KECAMATAN KOTABUMI
LAMPUNG UTARA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia nya kepada kami, dapat menyelesaikan makalah agama
tentang menghindari sifat berfoya-foya, riya, sum’ah dan hasad.
Ucapan terima kasih diperuntukn bagi ibu Yeni Reflina, kami yang telah
membimbing kami dalam menyeselesaikan makalah ini.
Disamping itu kami juga menyadari bahwa makalah ini masih dangkal dalam
pembahasan dan jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami mengharapkan
adanya kritik dan saran serta tanggapan yang sifatnya membangun mendekati
kesempurnaan semoga makalah ini bermanfaat bagi kami khususnya rekan
kami dan pembaca pada umumnya.
Kelompok 3
Anggota
Irfan Hanafi
Aldo Saputra
Daftar isi
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ……………………..……………………………………………… ix
B. Saran………………………………………..…………………………………… x
C. Daftar pustaka………………………………………………………….……….. xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kebanyakan manusia suka mendapat pujian, hanya sedikit yang mampu beramal
secara ikhlas. Padahal, Allah SWT. Hanya menerima amal yang dilakukan dengan
ikhlas. Disamping itu, berbagai sift tercela seperti berfoya foya, takabbur, (sombong),
hasad juga akan selalu dihembuskan setan kedalam hati manusia dengan tujuan
menjerumuskannya kedalam neraka.
BAB II
PEMBAHASAN
Jenis manusia seperti ini jumlahnya sangatlah kecil. Secara kodrat alamiah, manusia
memang memiliki tabiat mencintai harta. Pada saat uang dan hartanya melimpah,
perilakunya bisa berubah menjadi lebih konsumtif. Ia akan mudah membuat
keputusan untuk membeli barang- barang mewah, meskipun barang tersebut kurang
begitu penting bagi diri dan keluarganya.
Sesungguhnya gaya hidup seperti itu salah, karena termasuk kategori menghamburkan
harta, pemborosan dan berfoya-foya. Berfoya-foya merupakan pola pikir, sikap dan
tindakan yang tidak seimbang dalam memperlakukan harta.
Harta merupakan cobaan bagi pemiliknya, jika harta digunakan dengan baik maka
harta bisa bermanfaat baginya, sebaliknya kalau harta dikelola secara salah maka akan
mencelakakannya. Harta bisa menjadi tercela jika dijadikan tujuan utama oleh
pemiliknya. dan dalam proses mencarinya tidak diniatkan untuk beribadah kepada
Allah Swt.
Islam melarang perilaku berlebih-lebihan atau melampaui batas (israf) dan boros
(tabzir) dalam membelanjakan harta, keduanya termasuk perbuatan setan. Sebaliknya,
Islam menganjurkan umatnya untuk hidup bersahaja, seimbang dan proporsional.
Perhatikan Q.S. al-Isra'/17: 26-27 berikut ini!
ِ يرا تُبَذ ِْر وال السبيل وابر والسكين حقة ْالقُ ْرني ذَا َو
ات ً ( تَبْذ26) ِطيْنَِ ا ْخ َوانَِ كانُوا ْال ُمترين إن
َ ا ْستَيَظُنِ َوكَانَِ الش ْي
ِل َربه
(27)
Artinya:
"Dan berikanlah haknya kepada kerabat dekat, juga kepada orang miskin dan orang
yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu)
secara boros. Sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu adalah saudara setan dan
setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya." (QS. al-Isra'/17: 26-27)
Ayat di atas secara tegas mengatakan bahwa pemboros merupakan saudara setan.
Berkaitan dengan sikap berlebih-lebihan atau melampaui batas (israf), Allah Swt.
berfirman dalam Q.S. al-Furqan/25: 67 berikut ini!
قَ َِوا ًما ذَلكَِ َبيْن َوكَانَِ ي ْقت َُر ْوا ولم يُشرفوا لم اتفقوا إذا والذين
Artinya:
Dengan kata lain, yang dimaksud pemborosan yaitu mengeluarkan harta tidak haq.
Apabila
seseorang mengeluarkan harta sangat banyak tetapi untuk hal-hal yang dibenarkan
oleh
Islam, maka bukan termasuk pemborosan. Sebaliknya, jika seseorang mengeluarkan
harta
meskipun sedikit, tetapi untuk hal-hal yang dilarang agama, maka ia termasuk
pemboros.
Allah Swt. sangat tidak menyukai seseorang yang mempergunakan harta secara
berlebihan
(israf) dan tanpa manfaat. Mereka menghamburkan harta sia-sia dan melupakan hak-
hak
orang lain atas hartanya. Seseorang disebut berperilaku israf apabila ia
membelanjakan harta
melewati batas kepatutan menurut ajaran Islam, dan tidak ada nilai manfaatnya untuk
kepentingan dunia maupun akhirat. Sifat israf ini dipengaruhi oleh godaan uang dan
harta
pada seseorang yang lemah imannya.
Selain di atas, masih banyak lagi contoh perilaku tabzir dan israf dalam kehidupan
sehari- sehari.
Antara kebutuhan primer, sekunder dan tersier harus dibuat prioritas mana yang harus
dipenuhi terlebih dahulu.
Harta kita yang sebenarnya adalah harta yang disedekahkan kepada orang lain.
Kebiasaan bersedekah akan membangkitkan rasa empati kepada orang lain. Lebih dari
itu, akan mempererat hubungan antar sesama warga masyarakat.
Hidup apa adanya akan membuat hati dan pikiran tenteram, la akan merasa bahagia
apabila melihat orang lain hidup berkecukupan. Dan akan tergerak untuk membantu
orang lain yang membutuhkan.
4. Selalu bersyukur
Menerima dengan senang hati atas semua karunia dari-Nya akan membuahkan
ketenangan
batin. Seseorang yang syukur bil qalb (syukur dalam hati) akan menyadari
sepenuhnya
bahwa segala nikmat itu adalah bentuk kasih sayang Allah Swt. Kemudian tumbuh
keyakinan
bahwa Allah Swt. telah menjamin rejeki semua mahkluk ciptaan-Nya. Tidak mungkin
Allah Swt. akan membiarkan manusia hidup sengsara.
Di samping syukur bil qalb, bersyukur juga dapat diungkapkan bil lisan, yakni dengan
mengucapkan kalimat tahmid (alhamdulillah) dan berdoa kepada Allah Swt. dan
syukur bil arkan, yakni dengan menggunakan nikmat sesuai peruntukkannya.
Islam melarang umatnya bersifat berlebihan dan kikir. Antara sifat berlebihan dan
kikir merupakan dua kutub yang berlawanan, namun keduanya merupakan sifat
tercela yang harus dihindari.
Orang kikir atau bakhil akan mementingkan diri sendiri, yang penting dirinya
kecukupan.
semua kebutuhan terpenuhi, dan ia tidak peduli atas derita yang dialami orang lain. Ia
tidak
akan mau mengorbankan hartanya, tenaganya, waktunya untuk kepentingan agama
Islam.
Kebakhilan akan merugikan diri sendiri, bahkan mendapat siksa di akhirat kelak.
Perhatikan Q.S. Ali Imran/3: 180 berikut ini:
Artinya:
"Dan jangan sekali-kali orang-orang yang kikir dengan apa yang diberikan Allah
kepada mereka dari karunia-Nya mengira bahwa (kikir) itu baik bagi mereka, padahal
(kikir) imm buruk bagi mereka. Apa (harta) yang mereka kikirkan itu akan
dikalungkan (di lehernya) pada hari Kiamat. Milik Allah-lah warisan (apa yang ada)
di langit dan di bumi. Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan". (QS. Ali Imran/3:
180)
ِع ْن
َ ِعبْدِ بْنِ َجابر
َ ل أنِ هللا َِ صلى هللا َرسُو ِ ِعلَيْه
َ ُهللا َ سلم َ ح َواتقُوا ْالق َيا َمةِ َي ْو َِم ظلمات الظلم فإن الظلم اتقُوا قال َو
َِ الت
ُ ُ َ
ِعلى َح َمل ُه ِْم قبلك ِْم كان من أهلك التحِْ فَإن ُ
َ َم َحار ُم ُه ِْم َوا ْست َ َخلوا د َما َءهُ ِْم سفكوا أن
Artinya:
"Dari Jabir bin Abdullah r.a., bahwa Rasulullah Saw bersabda: "Jauhilah (takutlah)
oleh kalian perbuatan zalim, karena kezaliman itu merupakan kegelapan pada hari
kiamat. Dan Jauhilah oleh kalian sifat kikir, karena kikir telah mencelakakan umat
sebelum kalian, yang mendorong mereka untuk menumpahkan darah dan
menghalalkan apa-apa yang diharamkan bagi mereka". (HR. Muslim: 4675
Riya' dibagi menjadi dua tingkatan, yaitu riya' khalish dan riya' syirik. Riya khalish
yaitu
melakukan ibadah hanya untuk mendapat pujian dari manusia semata. Sedangkan
riya" syirik
yaitu melakukan suatu perbuatan karena niat menjalankan perintah Allah, dan
sekaligus juga
karena ingin mendapatkan sanjungan dari orang lain.
Riya' dan sum'ah merupakan sifat tercela yang menyebabkan amal ibadah menjadi
sia-sia.
Sifat riya" dan sum'ah bisa muncul pada diri seseorang pada saat melakukan ibadah
ataupun
setelah melakukannya. Rasulullah Saw menegaskan bahwa riya' termasuk syirik khafi,
yaitu syirik yang samar dan tersembunyi. Hal ini dikarenakan sifat riya' terkait dengan
niat dalam
hati, sedangkan isi hati manusia hanya diketahui oleh Allah Swt.
Meluruskan niat.
Menyadari bahwa dirinya adalah hamba Allah Swt.
Memohon pertolongan Allah Swt.
Memperbanyak rasa syukur.
Memperbanyak ingat kematian.
Membiasakan hidup sederhana.
Takabur merupakan sifat tercela yang harus dihindari. Menurut buku Tasawuf dan
Pendidikan Karakter, takabur berasal dari bahasa Arab takkabbara-yatakabbaru yang
artinya sombong atau membanggakan diri. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
takabur adalah merasa diri mulia (hebat, pandai, dan sebagainya), angkuh, atau
sombong. Lawan dari sifat takabur adalah tawadhu', yaitu menghargai orang lain dan
menerima kebenaran. Takabur adalah sikap sombong, merasa tinggi, dan
merendahkan orang lain. Seseorang yang takabur tidak mau menerima kebenaran,
meremehkan orang lain, dan merasa lebih tinggi. Orang takabur memperlihatkan
kelebihannya untuk membuktikan diri sebagai yang terbaik sambil mengejek dan
merendahkan orang lain. Terdapat sebuah hadis yang menjelaskan sikap takabur atau
sombong sebagai berikut.
Artinya: "Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu dari Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda: "Tidak akan masuk surga seseorang
yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi. Ada seseorang yang
bertanya, "Bagaimana dengan seorang yang suka memakai baju dan sandal yang
bagus? Beliau menjawab, "Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan.
Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain."" (HR. Muslim no.
91). Tentang Takabur Terdapat beberapa ayat Al-Quran tentang takabur. Dalam An-
Nahl ayat 22-23 dijelaskan bahwa Allah SWT tidak menyukai orang sombong.
Artinya: "Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa. Maka orang yang tidak beriman
kepada akhirat, hati mereka mengingkari (keesaan Allah), dan mereka adalah orang
yang
sombong. Tidak diragukan lagi bahwa Allah mengetahui apa yang mereka rahasiakan
dan
apa yang mereka lahirkan. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang yang sombong"
Menurut tafsir Kementerian Agama, Allah SWT tidak suka kepada orang-orang
sombong
yang tidak mau percaya kepada keesaan-Nya dan enggan mengikuti seruan para nabi
dan
rasul-Nya. Pernyataan ini menunjukkan betapa murka dan bencinya Allah kepada
mereka dan sikap mereka yang tidak mengerti akan kedudukan diri mereka. Sikap
takabur atau sombong juga dijelaskan dalam Surat Al Isra ayat 37.
Artinya: "Dan janganlah engkau berjalan di bumi ini dengan sombong, karena
sesungguhnya engkau tidak akan dapat menembus bumi dan tidak akan mampu
menjulang setinggi gunung." Menurut tafsir Kementerian Agama, Allah SWT
melarang umat Islam berjalan di muka bumi dengan sombong. Berjalan dengan
sombong di muka bumi bukanlah sikap yang wajar, karena bagaimanapun kerasnya
derap kaki yang dihentakkan di atas bumi, tidak akan menembus permukaannya dan
bagaimanapun juga tingginya ia mengangkat kepalanya. tidaklah dapat melampaui
tinggi gunung. Baca Juga Tasamuh adalah Sikap Toleransi, Ini Penjelasan dan
Contohnya Di dalam ayat ini terdapat juga celaan bagi orang-orang musyrik yang
suka bermegah-megah, menyombongkan diri karena harta kekayaan dan
menghambur- hamburkannya, suka bermabuk-mabukan, dan berzina. Orang yang
menyombongkan diri akan mendapatkan azab yang pedih sebagaimana dijelaskan
dalam Surat An Nisa ayat 173.
Artinya: "Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan. Allah akan
menyempurnakan pahala bagi mereka dan menambah sebagian dari karunia-Nya.
Sedangkan orang-orang yang enggan (menyembah Allah) dan menyombongkan diri,
maka Allah akan mengazab mereka dengan azab yang pedih. Dan mereka tidak akan
mendapatkan pelindung dan penolong selain Allah." Dalam ayat tersebut dijelaskan,
orang yang selalu menyombongkan diri dan mengingkari adanya Allah SWT akan
mendapat siksaan yang amat pedih sesuai dengan dosa dan keingkaran mereka.
Mereka akan dimasukkan ke dalam neraka. tak ada yang akan membela mereka, dan
tak ada yang akan menolong mereka supaya dapat keluar dari neraka, karena semua
urusan ketika itu berada di tangan Allah SWT. Baca Juga Surat Al Kafirun dan
Artinya dalam Bahasa Indonesia dan Arab Dampak Negatif dari Takabur Terdapat
beberapa dampak negatif dari takabur, yaitu: Tidak disukai Allah SWT. Merasa
menjadi orang yang paling baik dan benar. Dapat menimbulkan perpecahan antar
sesama. Dapat merusak sendi persatuan dan persatuan. Tidak suka berbuat benar dan
tidak menerima kebenaran. Tidak memiliki keikhlasan dalam perbuatan sehingga
semua yang dilakukan sia-sia. Merugikan diri sendiri. Mudah tersinggung.
dan Artinya serta Keutamaan Cara Menghindari Sifat Takabur Adapun cara
menghindari sifat takabur meliputi: Mendekatkan diri kepada Allah SWT. Menyadari
akibat yang ditimbulkan oleh sifat takabur. Mensyukuri nikmat, Perbanyak ibadah.
Jauhi perbuatan maksiat. Memperbanyak istigfar. Meminta maaf kepada orang yang
telah diremehkan. Menyadari kekuasaan Allah SWT. Dapat disimpulkan bahwa
takabur merupakan sikap sombong dan merendahkan orang lain. Takabur membawa
banyak dampak negatif dan dapat dihindari, salah satunya dengan mendekatkan diri
kepada Allah SWT.
2.4. Menghindari Sifat Hasad
Hasad merupakan salah satu sifat tercela manusia yang dapat menjadi penyakit hati.
Pasalnya, hasad sifat yang tidak mensyukuri atas nikmatnya dan selalu iri dan dengki
atas nikmat orang lain. Rasulullah pernah bersabda, "Jangan kalian saling mendengki,
jangan saling najasy, jangan saling membenci, jangan saling membelakangi! dan
hendaklah kalian menjadi hamba-hamba Allah yang bersaudara." (HR. Bukhari dan
Muslim).
1. Memperbanyak ibadah
Ibadah, merupakan cara yang paling tepat untuk menghindari hasad. Dengan kita
memperbanyak ibadah, insyaallah kita menjadi pribadi yang baik dan secara tidak
langsung menghindari diri berbagai hal yang yang dibenci Allah salah satunya sifat
hasad.
"Jika salah seorang di antara kalian melihat orang lain diberi kelebihan harta dan fisik
[atau kenikmatan dunia lainnya], maka lihatlah kepada orang yang berada di
bawahnya." (HR. Bukhari dan Muslim).
5. Bersilahturahim
Yang terakhir, memiliki hubungan yang baik terhadap keluarga, tetangga bahkan
saudara jauh dapat mempererat tali silahturahim yang secara tidak langsung membuat
kita selalu berprasangka baik dan sifat iri dan dengki pun menjadi jauh dari diri kita
sendiri. Karena
hubungan yang baik akan selalu membuat seseorang menjadi pribadi yang lebih peka
terhadap sekitar.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Harta merupakan cobaan bagi pemiliknya, jika harta digunakan dengan baik maka
harta bisa bermanfaat baginya, sebaliknya kalau harta dikelola secara salah maka akan
mencelakakannya.
3. Tabzir (boros) adalah perilaku membelanjakan harta tidak pada jalannya atau
mengeluarkan harta tidak haq
5. Riya yaitu melakukan dan memperlihatkan amal ibadah dengan niat supaya
mendapat pujian atau penghargaan dari orang lain.
7. Takabur adalah sikap seseorang yang menunjukkan sifat sombong atau merasa
lebih kuat, lebih hebat dibanding orang lain.
8. Hasad adalah sifat seseorang yang merasa tidak senang terhadap kebahagiaan orang
lain karena memperoleh suatu nikmat dan berusaha menghilangkan nikmat tersebut.
11. Sifat hidup berfoya-foya, riya', sum'ah, takabur, hasad dapat dihindari dengan
menerapkan sifat rendah hati (tawadhu').
DAFTAR PUSTAKA
https://www.sekolahmuonline.com/2021/09/rangkuman-paibp-kelas-10-bab-3-
menjalani- hidup-penuh-manfaat-dengan-menghindari-berfoya-foya-riya-sumah-
takabbur-dan- hasad.html
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti Kelas X. Kementerian Agama Republik
Indonesia 2021