Anda di halaman 1dari 35

Materi 2

AKHLAK TERCELA

A. Isyraf   
1.Pengertian Israf
Kata israf    berasal dari bahasa   
Arab    asrofa-yusrifu-isroofan    berarti bersuka    ria    sampai
melewati
batas.isyraf    ialah suatu sikap jiwa    yang    memperturutkan    keinginan   
yang melebihi
semestinya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, melampaui batas (berlebihan)
jdiartikan melakukan
tindakan    di    luar    wewenang    yang    telah    ditentukan    berdasarkan
aturan    (nilai) tertentu yang
berlaku.    Secara    istilah,    melampaui    batas    (berlebihan) dapat   
dimaknai    sebagai    tindakan    yang
dilakukan    seseorang    di    luar    kewajaran    ataupun    kepatutan    karena   
kebiasaan    yang    dilakukan
untuk memuaskan kesenangan diri secara berlebihan.   
Sikap ini biasanya    terjadi      pada    orang-orang yang rakus    dan tidak   
puas    atas    nikmat yang
telah di beri oleh Allah.Israf    adalah perbuatan    yang tidak    di senangi
oleh Allah karena
perbuatan ini merupakan bagian dari bentuk tidak mensyukuri nikmat yang
telah di berikan
oleh Allah.

 
   
 





“ Hai    anak Adam,    pakailah pakaianmu    yang    indah di Setiap   
(memasuki) mesjid, Makan    dan
minumlah, dan janganlah    berlebih-lebihan.    Sesungguhnya    Allah    tidak
menyukai orang-orang    yang
berlebih-lebihan.” (QS. Al A’raaf : 31)
2. Bahaya Perilaku Israf
Perbuatan melampaui batas    atau berlebihan ini mengakibatkan amal
ibadah. Seseorang
terhenti dan tidak sabar karena manusia mempunyai sifat tabiat cepat bosan
dan terbatas
kemampuannya. Dengan sendirinya sikap sabar akan mampu melawan
perbuatan berlebih-
lebihan atau melampaui batas ini. Menurut pendapat Hasan Basri, sunah
telah menjelaskan
antara    orang    yang    melampaui    batas    dan    orang    yang    berpaling.   
Maka    bersabarlah    dalam
mengikuti    sunah,    karena    ahli    sunah    adalah    orang    yang    paling   
sedikit    di    masa    lampau    dan
mereka paling sedikit di masa yang tersisa, serta tidak mengikuti orang-
orang yang bermewah-
mewah dalam hidup mereka.   

28
Sedangkan    Imam    Asy    Syatibi    berpendapat    bahwa    bahaya    sikap   
melampaui    batas    bekasnya
dapat menghilangkan keteguhan dan keseimbangan yarg dituntut agama
dalam melaksanakan
berbagai tanggung jawab hukum. Beliau mengatakan bahwa kesempitan
tidak dihilangkan dari
seorang    mukal af    karena    dua    segi.    Pertama,    khawatir    terputus   
amalnya    di    tengah    jalan,
membenci ibadah, dan tidak suka melaksanakan beban agama. Kedua,
khawatir menimbuikan
pengurangan amal dengan bermalas-malasan. Kadang-kadang menekuni
sebagian amal dapat
melalaikan    dan    menghentikan    amal    lainnya.    Kadang-kadang    ia   
bermaksud menjalankan
keduanya dengan susah payah, tetapi akhirnya ia terhenti ataupun bahkan
meninggalkan amal
kebaikan keduanya.
3. Bentuk Perilaku Israf
Diantara contoh sikap israf adalah dalam bentuk pamer kekayaan dan
berjiwa sombong, hal
yang demikian ini akan menyebabkan kehancuran pada diri sendiri karena
tidak mempunyai
kontrol pribadi dan sosial. Apabila    tidak    terdapat kontrol tersebut,    maka
akan berakibat
sikap melampaui.batas. Sikap orang yang mendambakan kemewahan dunia 
semata-mata,
merupakan sikap yang tidak disukai Allah dan tidak memperoleh manfaat
apapun baik di
dunia dan di akhirat.   
Perbuatan berlebihan atau melampaui batas ini adalah sebagai wujud
pengingkaran terhadap
nikmat yang telah diberikan Allah. Setiap muslim harus    menyadari bahwa 
segala    sesuatu
yang dimilikinya adalah milik Allah, Allah akan melapangkan rezeki dan
menyempitkannya,
sesuai dengan kehendak dan rida-Nya dan sesuai dengan kebijaksanaan dan
ketetapan yang
telah digariskan-Nya. Hendak-    nya    pada    diri setiap    muslim harus   
tertanam sikap rida
terhadap apa    yang diberikan Allah    dan sadar semua    nikmat yang
diperolehnya    itu hanya
berasal dari Allah serta pengingkaran terhadap nikmat Allah dan
mendustakan Rasul-Nya
tidak akan memperoleh keuntungan sedikit pun.   
Perbuatan melampaui batas    atau    berlebihan ini tidak    hanya    terhadap   
nikmat-    nikmat Al ah
sefriata,    aalam    hal    beribadah    pun Al ah    sangat    membencinya.   
Perbuatan    melampaui    batas
(berlebihan)    dalam    agama    akan    terputus. Maksudnya melarang   
seseorang    melampaui    batas
dalam ibadah sunah sehingga menimbulkan kebosanan yang berakibat
meninggalkan ibadah
yang yang lebih utama atau meninggalkan ibadah yang disyariatkan, bukan
berarti melarang
seseorang    mencari    kesempumaan    dalam    beribadah karena    termasuk 
hal-hal yang    terpuji.
Seperti, orang yang mengerjakan salat tahaj ud    semalam suntuk    sehingga
di akhir malam ia
mengantuk dan tertidur sampai meninggalkan salat subuh.   
Diantara bentuk perbuatan israf adalah

29
a. Menambah-nambah di atas kadar kemampuan, dan berlebihan dalam hal
makan, karena
makan yang terlalu kenyang dapat menimbulkan hal yang negatif    pada   
struktur    tubuk
manusia.
b.Bermewah-mewah dalam    makan,    minum dan    lain-lain artinya   
dalam    memakan atau
meminum sesuatu tidak    boleh memperturutkan    hawa    nafsu, sehingga 
semua    yang di
inginkan tersedia.
c. Menumpuk-numpuk harta    atau sesuatu hal yang    tidak    telalu
dibutuhkan    oleh kita
maupun oleh masyarakat.
d.Melakukan segala    sesuatu yang berlebiha, contohnya    terlalu banyak
tidur    bisa
menyebabkan berbagai penyekit terutama malas,    dari penyakit malas   
inilah timbul
berbagai dampak    yang tidak baik seperti tidak    mau bekerja,    kalaupun 
bekerja hasilnya
pun tidak akan optimal
e. Melakukan pekerjaanyang sia-sia, terkadang kita sebagai manusia suka
denga hal-hal yang
bersifat hura-hura
f. Memperturutkan    hawa    nafsunya, manusia    dalam menghadapi    hidup
biasanya
dihadapakan pada    dua    permasalahan yaitu antara    keperluan dan
kebutuhan dengan
keinginan.
4. Menghindari Perilaku Israf
Rasulul ah saw. melarang umatnya berpuasa terus-menerus, melarang salat
di sebagian malam,
kecuali    pada    sepuluh    hari akhir    bulan    Ramadhan,    melarang   
membujang    bagi    yang    mampu
menikah,    atau    melarang    meninggalkan    makan    daging.    Jadi,    orang 
yang    beribadah    dengan
tidak mengetahui sebagian besar dari hal itu, ia dapat dimaafkan dan diberi
pahala. Adapun
orang    yang    beribadah    dan    paham    sunah    lalu    melampauinya,   
maka    ia    akan    dikalahkan    dan
tertipu oleh    nafsunya.    Adapun    amal    yang    paling    disukai    Al ah   
adalah    amal    yang    dikerjakan
terus-menerus (istiqamah) menurut syarak meskipun sedikit.   
Islam    mengajarkan    kebersahajaan.    Setiap    muslim    dilarang   
mengikuti    nafsu    syahwat.
Sederhanakanlah    dan    ditundukkan    nafsu    dengan    akal    sehat.   
Sebagian    besar    keburukan    itu
disebabkan    seseorang    tidak    sanggup    mengendalikan nafsunya.   
Janganlah    mendekati    hal-hal
yang dapat mendorong diri untuk berbuat yang tidak baik ataupun
melampaui batas. Orang
yang memiliki kesederhanaan tidak suka melakukan sesuatu yang melebihi
kewajaran, karena
akan merendahkan diri sendiri di hadapan makhluk atau pencipta-Nya.   
Diantara dampak yang ditimbulakan akibat dari perbuatan israf, yaitu :
a. Dibenci oleh Allah   
b. Menjadi sahabat setan
30
c. Menjadi orang yang akan tercela dan menyesal
d. Menjadi orang yang tersesat
5. Hikmah
a. Sikap israf adalah salah satu sikap tercela yang sangat merusak bagi
pelaku sendiri maupun
orang    lain    yang    terkena    dampak    tingkah    lakunya.    Sifat   
melampaui    batas    (berlebihan)    ini
mengancam masa depan umat manusia.
b. Setiap muslim dilarang mengikuti nafsu syahwat. Sederhanakanlah dan
ditundukkan nafsu
dengan akal sehat, dan setiap pelampauan batas akan selalu dibarengi oleh
kekuatan jahat,
yakni setan yang menghiaskan keburukan sehingga dirasa sebagai
kebaikan.
c. Perbuatan berlebihan atau melampaui    batas    ini adalah sebagai wujud
pengingkaran
terhadap nikmat yang telah diberikan Allah.
d. Sikap melampaui batas bekasnya dapat menghilangkan keteguhan dan
keseimbangan yarg
dituntut agama dalam melaksanakan berbagai tanggung jawab hukum.

B. Tabdzir
1.Pengertian Tabdzir
Kata    tabzir /pemborosan dalam    bahasa    Arab    berasal    dari    kata 
badzara-yubadzdziru-tabdzi ron
dipahami oleh    ulama    dalam arti pengeluaran yang bukan    haq. Kata
tabzir    berarti
menggunakan/ membelanjakan harta kepada hal yang tidak perlu.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, boros diartikan berlebih-lebihan
atau menghambur-
hamburkan    dalam    pemakaian    uang    ataupun    barang.    Secara    istilah,
boros    sebagai    perbuatan
yang dilakukan dengan cara menghambur-hamburkan uang atupun barang
karena kesenangan
ataupun kebiasaan.   
 



 


  
  

“ dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya,
kepada orang miskin dan orang
yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan
(hartamu) secara boros.
“ Sesungguhnya    pemboros-pemboros itu    adalah saudara-saudara   
syaitan dan syaitan itu    adalah sangat
ingkar kepada Tuhannya. (QS. Al Isra’ : 26-27)
2. Bahaya Perilaku Tabdzir
Setiap    orang selalu berpikir dan berusaha    sekuat tenaga    untuk meraih     
kemewahan
kehidupan    dunia    sebagai    suatu    yang    menyenangkan    dan       
membahagiakan,    tanpa    mempe-

31
rhatikan    ketentuan    agama.    Anggapan    dan    keinginan    seperti    itu   
sampai    sekarang    terus
mewarnai    sebagian    masyarakat,    berkeinginan    memiliki    harta   
kekayaan    yang    melimpah
sekalipun    dengan    jalan    yang    tidak    wajar,    tidak    sesuai    dengan   
peraturan negara    dan    hukum
agama. Akibatnya, timbul ah kecurangan dimana-mana yang merugikan
semua pihak.   
Allah melarang    kaum muslimin mencari kekayaan dengan cara yang batil, 
dan    melarang
membelanjakan harta    yang dikuasai secara boros. Larangan dimaksudkan 
agar setiap
muslim dapat mengatur nilai pengeluaran sesuai keperluannya, tepat yang
dituju sebagimaha
ketentuan agama.    Tidak    boleh membelanjakan    hartanya    secara boros   
hanya    untuk
kesenangan semata.   
Pamer    kekayaan    dan    berjiwa    sombong    akan    menyebabkan   
kehancuran    pada    diri    sendiri
karena tidak mempunyai kontrol pribadi dan sosial. Jika kontrol tersebut
tidak ada, maka akan
berakibat menimbulkan sikap pemborosan yang dilarang dalam Islam.   
Sikap orang yang mendambakan kemewahan dunia semata sebagai tabiat
buruk yang harus
ditinggalkan karena    Allah    memberikan pelajaran bahwa    Qarun dengan   
harta    kekayaannya
telah dibenamkan ke dalam bumi. Ternyata harta yang tidak diridai Allah
tidak memperoleh
manfaat apa-apa.   
Sayyidina    Abu Bakar r.a.    menyerahkan semua    hartanya    kepada    Nabi 
saw. dalam rangka
berjihad    di jalan Allah. Sayyidina    'Utsman r.a., membelanjakan separuh
hartanya. Nafkah
mereka    diterima    Rasulullah saw. dan beliau tidak menilai mereka   
sebagai para pemboros.
Sebaliknya, membasuh wajah lebih dari tiga    kali dalam berwudhu', dinilai
sebagai
pemborosan, walau ketika itu yang bersangkutan berwudhu' dari sungai
yang mengalir. Jika
demikian, pemborosan lebih banyak berkaitan dengan tempat bukannya
dengan kuantitas.
Rasulullah, ketika    melihat    seorang laki-laki berwudu lain beliau
bersabda,    “Janganlah    kamu
berlebih-lebihan. Janganlah kamu berlebih-lebihan.”
Berikut adalah beberapa tindakan yang tergolong sebagai perbuatan tabzir,
yaitu :
a. Membantu orang lain dalam kemaksiatan. Contoh : Memberi sumbangan
kepada orang
untuk meminum-minuman keras
b. Mengkonsumsi makanan yang tidak ada manfaatnya dan membahayakan
c. Orang yang bersodakoh tetapi tidak ikhlas   
d. Merayakan Hari Raya    lebaran dengan berlebihan
e. Merayakan pesta pernikahan dengan berlebihan tidak sesuai dengan
syari'at
3. Menghindari Perilaku Tabdzir
Islam    menganjurkan    hidup    sederhana    dan    tidak    boleh    sombong   
dengan    menzalimi    diri sendiri ataupun orang lain, karena perilaku zalim
akan berakibat menyengsarakan diri sendiri
32
ataupun    orang    lain.    Melalui    sunahnya,    Rasulul ah    saw.   
menjelaskan    secara    tegas    larangan
makan,    minum, berpakaian    dan    bersedekah    secara    berlebihan.   
Segala    sesuatu yang    dl arang
Allah    dan    Rasul-Nya    pastinya    terdapat    madarat yang sangat
merugikan bagi kehidupan
manusia.   
Hidup sederhana    bukan    berarti harus    melarat,    tetapi hidup yang
sederhana    sebatas
mencukupi kebutuhan yang diperlukan tanpa berlebih-lebihan. Karena itu,
segala hal yang
berlebihan tidak akan memperoleh kebaikan bagi yang melakukannya.   
Sesungguhnya orang yang dapat menerima dengan baik dan mengamalkan
nasihat yang benar
hanyalah    orang-orang    yang    sabar    dan    tekun.    Termasuk    di   
dalamnya    orang    yang    patuh
meiaksanakan perintah Al ah dan menjauhi segala larangan-Nya. Mereka
menerima dengan baik
dan    ikhlas    apa    yang    diberikan    Al ah    kepadanya.    Selalu    berusaha 
sesuai    ketentuan-Nya    serta
membelanjakan hartahya untuk kepentingan diri maupun masyarakat.
Persaudaraan setan dengan pemboros adalah persamaan sifat-sifatnya, serta
keserasian antar
keduanya. Mereka    berdua    sama melakukan hal-hal yang batil, tidak pada
tempatnya.
Persaudaraan itu dapat dipahami sebagai kebersamaan dan
ketidakberpisahan setan dengan
pemboros. Ini    karena    saudara biasanya    selalu bersama saudaranya    dan
enggan berpisah
dengannya. Atau    dalam    arti kebersamaan pemboros dengan    setan   
secara terus-menerus, dan
demikian juga    setan dengan pemboros, seperti dua    orang    saudara
sekandung    yang    sama    asal    usulnya,
sehingga tidak dapat dipisahkan.
Penyifatan setan dengan    kafûr/sangat ingkar merupakan peringatan
keras    kepada    para
pemboros    yang menjadi teman setan itu, bahwa    persaudaraan dan   
kebersamaan mereka
dengan setan dapat mengantar kepada    kekufuran.    Betapa    tidak,
bukankah    teman saling
pengaruh mempengaruhi, atau teman sering kali meniru dan meneladani
temannya.
Berikut beberapa akibat yang dapat ditimbulkan dari perbuatan tabzir,
yaitu :
a. Mendapat murka Allah
b. Mendapat siksa yang teramat pedih oleh Allah
c. Mendapat kesengsaraan dunia dan akhirat
d. Mendapat cacian dari orang lain
4. Hikmah
a. Setiap muslim dilarang bersikap boros karena boros merupakan tabiat
setan. Sikap boros
akan    menimbulkan    kerugian    dan    kesengsaraan    hidup    di   
kemudian    hari.    Seorang    muslim
dalam membelanjakan hartanya harus dengan kalkulasi yang matang
menyangkut manfaat
dan madaratnya.   

33
b. Larangan keras membelanjakan harta dengan cara sesuka hatinya yang
akan berakibat pada
kesengsaraan baik di dunia maupun di akhirat. Al ah memerintahkan
setiap muslim agar
dapat    mengatur    keseimbangan    pengeluaran    dan    pemasukan   
sesuai dengan    keperluan
secara wajar sehingga akan dapat menjamin kehidupan yang teratur dan
sejahtera.

C. Ghibah
1.Pengertian Ghibah
Ghibah ialah mempergunjingkan orang lain tentang aib orang lain atau
sesuatu yang apabila
didengar oleh orang    dibicarakan    dia    akan benci.    Ciri khas    ghibah
adalah objek yang
dibicarakan tidak ada di tempat pembicaraan.
Ghibah adalah menyebutkan sesuatu yang terdapat pada diri seorang
muslim, sedang ia tidak
suka (jika hal itu disebutkan). Baik dalam keadaan soal jasmaninya,
agamanya, kekayaannya,
hatinya, ahlaknya, bentuk lahiriyahnya    dan sebagainya. Caranyapun   
bermacam-macam.
Diantaranya    dengan membeberkan aib, menirukan tingkah laku atau   
gerak tertentu dari
orang yang dipergunjingkan dengan maksud mengolok-ngolok.
Dalam kitab Al Adzkar, Imam Nawawy memberikan definisi: Ghibah,
adalah menyebutkan
hal-hal yang tidak disukai orang lain, baik berkaitan    kondisi badan,
agama, dunia, jiwa,
perawakan, akhlak, harta, istri, pembantu, gaya ekspresi rasa senang, rasa
duka dan sebainya,
baik dengan kata-kata yang gamblang, isyarat maupun kode.

  




 
   
 
   



“ Hai orang-orang yang beriman, jauhilah prasangka (kecurigaan), karena
sebagian dari prasangka itu
dosa.    dan janganlah mencari-cari keburukan    orang    dan janganlah
menggunjingkan    satu    sama    lain.
Adakah    seorang    diantara kamu yang    suka    memakan daging   
saudaranya    yang    sudah mati?    Maka
tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah    kepada    Allah.   
Sesungguhnya    Allah Maha
Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Hujurat : 12)
2. Bahaya Perilaku Ghibah
Ghibah adalah keinginan    untuk menghancurkan orang, suatu keinginan   
untuk menodai
harga    diri, kemuliaan dan kehormatan orang lain, sedang mereka    itu   
tidak    ada    di
hadapannya. Ini menunjukkan kelicikannya, sebab    sama dengan menusuk
dari belakang.

34
Sikap semacam ini salah    satu bentuk daripada    penghancuran. Sebab
pengumpatan ini
berarti melawan orang yang tidak berdaya.   
Ghibah disebut juga suatu ajakan merusak, sebab sedikit sekali orang yang
lidahnya dapat
selamat dari cela    dan cerca.    Oleh karena    itu tidak mengherankan,
apabila    al-Quran
melukiskannya    dalam    bentuk    tersendiri yang    cukup dapat
menggetarkan hati dan
menumbuhkan perasaan.
Setiap manusia pasti tidak suka makan daging manusia. Maka bagaimana
lagi kalau daging
saudaranya? Dan bagaimana lagi kalau daging itu telah menjadi bangkai?
Nabi memperoleh
pelukisan Al Qur’an ini ke dalam fikiran dan mendasar di dalam hati setiap
ada kesempatan
untuk itu.
3. Menghindari Perilaku Ghibah
Dari ancaman yang terkandung dalam    ayat dan hadits-hadits    di atas   
menunjukkan bahwa
perbuatan ghibah ini termasuk perbuatan dosa besar, yang seharusnya setiap
muslim untuk
selalu berusaha menghindar dan menjauh dari perbuatan tersebut.
Bila anda menyibukkan dengan aib orang lain maka hal itu merupakan aib
bagimu karena
kamu telah terjatuh dalam kemaksiatan. Sedangkan bila anda lalai dari
mengoreksi aib pada
dirimu sendiri itu juga merupakan aib bagimu. Karena secara tidak langsung
kamu merasa
sebagai orang yang sempurna, padahal tiada manusia yang paling
sempurna.
“Wahai sekalian orang yang beriman dengan lisannya yang belum sampai
ke dalam hatinya, janganlah
kalian mengganggu kaum muslimin, janganlah kalian menjelek-
jelekkannya, janganlah kalian mencari-
cari aibnya. Barang siapa yang mencari-cari aib saudaranya sesama
muslim niscaya Allah akan mencari
aibnya. Barang siapa yang Allah mencari aibnya niscaya Allah akan
menyingkapnya walaupun di dalam
rumahnya.” (H.R. Tirmidzi)
Demikian pula    bagi siapa    yang mendengar dan ridha dengan perbuatan
ghibah maka    hal
tersebut juga    dilarang. Semestinya    dia    tidak    ridha melihat saudaranya 
dibeberkan aibnya.
Maka wajib bagi orang yang hadir dalam majlis yang sedang menggunjing
orang lain, untuk
mencegah    kemungkaran    dan membela    saudaranya    yang
dipergunjingkan. Nabi, amat
menganjurkan hal demikian, sebagaimana dalam sabdanya. " Barangsiapa
menolak (ghibah atas)
kehormatan saudaranya, niscaya pada    hari kiamat Allah    akan    menolak
menghindarkan    api Neraka
dari wajahnya". (HR. Ahmad)
Demikian juga    semestinya    ia    tidak    ridha melihat saudaranya    terjatuh
dalam kemaksiatan
yaitu berbuat ghibah. Semestinya ia menasehatinya, bukan justru ikut larut
dalam perbuatan
tersebut. Kalau sekiranya ia tidak mampu menasehati atau mencegahnya
dengan cara yang
baik, maka hendaknya ia pergi dan menghindar darinya.
35
   

  
 
 




“ dan apabila mereka mendengar Perkataan yang tidak bermanfaat,
mereka berpaling daripadanya dan
mereka    berkata: "Bagi Kami    amal-amal Kami dan bagimu amal-
amalmu,    Kesejahteraan atas dirimu,
Kami tidak ingin bergaul dengan orang-orang jahil". (QS. Al Qashshash :
55)
4. Kebolehan berperilaku Ghibah
Untuk beberapa kondisi, kita diperbolehkan untuk melakukan ghibah, yaitu:
a. Orang yang mazhlum (teraniaya) boleh menceritakan dan mengadukan
kezaliman orang
yang menzhaliminya    kepada    seorang penguasa    atau hakim atau
kepada    orang yang
berwenang memutuskan suatu perkara dalam rangka menuntut haknya.

 
 
  




 
“Allah tidak menyukai Ucapan buruk, (yang diucapkan) dengan terus
terang kecuali oleh orang yang
dianiaya. Allah adalah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”   
“ jika    kamu melahirkan sesuatu    kebaikan atau Menyembunyikan atau
memaafkan    sesuatu
kesalahan    (orang    lain),    Maka    Sesungguhnya    Allah Maha   
Pema'af lagi Maha Kuasa.” (QS. An
Nisa’ : 148-149)
b.Meminta bantuan untuk menyingkirkan kemungkaran dan agar orang
yang berbuat
maksiat kembali ke    jalan    yang    benar.    Pembolehan ini dalam rangka 
isti'anah (minta
tolong) untuk mencegah kemungkaran dan mengembalikan orang yang
bermaksiat ke
jalan yang hak. Selain itu ini juga merupakan kewajiban manusia untuk
ber-amar ma'ruf
nahi munkar. Setiap muslim harus saling bantu membantu menegakkan
kebenaran dan
meluruskan jalan orang-orang yang menyimpang dari hukum-hukum
Allah, hingga nyata
garis perbedaan antara yang haq dan yang bathil.
c. Istifta' (meminta fatwa) akan sesuatu hal. Walaupun kita   
diperbolehkan menceritakan
keburukan seseorang    untuk meminta    fatwa, untuk    lebih berhati-hati,   
ada    baiknya    kita
hanya menyebutkan keburukan orang lain sesuai yang ingin kita adukan,
tidak lebih.
d.Memperingatkan kaum muslimin dari beberapa    kejahatan contohnya:
Apabila    kita
melihat seorang penuntut    ilmu agama belajar kepada    seseorang    yang
fasik atau ahli
bid'ah dan kita khawatir    terhadap    bahaya    yang    akan menimpanya.   
Maka    kita    wajib

36
menasehati dengan cara menjelaskan sifat dan keadaan guru tersebut
dengan tujuan
untuk kebaikan semata.
e. Menceritakan kepada khalayak tentang seseorang yang berbuat fasik atau
bid'ah seperti,
minum-minuman keras, menyita harta    orang secara paksa, memungut   
pajak liar atau
perkara-perkara bathil lainnya. Ketika    menceritakan keburukan itu kita   
tidak boleh
menambah-nambahinya    dan sepanjang niat kita    dalam melakukan hal
itu hanya    untuk
kebaikan
f. Bila seseorang telah dikenal dengan julukan si pincang, si pendek, si bisu,
si buta, atau
sebagainya, maka    kita    boleh memanggilnya    dengan julukan di atas   
agar orang lain
langsung mengerti. Tetapi jika tujuannya untuk menghina, maka haram
hukumnya. Jika
ia mempunyai nama lain yang lebih baik, maka lebih baik memanggilnya
dengan nama
lain tersebut.
5. Hikmah
a. Islam mengajarkan kepada    pemeluknya    untuk    dapat menjaga,
memelihara dan
menjunjung tinggi kehormatan, harga diri, harkat dan martabat manusia
secara adil dan
sempurna. Kehormatan dan harga    diri merupakan perkara yang prinsipil 
bagi setiap
manusia.
b.Ghibah adalah salah satu perbuatan yang tercela    dan memiliki dampak   
negatif    yang
cukup besar. Ghibah dapat mencerai-beraikan ikatan kasih sayang dan
ukhuwah sesama
manusia. Seseorang yang berbuat ghibah berarti dia    telah menebarkan
kedengkian dan
kejahatan dalam masyarakat.
c. Karena    perbuatan ghibah ini berkaitan    erat dengan lisan    yang   
mudah    bergerak dan
berbicara, maka hendaknya kita selalu memperhatikan apa yang kita
ucapkan. Apakah ini
mengandung ghibah atau bukan, jangan sampai tak terasa telah terjatuh
dalam perbuatan
ghibah.

D. Namimah
1.Pengertian Namimah
Secara etimologi,    dalam bahasa    Arab, namimah   
bermakna    suara pelan    atau gerakan. Secara
istilah pada dasarnya namimah adalah menceritakan perkataan seseorang
kepada orang yang menjadi bahan pembicaraan. Ciri khas    namimah adalah
ada    tujuan untuk merusak hubungan baik    namun tidak disyaratkan   
orang yang menjadi    objek pembicaraan tersebut tidak ada di tempat.

37
Al Baghawi menjelaskan bahwa    namimah adalah mengutip suatu
perkataan dengan tujuan
untuk mengadu domba    antara    seseorang    dengan si pembicara. Menurut
Imam Nawawi,
bahwa    para ulama    mendefinisikan namimah    dengan menyampaikan   
perkataan seseorang
kepada orang lain dengan tujuan merusak hubungan di antara mereka.
Menurut Al Hafizh
Ibnu Hajar Al    Asqalaani    bahwa    namimah adalah membeberkan sesuatu
yang tidak    suka
untuk dibeberkan.    Baik yang tidak    suka    adalah pihak yang dibicarakan
atau pihak yang
menerima berita, maupun pihak lainnya. Baik yang disebarkan itu berupa
perkataan maupun
perbuatan, baik berupa aib ataupun bukan.
Tolak ukur namimah    adalah setiap pembeberan perkara yang tidak   
disukai untuk
diungkapkan, baik yang tidak suka itu orang yang menjadi sumber berita
atau orang yang
diberi tahu atau    yang lain, baik isi berita    berupa    ucapan ataupun
perbuatan,    baik isi
pembicaraan itu sebuah aib ataukah bukan.   

  


  



“ dan janganlah kamu ikuti Setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina,
yang banyak mencela, yang
kian ke mari menghambur fitnah, yang banyak menghalangi perbuatan
baik, yang melampaui batas lagi
banyak dosa.” (QS. Al Qalam : 10-12)
Dari Hammam, Kami sedang duduk-duduk bersama    Hudzaifah lalu ada   
yang berkata
kepada    Hudzaifah,    “Sungguh    ada    orang    yang    melaporkan
perkataan orang    lain    kepada    Khalifah
Utsman”. Hudzaifah lantas    berkata, aku mendengar Nabi    bersabda,
“Qattat (orang    yang
mendengar berita    dari sumber yang    tidak jelas kemudian   
menyampaikannya) itu    tidak akan    masuk
surga” (HR Bukhari no. 5709)
Dari Hudzaifah, beliau mendapatkan laporan tentang    adanya    seseorang
yang suka    melakukan
namimah maka beliau mengatakan bahwa beliau mendengar Rasulullah
bersabda,    “Nammam (orang
yang melakukan namimah) itu tidak akan masuk surga” (HR Muslim no
303).
2. Bahaya Perilaku Namimah
Menurut para ulama’ diantaranya Ibnu Abdil Barr, namimah termasuk sihir
karena memiliki
kesamaan dalam hal mampu memecah belah manusia, merubah hati dua
orang yang semula
saling mencintai dan juga dalam kemampuan menimbulkan kejahatan.
Alasan namimah disamakan dengan sihir, karena kedua    amalan ini bisa   
mengadakan
kerusakan di tengah-tengah manusia secara cepat, tersembunyi, dan disertai
dengan makar
atau tipu daya. Dari sisi inilah para ulama menyamakan keduanya, bukan
dari sisi hukuman
bagi pelakunya. Karena sudah dimaklumi bahwa pelaku sihir adalah kafir
sementara pelaku
namimah masih seorang muslim walaupun dia berbuat dosa besar.

38
Dari Ibnu Abbas, ketika Rasulullah melewati sebuah kebun di Madinah atau
Mekah beliau
mendengar suara dua orang yang sedang disiksa dalam kuburnya. Nabi
bersabda, “Keduanya
sedang disiksa    dan tidaklah keduanya    disiksa    karena    masalah yang   
sulit untuk    ditinggalkan”.
Kemudian beliau kembali    bersabda, “Memang masalah mereka   
adalah dosa besar. Orang    yang
pertama    tidak menjaga    diri    dari percikan    air kencingnya    sendiri.
Sedangkan orang    kedua    suka
melakukan namimah” (HR Bukhari no 213)
Keterangan itu memberikan peringatan kepada kita agar hati-hati terhadap
orang yang suka
menyebarkan fitnah, adu domba. Adu domba (namimah) merupakan
perbuatan yang sangat
dilarang    dalam aga    islam. Karena    bahayanya    sangat besar,
menimbulkan malapetaka    yang
menghancurkan.
Janganlah rasa tidak suka atau hasad kita pada seseorang menjadikan kita
berlaku jahat dan
tidak    adil    kepadanya, termasuk dalam hal ini    adalah namimah. Karena 
betapa    banyak
perbuatan namimah yang terjadi karena timbulnya hasad di hati. Lebih
dari itu, hendaknya
kita tidak memendam hasad (kedengkian) kepada saudara kita sesama
muslim. Hasad serta
namimah adalah akhlaq tercela yang dibenci Allah karena dapat
menimbulkan permusuhan,
sedangkan Islam memerintahkan agar kaum muslimin bersaudara dan
bersatu bagaikan
bangunan yang kokoh.
Nabi    bersabda, “Janganlah kalian saling    mendengki,    saling   
membenci, saling    bermusuhan,    dan
janganlah kamu menjual barang    serupa    yang    sedang ditawarkan
saudaramu kepada    orang    lain, dan
jadilah kamu hamba-hamba Allah yang bersaudara.” (HR. Muslim)
Berusaha dan bersungguh-sungguhlah untuk menjaga lisan dan menahannya
dari perkataan
yang tidak berguna, apalagi dari perkataan yang    karenanya    saudara kita   
tersakiti dan
terdzalimi.   
3. Menghindari Perilaku Namimah
Setiap orang yang diadu domba dengan ada orang yang mengatakan kepada
dirinya, “Si A
telah mencelamu atau    telah    melakukan demikian    dan demikian    untuk
menyakitimu”    itu memiliki
kewajiban untuk melakukan enam hal berikut ini.
a. Tidak langsung menerima ucapan orang itu karena tukang adu domba
adalah orang fasik
yang omongannya tidak boleh dipercaya.
Kita    tidak boleh percaya    begitu saja    jika    mendengar berita    yang
menimbulkan
perpecahan. Sebaiknya kita menguji    kebenarnnya, seperti yang
dijelaskan dalam QS. Al
Hujurat : 6

39









 
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik
membawa suatu berita, Maka
periksalah dengan teliti agar    kamu tidak menimpakan suatu    musibah
kepada    suatu    kaum    tanpa
mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas
perbuatanmu itu.”
b.Melarangnya    melakukan    perbuatan tersebut, memberikan nasehat dan
mencela
perbuatannya.
Suatu saat seorang laki-laki mendatangi Umar bin Abdul Aziz. Orang itu
bilang, ada orang
lain yang membicarakan beliau. Akhirnya Umar mengatakan, Kalau
engkau menghendaki, maka
akan    saya    lihat keadaannya. Jika    berita    itu    tidak benar, maka
engkau orang    yang    disebut dalam
ayat, ‟Jika datang kepada kalian orang fasik dengan membawa kabar,
maka bertabayunlah‟. Jika
engkau benar, maka engkau orang yang disebut dalam ayat ini, „Yang
banyak mencela, yang ke sana-
sini melakukan adu domba‟. Jika engkau inginkan maka aku
memafkanmu…” demikian salah
satu pernyataan dalam Al Adzkar karya Imam Nawawi.
c. Membencinya karena Allah.   
Perbuatan namimah amat dibenci Allah, maka    selayaknya    kita    juga   
ikut membencinya.
Membenci apa yang dibenci Allah adalah wajib.
d. Tidak berburuk sangka   
Kita    juga    diharuskan berprasangka    baik kepada    orang lain, bahwa   
yang    dikatakan itu
belum tentu benar, ” …jauhilah banyak berprasangka...” (Al Hujurat :
12)
e. Tidak boleh memata-matai dan mencari-cari kebenaran berita yang baru
saja dia terima
(tajassus).
Orang yang mendapat kabar dari pihak tertentu, bahwa pihak lain
mengatakan tentang
dirinya sesuatu yang ia benci, hendaknya tidak melakukan tajasus alias
penyelidikan, guna
mengetahui apa benar berita itu atau tidak. Allah Ta’ala berfirman, ”Dan
janganlah kalian
memata-matai” (Al Hujurat : 12).
f. Tidak menceritakan kembali apa yang dialami kepada yang lain, kecuali
sangat mendesak.   
Tidak perlu menceritakan apa yang kita alami, jika kita menjadi korban
namimah kepada
orang lain.    Sebab, jika    kita bercerita    bahwa    fulan    telah melakukan
namimah, maka    ini
berarti membicarakan keburukan    pelaku namimah. Bila    melakukan
seperti itu, berarti
kita sudah termasuk ghibah. Sedangkan ghibah dilarang dalam Islam.

40
4. Namimah yang dibolehkan
a. Bukan termasuk namimah seseorang    yang mengabari orang lain
tentang    apa    yang
dikatakan tentang dirinya    apabila    ada    unsur    maslahat di dalamnya.
Hukumnya    bisa
sunnat atau bahkan wajib bergantung pada    situasi dan kondisi. Misalnya,
melaporkan
pada pemerintah tentang orang yang mau berbuat kerusakan, orang yang
mau berbuat
aniaya    terhadap orang lain, dan lain-lain. An-Nawawi rahimahullah
berkata, “Jika    ada
kepentingan menyampaikan namimah, maka tidak ada halangan
menyampaikannya. Misalnya jika
ia    menyampaikan kepada    seseorang    bahwa    ada    orang    yang   
ingin    mencelakakannya, atau keluarga
atau hartanya.”
b. Adapun bila    tujuannya    adalah untuk memberi nasehat, mencari
kebenaran dan
menjauhi/mencegah gangguan maka    tidak mengapa.    Akan tetapi
terkadang sangat sulit untuk
membedakan keduanya. Bahkan, meskipun sudah berhati-hati, ada kala
niat dalam hati berubah
ketika    kita    melakukannya. Sehingga, bagi yang khawatir    adalah lebih
baik untuk menahan diri
dari menyebarkan berita.
Imam Syafi’i berkata, “Seseorang selayaknya memikirkan apa yang
hendak diucapkannya. Dan hendaklah
dia    membayangkan    akibatnya. Jika    tampak baginya    bahwa
ucapannya    akan    benar-benar mendatangkan
kebaikan    tanpa    menimbulkan    unsur kerusakan    serta    tidak
menjerumuskan    ke dalam    larangan, maka    dia
boleh mengucapkannya. Jika sebaliknya, maka lebih baik dia diam.”
5. Hikmah
a. Salah satu bentuk kejahatan lisan adalah namimah (adu domba). Kata adu
domba identik
dengan kebencian dan permusuhan. Tapi jika    kita    tak    benar-benar
menjaganya    ia    bisa
mudah tergelincir. Apalagi ketika    rasa    benci    dan    hasad (dengki)   
telah    memenuhi    hati.
Atau meski bisa    menjaga    lisan dari namimah,    akan tetapi    tidak    kita
sadari bahwa
terkadang kita terpengaruh oleh namimah yang dilakukan seseorang.
b.Namimah adalah akhlaq    tercela    yang dibenci Allah karena    dapat
menimbulkan
permusuhan, sedangkan Islam memerintahkan agar kaum muslimin
bersaudara dan
bersatu bagaikan bangunan yang kokoh.
c. Di tengah kehidupan yang berorientasi hedonis    dan permasif, kita   
melihat banyak
manusia    yang demi    kecintaannya    terhadap    materi dan dunia   
mereka    harus    jatuh pada
bentuk kebohongan yang dilarang oleh Rasullullah saw yaitu namimah,
Efek negatif dari
namimah yaitu munculnya    pertengkaran, ketidakharmonisan hubungan   
horizontal
internal umat Islam serta permusuhan di antara mereka.

41
SOAL PILIHAN GANDA
1. Perkataan “Isrof” berasal dari bahasa arab “Asyrofa-yusrifu-isyrofa”, yang
berarti…….
a.    Berlebihan dalam makan d.    Berlebihan dalam menyiapkan makanan
b.    Bersuka ria samapi melampaui batas    e.    Ibadah berlebihan sebelum
makan
c.    Suka makan minum melampaui batas
2. Pemborosan dalam bahasa agama disebut “tabdzir” yagn berasal dari kata
“badzara-
yubadziru-tabdziron” yang oleh para ulama’ dipahami dalam arti ……..
a.    Pengeluaran yang bukan d.    Pengeluaran yang buakn wewenangnya
hak e.    Pengeluaran sebelum waktunya
b.    Pengeluaran diluar
kebutuhan
c.    Pengeluaran diluar
kewajaran
3. Berikut ini merupakan bentuk-bentuk prilaku isyraf, kecuali ………
a.    Bermewah-mewahan dalam makan dan minum
b.    Menumpuk-numpuk harta atau sesuatu hal yang tidak terlalu
dibutuhkan
c.    Menyisihkan sebagai rizki untuk santunan
d.    Melakukan pekerjaan yang sia-sia
e.    Memperturutkan hawa nafsu, keinginan tanpa mempertimbangkan
kebutuhan
4. QS. Al-Isra’ ayat 27
   
   

Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa orang-orang yang berprilaku tabdzir
merupakan
…………
a.    Saudara-saudara syaitan d.    Dibantu oleh syaitan
b.    Berteman dengan syaitan e.    Diperintah oleh syaitan
c.    Dimusuhi oleh syaitan
5. Dibawah ini prilaku yang merupakan contoh perbuatan israf adalah ……….
a.    Tidak menghormati guru kerana merasa sudah pandai/pintar
b.    Tidak pamit orang tua ketika keluar rumah karena sudah punya uang
yang banyak
c.    Makan-makanan yang mewah sampai kenyang
d.    Tidak membaca doa sebelum dan sesudah makan
e.    Makan dan minum sesuatu yang dilarang agama
6. Berikut ini merupakan tindakan yang tergolong sebagai perbuatan tabdzir,
kecuali ……..
a.    Merayakan pesta ulang tahun dengan berlebihan yang tidak sesuai
dengan syariat
b.    Merayakan malam tahun baru masehi secara berlebihan
c.    Membantu orang lain dalam perbuatan maksiat
42
d.    I’tikaf dimasjid dalam 10 malam akhir ramadhan
e.    Memberikan zakat maal kepada orang miskin dengan tidak ikhlas
7. QS. Al-A’raf ayat 31
 




Potangan ayat tersebut merupakan dalil larangan berbuat ………
a.    Tabdzir c.    Isyraf e.    Ghibah
b.    Takabbur d.    Namimah
8. QS. Al-Isra’ ayat 26
 
 

Ayat tersebut merupakan dasar larangan berbuat ……….
a.    Ghibah c.    Isyraf e.    Takabur
b.    Namimah d.    Tabdzir
9. “Suatu sikap jiwa yang memperturutkan keinginan yang melebihi
semestinya”, pernyataan
tersebut merupakan pengertian dari ………
a.    Takabur c.    Isyraf e.    Namimah
b.    Riya’ d.    Ghibah
10.Berikut ini termasuk definisi tabdzir, kecuali……….   
a.    Pemborosan
b.    Membelanjakan banyak uang dalam hal yang tidak perlu
c.    Berlebih-lebihan dalam pemakaian barang
d.    Perbuatan yang dilakukan dengan cara menghambur-hamburkan
uang/barang karena
kesenangan ataupun kebiasaan
e.    Memperlihatkan kekayaan yang dimiliki dengan maksud merendahkan
martabat orang
atau kelompok yang baik
11.Mempergunjingkan orang lain tentang aibnya dinamakan ………..
a.    Isyraf b.    Ghibah
c.    Namimah d.    Tabdzir e.    Tabsyir
12.Bahaya ghibah bagi orang lain adalah ………….
a.    Meningkatkan martabat seeseorang d.    Memuliakan orang lain
b.    Meningkatkan ukhuwah e.    Menghargai sesame manusia
c.    Menodai harga diri orang
lain

43
13.Sanksi yang diberikan oleh Allah di neraka terhadap yang berprilaku
Ghibah adalah….…..
a.    Minum air yang sangat mendidih
b.    Kepalanya ditindih dengan batu
c.    Disetrika punggungnya
d.    Dipotong tangannya
e.    Mencakar wajah dan dadanya dengan kukunya yang terbuat dari
tembaga
14.Didalam Al-Qur’an orang yang melakukan Ghibah
dipersamakan/dibaratkan
dengan………
a.    Orang yang memakan bangkai binatang
b.    Binatang buas yang mencabik-cabik
c.    Orang yang memakan daging saudaranya
d.    Orang yang memakan makanan basi
e.    Orang yang memakan tumbuh-tumbuhan
15.Makna ( ) pada QS. Al-Hujarat : 12 adalah …………
a.    Husnuddhon c.    Prilaku buruk e.    Baik hati
b.    Prilaku baik d.    Su’udhon
16.Diperbolehkan berprilaku Ghibah bila dalam kondisi berikut, kecuali
……..
a.    Meminta fatwa
b.    Orang yang teraniaya
c.    Memperingatkan kaum muslimin dari beberapa kejahatan
d.    Meminta bantuan untuk menyingkirkan kemungkaran
e.    Menghambat masa depan seseorang
17.Makna namimah secara etimologi adalah ……….
a.    Menggunjing orang lain    c.    Menghalangi perbuatan baik
b.    Suara pelan atau gerakan
c.    Perbuatan berlebih-
lebihan
18.Makna ( ) adalah
………..
a.    Banyak mencela
b.    Banyak bersumpah yang
hina
d.    Bersuka ria melampaui batas e.    Fitnah keji
e.    Berfoya-foya

d.    Melampaui batas dalam dosa 44


SOAL URAIAN
1. Apa saja akibat yang ditimbulkan dari seseorang yang berprilaku israf?
jelaskan!
2. Tuliskan akibat-akibat yang ditimbulkan dari perbuatan tabdzir!
3. Kapan prilaku namimah diperbolehkan?
4. Apa hikmah menghindari namimah?
5. Apa yang dimaksud dengan Ghibah?
6. Sebutkan bahaya dari prilaku Ghibah?

45

Anda mungkin juga menyukai