Anda di halaman 1dari 29

Praktikum Kimia Organik/Kelompok II/S.

Ganjil/2023

ABSTRAK

Ikan berdaging merah mengandung lemak atau minyak. Salah satu ikan
yang berdaging merah dan memiliki potensi sebagai sumber minyak ikan yaitu
jeroan ikan tongkol (minyak hati ikan). Minyak ikan mengandung asam lemak
omega-3 yang terdiri dari asam eikosapenta-enoat (EPA) dan asam
dekosaheksaenoat (DHA). Kandungan lemak pada ikan tongkol tersebut dapat
dimanfaatkan sebagai asupan gizi pada tubuh jika komponen tersebut sudah
dipisahkan dari unsur lain. Pemisahan lemak dari komponen lain dilakukan
dengan metode ekstraksi. Ekstraksi minyak ikan dilakukan dengan menggunakan
metode dry rendering karena kadar air yang tinggi pada sampel. Tujuan dari
percobaan ini yaitu untuk memahami proses ekstraksi minyak ikan dari limbah
ikan, memahami cara menghitung yield, dan memahami cara menentukan kadar
asam lemak bebas dalam minyak limbah ikan. Parameter yang diamati yaitu
jumlah yield, densitas minyak, viskositas minyak dan laju pembentukan asam
lemak bebas. Hasil percobaan menunjukkan bahwa yield hasil ekstraksi minyak
ikan dengan metode dry rendering yaitu 28.6%, densitas minyak sebesar 1.084
gr/ml, viskositas minyak 0.0144714 poise dan laju pembentukan asam lemak
bebas dalam minyak sebesar 0.422 gr/jam.
Kata kunci: Dry Rendering, Ekstraksi, Ikan tongkol, Yield

ABSTRACT
Red meat fish contains fat or oil. One of the fish that has red meat and
has potential as a source of fish oil is mackerel tuna innards (fish liver oil). Fish
oil contains omega-3 fatty acids consisting of eicosapenta-enoic acid (EPA) and
decosahexaenoic acid (DHA). The fat content in tuna can be used as nutritional
intake for the body if these components have been separated from other elements.
Separation of fat from other components is carried out using the extraction
method. Fish oil extraction was carried out using the dry rendering method due to
the high water content of the sample. The aim of this experiment is to understand
the process of extracting fish oil from fish waste, understand how to calculate
yield, and understand how to determine the free fatty acid content in fish waste
oil. The parameters observed were the amount of yield, oil density, oil viscosity
and rate of free fatty acid formation. The experimental results showed that the
yield of fish oil extraction using the dry rendering method was 28.6%, the oil
density was 1,084 gr/ml, the oil viscosity was 0.0144714 poise and the formation
speed of free fatty acids in oil is 0.422 gr/hour.
Key word: Dry Rendering, extraction, mackerel tuna, Yield

BAB I
PENDAHULUAN

Proses Sokletasi “Isolasi Minyak”

13
14

Praktikum Kimia Organik/Kelompok II/S.Ganjil/2023


1.1 Latar Belakang
Total produksi perikanan nasional mencapai 23,26 juta ton. Produksi
perikanan tangkap yaitu sebesar 6,04 juta ton, sedangkan perikanan budidaya
sebesar 17,22 juta ton. Peningkatan total produksi perikanan dari tahun 2011
sampai tahun 2017 rata-rata mencapai 10,66%. Data statistik produksi ikan
tongkol di Indonesia pada tahun 2020 mencapai 98.288 ton. Produksi ikan tongkol
relatif tinggi dibanding produksi ikan jenis lainnya. Produksi ikan tongkol
mencapai 86 % dari volume produksi total. Konsumsi ikan tongkol saat ini
meningkat di kalangan masyarakat, tentunya mengakibatkan perkembangan usaha
terutama industri perikanan juga terus mengalami pertumbuhan dengan signifikan.
Sehingga pembuangan hasil produksi industri perikanan tidak terkendali dan
belum dimanfaatkan dengan benar. Hasil pembuangan limbah industri perikanan
mempunyai berbagai macam jenis seperti tulang, kepala, sisik, ekor, jeroan, dan
kulit ikan (KKP, 2020).
Tongkol (Euthynnus affinis) ialah jenis ikan laut yang mempunyai nilai
gizi tinggi dan sangat baik untuk dikonsumsi. Kandungan proteinnya adalah
sebesar 67.47% serta mengandung omega 3. Seiring dengan tingginya tingkat
konsumsi ikan ini, maka diketahui bahwa limbahnya seperti: isi perut, jeroan,
kepala, sirip, bahkan tulangnya sering dibuang, sehingga menjadi limbah yang
terbuang begitu saja. Disisi lain ternyata limbah tersebut apabila dapat dikelola
dengan baik, maka dapat diolah menjadi minyak ikan (Hidayat et al., 2019).
Meningkatnya kebutuhan asam lemak omega-3 sebagai suplemen dalam
tubuh untuk mencegah penyakit degeneratif menyebabkan minyak ikan menjadi
hal yang sangat penting. Komoditi ekspor minyak hati ikan yaitu dengan negara
tujuan Jepang dan Korea Selatan. Data statistik nilai impor komoditas utama pada
minyak ikan mengalami peningkatan pada tahun 2017 mencapai 16,24%. Kita
dianjurkan untuk konsumsi asam lemak sebanyak 15-30% dari total kebutuhan
energi. Konsumsi asam lemak maksimal 10% berasal dari lemak jenuh dan 3-7%
berasal dari lemaj tak jenuh ganda. Kebutuhan asupan omega-3 (EPA dan DHA)
untuk setiap orang yaitu 0,3- 0,5 gr/hari (KKP, 2018).
Bagian ikan yang dapat dijadikan sumber minyak ikan dibagi menjadi
dalam dua golongan yaitu minyak hati ikan (fish liver oil) dan minyak badan ikan

Proses Sokletasi "Isolasi Minyak"


15

Praktikum Kimia Organik/Kelompok II/S.Ganjil/2023


(fish body oil). Pada minyak hati ikan mengandung sejumlah vitamin A dan D.
Pemanfaatan minyak ikan dapat diolah menjadi suplemen tubuh, makanan dan
campuran pakan maupun untuk bahan mentah industri non pangan. Minyak ikan
terutama kandungan asam lemak omega-3 memiliki peran penting dalam
kesehatan dan kecerdasan karena omega-3 mengandung EPA (Eicosa Pentaenoic
Acid), DHA (Docosa Hexaenoic Acid) dan linoleat yang bermanfaat
meningkatkan kecerdasan otak. Produksi minyak ikan dari hasil samping
pengolahan dapat dilakukan melalui ekstraksi. Metode yang paling sering
dilakukan untuk mengekstraksi minyak hewan adalah rendering dengan
pemanasan, baik dengan air (wet rendering) maupun tanpa air atau dry rendering,
tetapi lebih minyak yang dihasikan oleh dry rendering lebih tinggi dari wet
rendering, karena prinsip ekstraksi dengan metode dry rendering adalah
mengeluarkan air dari dalam materinya sehingga diharapkan minyak yang
didapatkan lebih banyak (Estiasih 2009).
Dengan mempertimbangkan potensi besar dari limbah ikan tongkol dan
keunggulan dry rendering, maka pilihan yang optimal adalah mengektraksi
minyak ikan dari limbah ikan tongkol. Pratikum ini diharapkan akan memberikan
pemahaman yang mendalam tentang proses dry rendering serta kualitas minyak
yang dihasilkan.

1.2 Tujuan Pratikum


Adapun tujuan pratikum Ekstraksi Minyak Ikan ini, yaitu:
1. Memahami proses ekstraksi minyak ikan dari limbah ikan
2. Memahami cara menghitung yield
3. Memahami cara menentukan asam lemak dalam limbah minyak ikan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bahan-bahan yang Digunakan

Proses Sokletasi "Isolasi Minyak"


16

Praktikum Kimia Organik/Kelompok II/S.Ganjil/2023


2.1.1 Ikan Tongkol
Ikan tongkol (Euthynnus affinis) merupakan golongan dari ikan tuna
kecil. Badannya memanjang, tidak bersisik kecuali pada garis rusuk. Sirip
punggung pertama berjari-jari keras 15, sedangkan yang kedua berjari-jari lemah
13, diikuti 8–10 jari - jari sirip tambahan. Ukuran asli ikan tongkol cukup besar,
bisa mencapai 1 meter dengan berat 13,6 kg. Rata-rata, ikan ini berukuran
sepanjang 5060 cm. Ikan tongkol memiliki kulit yang licin berwarna abu-abu,
dagingnya tebal, dan warna dagingnya merah tua (Dami, 2014).
Menurut Saanin (1984), kedudukan taksonomi ikan tongkol adalah
sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Sub Phylum : Vertebrata
Class : Pisces
Sub Class : Teleostei
Ordo : Percomorphi
Family : Scombridae
Genus : Euthynnus
Species : Euthynnus affinis
Ikan tongkol (Euthynnus affinis) merupakan jenis ikan dengan
kandungan gizi yang tinggi yaitu kadar air 71,00–76,76%, protein 21,60–26,30%,
lemak 1,30–2,10%, mineral 1,20–1,50% dan abu 1,45–3,40%. Secara umum
bagian ikan yang dapat dimakan (edible portion) berkisar antara 45–50% (Suzuki,
1981). Ikan tongkol (Euthynnus affinis) dapat dilihat pada Gambar 2.1

Gambar 2.1 Ikan Tongkol (Manduapessy, 2019).

Proses Sokletasi "Isolasi Minyak"


17

Praktikum Kimia Organik/Kelompok II/S.Ganjil/2023


Asam lemak yang teridentifikasi dari lemak ikan tongkol segar masing-
masing terdiri dari delapan asam lemak jenuh yakni asam miristat 1,74%; asam
pentadekanoat 0,86%; asam palmitat 19,69%; asam stearat 12,03% ; asam
melissat 0,25%; asam nonadekanoat 0,46%; asam arakidat 0,70% dan asam
lignoserat 0,52%. Sedangkan empat asam lemak tidak jenuh yang teridentifikasi
masing-masing adalah asam palmitoleat 3,38%; asam oktadekenoat 12,20%; asam
arakidonat 3,54% dan asam eikosenoat 1,90% (Manduapessy, 2019).

2.1.2 Natrium Sulfat Anhidrat


Natrium sulfat adalah garam natrium dari asam sulfat. Natrium sulfat
merupakan garam berwujud padatan atau kristal berwarna putih dan tidak
berwarna. Nama lain dari senyawa ini adalah binatrium sulfat atau mineral
tenardit dengan rumus molekul Na2SO4. Natrium sulfat banyak digunakan untuk
memenuhi kebutuhan industri, antara lain untuk industri pulp and paper, deterjen,
pembuatan flat glass, tekstil, keramik, farmasi, zat pewarna, dan lain-lain (Nita
dkk, 2020).
Di alam, Na2SO4 anhidrat dapat kita temukan sebagai mineral thenardite.
Mineral ini bersifat metastabil (keadaan bahan di mana perubahan tidak dapat
diamati karena perubahan terlalu lambat untuk diamati), mudah larut dalam air
dan higroskopis. Kita dapat menjumpai mineral ini di daerah kering sebagai
endapan asin dan terdapat juga pada gua yang kering. Karena sifatnya yang
metastabil, apabila temperatur dalam gua lebih rendah maka thenardite secara
berangsur-angsur akan menyerap air dan berubah menjadi mirabilite yaitu mineral
alam Na2SO4.10H2O (Budiman, 2016).
Sifat-sifat fisika dan kimia Natrium Sulfat Anhidrat, dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 2.1 Sifat-sifat fisika dan kimia Na2SO4
Sifat Na2SO4
Bentuk kristal Rombik
Ukuran kristal Serbuk halus
Warna Tak berwarna
Berat molekul 142,04 gram/mol
Berat jenis 2,671 gram/mL
Titik leleh 888C
(Sumber: The Condensed Chemical Dictionary, 1977).

Proses Sokletasi "Isolasi Minyak"


18

Praktikum Kimia Organik/Kelompok II/S.Ganjil/2023


2.2 Minyak Ikan
Minyak ikan termasuk senyawa lipida yang bersifat tidak larut dalam air.
Minyak ikan dibagi dalam dua golongan, yaitu minyak hati ikan (fish liver oil)
yang terutama dimanfaatkan sebagai sumber vitamin A dan D, dan minyak tubuh
ikan (body oil). Sifat minyak ikan yang telah dimurnikan atau diuji secara
organoleptik, yaitu cairan yang berwarna kuning muda, jernih dan berbau khas
minyak ikan. Sifat fisiknya berbentuk cair dengan berat jenis sekitar 0,92 gr/ml
dengan angka iod lebih dari 65 gr/100 gr, angka penyabunan 185-195 mg/gr, asam
lemak bebas 0,1-13 %, dan angka tidak tersabunkan 0,5-2,0 mg/gr (Irianto, 2002).
Uji indera atau uji sensori ini merupakan cara pengujian dengan
menggunakan indera manusia sebagai alat utama untuk pengukuran daya
penerimaan terhadap produk. Pengujian indera mempunyai peranan penting dalam
penerapan mutu (Irianto, 2002). Pengujian indera dapat memberikan indikasi
kebusukan, kemunduran mutu dan kerusakan lainnya dari produk. Dalam minyak
ikan terdapat omega-3, vitamin A, dan vitamin D. Selain itu, minyak ikan juga
merupakan sumber lemak rendah kolestrol yang aman dikonsumsi oleh segala
tingkat usia.
Namun jika berlebihan pun tidak baik, karena dapat menyebabkan
keracunan vitamin A dan D. Selain itu juga mengakibatkan adanya penurunan
kadar vitamin E dalam tubuh. Oleh karena itu, hendaknya dikonsumsi sesuai
dengan kebutuhan atau dosis yang tepat. Misalnya untuk anak yang memiliki
berat badan 10 kg, cukup mengkonsumsi minyak itu satu sendok teh saja per
harinya (Irianto, 2002).
Kotoran pada minyak ikan dapat dikelompokan menjadi tiga, yaitu
pertama adalah kotoran yang tidak larut dalam minyak (kotoran fisik, air dan
protein), kedua adalah kotoran yang berbentuk suspensi koloid dalam minyak
(fosfatida dan karbohidrat) dan ketiga adalah kotoran yang terlarut (asam lemak
bebas, pigmen, mono dan digliserida, senyawa hasil oksidasi, logam dan
bahanbahan yang tak tersabunkan). Kadar minyak dalam ikan sangat bervariasi,
dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu: spesies (jenis) ikan, jenis kelamin, tingkat
kematangan (umur), musim, siklus bertelur, dan lokasi geografis. Komposisi
minyak ikan laut lebih kompleks, mengandung asam lemak (Irianto, 2002).

Proses Sokletasi "Isolasi Minyak"


19

Praktikum Kimia Organik/Kelompok II/S.Ganjil/2023


2.3 Ekstraksi Minyak
Ekstraksi adalah proses penarikan suatu zat dengan pelarut sehingga
terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Seringkali
campuran bahan padat dan cair tidak dapat atau sukar dipisah dengan metode
pemisahan mekanis atau termis. Ekstraksi adalah satu-satunya proses yang dapat
digunakan dan paling ekonomis. Ekstraksi minyak adalah salah satu cara untuk
mendapatkan minyak atau lemak dari bahan yang mengandung minyak atau
lemak, baik lemak nabati atau lemak hewani. Prinsip dasar ekstraksi ialah
pemisahan suatu zat berdasarkan perbandingan distribusi zat yang terlarut dalam
dua pelarut yang tidak saling melarutkan (Saifudin, 2014).
Secara umum, ekstraksi terbagi atas 3 jenis, yaitu rendering (dry
rendering dan wet rendering), mechanical expression, dan solvent extraction
(Sudjadi, 1986).
2.3.1 Rendering
Rendering merupakan suatu cara yang sering digunakan untuk
mengekstraksi minyak hewan dengan cara pemanasan. Pemanasan dapat
dilakukan dengan air panas (wet rendering). Lemak akan mengapung di
permukaan sehingga dapat dipisahkan. Pemanasan tanpa air biasanya dipakai
untuk mengekstraksi minyak babi dan lemak susu. Secara komersial rendering
dilakukan dengan menggunakan ketel vakum. Protein akan rusak oleh panas dan
air akan menguap sehingga lemak dapat dipisahkan (Winarno, 1991).
Menurut Chynintya (2015), rendering merupakan suatu cara ekstraksi
minyak atau lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak
dengan kadar air tinggi. Penggunaan panas bertujuan untuk menggumpalkan
protein pada dinding sel bahan dan untuk memecahkan dinding sel tersebut
sehingga mudah ditembus oleh minyak atau lemak yang terkandung didalamnya.
Menurut pengerjaannya, rendering dibagi dalam dua cara, yaitu wet rendering dan
dry rendering (Ketaren, 1986).
a. Wet Rendering
Wet rendering adalah proses rendering dengan penambahan sejumlah air
selama berlangsungnya proses tersebut. Proses ini digunakan untuk ikan-ikan
berlemak tinggi dan dalam jumlah banyak. Langkah-langkah yang dilakukan

Proses Sokletasi "Isolasi Minyak"


20

Praktikum Kimia Organik/Kelompok II/S.Ganjil/2023


terdiri dari pencincangan, pemasakan dengan uap, pengepresan dan pemisahan.
Pengepresan menghasilkan 2 bagian yaitu bagian padatan (press cake) dan cairan
(press liquor). Padatan dipakai sebagai bahan pembuatan tepung ikan. Sedangkan
cairan merupakan minyak Ikan. Cara ini dikerjakan pada ketel yang terbuka atau
tertutup dengan mengunakan suhu yang tinggi serta tekanan 40 sampai 60 pound
tekanan uap (40-60psi). Pengaturan suhu rendah dalam proses wet rendering
dilakukan jika diinginkan flavor netral dari minyak atau lemak (Ketaren, 1986).
Bahan yang diektraksi ditempatkan pada ketel yang dilengkapi dengan
alat pengaduk. Kemudian air ditambahkan dan campuran tersebut dipanaskan
perlahan-lahan sampai suhu 50C sambil diaduk. Minyak yang diekstraksi akan
naik ke atas dan kemudian dipisahkan. Peralatan yang dipergunakan adalah
autoclave atau digester. Air dan bahan yang diekstraksi dimasukkan ke dalam
digester dengan tekanan uap air sekitar 40 sampai 60 pound selama 4-6 jam
(Ketaren, 1986).
b. Dry Rendering
Dry rendering adalah cara rendering tanpa penambahan air selama proses
berlangsung. Dry rendering dilakukan dalam ketel yang terbuka dan dilengkapi
dengan steam jacket serta alat pengaduk (agitator). Bahan yang diperkirakan
mengandung minyak atau lemak dimasukkan ke dalam ketel tanpa penambahan
air, bahan tadi dipanaskan sambil diaduk. Pemanasan dilakukan pada suhu 220F
sampai 230F (105C-110C). Ampas bahan yang telah diambil minyaknya akan
diendapkan pada dasar ketel. Minyak atau lemak yang dihasilkan dipisahkan dari
ampas yang telah mengendap dan pengambilan minyak dilakukan di bagian atas
ketel (Ketaren, 1986).

2.3.2 Pengepresan Mekanik


Pengepresan mekanik merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau
lemak, terutama untuk bahan yang berasal dari biji-bijian. Cara ini dilakukan
untuk memisahkan minyak dari bahan yang berkadar minyak tinggi (30-70%).
Pada pengepresan mekanik ini diperlukan perlakuan pendahuluan sebelum
minyak atau lemak dipisahkan dari bijinya. Perlakuan pendahuluan tersebut
mencakup pembuatan serpih, perajangan dan penggilingan serta tempering atau
pemasakan. Dua cara yang umum dalam pengepresan mekanik, yaitu pengepresan
Proses Sokletasi "Isolasi Minyak"
21

Praktikum Kimia Organik/Kelompok II/S.Ganjil/2023


hidraulik (hydraulic pressing) dan pengepresan berulir (expeller pressing)
(Ketaren, 1986).
a. Hydraulic Pressing
Pada cara hydraulic pressing bahan dipres dengan tekanan sekitar 2000
pound/inch (140,6 kg/cm2 = 136 atm). Banyaknya minyak atau lemak yang dapat
diektraksi tergantung dari lamanya pengepresan, tekanan yang dipergunakan, serta
kandungan minyak dalam bahan asal. Sedangkan banyaknya minyak yang tersisa
pada bungkil bervariasi sekitar 4-6% tergantung dari lamanya bungkil ditekan di
bawah tekanan hidraulik (Ketaren, 1986).
b. Expeller Pressing
Cara expeller pressing memerlukan perlakuan pendahuluan yang terdiri
dari proses pemasakan. Proses pemasakan berlangsung pada temperatur 240F
(115,5C) dengan tekanan sekitar 15-20 ton/inch2 . Kadar air minyak atau lemak
yang dihasilkan berkisar sekitar 2,5-3,5% sedangkan bungkil yang dihasilkan
masih mengandung minyak sekitar 4-5% (Ketaren, 1986).

2.3.3 Ekstraksi dengan Pelarut


Prinsip dari proses ini adalah ekstraksi dengan melarutkan minyak dalam
pelarut minyak dan lemak. Pelarut minyak atau lemak yang biasa digunakan
dalam proses ekstraksi dengan pelarut menguap adalah petroleum eter, gasoline,
karbon disulfida, karbon tetra klorida, benzene, dan n-heksana (Sudjadi, 1986).
Menurut Depkes RI (2000), ada beberapa metode ekstraksi yang sering digunakan
antara lain yaitu:
a. Cara dingin
 Maserasi
Maserasi adalah penyarian simplisia dengan cara perendaman
menggunakan pelarut disertai sesekali pengadukan pada temperatur kamar.
Maserasi yang dilakukan pengadukan secara terus menerus disebut maserasi
kinetik sedangkan yang dilakukan penambahan ulang pelarut setelah dilakukan
penyaringan terhadap maserat pertama dan seterusnya disebut remaserasi.
 Perkolasi
Perkolasi adalah proses penyarian simplisia menggunakan alat perkolator
dengan pelarut yang selalu baru sampai terjadi penyarian sempurna yang
Proses Sokletasi "Isolasi Minyak"
22

Praktikum Kimia Organik/Kelompok II/S.Ganjil/2023


umumnya dilakukan pada temperatur kamar. Proses perkolasi terdiri dari tahap
pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya
penetesan penampungan ekstrak terus menerus sampai diperoleh perkolat.
b. Cara panas
 Refluks
Refluks adalah proses penyarian simplisia pada temperatur titik didihnya
menggunakan alat dengan pendingin balik dalam waktu tertentu dimana pelarut
akan terkondensasi menuju pendingin dan kembali ke labu.
 Sokletasi
Sokletasi adalah proses penyarian menggunakan pelarut yang selalu baru,
dilakukan dengan menggunakan alat khusus soklet dimana pelarut akan
terkondensasi dari labu menuju pendingin, kemudian jatuh membasahi sampel.

2.4 Minyak dan Lemak


2.4.1 Karakteristik Minyak dan Lemak
Karakterisasi minyak ikan dilakukan dengan beberapa pengujian, yaitu
menentukan rendemen minyak, uji kandungan asam lemak bebas, uji bilangan
peroksida, uji bilangan iod, uji bilangan penyabunan, dan uji komposisi minyak.
Sifat fisiknya berbentuk cair dengan berat jenis 0.92 gr/ml. Sifatnya yaitu, angka
penyabunan 185-195 mg/gr, asam lemak bebas 0,1-13 %, dan angka tidak
tersabunkan 0,5-2,0 mg/gr (Harold, 1983).
1. Uji Angka Asam
Uji ini dilakukan untuk mengetahui asam lemak bebas yang terdapat
dalam suatu lemak dan minyak yang terhidrolisis. Angka asam dinyatakan sebagai
jumlah milligram NaOH yang dibutuhkan untuk menetralkan asam lemak bebas
yang terdapat dalam satu gram lemak atau minyak. Semakin tinggi angka asam
maka semakin rendah kualitas minyaknya (Harold, 1983).
2. Uji Angka Peroksida
Uji ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kerusakan struktur dari suatu
lemak dan minyak. Asam lemak tak jenuh dapat mengikat oksigen pada ikatan
rangkapnya sehingga membentuk peroksida. Semakin kecil angka peroksida
berarti kualitas minyak semakin baik. Kerusakan pada lemak atau minyak dapat
terjadi karena proses oksidasi oleh oksigen dari udara (Harold, 1983).

Proses Sokletasi "Isolasi Minyak"


23

Praktikum Kimia Organik/Kelompok II/S.Ganjil/2023


3. Uji Bilangan Iod
Penentuan bilangan iod ini menunjukkan adanya asam lemak tak jenuh
sebagai penyusun dari minyak atau lemak yang telah diektsrak. Asam lemak tidak
jenuh mampu mengikat iodium dan membentuk senyawa jenuh. Banyaknya iod
yang diikat oleh asam lemak menunjukkan banyaknya ikatan rangkap yang
terdapat dalam minyak atau lemak. Angka bilangan iod lebih dari 65 gram/100
gram (Harold, 1983).
4. Uji Bilangan Penyabunan
Angka penyabunan menunjukkan secara relatif besar kecilnya molekul
asam lemak yang terkandung dalam minyak. Minyak yang disusun oleh asam
lemak berantai C pendek berarti mempunyai berat molekul relatif kecil akan
mempunyai angka penyabunan besar dan sebaliknya. Angka penyabunan adalah
banyaknya milligram KOH atau NaOH yang dibutuhkan untuk menyabunkan 1 gr
minyak atau lemak (Ketaren, 1986).
5. Asam Lemak Bebas
Asam lemak bebas adalah asam lemak yang berada sebagai asam bebas
tidak terikat sebagai trigliserida. Asam lemak bebas dihasilkan oleh proses
hidrolisis dan oksidasi biasanya bergabung dengan lemak netral. Reaksi ini akan
dipercepat dengan adanya faktor panas, air, keasaman, dan katalis (enzim).
Semakin lama reaksi ini berlangsung maka semakin banyak kadar ALB yang
terbentuk (Ketaren, 1986).

2.4.2 Pembentukan Minyak dan Lemak


Lemak dan minyak merupakan senyawaan trigliserida dari gliserol.
Dalam pembentukannya, trigliserida merupakan hasil proses kondensasi satu
molekul gliserol dan tiga molekul asam lemak (umumnya ketiga asam lemak
tersebut berbeda-beda), yang membentuk satu molekul trigliserida dan satu
molekul air. Bila R1 = R2 = R3 (dimana R merupakan molekul asam lemak),
maka trigliserida yang terbentuk disebut trigliserida sederhana (simple
triglyceride), sedangkan bila R1, R2, R3 berbeda, maka disebut trigliserida
campuran (mixed triglyceride) (Mulyani dan Sujarwanta, 2018).

Proses Sokletasi "Isolasi Minyak"


24

Praktikum Kimia Organik/Kelompok II/S.Ganjil/2023

Gambar 2.2 Proses Pembentukan Lemak (Mulyani dan Sujarwanta, 2018)


Ikatan yang terbentuk adalah antara gugus karboksil pada asama lemak
dan gugus hidroksil pada gliserin. Setiap pembentukan ikatan kovalen akan
membebaskan satu molekul air sehingga reaksinya disebut reaksi polimerisasi
kondensasi. Karena gliserin memiliki tiga gugus hidroksil maka gliserin dapat
mengikat maksimum tiga rantai asam lemak dan dapat melepaskan maksimal tiga
molekul air untuk membentuk trigliserida (Mamuaja, 2017).

2.4.3 Klasifikasi Minyak dan Lemak


Menurut Mulyani dan Sujarwanta (2018) minyak dan lemak dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
Tabel 2.2 Klasifikasi Lemak dan Minyak Berdasarkan Sifat Mengering
Sifat Keterangan
Minyak tidak mengering (non-drying oil) Tipe minyak zaitun, contoh: minyak
zaitun, minyak buah persik, minyak
kacang
Minyak setengah mengering (Semidrying Minyak yang mempunyai daya mengering
oil) yang lebih lambat. Contoh: minyak biji
kapas, minyak bunga matahari.
Minyak nabati mengering (drying-oil) Minyak mempunyai sifat yang dapat
mengering jika kena oksidasi dan akan
berubah menjadi lapisan tebal, bersifat
kental, dan membentuk sejenis selaput
jika dibiarkan di udara terbuka. Contoh:
minyak kacang kedelai.
(Sumber: Mulyani dan Sujarwanta, 2018)

Tabel 2.3 Klasifikasi Lemak dan Minyak Berdasarkan Sumbernya


Sumber Keterangan

Berasal dari tanaman (minyak nabati) Palawija (minyak jagung, biji kapas,
kelapa, coklat, inti sawit). Kulit buah

Proses Sokletasi "Isolasi Minyak"


25

Praktikum Kimia Organik/Kelompok II/S.Ganjil/2023


(minyak zaitun, minyak kelapa).

Berasal dari hewan (lemak hewani) Susu hewan (lemak susu). Daging hewan
(lemak sapi, oleosterin). Hasil laut
(minyak ikan, sardin, minyak ikan paus).

(Sumber: Mulyani dan Sujarwanta, 2018)

2.4.4 Sifat-sifat Minyak dan Lemak


Menurut Mulyani dan Sujarwanta (2018), sifat fisika minyak dan lemak
yaitu:
1. Bau amis (fish flavor) yang disebabkan oleh terbentuknya trimetil-amin
dari lecitin.
2. Bobot jenis dari lemak dan minyak biasanya ditentukan pada suhu kamar.
3. Indeks bias dari lemak dan minyak dipakai pada pengenalan unsur kimia
dan untuk pengujian kemurnian minyak.
4. Minyak/lemak tidak larut dalam air kecuali minyak jarak (coastor oil),
sedikit larut dalam alkohol dan larut sempurna dalam dietil eter, karbon
disulfida dan pelarut halogen.
5. Titik didih asam lemak semakin meningkat dengan bertambahnya
panjang rantai karbon.
6. Rasa pada lemak dan minyak selain terdapat secara alami, juga terjadi
karena asam-asam yang berantai sangat pendek sebagai hasil penguraian
pada kerusakan minyak atau lemak.
7. Titik kekeruhan ditetapkan dengan cara mendinginkan campuran lemak
atau minyak dengan pelarut lemak.
8. Titik lunak dari lemak/minyak ditetapkan untuk mengidentifikasikan
minyak/ lemak.
9. Shot melting point adalah temperatur pada saat terjadi tetesan pertama
dari minyak/lemak.
10. Lipping point digunakan untuk pengenalan minyak atau lemak alam serta
pengaruh kehadiran komponen-komponennya.
Sedangkan menurut Mulyani dan Sujarwanta (2018), sifat kimia minyak
dan lemak yaitu:
1. Hidrolisis

Proses Sokletasi "Isolasi Minyak"


26

Praktikum Kimia Organik/Kelompok II/S.Ganjil/2023


Hidrolisis adalah penguraian zat dalam reaksi kimia yang disebabkan
oleh air. Dalam reaksi hidrolisis, lemak dan minyak akan diubah menjadi asam-
asam lemak bebas dan gliserol. Reaksi hidrolisis mengakibatkan kerusakan lemak
dan minyak. Ini terjadi karena terdapat terdapat sejumlah air dalam lemak dan
minyak tersebut.
2. Penyabunan
Lemak dapat dihidrolisis dengan berbagai cara. Salah satunya adalah
dengan alkali. Proses hidrolisis lemak dengan menggunakan alkali disebut reaksi
saponifikasi (penyabunan). Reaksi ini dilakukan dengan penambahan sejumlah
larutan basa kepada trigliserida. Bila penyabunan telah lengkap, lapisan air yang
mengandung gliserol dipisahkan dan gliserol dipulihkan dengan penyulingan.

Gambar 2.3 Reaksi Penyabunan (Mulyani dan Sujarwanta, 2018)

3. Hidrogenasi
Proses hidrogenasi bertujuan untuk menjernihkan ikatan dari rantai
karbon asam lemak pada lemak atau minyak. Setelah proses hidrogenasi selesai,
minyak didinginkan dan katalisator dipisahkan dengan disaring. Hasilnya adalah
minyak yang bersifat plastis atau keras, tergantung pada derajat kejenuhan.
4. Oksidasi
Lemak-lemak di dalam tubuh akan dipecah menjadi asam lemak yang
selanjutnya akan didegradasi melalui oksidasi. Oksidasi akan memecah asam
lemak menjadi molekul dengan atom C. Oksidasi dapat berlangsung bila terjadi
kontak antara sejumlah oksigen dengan lemak atau minyak. terjadinya reaksi
oksidasi ini akan mengakibatkan bau tengik pada lemak atau minyak.

Proses Sokletasi "Isolasi Minyak"


27

Praktikum Kimia Organik/Kelompok II/S.Ganjil/2023


2.4.5 Perbedaan Minyak dan Lemak
Menurut Mamuaja (2017), beberapa perbedaan lemak dan minyak:
1. Ditinjau dari ikatan rangkap asam lemaknya. Pada lemak, asam lemaknya
memiliki sedikit ikatan rangkap (asam lemak jenuh), sedangkan pada
minyak, asam lemaknya memiliki banyak ikatan rangkap (asam lemak
tak jenuh).
2. Ditinjau dari titik lelehnya. Lemak memiliki titik leleh tinggi, sedangkan
minyak memiliki titik leleh rendah.
3. Ditinjau dari wujudnya. Lemak biasanya berwujud padat pada suhu
ruang, sedangkan minyak berwujud cair pada suhu ruang.
4. Ditinjau dari berat jenis lemak/minyak atau berat minyak (gram) per
satuan volume (ml). Pada prinsipnya, berat jenis lemak/minyak
ditentukan melalui perbandingan berat contoh minyak dengan berat air
yang volumenya sama pada suhu yang ditentukan (biasanya 25C).
Minyak memiliki berat jenis yang lebih kecil dibanding air, yaitu berkisar
antara 0,916 - 0,923 gram/mL.

2.5 Densitas
Densitas atau massa jenis merupakan nilai yang menunjukkan besarnya
perbandingan antara massa benda dengan volume benda tersebut, massa jenis
suatu benda bersifat tetap artinya jika ukuran benda diubah maka massa jenisnya
tetap, hal ini disebabkan oleh kenaikan massa benda dan kenaikan volume benda
diikuti secara linier dengan kenaikan volume benda atau massa benda. Untuk
menentukan massa benda dapat dilakukan dengan menimbang benda tersebut
dengan timbangan yang sesuai, seperti neraca ohaus atau yang lainnya (Halliday
1991).
Densitas atau massa jenis atau rapatan merupakan pengukuran massa
setiap satuan volume dengan standar pengukuran tertentu, seperti kg/m3 atau
gram/cc. Densitas atau massa jenis merupakan pengukuran massa setian satuan
volume minyak. Densitas minyak normal adalah 0,92 gram/mL (Heri dkk, 2017).

2.6 Yield

Proses Sokletasi "Isolasi Minyak"


28

Praktikum Kimia Organik/Kelompok II/S.Ganjil/2023


Menurut Adhani (2018), yield adalah perbandingan produk yang
diinginkan yang terbentuk (dalam mol) dengan jumlah total yang bisa dihasilkan
jika konversi reaktan pembatas sempurna (100%) dan tidak ada reaksi samping
yang terjadi. Singkatnya yield, yaitu perbandingan antara massa produk dengan
massa bahan awal. Hasil mol dari produk yang diinginkan terbentuk mol
terbentuk jika tidak ada reaksi samping dan pembatasan zat aktif yang terbentuk
secara sempurna. Yield dirumuskan dengan:

Yield ..........................................(2.1)

BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Bahan-bahan yang digunakan


Adapun bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini antara lain :
1. Limbah ikan tongkol 650 gram
2. Akuades
3. Vaselin
4. Natrium sulfat anhidrat 9,86 gram

3.2 Alat-alat yang digunakan


Adapun alat-alat yang digunakan pada percobaan ini antara lain :
1. Oven

Proses Sokletasi "Isolasi Minyak"


29

Praktikum Kimia Organik/Kelompok II/S.Ganjil/2023


2. Timbangan
3. Kain lap
4. Corong pisah 500 mL
5. Botol UC 1000
6. Pipet tetes
7. Elenmeyer 250 mL
8. Gelas kimia 500mL
9. Gelas ukur 10 mL, 50 mL
10. Piknometer 10 mL
11. Viskometer
12. Stopwatch
13. Statip dan klem
14. Kaleng
15. Baskom
16. Sarung tangan
17. Tisu
18. Sendok plastik
19. Tusuk lidi

3.3 Prosedur Praktikum


Adapun prosedur yang dilakukan pada percobaan ini adalah:
a. Dry Rendering
1. Limbah ikan tongkol dicuci dan dibersihkan.
2. Limbah dikeringkan lalu ditimbang.
3. Kain lap dibentangkan di atas kaleng dan diikat dengan menggunakan
karet.
4. Limbah ikan yang sudah kering diletakkan di atas kain yang sudah diikat
di mulut kaleng.
5. Limbah ikan kemudian dioven selama 90 menit dengan suhu 100°C. 1
menit sebelum proses pemanasan selesai, disiapkan es batu di dalam
baskom untuk proses winterisasi

Proses Sokletasi "Isolasi Minyak"


30

Praktikum Kimia Organik/Kelompok II/S.Ganjil/2023


6. Limbah yang sudah dioven kemudian dipress dengan menggunakan kain
lap untuk diambil minyaknya, dengan cepat limbah di masukkan ke dalam
baskom berisi es batu dan ditunggu selama 20 menit
7. Setelah 20 menit, minyak yang diperoleh kemudian dimasukkan ke dalam
corong pisah. Sebelum dimasukkan, minyak terlebih dahulu ditambahkan
natrium sulfat anhidrat, dengan tujuan mengikat air yang ada pada minyak.
8. Setelah proses di corong pisah selesai, minyak yang diperoleh kemudian di
timbang.
9. Hitung rendemen minyak dengan menggunakan rumus:

b. Uji Densitas Minyak


1. Piknometer kosong ditimbang.
2. Piknometer diisi sampel minyak hingga penuh.
3. Piknometer yang telah diisi minyak kemudian ditimbang kembali.
4. Hitung densitas minyak dengan menggunakan rumus:

c. Uji Viskositas Minyak


1. Dimasukkan 10 mL minyak ke dalam viskometer.
2. Viskometer dimiringkan hingga minyak mencapai batas yang telah
ditentukan.
3. Setelah minyak mencapai batas, cepat tutup salah satu ujung viskometer
dengan menggunakan jari tangan.
4. Buka jari tangan dan hitung waktu yang dibutuhkan minyak untuk sampai
ke batas garis viskometer.

d. Perhitungan Laju Pembentukan ALB


1. Minyak yang diperoleh dari percobaan ditimbang.

Proses Sokletasi "Isolasi Minyak"


31

Praktikum Kimia Organik/Kelompok II/S.Ganjil/2023


2. Minyak didiamkan dan hitung rentang waktu pengamatan.
3. Setelah 1 hari, berat minyak kembali ditimbang.
4. Hitung laju pembentukan asam lemak bebas dengan menggunakan rumus:

3.4 Rangkaian alat


Pada praktikum “Ekstraksi Minyak Ikan” menggunakan rangkaian alat
corong pisah yang dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Rangkaian Alat Corong Pisah

Proses Sokletasi "Isolasi Minyak"


Praktikum Kimia Organik/Kelompok II/S.Ganjil/2023

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pratikum


Berdasarkan hasil praktikum ekstraksi minyak hewan dari limbah ikan
tongkol didapat hasil seperti berikut.
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Proses Dry Rendering
Prosedur Hasil
Limbah ikan yang telah dibersihkan 650 gram
ditimbang
Ikat serbet/kain pada mulut kaleng, 100o C, selama 90 menit
limbah ikan diletakkan di atasnya,
di oven
Limbah ikan dikeluarkan, lalu 197,32 gram
diperas
Minyak limbah ikan yang didapat 10 menit,
lalu diwintwerisasi dengan es batu, 187,25 gram
lalu ditimbang
Dimasukkan ke corong pisah dan 9,8 gram Na2SO4
ditambahkan natrium sulfat
anhidrat, sehingga terbentuk 2
lapisan
Setelah dipisahkan, minyak 186,19 gram
ditimbang

Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Uji Densitas Minyak


Prosedur Hasil
Berat piknometer kosong 15,78 gram
Berat piknometer + minyak 26,62 gram
Densitas minyak ikan

Tabel 4.3 Hasil Pengamatan Uji Viskositas Minyak


Prosedur Hasil
Waktu minyak ikan 15,78 gram
Waktu air 0,15 detik
Viskositas minyak ikan

Tabel 4.4 Hasil Pengamatan Uji Laju Pembentukan ALB


Prosedur Hasil
Berat minyak awal 650 gram
Berat minyak akhir 100o C, selama 90 menit
V ALB

Proses Sokletasi “Isolasi Minyak”

26
27

Praktikum Kimia Organik/Kelompok II/S.Ganjil/2023


4.2 Pembahasan
4.2.1 Dry Rendering
Ikan belum dimanfaatkan secara optimal, hal ini disebabkan oleh karena
kurangnya pemanfaatan limbah ikan yang diolah menjadi minyak ikan. Metode
yang paling sering dilakukan untuk mengekstraksi minyak hewan adalah
rendering dengan pemanasan, baik dengan air (wet rendering) maupun tanpa air
atau dry rendering (Estiasih 2009). Sampel yang digunakan pada percobaan ini
adalah hati ikan tongkol yang dimanfaatkan sebagai sumber vitamin A dan D
(Andhikawati, 2020).
Percobaan dimulai dengan pemilihan dan pencucian hati ikan tongkol
yang kemudian akan dikeringkan untuk mengurangi kadar air yang dapat
mempengaruhi yield. Setelah kering, kemudian hati ikan tongkol akan di timbang
dan beratnya dicatat sebagai massa awal sampel. Kemudian hati ikan patin yang
sudah di keringkan, akan diletakkan di dalam kaleng dan di alasi dengan kain
yang tidak menyentuh dasar kaleng, agar hati ikan tidak menempel ke kaleng dan
gosong pada saat dioven kan. Kemudian, kaleng berisi hati ikan akan dimasukkan
kedalam oven dengan suhu 100°C selama 90 menit tanpa tutup. Pengovenan ini
adalah salah satu cara dry rendering, yaitu pemecahan dinding sel sehingga
minyal dan lemak yang terkandung dapat bebas, dengan menggunakan panas dan
tanpa tambahan air (Nirwana, 2022).
Setalah di oven dengan suhu 100°C selama 90 menit, kaleng dikeluarkan
dan ikannya di peras untuk mengeluarkan minyak serta lemak yang sudah keluar
dari selnya. Kain berisi hati ikan diperas dengan tidak terlalu kuat seperti
memperas santan agar tidak menghancurkan hatinya, namun hanya mengeluarkan
minyaknya saja.
Setelah minyak di peras dari hati ikan, dengan cepat kaleng tersebut
diletakkan dan didiamkan selama 10 menit diatas wadah berisi pecahan es batu
untuk mengalami proses winterisasi. Winterisasi adalah proses dimana kaleng
minyak dan lemak dipisahkan, dikarenakan pada suhu ruang, minyak berfasa cair
sementara lemak berfasa padat. (Estiasih, 2009). Pada percobaan ini, minyak yang
didapat dari oven sebanyak 197.32 gram kemudian di winterisasi. namun lemak
masih belum terlalu terpisah setelah 10 menit mengalami winterisasi, sehingga

Proses Sokletasi "Isolasi Minyak"


28

Praktikum Kimia Organik/Kelompok II/S.Ganjil/2023


winterisasi dilakukan 10 menit lagi dengan total kaleng melakukan winterisasi
selama 20menit. Lemak yang mengeras kemudian di ambil menggunakan sendok
plastik dan di buang sehingga menyisakan minyak sebanyak 187.25 gram.
Minyak yang lemaknya sudah di buang kemudian ditimbang, lalu akan
dimasukkan kedalam gelas piala dan dicampurkan dengan natrium sulfat anhidrat
sebanyak 5% dari total berat minyak. Natrium sulfat anhidrat akan mengikat air
yang terkandung di dalam minyak sehingga meningkatkan kemurnian minyak
(Nirwana, 2022). Setelah dicampurkan dengan natrium sulfat anhidrat, minyak
akan dimasukkan ke corong pisah dan dibiarkan beberapa saat untuk membiarkan
air mengendap didasar corong kepisah. Pada percobaan ini, minyak di tunggu
selama 29 menit. Setelah di pisahkan dengan air, minyak yang tersisa akan di
timbang menjadi berat hasil ekstraksi, yang mana pada percobaan ini terdapat
186.19 gram. Tahap terakhir dari percobaan dry rendering ini adalah menghitung
yield dari ekstraksi dengan persamaan :
rat inyak asi kstraksi
yi x
rat sa awa
4.2.2 Densitas Minyak
Densitas adalah nilai kerapatan yang dapat ditentukan dengan satuan
massa zat dibandingkan terhadap satuan volume zat tersebut (Kamini,2016). Pada
percobaan ini, densitas dihitung menggunakan alat piknometer 10ml. Pertama,
piknometer kosong akan ditimbang dan dicatat beratnya sebagai berat piknometer
kosong. Kemudian, piknometer akan diisi minyak ikan hingga penuh dan tanpa
ada udara didalamnya, lalu di tutup dan ditimbang sebagai berat piknometer
penuh. Selanjutnya, densitas minyak tinggal dihitung menggunakan persamaan :
ra rat ikn t rk s n rat ikn t r nu
v u ikn t r
Pada percobaan ini, didapatkan densitas minyak sebesar 1.084gram/mL.
4.2.3 Viskositas Minyak
Viskositas adalah ukuran resistensi zat cair untuk mengalir. Semakin
besar resistensi suatu zat cair untuk mengalir, semakin besar pula viskositasnya
(Yelmida, 2022). Untuk menentukan viskositas suatu fluida, dapat menggunakan
berbagai macam persamaan. Pada persamaan ini, akan digunakan viskometer dan

Proses Sokletasi "Isolasi Minyak"


29

Praktikum Kimia Organik/Kelompok II/S.Ganjil/2023


persamaan perbandingan viskositas minyak dengan viskositas fluida pada yang
telah diketahui, dengan persamaan :
t
t
Pada percobaan ini, viskositas minyak ikan akan dibandingkan dengan
viskositas aquades yang bernilai 0.0089 poise. Minyak ikan akan dimasukkan
kedalam viskometer dan dihitung waktu yang dibutuhkan untuk minyak ikan
menuju ke titik bawah dari titik atas viskometer, kemudian aquades juga
dilakukan hal yang sama. Setelah di lakukan percobaan dan perhitungan
menggunakan viskometer didapatkan nilai viskositas minyak ikan sebesar
0.0144714 poise.
4.2.4 Laju Pembentukan Asam Lemak Bebas Minyak
Laju pembentukan asam lemak bebas pada minyak ikan ditentukan
dengan cara didiamkan beberapa saat. Pada percobaan ini, minyak ikan pertama
dipisahkan kedalam botol dan ditimbang sebagai berat botol awal, kemudian
minyak ikan akan didiamkan selama 24 jam. Kemudian laju pembentukan asam
lemak akan dihitung menggunakan persamaan :

Pada percobaan ini, botol berisi minyak seberat 178.51 gram dibiarkan
selama 24jam. Setelah 24 jam, didapati volumenya berkurang 10.12 gram menjadi
168.39 gram. Sehingga laju pembentukan asam lemak bebas pada percobaan ini
adalah sebesar 0.422 gram/jam. Laju pembentukan asam lemak pada minyak ikan
bebas ini dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu temperatur, waktu penyimpanan,
kontak dengan udara, dan juga kadar air didalam minyak (Andhikawati, 2020).

Proses Sokletasi "Isolasi Minyak"


30

Praktikum Kimia Organik/Kelompok II/S.Ganjil/2023

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Ekstraksi adalah suatu proses pengambilan atau pemisahan suatu dari
campurannya. Dry rendering merupakan proses rendering tanpa
penambhan air pada bahan yang akan diekstrak.
2. Diperoleh yield pada percobaan ekstraksi minyak ikan ini, yaitu
rendemen proses dry rendering sebesar 34,28%
3. Diperoleh densitas minyak ikan tongkol sebesar 1.084 gram/ml,
viskositas minyak ikan tongkol sebesar 0.0144714 poise, serta laju
pembentukkan asam lemak bebas sebesar 0.422 gram/jam.

5.2 Saran
1. Limbah yang diambilkan pastikan hanya bagian perutnya saja dan sudah
dicuci bersih dan dikeringkan.
2. Perhatikan suhu saat memanaskan limbah ikan di oven.
3. Menghitung viskositas minyak ikan menggunakan viscometer harus teliti
agar hasil viskositas yang didapat semakin akurat.

Proses Sokletasi "Isolasi Minyak"


31

Praktikum Kimia Organik/Kelompok II/S.Ganjil/2023

LAMPIRAN B
PERHITUNGAN

B.1 Menghitung Berat Na2So4.H2O yang Diperlukan


Berat Na2SO4.H2O yang diperlukan = 5% minyak
Berat minyak = 187.25 gram
Berat Na2SO4.H2O=massa minyak x 5%=187.25 gram x 5% = 9.36 gram

B.2 Menghitung Yield


Berat sampel = 650 gram
Berat minyak hasil ekstraksi = 186.19 gram
rat inyak asi kstraksi
i x
rat sa awa
ra
x
ra
x

B.3 Menghitung Densitas Minyak Ikan


Berat piknometer kosong = 15.78 gram
Berat piknometer penuh = 26.62 gram
Volume pinometer = 10mL
ra rat ikn t rk s n rat ikn t r nu
v u ikn t r
ra ra ra

B.4 Menghitung Viskositas Minyak Ikan


Kecepatan aquades di viskometer = 0.2 s
Kecepatan minyak ikan di viskometer = 0.3 s
Densitas aquades = 1 gram/mL
Densitas minyak ikan = 1.084 gram/mL
Viskometer air = 0.00899 poise

Proses Sokletasi "Isolasi Minyak"


32

Praktikum Kimia Organik/Kelompok II/S.Ganjil/2023


t
t

0.01461774

B.5 menghitung laju pembentukan asam lemak bebas


Berat botol awal = 178.51 gram
Berat botol akhir = 168.39 gram
Lama waktu didiamkan = 24 jam
rat t awa rat t s t a a
au ntukan
a

au ntukan
a
au ntukan ra a

Proses Sokletasi "Isolasi Minyak"


33

Praktikum Kimia Organik/Kelompok II/S.Ganjil/2023

LAMPIRAN C
DOKUMENTASI PELAKSANAAN PRAKTIKUM

Gambar C.1 Limbah ikan tongkol Gambar C.2 Kaleng + kain

Gambar C.3 Kaleng + kain + Gambar C.4 Limbah ikan


limbah ikan sesudah dioven

Proses Sokletasi "Isolasi Minyak"


34

Praktikum Kimia Organik/Kelompok II/S.Ganjil/2023

Gambar C.5 Pengepressan limbah Gambar C.6 Hasil minyak


ikan sesudah dipress

Gambar C.7 Proses winterisasi Gambar C.8 Hasil winterisasi

Gambar C.9 Minyak + Na Gambar C.10 Proses pemisahan

Proses Sokletasi "Isolasi Minyak"


35

Praktikum Kimia Organik/Kelompok II/S.Ganjil/2023


minyak dan air

Gambar C.11 Proses uji kadar Gambar C.12 Proses uji


air viskositas minyak

Gambar C.13 Hasil minyak dari Gambar C.14 Hasil minyak


limbah ikan tongkol setelah 1 hari

Proses Sokletasi "Isolasi Minyak"

Anda mungkin juga menyukai