Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH AGAMA ISLAM

MENGHINDARI SIFAT BERFOYA-FOYA, RIYA, SUM’AH,


TAKABUR HASAD.

SMA NEGRI 04 KOTABUMI

KECAMATAN KOTABUMI

LAMPUNG UTARA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia nya kepada kami, dapat menyelesaikan makalah agama
tentang menghindari sifat berfoya-foya, riya, sum’ah dan hasad.

Ucapan terima kasih diperuntukn bagi ibu Yeni Reflina, kami yang telah
membimbing kami dalam menyeselesaikan makalah ini.

Disamping itu kami juga menyadari bahwa makalah ini masih dangkal dalam
pembahasan dan jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami mengharapkan
adanya kritik dan saran serta tanggapan yang sifatnya membangun mendekati
kesempurnaan semoga makalah ini bermanfaat bagi kami khususnya rekan
kami dan pembaca pada umumnya.

Lampung, november 2023

Kelompok 3

Moderator (Firda Ayu Natasya)

Pembahas (Nazwa Rahma Dewi, Yaser hamed)

Sekretaris (Salsa Sabila)

Anggota

Naufal Raka Al-zahri

Irfan Hanafi

Aldo Saputra
Daftar isi

Halaman judul ……………………………………………………….……………… i

Kata pengantar ……………………………………………………………………… ii

Daftar isi ……………………………………………………………………………. iii

BAB I PENDAHULUAN

Latar belakang ………………………………………………………………………. iv

BAB II PEMBAHASAN

A. Menghindari sifat berfoya-foya…………………………………………………….v

B. Menghindari sifat riya dan sum’ah………………………………………………. vi

C. Menghindari sifat takabbur.………………………………………………………vii

D. Menghindari sifat hasad………………………………………………………..viii

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ……………………..……………………………………………… ix

B. Saran………………………………………..…………………………………… x

C. Daftar pustaka………………………………………………………….……….. xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pernahkah kalian melakukan sesuatu amal ibadah, kemudian menunjukkannya


kepada orang lain, baik melalui media sosial maupun secara langsung dengan maksud
mendapat pujian.

Kebanyakan manusia suka mendapat pujian, hanya sedikit yang mampu beramal
secara ikhlas. Padahal, Allah SWT. Hanya menerima amal yang dilakukan dengan
ikhlas. Disamping itu, berbagai sift tercela seperti berfoya foya, takabbur, (sombong),
hasad juga akan selalu dihembuskan setan kedalam hati manusia dengan tujuan
menjerumuskannya kedalam neraka.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Menghindari sifat berfoya-foya

Hidup Berfoya-foya (tabzir dan israf)


Kebanyakan manusia memiliki kecenderungan terhadap uang dan harta melimpah.
Meskipun ada manusia yang tidak begitu tertarik dengan harta duniawi, mereka
berlakuzuhud dengan lebih mengutamakan kehidupan akhirat.

Jenis manusia seperti ini jumlahnya sangatlah kecil. Secara kodrat alamiah, manusia
memang memiliki tabiat mencintai harta. Pada saat uang dan hartanya melimpah,
perilakunya bisa berubah menjadi lebih konsumtif. Ia akan mudah membuat
keputusan untuk membeli barang- barang mewah, meskipun barang tersebut kurang
begitu penting bagi diri dan keluarganya.

Sesungguhnya gaya hidup seperti itu salah, karena termasuk kategori menghamburkan
harta, pemborosan dan berfoya-foya. Berfoya-foya merupakan pola pikir, sikap dan
tindakan yang tidak seimbang dalam memperlakukan harta.

Harta merupakan cobaan bagi pemiliknya, jika harta digunakan dengan baik maka
harta bisa bermanfaat baginya, sebaliknya kalau harta dikelola secara salah maka akan
mencelakakannya. Harta bisa menjadi tercela jika dijadikan tujuan utama oleh
pemiliknya. dan dalam proses mencarinya tidak diniatkan untuk beribadah kepada
Allah Swt.

Islam melarang perilaku berlebih-lebihan atau melampaui batas (israf) dan boros
(tabzir) dalam membelanjakan harta, keduanya termasuk perbuatan setan. Sebaliknya,
Islam menganjurkan umatnya untuk hidup bersahaja, seimbang dan proporsional.
Perhatikan Q.S. al-Isra'/17: 26-27 berikut ini!

ِ ‫يرا تُبَذ ِْر وال السبيل وابر والسكين حقة ْالقُ ْرني ذَا َو‬
‫ات‬ ً ‫( تَبْذ‬26) ِ‫طيْنَِ ا ْخ َوانَِ كانُوا ْال ُمترين إن‬
َ ‫ا ْستَيَظُنِ َوكَانَِ الش ْي‬
ِ‫ل َربه‬
(27)

Artinya:

"Dan berikanlah haknya kepada kerabat dekat, juga kepada orang miskin dan orang
yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu)
secara boros. Sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu adalah saudara setan dan
setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya." (QS. al-Isra'/17: 26-27)

Ayat di atas secara tegas mengatakan bahwa pemboros merupakan saudara setan.
Berkaitan dengan sikap berlebih-lebihan atau melampaui batas (israf), Allah Swt.
berfirman dalam Q.S. al-Furqan/25: 67 berikut ini!
‫قَ َِوا ًما ذَلكَِ َبيْن َوكَانَِ ي ْقت َُر ْوا ولم يُشرفوا لم اتفقوا إذا والذين‬

Artinya:

"Dan (termasuk hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih) orang-orang yang


apabila menginfakkan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, di
antara keduanya secara wajar". (Q.S. al-Furqan/25: 67)
Kata tabzir diulang sebanyak tiga kali dalam Al-Qur'an, sedangkan kata israf diulang
sebanyak dua puluh tiga kali dengan berbagai bentuknya. Ayat di atas menyatakan
secara tegas larangan tabzir dan israf. Sikap tabzir dan israf memiliki kemiripan
perngertian dan makna. Tabzir (boros) adalah perilaku membelanjakan harta tidak
pada jalannya.

Dengan kata lain, yang dimaksud pemborosan yaitu mengeluarkan harta tidak haq.
Apabila
seseorang mengeluarkan harta sangat banyak tetapi untuk hal-hal yang dibenarkan
oleh
Islam, maka bukan termasuk pemborosan. Sebaliknya, jika seseorang mengeluarkan
harta
meskipun sedikit, tetapi untuk hal-hal yang dilarang agama, maka ia termasuk
pemboros.

Allah Swt. sangat tidak menyukai seseorang yang mempergunakan harta secara
berlebihan
(israf) dan tanpa manfaat. Mereka menghamburkan harta sia-sia dan melupakan hak-
hak
orang lain atas hartanya. Seseorang disebut berperilaku israf apabila ia
membelanjakan harta
melewati batas kepatutan menurut ajaran Islam, dan tidak ada nilai manfaatnya untuk
kepentingan dunia maupun akhirat. Sifat israf ini dipengaruhi oleh godaan uang dan
harta
pada seseorang yang lemah imannya.

Contoh perilaku tabzir dan israf


Berikut ini beberapa contoh perilaku tabzir dan israf dalam kehidupan sehari-hari:

Contoh tabzir dan israf dalam makan dan minum


Seseorang mengambil banyak makanan dan minuman pada suatu acara tasyakuran. Ia
takut tidak mendapat bagian, tanpa sama sekali tidak mempertimbangkan daya
tampung perut. Akhirnya ia tidak sanggup menghabiskan makanan dan minuman
tersebur

Contoh tabzir dan israf dalam berbicara


Berkata-kata yang tidak penting dan tidak perlu, baik secara langsung bertemu dengan
lawan bicara ataupun melalui media elektronik, termasuk media sosial. Contoh lain
misalnya. menggunakan kuota internet untuk searching dan chatting hal-hal yang
tidak perlu.

Contoh tabzir dan israf dalam penampilan


Memakai perhiasan emas di kedua tangan, leher, jari jemari, dan kaki pada saat
pertemuan warga. Berpakaian mahal, mewah lengkap dengan tas import dari luar
negeri.

Selain di atas, masih banyak lagi contoh perilaku tabzir dan israf dalam kehidupan
sehari- sehari.

Dampak negatif sifat hidup berfoya-foya


Banyak dampak negatif dari sikap hidup berfoya-foya, di antaranya:

1. Terlalu sibuk mengurusi kebahagiaan duniawi, melalaikan akhirat


Dunia dianggap sebagai tempat persinggahan terakhir, padahal akhiratlah tujuan akhir
kehidupan manusia. Mereka sibuk mencari kebahagiaan dunia dengan menumpuk-
numpuk harta hingga melupakan hidup di akhirat.

2. Menimbulkan sifat iri, dengki, dan pamer


Membelanjakan secara berlebihan dan boros serta memamerkannya kepada orang lain
akan
memicu sifat iri, dengki dari orang lain. Sifat ini akan memicu konflik di tengah
masyarakat.

3. Dapat memicu frustasi apabila hartanya habis


Pengeluaran harta yang tidak terkontrol karena memperturutkan gengsi dan hawa
nafsu akan mengakibatkan frustasi. Mereka sangat khawatir apabila hartanya habis
dan tidak bisa lagi membeli sesuatu untuk memuaskan keinginannya.

4. Berpotensi menimbulkan sifat kikir


Kekhawatiran berlebihan atas kekurangan harta membuat mereka bersifat kikir dan
tidak mau berbagi dengan sesama. Karena takut jatuh miskin, akhirnya tidak ada
kepedulian kepada fakir miskin yang benar-benar membutuhkan bantuan.

Cara menghindari sifat hidup berfoya-foya


Agar terhindar dari sifat hidup berfoya-foya, lakukanlah hal-hal berikut ini:

1. Membelanjakan harta sesuai dengan skala priorias kebutuhan

Antara kebutuhan primer, sekunder dan tersier harus dibuat prioritas mana yang harus
dipenuhi terlebih dahulu.

2. Membiasakan bersedekah dan membantu orang lain

Harta kita yang sebenarnya adalah harta yang disedekahkan kepada orang lain.
Kebiasaan bersedekah akan membangkitkan rasa empati kepada orang lain. Lebih dari
itu, akan mempererat hubungan antar sesama warga masyarakat.

3. Dapat memicu frustasi apabila hartanya habis

Hidup apa adanya akan membuat hati dan pikiran tenteram, la akan merasa bahagia
apabila melihat orang lain hidup berkecukupan. Dan akan tergerak untuk membantu
orang lain yang membutuhkan.
4. Selalu bersyukur

Menerima dengan senang hati atas semua karunia dari-Nya akan membuahkan
ketenangan
batin. Seseorang yang syukur bil qalb (syukur dalam hati) akan menyadari
sepenuhnya
bahwa segala nikmat itu adalah bentuk kasih sayang Allah Swt. Kemudian tumbuh
keyakinan
bahwa Allah Swt. telah menjamin rejeki semua mahkluk ciptaan-Nya. Tidak mungkin
Allah Swt. akan membiarkan manusia hidup sengsara.
Di samping syukur bil qalb, bersyukur juga dapat diungkapkan bil lisan, yakni dengan
mengucapkan kalimat tahmid (alhamdulillah) dan berdoa kepada Allah Swt. dan
syukur bil arkan, yakni dengan menggunakan nikmat sesuai peruntukkannya.

5. Bertindak selektif dan terencana

Merencanakan kehidupan di masa datang akan membuat seseorang lebih selektif


dalam memutuskan penggunaan harta. Membiasakan diri menyisihkan uang saku
untuk ditabung merupakan sikap bijak. Lebih dari itu, sikap hemat dan bijak dalam
menggunakan kuota internet juga harus dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari.

6. Bersikap rendah hati

Harta merupakan titipan dari Allah Swt. agar dipergunakan di jalan-Nya.


Sesungguhnya kehidupan dunia merupakan ladang untuk beramal demi kebahagiaan
akhirat. Oleh karenanya, seseorang harus menjauhi perasaan paling kaya dan paling
hebat. Kekayaan seseorang di muka bumi ini tidak ada artinya dibanding kebesaran
dan kekuasaan Allah Swt. Sebagai pelajar seharusnya kalian menghindari perasaan
paling pintar, paling kuat dan paling hebat di kelas atau sekolah.

Islam melarang umatnya bersifat berlebihan dan kikir. Antara sifat berlebihan dan
kikir merupakan dua kutub yang berlawanan, namun keduanya merupakan sifat
tercela yang harus dihindari.

Orang kikir atau bakhil akan mementingkan diri sendiri, yang penting dirinya
kecukupan.
semua kebutuhan terpenuhi, dan ia tidak peduli atas derita yang dialami orang lain. Ia
tidak
akan mau mengorbankan hartanya, tenaganya, waktunya untuk kepentingan agama
Islam.
Kebakhilan akan merugikan diri sendiri, bahkan mendapat siksa di akhirat kelak.
Perhatikan Q.S. Ali Imran/3: 180 berikut ini:

َ ْ‫ن ّللاِ أن ُه ُِم بما يَن َخلُون الذيْن يَح‬


ِ‫سبَنِ َو َال‬ ِْ ‫ل ل ُه ِْم َخي ًْرا ه َُِو فَضلهِ م‬ َ ‫َولِلِ ْالقي َمةِ يَ ْومِ بهِ يَخل ْوا ما‬
ِْ َ‫سيُطوفون ل ُه ِْم شَرِ ه َُِو ب‬
ِ‫مب َْرات‬
‫ض السنوت‬ َِ ‫ّللاُ َو ْاْل َ ْر‬
ِ ‫خَبيرِ تَعْ َملُونَِ ب َما َو‬

Artinya:
"Dan jangan sekali-kali orang-orang yang kikir dengan apa yang diberikan Allah
kepada mereka dari karunia-Nya mengira bahwa (kikir) itu baik bagi mereka, padahal
(kikir) imm buruk bagi mereka. Apa (harta) yang mereka kikirkan itu akan
dikalungkan (di lehernya) pada hari Kiamat. Milik Allah-lah warisan (apa yang ada)
di langit dan di bumi. Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan". (QS. Ali Imran/3:
180)

Rasulullah Saw. bersabda dalam sebuah hadis berikut ini:

ِ‫ع ْن‬
َ ِ‫عبْدِ بْنِ َجابر‬
َ ‫ل أنِ هللا‬ َِ ‫صلى هللا َرسُو‬ ِ ِ‫علَيْه‬
َ ُ‫هللا‬ َ ‫سلم‬ َ ‫ح َواتقُوا ْالق َيا َمةِ َي ْو َِم ظلمات الظلم فإن الظلم اتقُوا قال َو‬
َِ ‫الت‬
ُ ُ َ
ِ‫على َح َمل ُه ِْم قبلك ِْم كان من أهلك التحِْ فَإن‬ ُ
َ ‫َم َحار ُم ُه ِْم َوا ْست َ َخلوا د َما َءهُ ِْم سفكوا أن‬

Artinya:

"Dari Jabir bin Abdullah r.a., bahwa Rasulullah Saw bersabda: "Jauhilah (takutlah)
oleh kalian perbuatan zalim, karena kezaliman itu merupakan kegelapan pada hari
kiamat. Dan Jauhilah oleh kalian sifat kikir, karena kikir telah mencelakakan umat
sebelum kalian, yang mendorong mereka untuk menumpahkan darah dan
menghalalkan apa-apa yang diharamkan bagi mereka". (HR. Muslim: 4675

2.2. Menghindari Sifat Riya' dan Sum'ah


Secara bahasa, sum'ah berarti memperdengarkan. Secara istilah, sum'ah yaitu
memberitahukan atau memperdengarkan amal ibadah yang dilakukan kepada orang
lain agar dirinya mendapat pujian atau sanjungan.
Riya', secara bahasa berarti menampakkan atau memperlihatkan. Secara istilah, riya'
yaitu
melakukan ibadah dengan niat supaya mendapat pujian atau penghargaan dari orang
lain.

Riya' dibagi menjadi dua tingkatan, yaitu riya' khalish dan riya' syirik. Riya khalish
yaitu
melakukan ibadah hanya untuk mendapat pujian dari manusia semata. Sedangkan
riya" syirik
yaitu melakukan suatu perbuatan karena niat menjalankan perintah Allah, dan
sekaligus juga
karena ingin mendapatkan sanjungan dari orang lain.

Riya' dan sum'ah merupakan sifat tercela yang menyebabkan amal ibadah menjadi
sia-sia.
Sifat riya" dan sum'ah bisa muncul pada diri seseorang pada saat melakukan ibadah
ataupun
setelah melakukannya. Rasulullah Saw menegaskan bahwa riya' termasuk syirik khafi,
yaitu syirik yang samar dan tersembunyi. Hal ini dikarenakan sifat riya' terkait dengan
niat dalam
hati, sedangkan isi hati manusia hanya diketahui oleh Allah Swt.

Ciri-Ciri Riya' dan Sum'ah

Selalu menyebut dan mengungkit amal baik yang pernah dilakukan.


Beramal hanya sekadar ikut-ikutan bersama orang lain.
Melakukan amal kebaikan apabila sedang berada di tengah khalayak ramai.
Amalannya selalu ingin dilihat dan didengar agar dipuji oleh orang lain.
Malas atau enggan melakukan amal saleh apabila tidak dilihat oleh orang lain.
Ekspresi amal berbeda karena sedang dilihat oleh orang lain atau tidak. Tampak lebih
rajin dan bersemangat dalam beramal saat mendapat sanjungan, sebaliknya
semangatnya akan turun apabila mendapat cemoohan dari orang lain.

Dampak Negatif Riya' dan Sum'ah


Muncul rasa tidak puas atas amal yang telah dikerjakan.
Muncul rasa gelisah saat melakukan amal kebaikan.
Merusak nilai pahala dari suatu ibadah, bahkan bisa hilang sama sekali.
Mengurangi kepercayaan dan simpati dari orang lain.
Menyesal apabila amalnya tidak diperhatikan oleh orang lain.
Menimbulkan sentimen pribadi dari orang lain karena adanya perasaan iri dan dengki.

Meluruskan niat.
Menyadari bahwa dirinya adalah hamba Allah Swt.
Memohon pertolongan Allah Swt.
Memperbanyak rasa syukur.
Memperbanyak ingat kematian.
Membiasakan hidup sederhana.

2.3. Menghindari Sifat Takabbur

Takabur merupakan sifat tercela yang harus dihindari. Menurut buku Tasawuf dan
Pendidikan Karakter, takabur berasal dari bahasa Arab takkabbara-yatakabbaru yang
artinya sombong atau membanggakan diri. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
takabur adalah merasa diri mulia (hebat, pandai, dan sebagainya), angkuh, atau
sombong. Lawan dari sifat takabur adalah tawadhu', yaitu menghargai orang lain dan
menerima kebenaran. Takabur adalah sikap sombong, merasa tinggi, dan
merendahkan orang lain. Seseorang yang takabur tidak mau menerima kebenaran,
meremehkan orang lain, dan merasa lebih tinggi. Orang takabur memperlihatkan
kelebihannya untuk membuktikan diri sebagai yang terbaik sambil mengejek dan
merendahkan orang lain. Terdapat sebuah hadis yang menjelaskan sikap takabur atau
sombong sebagai berikut.

Artinya: "Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu dari Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda: "Tidak akan masuk surga seseorang
yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi. Ada seseorang yang
bertanya, "Bagaimana dengan seorang yang suka memakai baju dan sandal yang
bagus? Beliau menjawab, "Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan.
Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain."" (HR. Muslim no.
91). Tentang Takabur Terdapat beberapa ayat Al-Quran tentang takabur. Dalam An-
Nahl ayat 22-23 dijelaskan bahwa Allah SWT tidak menyukai orang sombong.

Artinya: "Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa. Maka orang yang tidak beriman
kepada akhirat, hati mereka mengingkari (keesaan Allah), dan mereka adalah orang
yang
sombong. Tidak diragukan lagi bahwa Allah mengetahui apa yang mereka rahasiakan
dan
apa yang mereka lahirkan. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang yang sombong"
Menurut tafsir Kementerian Agama, Allah SWT tidak suka kepada orang-orang
sombong
yang tidak mau percaya kepada keesaan-Nya dan enggan mengikuti seruan para nabi
dan
rasul-Nya. Pernyataan ini menunjukkan betapa murka dan bencinya Allah kepada
mereka dan sikap mereka yang tidak mengerti akan kedudukan diri mereka. Sikap
takabur atau sombong juga dijelaskan dalam Surat Al Isra ayat 37.

Artinya: "Dan janganlah engkau berjalan di bumi ini dengan sombong, karena
sesungguhnya engkau tidak akan dapat menembus bumi dan tidak akan mampu
menjulang setinggi gunung." Menurut tafsir Kementerian Agama, Allah SWT
melarang umat Islam berjalan di muka bumi dengan sombong. Berjalan dengan
sombong di muka bumi bukanlah sikap yang wajar, karena bagaimanapun kerasnya
derap kaki yang dihentakkan di atas bumi, tidak akan menembus permukaannya dan
bagaimanapun juga tingginya ia mengangkat kepalanya. tidaklah dapat melampaui
tinggi gunung. Baca Juga Tasamuh adalah Sikap Toleransi, Ini Penjelasan dan
Contohnya Di dalam ayat ini terdapat juga celaan bagi orang-orang musyrik yang
suka bermegah-megah, menyombongkan diri karena harta kekayaan dan
menghambur- hamburkannya, suka bermabuk-mabukan, dan berzina. Orang yang
menyombongkan diri akan mendapatkan azab yang pedih sebagaimana dijelaskan
dalam Surat An Nisa ayat 173.

Artinya: "Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan. Allah akan
menyempurnakan pahala bagi mereka dan menambah sebagian dari karunia-Nya.
Sedangkan orang-orang yang enggan (menyembah Allah) dan menyombongkan diri,
maka Allah akan mengazab mereka dengan azab yang pedih. Dan mereka tidak akan
mendapatkan pelindung dan penolong selain Allah." Dalam ayat tersebut dijelaskan,
orang yang selalu menyombongkan diri dan mengingkari adanya Allah SWT akan
mendapat siksaan yang amat pedih sesuai dengan dosa dan keingkaran mereka.
Mereka akan dimasukkan ke dalam neraka. tak ada yang akan membela mereka, dan
tak ada yang akan menolong mereka supaya dapat keluar dari neraka, karena semua
urusan ketika itu berada di tangan Allah SWT. Baca Juga Surat Al Kafirun dan
Artinya dalam Bahasa Indonesia dan Arab Dampak Negatif dari Takabur Terdapat
beberapa dampak negatif dari takabur, yaitu: Tidak disukai Allah SWT. Merasa
menjadi orang yang paling baik dan benar. Dapat menimbulkan perpecahan antar
sesama. Dapat merusak sendi persatuan dan persatuan. Tidak suka berbuat benar dan
tidak menerima kebenaran. Tidak memiliki keikhlasan dalam perbuatan sehingga
semua yang dilakukan sia-sia. Merugikan diri sendiri. Mudah tersinggung.

dan Artinya serta Keutamaan Cara Menghindari Sifat Takabur Adapun cara
menghindari sifat takabur meliputi: Mendekatkan diri kepada Allah SWT. Menyadari
akibat yang ditimbulkan oleh sifat takabur. Mensyukuri nikmat, Perbanyak ibadah.
Jauhi perbuatan maksiat. Memperbanyak istigfar. Meminta maaf kepada orang yang
telah diremehkan. Menyadari kekuasaan Allah SWT. Dapat disimpulkan bahwa
takabur merupakan sikap sombong dan merendahkan orang lain. Takabur membawa
banyak dampak negatif dan dapat dihindari, salah satunya dengan mendekatkan diri
kepada Allah SWT.
2.4. Menghindari Sifat Hasad

Hasad merupakan salah satu sifat tercela manusia yang dapat menjadi penyakit hati.
Pasalnya, hasad sifat yang tidak mensyukuri atas nikmatnya dan selalu iri dan dengki
atas nikmat orang lain. Rasulullah pernah bersabda, "Jangan kalian saling mendengki,
jangan saling najasy, jangan saling membenci, jangan saling membelakangi! dan
hendaklah kalian menjadi hamba-hamba Allah yang bersaudara." (HR. Bukhari dan
Muslim).

Lalu bagaimana cara menghindari sifat hasad, berikut diantaranya.

1. Memperbanyak ibadah
Ibadah, merupakan cara yang paling tepat untuk menghindari hasad. Dengan kita
memperbanyak ibadah, insyaallah kita menjadi pribadi yang baik dan secara tidak
langsung menghindari diri berbagai hal yang yang dibenci Allah salah satunya sifat
hasad.

2. Memperbanyak rasa syukur


Selalu bersyukur atas nikmat yang kita miliki merupakan langkah yang paling ampuh
untuk
menghindari sifat hasad. Dengan kita bersyukur hati dan kehidupan kita kan terasa
bahagia.
Namun sayangnya, banyak manusia yang tidak bersyukur atas nikmat yang telah
Allah
berikan, padahal Allah telah memberikan nikmat yang berlimpah. Tapi dengan hati iri
dan
dengki yang membuat sesorang tidak sadar akan nikmat itu.

3. Bersikap rendah hati


Menjauhkan diri dari hal yang dibenci Allah dan bersyukur atas nikmat yang telah
Allah
berikan salah satu cara untuk menghindari diri dari sifat iri dan dengki. Sebaiknya kita
bersikap rendah hati yang membuat kita selalu sadar bahwa masih banyak orang yang
hidupnya lebih sulit dibandingkan kita. Abu Hurairah berkata, bahwa Rasulullah
pernah bersabda,
‫ع َليْهِ فضل من إلى أحدكم نظر إذا‬ ُ ‫من إلى فَ ْليَن‬
َ ‫ والخَلقِ المالِ فى‬، ‫ظ ُِر‬ ِْ ‫م ْنه أستقل ه َُِو‬

"Jika salah seorang di antara kalian melihat orang lain diberi kelebihan harta dan fisik
[atau kenikmatan dunia lainnya], maka lihatlah kepada orang yang berada di
bawahnya." (HR. Bukhari dan Muslim).

4. Biasakan untuk berprasangka baik Membiasaka diri untu berprasangka biak


terhadap orang lain membuat kita tehindar dari sifat dengki. Pasalnya, dengan kita
berprsangka baik pikiran kita akan jauh lebih tenang dibandingkan dengan kita
berprasangka buruk. Makanya berprasangka baik merupakan salah satu cara yang
dapat menghindari diri dari sifat dengki.

5. Bersilahturahim
Yang terakhir, memiliki hubungan yang baik terhadap keluarga, tetangga bahkan
saudara jauh dapat mempererat tali silahturahim yang secara tidak langsung membuat
kita selalu berprasangka baik dan sifat iri dan dengki pun menjadi jauh dari diri kita
sendiri. Karena
hubungan yang baik akan selalu membuat seseorang menjadi pribadi yang lebih peka
terhadap sekitar.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Harta merupakan cobaan bagi pemiliknya, jika harta digunakan dengan baik maka
harta bisa bermanfaat baginya, sebaliknya kalau harta dikelola secara salah maka akan
mencelakakannya.

2. Islam melarang perilaku berlebih-lebihan atau melampaui batas (israf), boros


(tabzir) dalam membelanjakan harta, pamer (riya), sum'ah, sombong (takabur), dan
dengki (hasad).

3. Tabzir (boros) adalah perilaku membelanjakan harta tidak pada jalannya atau
mengeluarkan harta tidak haq

4. Seseorang disebut berperilaku israf apabila ia membelanjakan harta melewati batas


kepatutan menurut ajaran Islam, dan tidak ada nilai manfaatnya untuk kepentingan
dunia maupun akhirat.

5. Riya yaitu melakukan dan memperlihatkan amal ibadah dengan niat supaya
mendapat pujian atau penghargaan dari orang lain.

6. Sum'ah yaitu memberitahukan atau memperdengarkan amal ibadah yang dilakukan


kepada orang lain agar dirinya mendapat pujian atau sanjungan.

7. Takabur adalah sikap seseorang yang menunjukkan sifat sombong atau merasa
lebih kuat, lebih hebat dibanding orang lain.

8. Hasad adalah sifat seseorang yang merasa tidak senang terhadap kebahagiaan orang
lain karena memperoleh suatu nikmat dan berusaha menghilangkan nikmat tersebut.

9.syarat diterimanya amal ada tiga


a. Beramal dengan landasan ilmu.
b. Berniat ikhlas karena Allah Swt.,
c. Melakukan dengan sabar dan ikhlas.

10. Benteng amal itu ada tiga, yaitu:


a. Merasa bahwa hidayah itu datangnya dari Allah Swt..
b. Berniat meraih ridha Allah Swt. agar dapat mengalahkan hawa nafsu.
c. Berharap pahala dari Allah Swt. dengan menghilangkan riya" dan sum'ah.

11. Sifat hidup berfoya-foya, riya', sum'ah, takabur, hasad dapat dihindari dengan
menerapkan sifat rendah hati (tawadhu').
DAFTAR PUSTAKA

https://www.sekolahmuonline.com/2021/09/rangkuman-paibp-kelas-10-bab-3-
menjalani- hidup-penuh-manfaat-dengan-menghindari-berfoya-foya-riya-sumah-
takabbur-dan- hasad.html
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti Kelas X. Kementerian Agama Republik
Indonesia 2021

Anda mungkin juga menyukai