleh syaitan
c. Dimusuhi oleh syaitan
5. Dibawah ini prilaku yang merupakan contoh perbuatan israf adalah ……….
a. Tidak menghormati guru kerana merasa sudah pandai/pintar
b. Tidak pamit orang tua ketika keluar rumah karena sudah punya uang
yang banyak
c. Makan-makanan yang mewah sampai kenyang
d. Tidak membaca doa sebelum dan sesudah makan
e. Makan dan minum sesuatu yang dilarang agama
6. Berikut ini merupakan tindakan yang tergolong sebagai perbuatan tabdzir,
kecuali ……..
a. Merayakan pesta ulang tahun dengan berlebihan yang tidak sesuai
dengan syariat
b. Merayakan malam tahun baru masehi secara berlebihan
c. Membantu orang lain dalam perbuatan maksiat
42
d. I’tikaf dimasjid dalam 10 malam akhir ramadhan
e. Memberikan zakat maal kepada orang miskin dengan tidak ikhlas
7. QS. Al-A’raf ayat 31
Potangan ayat tersebut merupakan dalil larangan berbuat ………
a. Tabdzir c. Isyraf e. Ghibah
b. Takabbur d. Namimah
8. QS. Al-Isra’ ayat 26
Ayat tersebut merupakan dasar larangan berbuat ……….
a. Ghibah c. Isyraf e. Takabur
b. Namimah d. Tabdzir
9. “Suatu sikap jiwa yang memperturutkan keinginan yang melebihi
semestinya”, pernyataan
tersebut merupakan pengertian dari ………
a. Takabur c. Isyraf e. Namimah
b. Riya’ d. Ghibah
10.Berikut ini termasuk definisi tabdzir, kecuali……….
a. Pemborosan
b. Membelanjakan banyak uang dalam hal yang tidak perlu
c. Berlebih-lebihan dalam pemakaian barang
d. Perbuatan yang dilakukan dengan cara menghambur-hamburkan
uang/barang karena
kesenangan ataupun kebiasaan
e. Memperlihatkan kekayaan yang dimiliki dengan maksud merendahkan
martabat orang
atau kelompok yang baik
11.Mempergunjingkan orang lain tentang aibnya dinamakan ………..
a. Isyraf b. Ghibah
c. Namimah d. Tabdzir e. Tabsyir
12.Bahaya ghibah bagi orang lain adalah ………….
a. Meningkatkan martabat seeseorang d. Memuliakan orang lain
b. Meningkatkan ukhuwah e. Menghargai sesame manusia
c. Menodai harga diri orang
lain
43
13.Sanksi yang diberikan oleh Allah di neraka terhadap yang berprilaku
Ghibah adalah….…..
a. Minum air yang sangat mendidih
b. Kepalanya ditindih dengan batu
c. Disetrika punggungnya
d. Dipotong tangannya
e. Mencakar wajah dan dadanya dengan kukunya yang terbuat dari
tembaga
14.Didalam Al-Qur’an orang yang melakukan Ghibah
dipersamakan/dibaratkan
dengan………
a. Orang yang memakan bangkai binatang
b. Binatang buas yang mencabik-cabik
c. Orang yang memakan daging saudaranya
d. Orang yang memakan makanan basi
e. Orang yang memakan tumbuh-tumbuhan
15.Makna ( ) pada QS. Al-Hujarat : 12 adalah …………
a. Husnuddhon c. Prilaku buruk e. Baik hati
b. Prilaku baik d. Su’udhon
16.Diperbolehkan berprilaku Ghibah bila dalam kondisi berikut, kecuali
……..
a. Meminta fatwa
b. Orang yang teraniaya
c. Memperingatkan kaum muslimin dari beberapa kejahatan
d. Meminta bantuan untuk menyingkirkan kemungkaran
e. Menghambat masa depan seseorang
17.Makna namimah secara etimologi adalah ……….
a. Menggunjing orang lain c. Menghalangi perbuatan baik
b. Suara pelan atau gerakan
c. Perbuatan berlebih-
lebihan
18.Makna ( ) adalah
………..
a. Banyak mencela
b. Banyak bersumpah yang
hina
d. Bersuka ria melampaui batas e. Fitnah keji
e. Berfoya-foya
45