DESTILASI FRAKSIONASI
Oleh :
1D – D4
1941420044
MALANG
2020
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................................... 1
1.2 Ruang Masalah.................................................................................. 1
1.3 Tujuan ............................................................................................... 2
BAB IV PENUTUP......................................................................................... 16
5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 17
i
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
3
BAB II
LANDASAN TEORI
Ada 4 jenis distilasi yang akan dibahas disini, yaitu distilasi sederhana, distilasi
fraksionasi, distilasi uap, dan distilasi vakum. Selain itu ada pula distilasi
ekstraktif dan distilasi azeotropic homogenous, distilasi dengan menggunakan
garam berion, distilasi pressure-swing, serta distilasi reaktif. (Dzikrullah dkk,
2016)
Adalah teknik pemisahan untuk memisahkan dua atau lebih komponen zat cair
yang memiliki perbedaan titik didih yang jauh. Selain perbedaan titik didih, juga
perbedaan kevolatilan, yaitu kecenderungan sebuah zat untuk menjadi gas.
Distilasi ini dilakukan pada tekanan atmosfer yang normal.
Adalah memisahkan komponen-komponen cair, dua atau lebih, dari suatu larutan
berdasarkan perbedaan titik didihnya yang berdekatan. Distilasi ini juga dapat
digunakan untuk campuran dengan perbedaan titik didih kurang dari 20°C dan
bekerja pada tekanan atmosfer atau dengan tekanan rendah.
2.2.3 Distilasi Uap
Adalah teknik pemisahan zat cair yang tidak larut dalam air dan titik didihnya
cukup tinggi. Distilasi uap dapat menguapkan senyawa-senyawa ini dengan suhu
mendekati 100 °C dalam tekanan atmosfer dengan menggunakan uap atau air
mendidih.
Distilasi vakum biasanya digunakan jika senyawa yang ingin didistilasi tidak
stabil, dengan pengertian dapat terdekomposisi sebelum atau mendekati titik
didihnya atau campuran yang memiliki titik didih di atas 150°C. Metode distilasi
ini tidak dapat digunakan pada pelarut dengan titik didih yang rendah jika
kondensornya menggunakan air dingin, karena komponen yang menguap tidak
dapat dikondensasioleh air. Untuk mengurangi tekanan digunakan pompa vakum
atau aspirator. Aspirator berfungsi sebagai penurun tekanan pada sistem distilasi
ini.
4
5
BAB III
PEMBAHASAN
6
3.4 Proses Destilasi Fraksinasi Skala Pilot
7
3.4.1 Sektor 1
V
TR-13 a
SECTION 1
V
a
Jalur UmpanSteam W5
A1
FI-17
Vent
V
Va a W4
-
Va
- FI-14
T1
Va- Va Va-
1.2 - Sample 1.8
Feed P2
Va Va- Va
- -
Va- 1.6
1.5
Drain
8
Untuk mendinginkan distilat sebagai produk atas
f) TR-13 (Temp Feed)
Untuk mengukur temperatur cairan umpan masuk kolom distilasi.
g) FI-14 (Flow Distilat)
Untuk mengukur laju alir distilat yang dihasilkan.
h) FI-17 (Flow Feed)
Untuk mengukur laju alir umpan.
i) Va-1.1-Va-1.12 (Valve)
Berfungsi untuk mengatur laju alir cairan untuk suatu tujuan tertentu.
3.4.2 Sektor 2
SECTION 2
T3
2
6
Va-2.1
Va-2.2
2
W3 P3
8
Va-2.4 Va-2.5
Va-2.3
9
c) W2 (Falling Film Evaporator)
Merupakan tempat terjadinya pemanasan.
d) W3 (Cooler)
Untuk mendinginkan cairan yang akan dibuang/dikeluarkan dari Sump
Tank.
e) T3 (Sump Tank)
Untuk menampung cairan umpan yang akan dan sudah dipanaskan pada
FFE. Pada bagian atas cairan dalam sumptank terdapat uap yang akan
masuk ke kolom distilasi.
f) TR 21 ( Temperature Recorder Sumptank Bottom)
Untuk mengukur temperatur cairan yang akan masuk ke FFE.
g) TR 26 (Temperature Sumptank Vapor)
Untuk mengukur temperature uap di dalam Sump Tank.
h) F128 (Flow Feed Recycle)
Untuk mengukur laju alir cairan yang direcycle ke dalam FFE.
3.4.3 Sektor 3
SECTION 3
Jalur Pemanas
V3 V4 STEAM
24
KONDENSAT
10
Pada tahap ini Steam dialirkan ke dalam FFE dan kondensat hasil
proses dikeluarkan.
a) W2 (Falling Film Evaporator)
Untuk memanaskan cairan umpan dengan menggunakan steam yang
tidak kontak secara langsung dengan cairan yang akan dipanaskan.
b) A2 (Steam Trap)
Untuk mengambil kondensat yang keluar dari FFE.
c) FI 27 (Flow Condensat)
Untuk mengukur laju alir kondensat.
d) FI 24 (Evaporator Steam Supply)
Untuk mengukur laju alir massa steam yang masuk ke FFE.
e) TR 23 (Evaporator Steam Supply)
Untuk mengukur suhu steam yang masuk FFE
f) TI 25 (Evaporator Steam Outlet)
Untuk mengukur suhu kondensat yang keluar dari FFE.
g) V3 dan V4 (Evaporator Steam Supply)
Untuk mengontrol laju alir umpan yang masuk ke FFE.
3.4.4 Sektor 4
SECTION 4
Kolom Kontak
K1
10
T3
11
Pada sektor ini terjadi kontak antara fluida.
a) TR 8 (Temperature Column Top Vapor)
Untuk mengukur suhu pada kolom paling atas
b) TR 9 (Temperature 2nd Column Feed Vapor)
Untuk mengukur suhu pada kolom tingkat kedua.
c) TR 10 (Temperature 1st Column Feed Vapor)
Untuk mengukur suhu pada kolom tingkat pertama.
d) PR 18 (Column Bottom Absolute Pressure)
Untuk mengukur tekanan pada kolom bagian bawah.
e) PR 6 (Column Top Absolute Pressure)
Untuk mengukur tekanan pada bagian atas kolom distilasi.
3.4.5 Sektor 5
a) W1 (Condenser)
Sebagai tempat terjadinya perubahan uap distilat menjadi cairan
dikarenakan adanya penyerapan panas oleh air pendingin yang masuk
b) V1 (Condenser Cooling Water)
Untuk mengatur laju alir air pendingin yang masuk ke kondensor
12
c) F14 (Condensor Cooling Water)
Untuk mengukur laju alir air pendingin yang masuk ke kondensor
d) F5 (Condensor Cooling Water flow observer)
Untuk mengatur laju alir air pendingin secara otomatis karena
dihubungkan dengan laju steam yang masuk ke FFE.
e) TR 1 (Condensor water Supply Temperature)
Untuk mengukur temperatur air pendingin yang masuk ke kondensor
f) TR 7 (Reflux Temperature at Column Entry)
Untuk mengukur temperatur cairan yang direflux.
g) TI 22 (Condensor Outlet Distilate Tempature)
Untuk mengukur temperatur distilat yang keluar dari kondensor
h) TIA 21 (Condensor Vent High Alarm)
Untuk mengukukur temperatur pada kondensor dimana jika suhunya
terlalu tinggi maka alarm akan menyala.
i) TRC 3 (Condensor Water Outlet)
Untuk mengukur suhu air pendingin yang keluar dari kondensor.
3.4.6 Sektor 6
Sektor ini merupakan panel pengontrol seluruh operasi destilasi.
a) 2 Controller yaitu Pressure Controller (∆PIC) dan Temperature Controller
Untuk mengatur besarnya tekanan dan temperatur seduai dengan yang
diinginkan
b) 2 indikator dimana setiap indikator terdiri dari 6 buah rekorder yang
menunjukan nilai suhu dan tekanan pada Temperatur Recorder dan
Pressure Recorder yang ada pada alat distilasi.
c) Tombol on-off
Untuk menyalakan/mematikan P1 (distillate pump), P2 (feed pump) dan
P3 (sump pump)
d) Main Switch
Untuk mensupply udara tekan
e) Control Air Pressure Switch
Untuk membuka aliran udara tekan
13
3.5 Tahap Operasi
Pada tahap ini dilakukan proses distilasi setelah unit distilasi dipersiapkan
dengan melakukan start-up terlebih dahulu. Pada tahap ini umpan mengalami
suatu rangkaian perlakuan untuk dimurnikan. Pada percobaan ini laju umpan 80
L/h. Kemudian umpan akan masuk kedalam tangki penampungan T3. Dengan
pompa P3 umpan (campuran ethanol-air) di tangki penampungan T3
disirkulasikan masuk kedalam reboiler yang digunakan untuk menaikan suhu
umpan dengan bantuan steam. Oleh karena umpan pada tangki penampungan
sudah berada diatas titik didihnya, maka ethanol akan menguap dari T3 melalui
kolom pemisahan P2 yang terdiri dari 12 tray. Uap ini akan berkontak dengan air
yang baru akan masuk dari T1 menuju kolom penampungan T3, sehingga ada air
yang akan ikut menguap dan ada sebagian yang turun kebawah menuju tangki
penampungan. Uap yang naik keatas akan melalui pendingin sehingga suhunya
akan turun dan terkondensasi. Kemudian pada pendingin terdapat aliran counter
current air pendingin yang masuk pada suhu 25°C (TR 1) agar terjadi perpindahan
panas secara efektif. Uap yang mengalami pendinginan akan mengembun dan
tertampung pada T2, sedangkan air pendingin tadi akan mengalami kenaikan suhu
(TR3) karena adanya perpindahan panas. Pada praktikum ini dilakukan reflux
total.
Kelebihan :
Waktu penguapan dan pengembunan berjalan cepat, sehingga hasil lebih
mudah didapat.
Bisa dilakukan distilasi bertingkat atau distilasi fraksional, sehingga didapat
aneka bahan dikarenakan titik didih masing-masing komponen berbeda.
Bisa diatur suhu sepanjang distilasi berlangsung agar hanya produk tersebut
yang didapat.
Kekurangan :
Distilasi fraksional membutuhkan energi panas yang besar untuk menguapkan
seluruh komponen berdasarkan titik didihnya.
14
Hasil distilasi bisa bercampur dengan solvennya dikarenakan merupakan
campuran azeotrop, seperti alkohol dan air yang pada suhu lebih dari titik
didih alkohol tidak bisa lagi dipisahkan.
Hanya bisa memisahkan campuran berfase cair yang berbeda titik didihnya.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
16
17
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Pangestu, Aji. 2019. Pengertian Destilasi, Macam, Prinsip, Cara Kerja, dan
Contohnya, https://www.pakarkimia.com/pengertian-destilasi/, online,
diakses tanggal 10 Maret 2020.
Dzikrullah, Ahmad, dkk. 2019. Distilasi Fraksionasi,
https://www.slideshare.net/ahmadadz/distilasi-fraksionasi, online, diakses
tanggal 10 Maret 2020.