Percobaan III
Reaksi Asilasi “Pembuatan Asetanilida”
Asisten:
Febisareza Ananda Putri
Dosen Pengampu:
Dra. Nirwana, HZ., MT
Kelompok VIII
Kelompok VIII
Catatan Tambahan:
ABSTRAK
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... ii
ABSTRAK ...................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... v
DAFTAR TABEL ......................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Tujuan ............................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 3
2.1 Anilin ............................................................................................... 3
2.2 Asetat Anhidrat ................................................................................ 4
2.3 Akuades ............................................................................................ 5
2.4 Etanol ............................................................................................... 6
2.5 Reaksi Pembuatan Asetanilida ......................................................... 7
2.6 Reaksi Asilasi ................................................................................... 9
2.7 Rekristalisasi .................................................................................... 12
2.8 Perhitungan Kadar Air ..................................................................... 12
2.9 Asetanilida ....................................................................................... 12
2.10 Rendemen ......................................................................................... 13
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN ................................................... 14
3.1 Alat-Alat yang Digunakan ................................................................ 14
3.2 Bahan-Bahan yang Digunakan.......................................................... 14
3.3 Prosedur Praktikum ........................................................................... 15
3.4 Uji Densitas ...................................................................................... 15
3.5 Diagram Alir .................................................................................... 16
3.6 Rangkaian Alat ................................................................................. 17
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 20
4.1 Hasil Praktikum ............................................................................... 20
4.2 Pembahasan ...................................................................................... 20
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 21
5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 21
5.2 Saran ................................................................................................ 21
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 22
LAMPIRAN A
LAMPIRAN B
LAMPIRAN C
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Struktur Anilin .......................................................................... 3
Gambar 2.2 Rumus Molekul Asetat Anhidrat ................................................ 4
Gambar 2.3 Rumus Struktur Etanol ............................................................... 5
Gambar 2.4 Reaksi Asilasi ........................................................................... 8
Gambar 2.5 Rumus Struktur Asetanilida........................................................ 12
Gambar 3.1 Diagram Alir Pembuatan Asetanilida ......................................... 12
Gambar 2.5 Diagram Alir Pemurnian Asetanilida ......................................... 12
Gambar 2.5 Rangkaian Alat Pemanasan ........................................................ 12
Gambar 2.5 Rangkaian Alat Pompa Vakum .................................................. 12
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.2 Sifat Fisika Anilin ...................................................................... 5
Tabel 2.2 Sifat Fisika Asetanilida .............................................................. 6
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anilin
Anilin termasuk golongan senyawa amina aromatis. Amina aromatis banyak
digunakan dalam jumlah besar untuk keperluan industri pestisida, farmasi, plastik,
dan industri zat warna. Senyawa amina aromatis banyak dijumpai dalam
lingkungan air karena sifat polaritas serta kelarutannya yang tinggi dalam air
(Husna, dkk., 2013). Anilin dapat dibuat dari beberapa macam cara dan bahan serta
dapat digunakan untuk membuat berbagai macam produk kimia. Pada era industri
saat ini anilin mempunyai peranan penting serta banyak digunakan sebagai zat
pewarna dan karet sintetis. Anilin merupakan senyawa organik dengan komposisi
C6H7N yang termasuk ke dalam senyawa aromatik, dengan bantuan doping asam
anilin dapat menjadi bahan konduktor dengan nilai konduktivitas tertentu (Fachry,
dkk., 2005).
Anilin pertama disintesis pada abad 19 tetapi baru berguna dan menjadi
penting setelah pemanfaatannya sebagai polimer. Polimer anilin dan turunannya
lebih banyak digunakan karena stabilitasnya terhadap oksigen dan air. Sintesis
anilin dapat dilakukan dengan cara kimia ataupun elektrokimia. Hoffman
memperoleh anilin dengan mereduksi nitrobenzene. Anilin tidak berwarna,
berminyak, mudah terbakar, dan sedikit larut dalam air dingin (Septiana, dkk.,
2020).
Menurut Rohdina (2018), anilin mempunyai kegunaan yang amat luas di
industri kimia, diantaranya:
Gambar 2.2 Rumus Molekul Asetat Anhidrat (Fadhillah dan Alkautsar, 2017)
macam proses distilasi yang digunakan untuk menghasilkan akuades, yaitu distilasi
sederhana, distilasi fraksionisasi, distilasi uap, dan distilasi vakum (Bernad, 2019).
2.4. Etanol
Secara umum etanol lebih dikenal sebagai etil alkohol berupa bahan kimia
yang diproduksi dari bahan baku tanaman yang mengandung karbohidrat (pati)
(Taslim, dkk., 2017). Etanol telah di produksi dari zaman dahulu dengan fermentasi
gula (glukosa). Misalnya dalam pembuatan beer dan wine. Pada umumnya industri
pembuatan etanol saat ini masih menggunakan metode yang sama dimana gula
sederhana adalah sebagai bahan bakunya menggunakan enzim zimase sebagai
pengubahnya yang diperoleh dari ragi dengan hasil akhir etanol dan karbon
dioksida. Etanol merupakan kelompok senyawa alkohol yang mengandung gugus
hidroksil –OH (Muhammad, 2014).
besar penggunaan etanol adalah sebagai pelarut untuk zat organik maupun
anorganik, bahan dasar industri asam cuka, ester, spirtus, asetaldehid, antiseptik
topical, dan sebagai bahan baku pembuatan eter dan etil ester (Endah, dkk., 2007).
Menurut Endah (2007), pada industri ada dua macam pembuatan etanol,
yaitu:
Dalam pembuatannya anilin direaksikan dengan asam acetat berlebih 100%. Reaksi
yang ter jadi sbb:
C6H5NH2 + CH3COOH C6H5NHCOCH3 + H2O………………………(2.4)
2.7 Rekristalisasi
Kristalisasi merupakan suatu proses pembentukan partikel-partikel padat
dari suatu pengendapan larutan dalam fase homogen. Kristalisasi dapat terjadi
karena kelarutan berkurang ketika suhu diturunkan. Rekristalisasi adalah
pembentukan struktur butiran batu dalam bahan padat oleh migrasi batas butir yang
3. Tipe III adalah 9 air yang secara fisik terikat dalam jaringan matriks bahan
seperti membran, kapiler, serat, dan lain-lain. Air tipe III inilah yang sering
kali disebut dengan air bebas. Air tipe ini mudah diuapkan dan dapat
dimanfaatkan untuk pertumbuhan mikroba dan media bagi reaksi-reaksi
kimiawi. Apabila air tipe ini diuapkan seluruhnya, kandungan air bahan
berkisar antara 12-25 % dengan AW (water activity) kira-kira 0,8%
tergantung dari jenis bahan dan suhu.
4. Tipe IV adalah air yang tidak terikat dalam jaringan suatu bahan atau air
murni dengan sifat-sifat air biasa dan keaktifan penuh.
2.9 Asetanilida
Menurut Delvira (2011), Asetanilida merupakan senyawa turunan asetil
amina aromatik yang digolongkan sebagai amida primer dimana satu atom hidrogen
pada anilina digantikan dengan satu gugus asetil. Asetanilida berbentuk butiran
berwarna putih (kristal) tidak larut dalam minyak paraffin dan larut dalam air
dengan bantuan kloral anhidrat. Asetanilida atau sering disebut phenilasetamida
mempunyai rumus molekul C6H5NHCOCH3 dan berat berat molekul 135,16 g/mol.
Asetanilida yang memiliki beragam manfaat, baik sebagai bahan baku maupun
bahan penunjang industri kimia merupakan salah satu bahan yang paling banyak
diimpor di Indonesia.
gugus aril atau alkil. Amida tersier adalah amida yang atom nitrogennya tersubtitusi
dua gugus aril atau alkil (Ramadhan, dkk., 2019).
Asetanilida dapat disintesis secara konvensional dan secara “green
chemistry”. Secara konvensional, asetanilida dapat disintesis dengan mereaksikan
anilin dengan asam asetat anhidrid sedangkan secara “green chemistry”, asetanilida
dapat disintesis dengan mereaksikan anilin dengan asam asetat glasial. Kelebihan
metode “green chemistry” dibandingkan dengan konvensional adalah meminimalis
limbah dari produk disebabkan tidak menggunakan asam asetat anhidrid saat proses
sintesis asetanilida. Asetanilida adalah kristal padat yang berwarna putih dan
memiliki titik leleh 114ºC. Asetanilida larut dalam air panas dan tidak larut dalam
air dingin. Ketika dihidrolisis dengan asam atau alkali akan kembali kereaktannya,
yaitu anilin dan asam asetat (Ilhamy dan Ananda, 2020).
Menurut Ilhamy dan Ananda (2020), sifat fisika dari asetanilida terdapat pada
Tabel 2.2 sebagai berikut:
Tabel 2.2 Sifat Fisika Asetanilida
Parameter Sifat Fisika
Bentuk Kristal
Warna Putih
Rumus kimia C6H5NHCOCH3
Berat Molekul 135,16 gr/mol
Kemurnian 99,62%
Densitas 1,21 gr/mL
Titik Didih (2 atm) 415,212OC
Titik Leleh 114,16OC
(Sumber: Ilhamy dan Ananda, 2020)
Menurut Ramadhan, dkk., (2019) sifat-sifat kimia asetanilida sebagai
berikut:
1. Pirolisa dari asetanilida menghasilkan N–diphenil urea, anilin, benzene dan
asam hidrosianik.
2. Asetanilida merupakan bahan ringan yang stabil dibawah kondisi biasa,
hidrolisa dengan alkali cair atau dengan larutan asam mineral cair dalam
kedaan panas akan kembali ke bentuk semula.
3. Adisi sodium dalam larutan panas asetanilida didalam xilena menghasilkan
C6H5NH2.
2.10 Rendemen
Rendemen adalah perbandingan jumlah ekstrak yang dihasilkan dari
ekstraksi tanaman, rendemen yang dihasilkan menandakan nilai ekstrak yang
dihasilkan semakin banyak. Rendemen merupakan suatu nilai penting dalam
pembuatan produk. Rendemen adalah perbandingan berat kering produk yang
dihasilkan dengan berat bahan baku. Rendemen suatu ekstrak dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor salah satunya adalah jenis pelarut dan konsentrasinya
(Dewatisari, dkk., 2018). Persamaan rendemen dapat ditulis sebagai berikut:
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
%𝑅𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 = × 100% ....................................................(2.5)
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑠𝑎 𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
Mulai
Larutan disaring
menggunakan kertas saring
dan corong buchner
Selesai
Mulai
Etanol Akuades
Asetanilida hangat
25 mL
50 mL
Larutan disaring
menggunakan kertas saring
dan corong kaca
Larutan disaring
menggunakan kertas saring
dan corong buchner
Endapan di oven
Selesai
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2 Pembahasan
Pada percobaan kali ini akan dibuat asetanilida dengan mencampurkan asam
asetat anhidrat dengan anilin melalui proses amina primer. Reaksi amina primer
adalah reaksi organik dimana gugus amina dari suatu senyawa bereaksi dengan
turunan asam karboksilat yaitu asam asetat anhidrat. Proses keseluruhan
pembentukan asetanilida ini dinamakan dengan reaksi asilasi. Reaksi asilasi
merupakan suatu reaksi dimana satu atom hidrogen pada anilin digantikan dengan
satu gugus asetil (Delvira, 2011).
dilakukan diatas pemanas yang bisa berputar. Pemanasan dan pemutaran ini
bertujuan untuk meningkatkan kelarutan sehingga mempercepat terjadinya reaksi.
Hal ini karena jika suhu dinaikkan maka laju reaksi akan berjalan semakin cepat.
Ketika suhu dinaikkan, maka partikel reaktan akan bergerak lebih cepat sehingga
energi kinetiknya lebih besar. Energi kinetik yang besar akan mempercepat
terjadinya tumbukan. Oleh karena itu, jika suhu dinaikkan sambil diaduk maka
tumbukan efektif semakin sering terjadi sehingga dapat mempercepat terjadinya
reaksi (Sudarmo, 2016).
Kemudian larutan yang sudah dipanaskan selama 30 menit tersebut,
didinginkan pada suhu kamar selama 5 menit. Proses pendinginan ini bertujuan hal
ini bertujuan agar erlenmeyer tidak mengalami crack saat dimasukkan ke dalam es
batu karena terjadi perubahan suhu secara drastis. Langkah selanjutnya adalah
memasukkan 75 mL akuades kedalam larutan yang sudah didinginkan sebelumnya.
Penambahan akuades ini akan membentuk kristal-kristal asetanilida dalam larutan.
Selanjutnya adalah melakukan pendingan kembali menggunakan es batu selama 30
menit. Pendinginan kedua menggunakan es batu ini bertujuan untuk mempercepat
proses pengendapan kristal-kristal asetanilida yang ada pada larutan. Hasil dari
kristalisasi ini berupa kristal yang berwarna putih kecokelatan, yang berarti masih
terdapat pengotor yaitu reaktan yang bersisa atau hasil samping dari reaksi yaitu
asam asetat (Hartanti, 2011).
Larutan yang sudah terendapkan tersebut disaring menggunakan kertas
saring dengan bantuan pompa vakum. Kertas saring adalah media filter yang
bertujuan agar padatan yang ingin dipisahkan tertahan di atas kertas saring tersebut.
Penggunaan pompa vakum ini diperlukan sebagai pendorong aliran air melewati
media filter agar lebih cepat. Prinsip kerja pompa vakum yaitu menyedot larutan
dari bahan melalui corong buchner dengan tekanan tertentu. Larutan yang berada
di erlenmeyer vakum merupakan asam asetat yaitu produk samping dari reaksi ini,
sedangkan endapan yang tertinggal pada corong buchner merupakan asetanilida.
Dari rangkaian prosedur diatas dihasilkanlah asetanilida yang belum murni.
Asetanilida yang masih memiliki pengotor ini kemudian dilakukan proses
rekristalisasi dengan tujuan untuk mendapatkan asetanilida yang murni dan
menghilangkan pengotor yang tersisa (Delvira, 2011).
Reaksi Asilasi “Pembuatan Asetanilida”
Praktikum Kimia Organik/Kelompok VIII/S.Ganjil/2022 23
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum reaksi asilasi “pembuatan asetanilida”
adalah sebagai berikut:
1. Proses pembuatan turunan amida aromatik (asetanilida) dilakukan dengan
mereaksikan amina aromatik (anilin) dengan turunan asam karboksilat
(asam asetat anhidrat) sehingga menghasilkan asetanilida dan asam asetat.
2. Reaksi asilasi adalah reaksi ketika satu atom hidrogen pada anilin
digantikan dengan satu gugus asetil (CH3CO)
3. Pada percobaan ini, massa asetanilida yang dihasilkan yaitu 15,32 gram,
sedangkan massa asetanilida secara teoritis yaitu 26,08 gram, rendemen
asetanilida yang dihasilkan adalah 52,71%, dan kadar air yang dihasilkan
sebesar 21,23%.
5.2 Saran
Adapun saran dari praktikum reaksi esterifikasi “pembuatan etil asetat”
sebagai berikut:
1. Sebaiknya ketika melakukan penyaringan dengan menggunakan corong
kaca dan kertas saring untuk memisahkan asetanilida dengan pengotornya
dilakukan secara cepat sebelum larutannya membentuk endapan.
2. Sebaiknya praktikan mengoleskan vaseline ke rangkaian alat yang terbuat
dari kaca agar mudah dilepaskan ketika proses selesai.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, A., Yuningsih, S., dan Sota, M. M. (2017). Pengaruh pH terhadap
Kualitas Produk Etanol dari Molasses Melalui Proses Fermentasi.
Jurnal Reka Buana, 2(2), 99–105.
Bernad, L. F. (2019). Analisis Mesin Penghasil Aquades menggunakan Mesin
Siklus Kompresi Uap dengan Pengaruh Putaran Kipas Sebelum
Evaporator. Skripsi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, 6
Daud. A., Surianti dan Nuzulyanti. (2020). Kajian Penerapan Faktor yang
Mempengaruhi Akurasi Penentuan Kadar Air Metode
Thermogravimetri. Jurnal Online Politeknik Pertanian Negeri
Pangkejene Kepulauan. Hal 11-16.
Delvira. (2011). Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Asetanilida Dari Anilin dan
Asam Asetat Dengan Kapasitas Produksi 25.000 Ton/Tahun.
Medan: Universitas Sumatera Utara.
Dewatisari, W. F., Rumiyanti, L., dan Rakhmawati, I. (2018). Rendemen dan
Skrining Fitokimia pada Ekstrak Daun Sanseviera sp. Jurnal
Penelitian Pertanian Terapan, 17(3), 197.
Endah, R. D., Sperisa, D., dan Nur, A. (2007). Etanol pada Pembuatan Bioetanol.
Gema Teknik, 2, 83–88.
Fachry, H., Santoso, E., & Febriadi, H. (2005). Pembuatan Bahan Konduktor
melalui Proses Polimerisasi Anilin. Jurnal Teknik Kimia, 4(6), 10-
16.
Fadhillah, M. dan Alkautsar, D. 2017. Pra Rancangan Pabrik Asetat Anhidrid dari
Asam Asetat dan Ketene dengan Kapasitas 10.000 Ton/Tahun.
Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.
Hart, H. (2003). Kimia Organik. Erlangga: Jakarta.
Hartanti. (2011). Pengaruh Varialel Pembuatan Asetanilida. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Husna, R., Emdeniz, dan Imelda. (2013). Studi Toksisitas Floroanilin Berdasarkan
Hubungan Kuantitatif Struktur Aktifitas (Hksa) Beberapa Amina
Aromatis. Jurnal Kimia Unand, 2(4), 1-8.
Ilhamy. N, dan Ananda, D. (2020). Pra rancangan pabrik asetanilida dari asam
asetat dan anilin dengan kapasitas 10.000 ton / tahun perancangan
pabrik. Perancangan Pabrik. Yogyakarta: Universitas Islam
Indonesia.
Jonas, N. (2011). Perancangan Pabrik Etil Asetat dari Etanol dan Asam Asetat
Kapasitas 10.000 Ton/Tahun.
Kancono. (2010). Manajemen Laboratorium IPA. Bengkulu: UNIB.
Khambali, A. G., dan Ariwibowo, S. (2016). Perancangan Pabrik Asetat Anhidrat
dari Aseton dan Asam Asetat dengan Proses Dekomposisi Aseton
dengan Kapasitas 60.000 Ton/Tahun. Jurnal Tugas Akhir Teknik
Kimia. 78-82.
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN
V = 17,64 mL n = 0,193
= 52,71%
B.5 Perhitungan kadar air
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑑𝑖𝑜𝑣𝑒𝑛−𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑖𝑜𝑣𝑒𝑛
% Kadar air = 𝑥100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑑𝑖𝑜𝑣𝑒𝑛
19,45−15,32
% Kadar air = x100%
19,45