Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH ALAT INDUSTRI KIMIA

DESTILASI FRAKSIONASI

Oleh :

YOLANDA MARDIANA HAPSARI

TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI

1D – D4

1941420044

JURUSAN TEKNIK KIMIA

POLITEKNIK NEGERI MALANG

MALANG

2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................... i

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................................... 1
1.2 Ruang Masalah.................................................................................. 1
1.3 Tujuan ............................................................................................... 2

BAB II LANDASAN TEORI......................................................................... 3


2.1 Pengertian Destilasi........................................................................... 3
2.2 Macam – macam destilasi.................................................................. 3

BAB III PEMBAHASAN...............................................................................5


3.1 Pengertian Destilasi Fraksinasi..........................................................5
3.2 Prinsip Dasar Destilasi Fraksinasi.....................................................6
3.3 Poses Destilasi Fraksinasi Secara Umum..........................................6
3.4 Proses Destilasi Fraksinasi Skala Pilot..............................................7
3.5 Tahapan Operasi................................................................................14
3.6 Kelebihan dam Kekurangan Destilasi Fraksinasi..............................14
3.7 Sistem Distribusi Air dalam Bangunan Rumah Sakit........................22

BAB IV PENUTUP......................................................................................... 16
5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 17

i
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Metode pemisahan merupakan suatu cara yang digunakan untuk
memisahkan atau memurnikan suatu senyawa atau sekelompok senyawa yang
mempunyai susunan kimia yang berkaitan dari suatu bahan, baik dalam skala
labolatorium maupun skala industri. Metode pemisahan bertujuan untuk
mendapatkan zat murni atau beberapa zat murni dari campuran.
Destilasi merupakan salah satu suatu metode pemisahan campuran yang
menggunakan prinsip perbedaan titik didih untuk pemisahannya. Destilasi
memiliki prinsip kerja utama dimana terjadi pemanasan dan salah satu komponen
campurannya akan menguap setelah mencapai titik didihnya, yang paling dahulu
menguap merupakan yang bersifat volatil atau mudah menguap. Uap tersebut
akan masuk ke dalam pipa pada kondensor (terjadi proses pendinginan) sehingga
terjadi tetesan yang turun ke erlenmeyer yang disebut juga destilat.
Indonesia merupakan Negara penghasil minyak di dunia. Dalam
mengelolah minyak mentah atau crude oil menjadi minyak jadi berbagai macam
langka telah dilakukan termasuk didalamnya dengan metode pemisahan dengan
destilasi fraksinasi. Destilasi bertingkat atau destilasi fraksinasi merupakan proses
pemurnian zat/ senyawa cair dimana zat pencampurnya berupa senyawa cair yang
titik didihnya rendah dan tidak berbeda jauh dengan titik didih senyawa yang akan
dimurnikan. Destilasi ini bertujuan untuk memisahkan cairan dari suatu campuran
yang komponen-komponennya memiliki perbedaan titik didih relatif kecil.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud distilasi fraksinasi ?
2. Bagaimana prinsip dasar pemisahan pada destilasi fraksinasi ?
3. Bagaimana proses destilasi fraksinasi secara umum ?
4. Bagaimana proses destilasi skala pilot plan ?
5. Apa perbedaan destilasi fraksinasi dengan destilasi lain ?
6. Apa kelebihan serta kekurangan dari destilasi bertingkat ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian destilasi fraksinasi
2. Mengetahui Prinsip dasar pemisahan pada destilasi fraksinasi
3. Mengetahui proses destilasi fraksinasi secara umum
4. Mengetahui proses destilasi skala pilot plan
5. Mengetahui perbedaan destilasi fraksinasi dengan destilasi lain
6. Mengetahui kelebihan serta kekurangan dari destilasi fraksinasi

2
3

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Destilasi

Destilasi adalah proses pemisahan komponen dalam suatu campuran


berdasarkan perbedaan titik didih antara komponen yang akan dipisah. Proses
destilasi melibatkan beberapa tahapan seperti pemanasan, penguapan, dan
kondensasi. Dalam destilasi juga dikenal istilah destilat dan residu dimana destilat
merupakan komponen dengan titik didih lebih rendah sehingga akan terpisah pada
tempat lain, sedangkan residu adalah komponen dengan titik didih yang lebih
tinggi dan posisinya akan menetap atau tertinggal pada wadah awalnya.
(Pangestu, 2019)

2.2 Macam – macam Destilasi

Ada 4 jenis distilasi yang akan dibahas disini, yaitu distilasi sederhana, distilasi
fraksionasi, distilasi uap, dan distilasi vakum. Selain itu ada pula distilasi
ekstraktif dan distilasi azeotropic homogenous, distilasi dengan menggunakan
garam berion, distilasi pressure-swing, serta distilasi reaktif. (Dzikrullah dkk,
2016)

2.2.1 Distilasi Sederhana

Adalah teknik pemisahan untuk memisahkan dua atau lebih komponen zat cair
yang memiliki perbedaan titik didih yang jauh. Selain perbedaan titik didih, juga
perbedaan kevolatilan, yaitu kecenderungan sebuah zat untuk menjadi gas.
Distilasi ini dilakukan pada tekanan atmosfer yang normal.

2.2.2 Distilasi Fraksionisasi

Adalah memisahkan komponen-komponen cair, dua atau lebih, dari suatu larutan
berdasarkan perbedaan titik didihnya yang berdekatan. Distilasi ini juga dapat
digunakan untuk campuran dengan perbedaan titik didih kurang dari 20°C dan
bekerja pada tekanan atmosfer atau dengan tekanan rendah.
2.2.3 Distilasi Uap

Adalah teknik pemisahan zat cair yang tidak larut dalam air dan titik didihnya
cukup tinggi. Distilasi uap dapat menguapkan senyawa-senyawa ini dengan suhu
mendekati 100 °C dalam tekanan atmosfer dengan menggunakan uap atau air
mendidih.

2.2.4 Distilasi Vakum

Distilasi vakum biasanya digunakan jika senyawa yang ingin didistilasi tidak
stabil, dengan pengertian dapat terdekomposisi sebelum atau mendekati titik
didihnya atau campuran yang memiliki titik didih di atas 150°C. Metode distilasi
ini tidak dapat digunakan pada pelarut dengan titik didih yang rendah jika
kondensornya menggunakan air dingin, karena komponen yang menguap tidak
dapat dikondensasioleh air. Untuk mengurangi tekanan digunakan pompa vakum
atau aspirator. Aspirator berfungsi sebagai penurun tekanan pada sistem distilasi
ini.

4
5

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Destilasi Fraksionasi

Destilasi bertingkat (fraksionasi) adalah proses pemisahan destilasi ke


dalam bagian-bagian dengan titik didih makin lama makin tinggi yang selanjutnya
pemisahan bagian-bagian ini dimaksudkan untuk destilasi ulang. Destilasi
bertingkat merupakan proses pemurnian zat/senyawa cair dimana zat
pencampurnya berupa senyawa cair yang titik didihnya rendah dan tidak berbeda
jauh dengan titik didih senyawa yang akan dimurnikan. Dengan perkataan lain,
destilasi ini bertujuan untuk memisahkan senyawa-senyawa dari suatu campuran
yang komponen-komponennya memiliki perbedaan titik didih relatif kecil.
Destilasi ini digunakan untuk memisahkan campuran aseton-metanol, karbon tetra
klorida-toluen, dll. Pada proses destilasi bertingkat digunakan kolom fraksinasi
yang dipasang pada labu destilasi.

Tujuan dari penggunaan kolom ini adalah untuk memisahkan uap


campuran senyawa cair yang titik didihnya hampir sama/tidak begitu berbeda.
Sebab dengan adanya penghalang dalam kolom fraksinasi menyebabkan uap yang
titik didihnya sama akan sama‐sama menguap atau senyawa yang titik didihnya
rendah akan naik terus hingga akhirnya mengembun dan turun sebagai destilat,
sedangkan senyawa yang titik didihnya lebih tinggi, jika belum mencapai harga
titik didihnya maka senyawa tersebut akan menetes kembali ke dalam labu
destilasi, yang akhirnya jika pemanasan dilanjutkan terus akan mencapai harga
titik didihnya. Senyawa tersebut akan menguap, mengembun dan turun/menetes
sebagai destilat. Proses ini digunakan untuk komponen yang memilikil titik didih
yang berdekatan. Pada dasarnya sama dengan destilasi ksederhana, hanya saja
memiliki kondensor yang lebih banyak sehingga mampu memisahkan dua
komponen yang memliki perbedaan titik didih yang bertekanan. Pada proses ini
akan didapatkan substan kimia yang lebih murni, kerena melewati kondensor
yang banyak. (Dzikrullah dkk, 2016)
3.2 Prinsip Dasar Distilasi Fraksinasi

Prinsip dasar pemisahan destilasi bertingkat adalah perbedaan titik didih di


antara fraksi-fraksi minyak mentah. Jika selisih titik didih tidak berbeda jauh
maka 10 penyulingan tidak dapat diterapkan Hidrokarbon yang memiliki titik
didih paling rendah akan terpisah lebih dulu, disusul dengan hidrokarbon yang
memiliki titik didih lebih tinggi. (Rabianti dkk, 2017)

3.3 Proses Destilasi Fraksinasi Secara Umum

Mula-mula minyak mentah dipanaskan dalam aliran pipa dalam furnace


(tanur) sampai dengan suhu ± 370°C. Minyak mentah yang sudah dipanaskan
tersebut kemudian masuk kedalam kolom fraksinasi pada bagian flash chamber
(biasanya berada pada sepertiga bagian bawah kolom fraksinasi). Untuk menjaga
suhu dan tekanan dalam kolom maka dibantu pemanasan dengan steam (uap air
panas dan bertekanan tinggi). Minyak mentah yang menguap pada proses destilasi
ini naik ke bagian atas kolom dan selanjutnya terkondensasi pada suhu yang
berbeda-beda. Komponen yang titik didihnya lebih tinggi akan tetap berupa cairan
dan turun ke bawah, sedangkan yang titik didihnya lebih rendah akan menguap
dan naik ke bagian atas melalui sungkup-sungkup yang disebut sungkup
gelembung. Makin ke atas, suhu yang terdapat dalam kolom fraksionasi tersebut
makin rendah, sehingga setiap kali komponen dengan titik didih lebih tinggi akan
terpisah, sedangkan komponen yang titik didihnya lebih rendah naik ke bagian
yang lebih atas lagi. Demikian selanjutnya sehingga komponen yang mencapai
puncak adalah komponen yang pada suhu kamar berupa gas. Komponen yang
berupa gas ini disebut gas petroleum, kemudian dicairkan dan disebut LPG
(Liquified Petroleum Gas). Fraksi minyak mentah yang tidak menguap menjadi
residu. Residu minyak bumi meliputi parafin, lilin, dan aspal. Residu-residu ini
memiliki rantai karbon sejumlah lebih dari 20. Salah satu contoh aplikasi dari
distilasi fraksionasi adalah Penentuan Bismut, Kadmium, dan Thalium pada 33
referensi standar batuan internasional dengan distilasi fraksionasi yang
dikombinasi dengan Spektrometri serapan atom tanpa nyala.

6
3.4 Proses Destilasi Fraksinasi Skala Pilot

Gambar 3.1 Rangkaian destilasi Pilot Plant

Unit distilasi ini pun dibagi dalam 6 section (sektor), yaitu :


1. Sektor 1 adalah sektor pengumpanan / feed area.
2. Sektor 2 adalah sektor jalur zat yang dipanaskan.
3. Sektor 3 adalah sektor jalur pemanas.
4. Sektor 4 adalah sektor kolom kesetimbangan.
5. Sektor 5 adalah sektor sistem pendingin.
6. Sektor 6 adalah sektor sistem control pengendali.

7
3.4.1 Sektor 1

V
TR-13 a
SECTION 1
V
a
Jalur UmpanSteam W5

A1
FI-17

Vent

V
Va a W4
-
Va
- FI-14
T1

Va- Va Va-
1.2 - Sample 1.8

Feed P2
Va Va- Va
- -
Va- 1.6
1.5
Drain

Terdiri dari pengalir umpan dan tempat penampungan umpan T1,


pompa yang mengatur sirkulasi umpan P2.
a) T1 (Feed Tank)
Untuk menampung cairan umpan (air keran) sebelum disirkulasikan
atau dialirkan ke sumptank.
b) P2 (Feed Pump)
Untuk memompa / mengalirkan cairan umpan (air keran) ke dalam
kolom distilasi sehingga akhirnya cairan tersebut masuk ke dalam
sumptank. Feed pump juga berfungsi ketika mensirkulasikan cairan
dari T1-T1.
c) A1 (Vapor Trap)
Untuk mengambil kondensat yang terbawa oleh steam yang keluar dari
pre-heater.
d) W5 (Pre-Heater)
Sebagai pemanas awal cairan umpan.
e) W4 (Distilat Cooler)

8
Untuk mendinginkan distilat sebagai produk atas
f) TR-13 (Temp Feed)
Untuk mengukur temperatur cairan umpan masuk kolom distilasi.
g) FI-14 (Flow Distilat)
Untuk mengukur laju alir distilat yang dihasilkan.
h) FI-17 (Flow Feed)
Untuk mengukur laju alir umpan.
i) Va-1.1-Va-1.12 (Valve)
Berfungsi untuk mengatur laju alir cairan untuk suatu tujuan tertentu.

3.4.2 Sektor 2

SECTION 2

Jalur Zat yang 2


2
Dipanaskan
W2

T3
2
6

Va-2.1
Va-2.2

2
W3 P3
8

Va-2.4 Va-2.5
Va-2.3

Terdiri dari tempat penampungan zat yang dipanaskan yaitu T3 dan


pompa yang mengatur sirkulasinya P3.
a) P3 (Pompa Sirkulasi)
Untuk mengalirkan cairan dari tangki penampung (sumptank) ke reboiler.
b) V5 (Evaporator Feed from P3)
Untuk mengatur laju alir cairan yang masuk ke FFE.

9
c) W2 (Falling Film Evaporator)
Merupakan tempat terjadinya pemanasan.
d) W3 (Cooler)
Untuk mendinginkan cairan yang akan dibuang/dikeluarkan dari Sump
Tank.
e) T3 (Sump Tank)
Untuk menampung cairan umpan yang akan dan sudah dipanaskan pada
FFE. Pada bagian atas cairan dalam sumptank terdapat uap yang akan
masuk ke kolom distilasi.
f) TR 21 ( Temperature Recorder Sumptank Bottom)
Untuk mengukur temperatur cairan yang akan masuk ke FFE.
g) TR 26 (Temperature Sumptank Vapor)
Untuk mengukur temperature uap di dalam Sump Tank.
h) F128 (Flow Feed Recycle)
Untuk mengukur laju alir cairan yang direcycle ke dalam FFE.

3.4.3 Sektor 3

SECTION 3

Jalur Pemanas

V3 V4 STEAM

24

KONDENSAT

10
Pada tahap ini Steam dialirkan ke dalam FFE dan kondensat hasil
proses dikeluarkan.
a) W2 (Falling Film Evaporator)
Untuk memanaskan cairan umpan dengan menggunakan steam yang
tidak kontak secara langsung dengan cairan yang akan dipanaskan.
b) A2 (Steam Trap)
Untuk mengambil kondensat yang keluar dari FFE.
c) FI 27 (Flow Condensat)
Untuk mengukur laju alir kondensat.
d) FI 24 (Evaporator Steam Supply)
Untuk mengukur laju alir massa steam yang masuk ke FFE.
e) TR 23 (Evaporator Steam Supply)
Untuk mengukur suhu steam yang masuk FFE
f) TI 25 (Evaporator Steam Outlet)
Untuk mengukur suhu kondensat yang keluar dari FFE.
g) V3 dan V4 (Evaporator Steam Supply)
Untuk mengontrol laju alir umpan yang masuk ke FFE.

3.4.4 Sektor 4

SECTION 4

Kolom Kontak

K1

10

T3

11
Pada sektor ini terjadi kontak antara fluida.
a) TR 8 (Temperature Column Top Vapor)
Untuk mengukur suhu pada kolom paling atas
b) TR 9 (Temperature 2nd Column Feed Vapor)
Untuk mengukur suhu pada kolom tingkat kedua.
c) TR 10 (Temperature 1st Column Feed Vapor)
Untuk mengukur suhu pada kolom tingkat pertama.
d) PR 18 (Column Bottom Absolute Pressure)
Untuk mengukur tekanan pada kolom bagian bawah.
e) PR 6 (Column Top Absolute Pressure)
Untuk mengukur tekanan pada bagian atas kolom distilasi.

3.4.5 Sektor 5

a) W1 (Condenser)
Sebagai tempat terjadinya perubahan uap distilat menjadi cairan
dikarenakan adanya penyerapan panas oleh air pendingin yang masuk
b) V1 (Condenser Cooling Water)
Untuk mengatur laju alir air pendingin yang masuk ke kondensor

12
c) F14 (Condensor Cooling Water)
Untuk mengukur laju alir air pendingin yang masuk ke kondensor
d) F5 (Condensor Cooling Water flow observer)
Untuk mengatur laju alir air pendingin secara otomatis karena
dihubungkan dengan laju steam yang masuk ke FFE.
e) TR 1 (Condensor water Supply Temperature)
Untuk mengukur temperatur air pendingin yang masuk ke kondensor
f) TR 7 (Reflux Temperature at Column Entry)
Untuk mengukur temperatur cairan yang direflux.
g) TI 22 (Condensor Outlet Distilate Tempature)
Untuk mengukur temperatur distilat yang keluar dari kondensor
h) TIA 21 (Condensor Vent High Alarm)
Untuk mengukukur temperatur pada kondensor dimana jika suhunya
terlalu tinggi maka alarm akan menyala.
i) TRC 3 (Condensor Water Outlet)
Untuk mengukur suhu air pendingin yang keluar dari kondensor.

3.4.6 Sektor 6
Sektor ini merupakan panel pengontrol seluruh operasi destilasi.
a) 2 Controller yaitu Pressure Controller (∆PIC) dan Temperature Controller
Untuk mengatur besarnya tekanan dan temperatur seduai dengan yang
diinginkan
b) 2 indikator dimana setiap indikator terdiri dari 6 buah rekorder yang
menunjukan nilai suhu dan tekanan pada Temperatur Recorder dan
Pressure Recorder yang ada pada alat distilasi.
c) Tombol on-off
Untuk menyalakan/mematikan P1 (distillate pump), P2 (feed pump) dan
P3 (sump pump)
d) Main Switch
Untuk mensupply udara tekan
e) Control Air Pressure Switch
Untuk membuka aliran udara tekan

13
3.5 Tahap Operasi

Pada tahap ini dilakukan proses distilasi setelah unit distilasi dipersiapkan
dengan melakukan start-up terlebih dahulu. Pada tahap ini umpan mengalami
suatu rangkaian perlakuan untuk dimurnikan. Pada percobaan ini laju umpan 80
L/h. Kemudian umpan akan masuk kedalam tangki penampungan T3. Dengan
pompa P3 umpan (campuran ethanol-air) di tangki penampungan T3
disirkulasikan masuk kedalam reboiler yang digunakan untuk menaikan suhu
umpan dengan bantuan steam. Oleh karena umpan pada tangki penampungan
sudah berada diatas titik didihnya, maka ethanol akan menguap dari T3 melalui
kolom pemisahan P2 yang terdiri dari 12 tray. Uap ini akan berkontak dengan air
yang baru akan masuk dari T1 menuju kolom penampungan T3, sehingga ada air
yang akan ikut menguap dan ada sebagian yang turun kebawah menuju tangki
penampungan. Uap yang naik keatas akan melalui pendingin sehingga suhunya
akan turun dan terkondensasi. Kemudian pada pendingin terdapat aliran counter
current air pendingin yang masuk pada suhu 25°C (TR 1) agar terjadi perpindahan
panas secara efektif. Uap yang mengalami pendinginan akan mengembun dan
tertampung pada T2, sedangkan air pendingin tadi akan mengalami kenaikan suhu
(TR3) karena adanya perpindahan panas. Pada praktikum ini dilakukan reflux
total.

3.6 Kelebihan dan kekurangan Destilasi Fraksinasi

Kelebihan :
 Waktu penguapan dan pengembunan berjalan cepat, sehingga hasil lebih
mudah didapat.
 Bisa dilakukan distilasi bertingkat atau distilasi fraksional, sehingga didapat
aneka bahan dikarenakan titik didih masing-masing komponen berbeda.
 Bisa diatur suhu sepanjang distilasi berlangsung agar hanya produk tersebut
yang didapat.

Kekurangan :
 Distilasi fraksional membutuhkan energi panas yang besar untuk menguapkan
seluruh komponen berdasarkan titik didihnya.

14
 Hasil distilasi bisa bercampur dengan solvennya dikarenakan merupakan
campuran azeotrop, seperti alkohol dan air yang pada suhu lebih dari titik
didih alkohol tidak bisa lagi dipisahkan.
 Hanya bisa memisahkan campuran berfase cair yang berbeda titik didihnya.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Destilasi bertingkat atau destilasi fraksinasi merupakan proses pemurnian


zat/senyawa cair dimana zat pencampurnya berupa senyawa cair yang titik
didihnya rendah dan tidak berbeda jauh dengan titik didih senyawa yang akan
dimurnikan. Destilasi ini bertujuan untuk memisahkan cairan dari suatu campuran
yang komponen-komponennya memiliki perbedaan titik didih relatif kecil. Secara
prinsip destilasi bertingkat perbedaan titik didih < 30°C, keadaan ini karena pada
destilasi bertingkat adanya kolom fraksinasi. Kolom fraksionasi berfungsi agar
kontak antara cairan dengan uap terjadi lebih lama. Sehingga komponen yang
lebih ringan dengan titik didih yang lebih rendah akan terus menguap dan masuk
ke kondensor, sedangkan komponen yang lebih besar akan kembali kedalam labu
destilasi. Di kolom ini terjadi pemanasan secara bertahap dengan suhu yang
berbeda-beda pada setiap platnya. Pemanasan yang berbeda-beda ini bertujuan
untuk pemurnian distilat yang lebih dari plat-plat di bawahnya. Semakin ke atas,
semakin tidak volatif cairannya. Kolom fraksionasi digunakan untuk memberikan
luas permukaan yang besar agar uap yang berjalan naik dan cairan yang turun
dapat bersentuhan. Aplikasi dari distilasi fraksinasi digunakan pada industri
minyak mentah untuk memisahkan komponen-komponen dalam minyak mentah
dan pada skala laboratorium untuk memisahkan campuran aseton-metanol, karbon
tetra kloridatoluen, dll.

16
17

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Pangestu, Aji. 2019. Pengertian Destilasi, Macam, Prinsip, Cara Kerja, dan
Contohnya, https://www.pakarkimia.com/pengertian-destilasi/, online,
diakses tanggal 10 Maret 2020.
Dzikrullah, Ahmad, dkk. 2019. Distilasi Fraksionasi,
https://www.slideshare.net/ahmadadz/distilasi-fraksionasi, online, diakses
tanggal 10 Maret 2020.

Nurwahida dan Rabianti. 2017. Kimia Analitik II Destilasi Fraksinasi. Makassar:


Universitas Negeri Makassar.
Ardian, Rio Dwi. 2012. Laporan Pratikum Destilasi. Laporan tidak diterbitkan.
Bandung: Politeknik Negeri Bandung.

Anda mungkin juga menyukai