Laprak - Sampo - Rev - 3 - Bismillah Acc
Laprak - Sampo - Rev - 3 - Bismillah Acc
Ganjil/2023
Tanggal Paraf
Respon
Revisi
Laporan
Asistensi
i
Praktikum Kimia Organik/Kelompok V/S.Ganjil/2023
Kelompok V:
Catatan Tambahan:
ii
Praktikum Kimia Organik/Kelompok V/S.Ganjil/2023
DAFTAR ISI
iii
Praktikum Kimia Organik/Kelompok V/S.Ganjil/2023 iv
DAFTAR GAMBAR
v
Praktikum Kimia Organik/Kelompok V/S.Ganjil/2023
DAFTAR TABEL
vi
Praktikum Kimia Organik/Kelompok V/S.Ganjil/2023
ABSTRAK
Sampo motor atau mobil merupakan suatu sediaan yang mengandung surfaktan
(bahan aktif permukaan) dengan bentuk yang sesuai, dapat berupa cairan, padatan,
ataupun serbuk yang apabila digunakan pada kondisi tertentu dapat membantu
menghilangkan minyak. Sampo motor atau mobil terdiri dari surfaktan yaitu suatu
molekul senyawa yang memiliki gugus hidrofilik dan gugus lipofilik sehingga
dapat menggabungkan campuran yang terdiri dari air dan minyak, sehingga dapat
mengangkat kotoran yang menempel pada body kendaraan. LABS (linear alkyl
benzene sulfonate) dan SLS (sodium lauryl sulfate) digunakan dalam produksi
sampo untuk motor dan mobil. Tujuan dari praktikum ini yaitu mempelajari cara
pembuatan dan menentukan karakteristik dari sampo motor atau mobil. Sampo
hasil praktikum memiliki viskositas sebesar 0,0789 Pa.s, densitas sebesar 1,022
gram/cm3, daya busa sampo komersil lebih baik dibandingkan daya busa sampo
hasil praktikum, dan stabilitas emulsi sebesar 64,179%. Sedangkan sampo
komersil memiliki viskositas sebesar 0,0039 Pa.s, densitas sebesar 1,006
gram/cm3, stabilitas emulsi sebesar 63,235% dan dan daya busa yang lebih baik
dibandingkan sampo hasil praktikum.
ABSTRACT
Motorcycle or car shampoo is a preparation that contains a surfactant (surface
active ingredient) in an appropriate form, it can be a liquid, solid, or powder
which when used under certain conditions can help remove oil. Motorcycle or car
shampoo consists of a surfactant, which is a compound molecule that has a
hydrophilic group and a lipophilic group so that it can combine a mixture
consisting of water and oil, so that it can lift dirt attached to the vehicle body.
LABS (Linear Alkyl Benzene Sulfonate) and SLS (Sodium Lauryl Sulfate) are used
in the production of this shampoo for motorcycles and cars. The purpose of this
practicum is to learn how to manufacture and determine the characteristics of a
motorcycle or car shampoo. The practicum shampoo has a viscosity of 0.0789
Pa.s, a density of 1.022 gram/cm3, the foaming power of commercial shampoo is
better than the foaming power of the practical shampoo, and the emulsion
stability is 64.179%. Meanwhile, commercial shampoo has a viscosity of 0.0039
Pa.s, a density of 1.006 gram/cm3, emulsion stability of 63.235% and better
foaming power than the shampoo produced by the experiment.
vii
Praktikum Kimia Organik/Kelompok V/S.Ganjil/2023
BAB I
PENDAHULUAN
1
Praktikum Kimia Organik/Kelompok V/S.Ganjil/2023 2
Surfaktan dapat dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu surfaktan yang larut
dalam minyak dan surfaktan yang larut dalam air. Teknologi pembuatan sampo
motor atau mobil ini termasuk salah satu teknologi tepat guna dalam
pembuatannya. Dalam proses pembuatannya tidak memerlukan alat yang canggih
dan proses yang rumit (Widodo, 2013).
Pada percobaan ini digunakan dua surfaktan yaitu, LABSNa dan SLS.
LABS merupakan bahan baku dasar yang berperan sebagai surfaktan. Surfaktan
memiliki kemampuan mengikat minyak karena memiliki gugus hidrofobik non-
polar dan gugus hidrofilik lain yang bersifat polar, sehingga dapat mengikat air.
Selain itu, penggunaan SLS berperan sebagai surfaktan pendukung atau tambahan
karena penambahan SLS dapat meningkatkan busa, karena SLS dapat membuat
busa (Fitri dkk, 2020).
Dalam penggunaan sampo, busa memiliki peranan penting dalam
penerimaannya. Dua faktor yang paling penting dari busa adalah ketahanan
(stabilitas) dan kemampuannya untuk berbusa. Sampo harus dapat menghasilkan
busa yang stabil dan dengan jumlah yang cukup (Joshi dkk, 2018). Oleh karena
itu, dalam memformulasikan suatu sediaan sampo, pengetahuan mengenai faktor-
faktor yang mempengaruhi stabilitas dan kemampuan menghasilkan busa menjadi
penting untuk diketahui. Maka dari itu, percobaan ini dilakukan bertujuan untuk
mempelajari cara pembuatan sampo motor dan sampo mobil serta menentukan
karakteristik pembuatan dari sampo motor dan sampo mobil.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Surfaktan
2.1.1 Pengertian Surfaktan
Surfaktan merupakan bahan yang dapat mengubah atau memodifikasi
tegangan permukaan dan antarmuka antara fluida yang tidak saling larut, atau
molekul yang mengadsorbsi molekul lain pada antarmuka dua zat (Hidayati,
2015). Karakteristik utama surfaktan adalah bersifat ampifilik yaitu senyawa yang
memiliki dua gugus yang berlainan sifat dalam satu molekulnya, yaitu gugus polar
yang sifatnya hidrofilik dan nonpolar yang sifatnya hidrofobik sehingga mampu
menyatukan dua komponen yang berbeda kepolarannya (Sana, 2017). Adapun
struktur dari molekul surfaktan dapat dilihat pada gambar 2.1.
3
Praktikum Kimia Organik/Kelompok V/S.Ganjil/2023 4
2. Surfaktan kationik
Surfaktan kationik merupakan surfaktan yang larut dalam air dan
permukaan aktifnya memiliki gugus bermuatan positif. Surfaktan kationik
memiliki aktivitas permukaan yang baik dalam media asam dan cenderung
mengendap serta kehilangan aktivitas permukaan dalam media basa. Berdasarkan
stuktur rantainya, surfaktan kationik terbagi menjadi surfaktan kationik rantai
terbuka, surfaktan kationik dengan gugus heterosiklik dan surfaktan kationik
dengan ikatan intermediet. Surfaktan kationik memiliki kegunaan yang luas untuk
sterilisasi, korosi, dan pemisahan mineral (Yuan dkk, 2014).
Produk surfaktan kationik pertama adalah dihydrogenated tallow dimethyl
ammonium chloride yang saat ini masih ditemukan penggunaannya dalam
berbagai aplikasi saat muatan positif dan hidrofobisitas diperlukan. Industri
terbesar penggunaan surfaktan kationik adalah sebagai bahan aktif dalam
pelembut pakaian. Penggunaan surfaktan kationik dalam industri pelembut
pakaian mulai tergeser seiring dengan munculnya detergem anionik sintesis yang
performanya lebih tinggi, salah satunya adalah alkil benzene sulfonate (Farn,
2006).
3. Surfaktan nonionik
Surfaktan nonionik tidak memiliki muatan, tetapi mengandung grup yang
memiliki afinitas tinggi terhadap air yang disebabkan adanya interaksi kuat dipol-
dipol yang timbul akibat ikatan hidrogen. Aplikasi surfaktan nonionik umumnya
pada detergen untuk suhu rendah dan sebagai emulsifier. Keunggulan surfaktan ini
adalah tidak terpengaruh oleh adanya air sadah dan perubahan pH. Contoh
surfaktan nonionik adalah dietanolamida, alkohol etoksilat, sukrosa ester, fatty
alkohol, poliglikol eter, gliserol monostearat, sukrosa distearat, sorbitan
monostearat, sorbitan monooleat, gliserol monooleat, alkohol etoksilat, dan
polioksietilen (R-OCH2CH) (Bailey, 1996).
Sebagian besar surfaktan nonionik berada dalam bentuk cairan dan slurry.
Kelarutannya dalam air menurun dengan adanya peningkatan temperatur.
Surfaktan nonionik memiliki kegunaan yang luas dalam industri tekstil, kertas,
makanan, plastik, kaca, fiber, obat-obatan, pestisida, zat warna, dan banyak
industri lainnya (Yuan dkk, 2014).
4. Surfaktan amfotermik
Surfaktan amotermik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya mempunyai
muatan positif dan negatif. Contohnya surfaktan yang mengandung asam amino,
betain, fosfobetain (Sukmawati, 2017). Toksisitas surfaktan amfotermik sangan
rendah dan memiliki kemampuan biodegradasi yang baik. Surfaktan amfotermik
memiliki kegunaan yang luas dalam bidang hygiene seperti sampo, sabun, dan
kosmetik, juga dapat digunakan dalam industri pewangi dan agen antistatik (Yuan
dkk, 2014).
Karena memiliki karakteristik yang lebih lembut pada kulit, membuat
surfaktan ini dimanfaatkan sebagai surfaktan sekunder karena memiliki
kemampuan untuk memodifikasi struktur misel. Surfaktan amfotermik umumnya
digunakan dalam formulasi dengan surfaktan anionik atau nonionik untuk
memodifikasi kelarutan, ukuran misel, stabilitas busa, detergensi, dan viskositas
berbagai sistem pembersihan dan emulsi (Farn, 2006).
2.3 Akuades
Akuades merupakan suatu pelarut yang penting dan memiliki kemampuan
untuk melarutkan banyak zat kimia seperti garam-garam, gula, asam, beberapa
jenis gas dan banyak macam molekul sehingga akuades disebut sebagai pelarut
universal. Akuades berada dalam kesetimbangan dinamis antara fasa cair dan
padat di bawah tekanan dan temperatur standar. Dalam bentuk ion, akuades dapat
dideskripsikan sebagai asosiasi (ikatan antara sebuah ion hidrogen (H-) dengan
sebuah ion hidroksida (OH+) (Suryana, 2013).
Akuades merupakan air hasil penyulingan yang bebas dari zat-zat pengotor
sehingga bersifat murni dalam laboratorium. Akuades berwarna bening, tidak
memiliki bau, dan tidak memiliki rasa. Akuades biasa digunakan untuk
membersihkan alatalat laboratorium dari zat pengotor (Petrucci, 2008). Akuades
merupakan pelarut yang jauh lebih baik dibandingkan hampir semua cairan yang
umum dijumpai. Senyawa yang segera melarut di dalam akuades mencakup
berbagai senyawa organik netral yang mempunyai gugus fungsional polar seperti
gula, alkohol, aldehida, dan keton. Kelarutannya disebabkan oleh kecenderungan
molekul akuades untuk membentuk ikatan hidrogen dengan gugus hidroksil gula
dan alkohol atau gugus karbonil aldehida dan keton (Lehninger, 1982).
Air berfungsi untuk memperbesar volume produk. Disamping itu, air
juga berfungsi mengontrol kekentalan sampo dan karena suatu sebab, bisa saja
hasil jadi produk terlalu kental. Oleh karena itu, dengan menambah air dalam
jumlah tertentu, sampo bisa menjadi encer sesuai dengan standar. Air
mempunyai konstanta dielektrik yang sangat tinggi sehingga berpengaruh besar
tehadap sifat-sifat zat terlarutnya. Hal ini mengakibatkan banyak sekali senyawa
ionik berdisosiasi dalam akuades. Akuades tidak berwarna dan tidak memiliki bau
(Pramono, 2005). Adapun sifat fisika akuades dapat dilihat pada Tabel 2.7.
Tabel 2.7 Sifat Fisika Akuades
Parameter Keterangan
Massa molekul 18,02 gram/mol
Titik didih 100 oC
Titik beku 0 oC
Bentuk Cairan
Densitas 1000 kg/m2
Tekanan uap 23 kPa
Viskositas 0,932 Kkal/kmol °C
(Sumber: Pramono, 2005)
2.4 Xylene
Xylene merupakan cairan yang tidak berwarna, bersifat mudah terbakar,
mudah menguap dan beraroma manis. Xylene dan campurannya tersusun atas tiga
isomer, meta, ortho dan para-xylene dengan komposisi meta-xylene yang paling
dominan, yakni 44 ̶70% dari keseluruhan campuran. Namun demikian, komposisi
isomer-isomer xylene sesungguhnya tergantung pada sumbernya. Umumnya
senyawa xylene mengandung ethylbenzene, hal ini didukung kenyataan di
lapangan yang menunjukkan bahwa produk-produk xylene yang dihasilkan secara
teknis ternyata mengandung lebih kurang 40% m-xylene dan o-xylene, p-xylene
serta ethylbenzene yang masing-masing besarnya 20%. (US EPA, 2003).
Xylene memiliki rumus C6H4(CH3)2 dengan nama lainnya antara lain xylol,
dan dimetil benzena. Xylene merupakan cairan tidak berwarna yang diproduksi
dari minyak bumi atau aspal cair dan sering digunakan sebagai pelarut dalam
industri. Xylene pada aspal cair pertama kali ditemukan pada pertengahan abad
ke-19. Nama dari xylene berasal dari bahasa latin “wood xulon” karna xylene
dapat diperoleh dari hasil distilasi kayu tanpa kehadiran oksigen (Richard, 2007).
Adapun sifat fisika xylene dapat diihat pada tabel 2.8.
2.5 Viskositas
Viskositas merupakan gesekan yang terjadi diantara lapisan-lapisan yang
bersebelahan di dalam fluida. Viskositas pada gas diakibatkan oleh tumbukan
antar molekul gas sedangkan bisakositas pada zat cair terjadi akibat adanya gaya-
gaya kohesi antar molekul zat cair (Giancoli, 2014). Sedangkan Halliday dan
Resnick (2010) menyatakan bahwa kekentalan merupakan sifat cairan yang
berhubungan dengan hambatan untuk mengalir. Beberapa cairan ada yang dapat
mengalir dengan cepat namun ada yang mengalir dengan lambat. Fluida yang
mengalir lambat seperti gliserim dan madu, hal ini dikarenakan mempunyai
viskositas besar. Jadi viskositas menentukan kecepatan mengalirnya cairan.
Viskositas dapat diukur dengan berbagai tipe dari viskometer dan
rheometer. Rheometer digunakan untuk fluida yang tidak dapat ditentukan dengan
nilai viskositas tunggal dan oleh karena itu memerlukan lebih banyak parameter
untuk ditetapkan dan diukur. Kontrol suhu yang dekat dari fluida sangat penting
untuk memperoleh pengukuran yang akurat, terutama pada bahan seperti pelumas,
yang viskositasnya dapat berlipat ganda dengan perubahan hanya 5°C. Viskometer
merupakan peralatan yang dapat digunakan untuk mengukur viskositas suatu
fluida, untuk cairan dengan viskositas yang berbeda kondisi alirannya (Hannan,
2007). Beberapa jenis viskometer yang digunakan sebagai berikut.
2.6 Densitas
Massa jenis atau densitas atau rapatan adalah pengukuran massa setiap
satuan volume berbeda. Semakin tinggi massa jenis suatu benda, maka semakin
besar pula massa setiap volumenya. Massa jenis rata-rata setiap benda merupakan
total massa dibagi dengan total volumenya. Sebuah benda yang memiliki massa
jenis lebih tinggi (misalnya besi) akan memiliki volume yang lebih rendah
daripada benda bermassa sama yang memiliki massa jenis lebih rendah. Jadi,
untuk satuan dari densitas adalah satuan massa per satuan volume, seperti
misalnya kg per meter kubik, gram per centimeter kubik, dan lain sebagainya.
Untuk pengujian densitas sendiri dapat dilakukan dengan menggunakan metode
archimedes. Densitas termasuk kedalam salah satu sifat fisis yang dimiliki suatu
oleh masyarakat. Bahan yang penting dalam pembuatan sampoo ini adalah
surfaktan, yaitu LABS (Linier Alkyl Benzene Sulfonat) atau kadang disebut juga
Linier Alkyl Benzene (LAB) dan surfaktan penunjang yaitu SLS (Sodium Lauryl
Sulfate). Sedangkan konstituen bahan tambahan berupa bahan-bahan pendukung
yang dapat dicampur ketika proses pembuatan sampo untuk mendukung kualitas
dari produk sampo yang dihasilkan (Bailey, 1996).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
17
Praktikum Kimia Organik/Kelompok V/S.Ganjil/2023 18
Mulai
NaOH 0,5 N
250 mL
Selesai
Mulai
LABSNa
Selesai
Mulai
Selesai
Mulai
Diaduk hingga
homogen
Selesai
Mulai
10 mL cairan yang
ingin diuji Viskometer ostwald
viskositasnya
Viskositasnya diuji
Selesai
Mulai
Selesai
Mulai
Dikocok secara
bersamaan
Selesai
Mulai
Xyelen 4 mL
Xyelen 4 mL
Tabung reaksi A Tabung reaksi B
Sampo hasil Aquades 6 mL Akuades 6 mL
praktikum 10 tetes Sampo KIT 10 tetes
Dikocok selama 5
menit
Didiamkan selama
2 jam
Selesai
Keterangan:
1. Reservoir C
5 2. Tabung U
3. Tabung kapiler
4. Garis B
5. Garis A
Keterangan:
1 1. Penutup
2. Rongga kapiler
2 3. Tabung piknometer
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2 Pembahasan
Sampo motor atau mobil merupakan produk pembersih khusus yang
dirancang untuk membersihkan permukaan motor atau mobil. Untuk dapat
menghilangkan kotoran, maka suatu sediaan sampo harus mempunyai
kemampuan untuk melarutkan kotoran yang menempel pada motor atau mobil
lewat penggunaan surfaktan. Oleh karena itu, komponen dasar pada sediaan
25
Praktikum Kimia Organik/Kelompok V/S.Ganjil/2023 26
karena LABS berfungsi sebagai bahan surfaktan yang memiliki kinerja untuk
menurunkan tegangan permukaan. Pencampuran LABS dengan NaOH akan
menghasilkan larutan kental yang berwarna coklat pekat (Achmad, 2004). NaOH
sebanyak 25 mL ditambahkan sedikit demi sedikit kedalam wadah plastik yang
berisi larutan homogen LABS kemudian diaduk perlahan agar tidak menimbulkan
busa, sehingga saat ingin melakukan uji viskositas, sampo dapat lebih mudah
dituang ke dalam viskometer karena jika berbusa akan ada gelembung udara yang
terperangkap. Setelah pencampuran larutan LABS dengan NaOH maka
didapatkan hasil LABSNa.
LABS (s) + NaOH (aq) → LABSNa (aq) + OH- .........................(4.2)
menurunkan tegangan permukaan pada busa sehingga busa tidak mudah pecah.
Pada percobaan ini, dengan lama waktu 1 jam 45 menit, sampo hasil praktikum
memiliki daya busa yang lebih lama dibandingkan dengan daya busa pada sampo
komersil yaitu 1 jam 42 menit. Hal ini dapat terjadi karena adanya perbedaan
komposisi setiap bahan yang digunakan dalam proses pembuatan sampo. Menurut
Rinaldi dkk (2021), busa yang stabil dalam waktu lama lebih diinginkan karena
busa dapat membantu memudahkan proses pembersihan, karena semakin lama
daya tahan busa suatu sampo, semakin bagus pula kualitas dari sampo itu sendiri.
Kemudian stabilitas busa juga dapat didukung oleh peningkatan viskositas cairan
atau elastisitas permukaan lewat pencampuran beberapa surfaktan sehingga
didapat surfaktan yang rapat dan tidak mudah pecah (Tadros, 2005)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum pembuatan dan pengujian sampo motor atau
mobil adalah
1. Sampo motor atau mobil dibuat dengan mencampurkan LABSNa dan SLS.
LABSNa adalah surfaktan utama, dan SLS adalah surfaktan penunjang.
2. Sampo hasil praktikum memiliki viskositas sebesar 0,0789 Pa.s, densitas
sebesar 1,022 gram/cm3, stabilitas emulsi sebesar 64,179% dan daya tahan
busa selama 1 jam 45 menit. Sedangkan sampo komersial memiliki
viskositas sebesar 0,0039 Pa.s, densitas sebesar 1,006 gram/cm3, stabilitas
emulsi sebesar 63,235% dan daya tahan busa selama 1 jam 42 menit.
5.2 Saran
Adapun saran untuk praktikan yang akan melakukan praktikum percobaan
pembuatan dan pengujian sampo motor dan mobil adalah
1. Ketika membuat larutan LABSNa dan SLS, pengadukan harus dilakukan
secara perlahan dan jangan sampai berbusa.
2. Praktikan lebih teliti dalam melakukan penimbangan NaOH, LABS,SLS
karena akan mempengaruhi sampo yang akan dihasilkan.
30
Praktikum Kimia Organik/Kelompok V/S.Ganjil/2023
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, R. (2004). Kimia Lingkungan Edisi 1. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.
Alshammari, B. A., Saba, N., Alotaibi, M. D., Alotibi, M. F., Jawaid, M., and
Alothman, O. Y. (2019). Evaluation of Mechanical, Physical, and
Morphological Properties of Epoxy Composites Reinforced with Different
Date Palm Fillers. Materials, 12(13): 2145.
Atkins, P. W. 1994. Kimia Fisika Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Arnelli., Puspitasari., Suseno, A. (2013). Formulasi Larutan Pencuci dari
Surfaktan Hasil Sublasi Limbah Laundry. Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi
16 (1): 11 – 16.
Bailey, A. E. (1996). Industrial Oil and Fat Products. New York: Interscholartic
Publishing Inc.
Barel, A.O., Paye, M., & Maibach, H.I. (2010). Handbook of Cosmetic Science
and Technology (3rd ed). New York: Informa Healthcare USA, Inc.
Farn J., R. (2006). Chemistry and Technology of Surfactants. Oxford: Blackwell
Publishing Ltd.
Fessenden. (1997). Kimia Organik Edisi ke-3. Jakarta: Erlangga.
Fitri, N., Purwaningsih, T., Wibowo, P., Yusuf, A., Widiastuti, S., Mulyani, D.,
Sary, N. (2020). Pengembangan Produk Sabun Cair Cuci Piring Berbasis
Minyak Atsiri Kulit Jeruk Nipis Guna Meningkatkan Perekonomian
Masyarakat Desa Loano, Kecamatan Loano, Purworejo. Yogyakarta:
Universitas Islam Indonesia.
Genaro, R.A. (1990). Rhemingtons Pharmaceutical Science, 18th. Easton:
Pennsylvania USA.
Giancoli, D. C. (2014). Fisika: Prinsip dan Aplikasi Jilid 1 Edisi 7. Erlangga:
Jakarta.
Halliday, D., R. Resnick, dan J. Walker. (2010). Physics Seventh Edition. John
Wiley & Son: New York. Terjemahan oleh Tim Pengajar Fisika ITB 2010.
Fisika Dasar. Edisi Ketujuh. Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Hannan, Henry. (2007). Technician's Formulation Handbook for Industrial and
Household Cleaning Products. Waukesha, Wisconsin: Kyrall LLC.
31
Praktikum Kimia Organik/Kelompok V/S.Ganjil/2023 32
Hidayati, S. (2015). Pengaruh Suhu dan Lama Pemanasan Terhadap Metil Ester
Sulfonat dari Sawit. Prosiding Seminar Agroindustri dan Lokakarya
Nasional FKPT-TPI.
Huang, E. (2010). Material Safety Daa Sheet. Jerman.
Joshi N, Patidar K, Solanki R, Mahawar V. (2018). Preparation And Evaluation
Of Herbal Hair Growth Promoting Shampoo Formulation Containing Piper
Betle and Psidium Guajava Leaves Extract. Int J Green Pharm;12(4):835–9.
Lehninger. (1982). Dasar-Dasar Biokimia. Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Malik. I. (2008). Shampoo dan Conditioner Okra. Jakarta: Erlangga.
Myers, D. (2006). Surfactant Science and Technology (3rd Edition). Ney Jersey:
John Wiley & Sons, Inc. Igrass.
Niir, B. (2004). Modern Technology of Petroleum, Greases, Lubricants and Petro
Chemicals. NIIR Board of Consultants dan Engineers.
Oppusunggu., Jojor R., Vinta, R. S., dan Zuhrina, M. (2015). Pengaruh Jenis
Pelarut dan Temperatur Reaksi pada Sintesis Surfaktan dari Asam Oleat
dan N-Metil Glukamina dengan Katalis Kimia. Jurnal Teknik Kimia USU,
4(1): 25 ̶ 29.
Paye, M., Andre, O.B., Howard, I. M. (2006). Handbook of Cosmetic Science and
Technology 2nd Edition. 509. New York: Marcel Dekker.
Petrucci, Ralph H. (2008). Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi
Keempat Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Pramono. (2005). Total Quality Management. Yogyakarta.
Prayetno, A. (2008). Membuat Sampo Skala Rumah Tangga Skala Menengah.
Yogyakarta: Puspita.
Richards, S. (2004). Effects of Pharmaceutical Mixtures in Aquatic Micrososms.
Enviromental Toxicology and Chemistry, 23(4): 1035 ̶ 042.
Richard, L. M. (2007). The 100 Most Important Chemical Compounds: A
Reference Guide.
Sana, A & Zubaidi. (2017). Aplikasi Surfaktan Minyak Sawit Untuk Proses
Pemasakan-Pengelantangan dan Pencelupan Tekstil. Arena Tekstil. 32(01),
41-50.
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN
34
Praktikum Kimia Organik/Kelompok V/S.Ganjil/2023 35
LAMPIRAN C
DOKUMENTASI
37
Praktikum Kimia Organik/Kelompok V/S.Ganjil/2023 38