Oleh:
Kelompok 08
Ketua Kelompok :
Kelvin Putra 11217008
Anggota Kelompok :
Renard Elyon 11217014
Amadhea Yudith 11217036
Faridah Husna 11217040
i
4.2 Pengukuran Massa Jenis .................................................................. 1
4.3 Penentuan Viskositas dengan Metode Viskometer Ostwald ........... 18
4.3 Penentuan Viskositas dengan Metode Bola Jatuh ........................... 21
BAB V PENUTUP ............................................................................................ 25
5.1 Kesimpulan ................................................................................... 25
5.2 Saran ............................................................................................. 25
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 27
LAMPIRAN ...................................................................................................... 31
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Gaya yang bekerja pada benda yang bergerak pada fluida diam ....... 6
Gambar 2.2 Grafik sistem alir newton ................................................................. 8
Gambar 2.3 Kurva hubungan antara viskositas dengan laju geser di berbagai
jenis fluida ..................................................................................... 10
Gambar 3.1 Viskometer Ostwald ...................................................................... 13
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR LAMPIRAN
v
RINGKASAN
Rheologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang sifat alir dan
deformasi fluida karena tekanan. Salah satu parameter yang dipelajari pada
rheologi adalah viskositas. Viskositas resistensi suatu fluida terhadap
deformasi dibawah tegangan geser. Mempelajari rheologi dan viskositas
sangat penting untuk mempermudah penentuan ukuran kekentalan dari suatu
fluida. Aplikasi ilmu tentang rheologi dan viskositas di bioindustri adalah,
dapat diketahui sifat alir dan nilai viskositas untuk produk dengan kualitas
yang baik. Percobaan berjudul Rheologi dan Viskositas ini memiliki tujuan
umum yaitu untuk menentukan sifat alir dan massa jenis dari larutan aquades,
gliserin teknis 50%, minyak sawit, mayonaise, saus tomat dan maisena 75%
serta menentukan viskositas dari larutan aquades, gliserin teknis 50% dan
minyak sawit. Sifat alir sampel secara kualitatif ditentukan menggunakan
overhead stirrer dan diamati sistem alir yang terbentuk setelah beberapa saat.
Massa jenis sampel diukur menggunakan piknometer untuk sampel aquades,
gliserin teknis 50% dan minyak sawit, dan gelas ukur untuk sampel saos
tomat, mayonaise, dan maizena 75%. Viskositas aquades, gliserin teknis 50%,
dan minyak sawit diukur menggunakan Viskometer Ostwald dan metode bola
jatuh. Dari hasil percobaan diperoleh bahwa fluida dengan sifat alir Newtonian
adalah aquades, gliserin teknis 50%, minyak sawit dan maisena 75%, dan
fluida dengan sifat alir non-newtonian adalah mayonais dan saus tomat.
Densitas larutan aquades, gliserin teknis 50%, minyak sawit, mayonais, saus
tomat, dan tepung maizena 75% berturut-turut adalah 1.02 gr/cm3, 1.21
gr/cm3, 0.92 gr/cm3, 0.89 gr/cm3, 1.26 gr/cm3, dan 1.25 gr/cm3. Sistem alir
maizena 75% dan massa jenis yang terhitung tidak sesuai dengan literatur dan
memiliki galat yang cukup tinggi. Hal ini disebabkan larutan maizena kurang
panas sehingga tidak larut dan berdampak pada hasil pengamatan dan
pengukuran. Viskositas dari larutan aquades, gliserin teknis 50%, dan minyak
sawit dengan metode Ostwald adalah 0.91 cp, 5.70 cp, dan 63.96 cp
sedangkan viskositas dari larutan aquades, gliserin teknis 50%, dan minyak
sawit dengan metode bola jatuh adalah 5.42 poise, 2.63 poise, dan 7.46 poise.
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum Modul Rheologi dan Viskositas ini dibedakan
menjadi dua tujuan, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus:
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari praktikum yang dilakukan adalah untuk menentukan
sifat alir dan massa jenis dari larutan aquades, gliserin teknis 50%, minyak sawit,
mayonaise, saus tomat dan maisena 75% serta menentukan viskositas dari larutan
aquades, gliserin teknis 50% dan minyak sawit.
1.2.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari praktikum yang dilakukan adalah:
1. Menentukan sifat alir larutan aquades, gliserin teknis 50%, minyak sawit,
mayonaise, saus tomat dan maizena 75% menggunakan overhead stirrer.
2. Menentukan massa jenis larutan aquades, gliserin teknis 50% dan minyak
sawit menggunakan piknometer serta massa jenis mayonaise, saus tomat
dan maizena 75% menggunakan gelas ukur.
3. Menentukan viskositas larutan aquades, gliserin teknis 50% dan minyak
sawit dengan metode viscometer Ostwald
4. Menentukan viskositas larutan aquades, gliserin teknis 50% dan minyak
sawit dengan metode bola jatuh.
1. Massa jenis aquades, gliserin teknis 50%, minyak sawit, mayonaise, saus
tomat dan maizena 75%
2. Massa jenis bola pejal
3. Viskositas aquades, gliserin teknis 50% dan minyak sawit
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Rheologi
Rheologi berasal dari bahasa Yunani yaitu Rheo yang artinya mengalir
dan Logos yang artinya ilmu. Rheologi adalah ilmu yang mempelajari tentang
aliran dan deformasi bahan dan mengasosiasikan perilaku aliran fisik dengan
struktur internal material yang berbeda yaitu bahan cair,padat, dan viskoelastatik
(Barnes dkk., 1989). Aliran cairan dan deformasi dipengaruhi oleh empat elemen
penting yaitu struktur yang membangun material, morfologi molekul, gaya yang
diberikan dari luar dan kondisi lingkungan saat stress diberikan. Menurut Ratna
(2013), sifat rheology mencakup pembahasan mengenai aliran fluida, yang
merupakan segmen penting dalam sebuah industri. Dalam industri, rheologi
menjadi hal yang dipertimbangkan dalam pencampuran dan aliran dari bahan,
pemasukan ke dalam wadah, pemindahan sebelum digunakan, apakah dicapai
dengan penuangan dari botol, pengeluran dari tube/pelewatan dari suatu jarum
suntik. Beberapa tahun terakhir ini prinsip dasar rheologi telah digunakan dalam
penyelidikan cat, tinta, berbagai adonan, bahan-bahan untuk pembuat
jalan,kosmetik, produk hasil peternakan, serta bahan-bahan lain. Sifat rheologi
dapat mempengaruhi pemilihat alat yang akan digunakan untuk memproses bahan
tersebut dalam pabrik. Jika hal ini tidak diperhatikan, akan berakibat diperolehnya
hasil yang tidak diinginkan, paling tidak dalam karakteristik alirannya (Martin &
Alfred, 1993).
𝐹 𝑑𝑣 𝐹/𝐴 𝐹
= 𝜂 𝑑𝑡 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝜂 = 𝑑𝑣/𝑑𝑟 = (2.1)
𝐴 𝐺
2.2 Viskositas
Viskositas merupakan kuantitas yang mendeskripsikan resistensi suatu
fluida terhadap deformasi dibawah tegangan geser. Pada aliran fluida, tegangan
geser pada fluida berbanding lurus dengan laju geser dan konstanta
proposionalitas (viskositas).
𝑑𝑣
𝜏=𝜇 (Crowe, et al. , 2009) (2.2)
𝑑𝑥
2
𝜏 = −𝜇 (∇𝒗 + (∇𝒗)+ ) + (3 𝜇 − 𝜅) (∇ ∙ 𝒗)𝜹 (Bird, et al. , 2002) (2.3)
5
deformasi berkurang sehingga viskositas dari fluida juga berkurang (Crowe, et al.,
2009). Persamaan variasi viskositas fluida terhadap suhu yaitu:
Gambar 2.1 Gaya yang bekerja pada benda yang bergerak pada fluida diam
6
benda berbentuk bola yang mengalami gaya gesek oleh fluida dapat dirumuskan
sebagai berikut (Sears, 1984):
𝐹 = −6 𝜋 𝜂 𝑟 𝑣 (2.5)
Dengan :
η : Koefisien viskositas
r : jari-jari bola
Jika sebuah bola padat yang rapat massanya ρ dan berjari-jari r dilepaskan
tanpa kecepatan awal di dalam zat cair kental yang rapat massanya ρ0, bola mula-
mula akan mendapat percepatan karena gaya berat dari bola, dan percepatan ini
akan memperbesar kecepatan bola. Bertambahnya besar kecepatan bola
menyebabkan gaya stokes bertambar besar pula. Sehingga pada suatu saat akan
terjadi keseimbangan diantara gaya-gaya yang bekerja pada bola. Kesetimbangan
gaya-gaya ini menyebabkan bola bergerak lurus beraturan, yaitu bergerak dengan
kecepatan tetap. Kecepatan yang tetap ini disebut kecepatan akhir atau kecepatan
terminal dari bola. Setelah gaya-gaya pada bola setimbang, kecepatan akhir v dari
bola dapat dinyatakan dengan persamaan berikut :
2𝑟 2𝑔(𝜌𝑏−𝜌𝑓) 2(𝜌𝑏−𝜌𝑓)𝑟 2𝑔
𝑣= 𝑠𝑒ℎ𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎 𝜂 = (2.6)
9𝜂 9𝑣
Hukum stokes ini hanya bekerja pada aliran laminar saja dimana aliran laminar
didefinisikan sebagai kondisi dimana partikel fluida bergerak lurus melalui
lapisan-lapisan cairan.
7
dan tidak langsung. Metode pengukuran secara langsung adalah dengan dengan
mengukur zat cair secara kontinu selama proses produksi berjalan, da secara tidak
langsung dengan mengambil sampel zat cair serta menimbang massa dan volume
untuk mendapatkan nilai massa jenis (Prawira&Rouv, 2018). Secara tidak
langsung, massa jenis dapat diukur dengan menggunakan piknometer dan gelas
ukur.
8
2.6 Fluida Non-Newtonian
Fluida Non-newtonian merupakan fluida dengan rasio tegangan geser
dan laju geser yang tidak konstan. Viskositas dari fluida non-newtonian dapat
dijelaskan dengan viskositas semu (𝜂𝑎𝑝𝑝 ).
𝜏
𝜂𝑎𝑝𝑝 (𝑇, 𝑝, 𝑑𝑣/𝑑𝑥) = 𝑑𝑣/𝑑𝑥 (Truskey, et al. , 2004) (2.7)
Viskositas semu digunakan untuk menunjukkan bahwa rasio tegangan geser dan
laju geser bergantung pada laju geser. untuk cairan Newtonian rasio tegangan
geser dan laju geser konstan, berbeda dengan fluida non-newtonian yang rasio
tegangan geser dan laju geser tidak konstan. Jenis dari fluida non-newtonian ini
yaitu pseudoplastis (viskositas berkurang dengan bertambahnya tegangan geser),
dilatan (viskositas bertambah dengan bertambahnya tegangan geser), thixotropic
(viskositas berkurang dengan bertambahnya waktu), dan viskoelastis (fluida
membutuhkan nilai tegangan geser tertentu untuk mulai mengalir) (Tropea, Yarin,
& Foss, 2007; Rao, 2007). Fluida pseudoplastis dan fluida dilatan dapat dijelaskan
dengan power law fluid (Truskey, et al., 2004).
Secara umum, power law fluid adalah fluida yang viskositas semunya
merupakan fungsi dari laju geser yang dipangkatkan. Untuk power law fluid,
Viskositas semu dapat ditulis:
𝑑𝑣 𝑛−1
𝜇 = 𝑚 |𝑑𝑥 | (Truskey, et al. , 2004) (2.8)
Kuantitas m dan n bergantung pada jenis fluida. Power law fluid diklasifikasikan
sebagai berikut
9
Gambar 2.3 Kurva hubungan antara viskositas dengan laju geser di berbagai jenis
fluida
𝜂 𝑡 𝜌
= × (2.9)
𝜂′ 𝑡′ 𝜌′
Pada dasarnya bila suatu cairan mengalir cepat maka berarti viskositas
dari cairan itu rendah. Dan sebaliknya jika cairan mengalir lambat, maka
dikatakan cairan itu memiliki viskositas yang tinggi. Menurut poiseulle, viskositas
dapat diartikan sebagai jumlah volume cairan yang mengalir melalui pipa per
satuan waktu (Dugdale,1986). Jumlah tekanan (P) dalam hokum poiseuille adalah
10
perbedaan tekanan antara permukaan cairan, dan berbanding lurus dengan r
(Moechtar,1990).
11
BAB III
METODOLOGI
Alat Bahan
Statif (1 buah)
Pipet tetes (1 buah)
Spatula (1 buah)
Desikator (1 buah)
Syringe (1 buah)
(Dilanjutkan)
12
(Lanjutan)
Syringe mekanik (1 buah)
Bulb (1 buah)
Jangka sorong (1 buah)
3.2.2 Penentuan Jenis Larutan dalam Sistem Alir Newton dan Sistem Alir Non-
Newton
Percobaan dimulai dengan pembuatan sampel maizena 75% dan gliserin
teknis 50%. Maizena dibuat dengan mencampurkan 75 gram maizena dan 100 ml
air. Gliserin teknis dibuat dengan mencampurkan 50 ml gliserin dan 100ml air.
Kemudian sampel aquades dituangkan ke dalam gelas kimia 500ml sebanyak
300ml dan diberi label. Aquades diaduk menggunakan overhead stirrer dengan
kecepatan 650rpm selama 2 menit atau hingga vortex. Perubahan morfologi
permukaan aquades diamati 5 hingga 20 detik pertama dan didokumentasikan. Hal
13
yang sama dilakukan untuk larutan gliserin teknis 50%,minyak sawit, mayonaise,
maizena 75% dan saos tomat.
Sampel mayonaise, maizena 75%, dan saos tomat diukur massa jenisnya
dengan menggunakan gelas ukur. Gelas ukur 100ml kosong ditimbang. Sampel
dituang ke dalam gelas ukur, lalu ditimbang lagi. Massa gelas ukur berisi sampel
dikurangi dengan massa gelas ukur kosong untuk mendapatkan massa sampel.
Volume sampel dihitung dengan mengukur tinggi sampel dalam gelas ukur.
Kemudian massa jenis setiap sampel ditentukan.
14
diberi tanda sebagai batas atas dan bagian bawah gelas diberi tanda sebagai batas
bawah. Jarak antara batas atas dan batas bawah diukur. Bola pejal dijatuhkan ke
dalam gelas ukur berisi sampel dengan jarak yang tidak terlalu jauh dengan
sampel. Stopwatch dinyalakan saat dasar bola mengenai tanda batas atas gelas
ukur dan dihentikan saat bola menyentuh tanda batas bawah di gelas ukur.
Percobaan diulangi sebanyak tiga kali. Hal yang sama dilakukan untuk larutan
gliserin teknis 50% dan minyak sawit. Kemudian nilai viskositas dihitung.
15
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Penentuan Jenis Larutan dalam Sistem Alir Newton dan Sistem Alir
Non-newton
Penentuan secara kualitatif sistem alir dari sampel air, minyak sawit,
gliserin 50%, saos tomat, mayonnaise, dan maizena 75% dilakukan dengan
pengadukan menggunakan overhead stirrer. Berdasarkan percobaan ini didapatkan
bahwa saos tomat dan mayonnaise memperlihatkan sistem alir non-Newtonian.
Disaat saos tomat dan mayonnaise mulai diaduk dengan overhead stirrer, terlihat
bahwa stirrer cukup sulit untuk mengaduk fluida, namun lama kelamaan se
telah kedua campuran tersebut mudah untuk diaduk. Hasil dari
pengadukan kedua fluida tersebut memperlihatkan cairan yang lebih encer
dibandingkan dengan sebelum pengadukkan. Hal ini dikarenakan saos tomat dan
mayonnaise memiliki sifat fluida non-Newtonian. Saos tomat memiliki sifat fluida
pseudoplastis, viskoelastis dan thixotropik (Bottiglieri, et al., 1991, Augusto, et
al., 2012, Bayod, et al., 2008) begitu juga dengan mayonnaise (Goshawk, et al.,
1998, Figoni & Shoemaker, 1983, Singla, et al., 2013). Sifat pseudoplastis dari
kedua fluida menjelaskan turunnya viskositas kedua fluida saat diberi tegangan
geser oleh overhead stirrer dan sifat viskoelastis menjelaskan kesulitan awal
stirrer untuk mengaduk kedua fluida tersebut. Sifat thixotropik kedua fluida ikut
membantu mengencerkan cairan namun efeknya kecil dibanding sifat
pseudoplastis (Singla, et al., 2013, Augusto, et al., 2012). Sistem alir non-
Newtonian yang dimiliki saos tomat dan mayonnaise disebabkan karena kedua
fluida tersebut merupakan koloid. Rheologi dari suatu koloid berhubungan dengan
stabilitas koloid yang dipengaruhi interaksi antar partikel dan besar partikel yang
tersuspensi didalam koloid tersebut (Gallegos et al., 2004).
Berdasarkan percobaan ini didapatkan bahwa air, minyak sawit, gliserin
50% dan maizena 75% memperlihatkan sistem alir Newtonian. Fluida-fluida
tersebut langsung teraduk saat mulai diaduk dengan overhead stirrer dan tidak ada
perbedaan keenceran sebelum dan sesudah fluida diaduk. Air, minyak sawit, dan
16
gliserin 50% mengalami hal tersebut karena zat-zat ini merupakan fluida
Newtonian (Segur & Oberstar, 1951, Johnson, 1999) sehingga viskositas konstan.
Viskositas yang konstan ini menyebabkan tidak ada perubahan keenceran setelah
diaduk dan kemudahan overhead stirrer dalam mengaduk pada saat awal
pengadukan. Maizena 75% mengalami hal yang sama meskipun larutan maizena
merupakan fluida non-Newtonian (Vlaev, et al., 1994). Sifat larutan maizena yang
mirip dengan fluida newtonian dapat disebabkan kurangnya konsentrasi maizena
yang terlarut di dalam air sehingga kurangnya interaksi antarpartikel
menyebabkan perubahan viskositas yang kecil (Osorio & Ruiz, 2011). Perubahan
viskositas yang kecil ini menyebabkan sulitnya mengidentifikasi sifat non-
newtonian dari larutan maizena. Kurangnya konsentrasi maizena yang terlarut
dapat dikarenakan kurang panasnya larutan maizena. Menurut percobaan
Ratnayake & Jackson (2006) disaat suhu kurang dari 60°C, partikel tepung
maizena akan mengalami agregasi membentuk granula. Pembentukkan granula ini
yang membuat kurang terlarutnya tepung maizena.
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝜌= (4.1)
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
Dari hasil percobaan, didapatkan hasil pengukuran massa jenis dari berbagai
sampel yang diuji sesuai dengan Tabel 4.
Aquades 1.02521
(Dilanjutkan)
17
(Lanjutan)
Minyak sawit 0.9248
Mayonaise 0.898
Berdasarkan literatur, nilai densitas dari aquades adalah 0.99 g/ml (Johnson,
1999), gliserin adalah 1,261 g/ml (Johnson, 1999), minyak sawit adalah 0.93 g/ml
(Setyaji, 2015), mayonaise adalah 0.94 g/ml (Angkadjaja et al., 2014), tepung
maizena 75% 0.536 g/ml (Anonim, 2018) dan saus tomat adalah 1.01 g/ml
(Anonim, 2019). Nilai-nilai tersebut cukup mendekati nilai pengukuran massa
jenis yang dilakukan, kecuali pada sampel tepung maizena 75% yang hasil
pengukurannya berbeda jauh dengan literatur. Hal ini dapat disebabkan karena
fluida maizena 75% yang tidak homogen sehingga masih terdapat granula. Nilai
galat yang dihasilkan dapat juga disebabkan karena, pada pengukuran sampel
terdapat sampel yang menempel pada dinding gelas ukur, sehingga volume yang
terukur tidak tepat. Kemudian piknometer yang digunakan belum sepenuhnya
kering dan masih terdapat sedikit butiran air di dindingnya, sehingga pengukuran
massa sampel tidak akurat.
18
waktu tempuh (t) dan massa jenis larutan (ρ). Persamaan yang digunakan adalah
𝑡(𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙) 𝜌(𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙)
𝜂 (𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙) = 𝑡(𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠) 𝜌(𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠) × 𝜂(𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠) (4.2)
Rumus ini digunakan dengan asumsi bahwa kedua zat cair memiliki volume yang
persis sama dan mengalir melalui pipa yang sama. Karena kedua zat cair memiliki
volume yang sama tetapi kekentalannya berbeda, maka debit keduanya juga
berbeda sehingga waktu yang diperlukan untuk mengalirkan kedua jenis zat
dengan volume yang sama juga berbeda. Maka dapat ditentukan viskositas sampel
yang diuji.
Tabel 4.2 Nilai viskositas pada sampel aquades, gliserin teknis 50%, dan minyak
sawit dengan metode Ostwald
Viskositas
literatur
Viskositas
Viskositas (centiPoise)
Sampel Pengulangan rata-rata
(centiPoise) (Segur, J., &
(centiPoise)
Oberstar, H.
,1951)
1 0.90189
0.916210742
Aquades 2 0.91335 0.891
3 0.93339
Gliserin 1 5.62429
5.704404261
teknis 2 5.50074 4.7
50% 3 5.98819
1 55.7498
Minyak 63.96105015
2 67.4184 46
sawit
3 68.7149
19
pernyataan Giancoli (1997) bahwa suatu cairan yang mengalir dengan mudah
mempunyai viskositas kecil dan sebaliknya cairan yang sulit mengalir mempunyai
viskositas yang besar karena pengaruh hambatan dari fluida tersebut.
20
Hasil perhitungan standar deviasi untuk data sampel aquades adalah
0.0159, sampel gliserin teknis 50% adalah 0.2534, dan sampel minyak sawit
adalah 7.140. Standar deviasi untuk sampel minyak sawit kurang baik karena
nilainya cukup besar. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan yang cukup jauh
pada pengulangan pertama, kedua, dan ketiga. Minyak sawit yang pada
pengulangan ketiga sudah mengandung banyak gelembung yang mempengaruhi
perhitungan waktu tempuh sehingga hasil perhitungan viskositasnya jauh lebih
besar dibandingkan pada pengulangan pertama.
𝑠
𝑣= (4.3)
𝑡
21
Tabel 4.3 Nilai viskositas pada sampel aquades, gliserin teknis 50%, dan minyak
sawit dengan metode Ostwald.
Nilai viskositas yang diperoleh dari hasil percobaan memiliki nilai yang
jauh lebih besar dibandingkan dengan nilai yang diperoleh dari literatur. Galat
dalam pengambilan data dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor utama
yang harus dipertimbangkan adalah kekurangan dari viskometer bola jatuh, alat
tersebut membutuhkan waktu untuk mencapai kecepatan terminalnya sehingga
diameter dan bahan dari bola yang digunakan akan sangat berpengaruh dalam
mencapai kecepatan terminal sebelum mencapai batas yang telah ditentukan
(Calvignac, et al., 2010).
22
Faktor lainnya yang dapat mempengaruhi proses pengambilan data
adalah spesifikasi dari kamera yang digunakan dalam proses pengambilan video
untuk percobaan tersebut. Pengambilan video menggunakan kamera dari gawai
tidak cukup untuk merekam secara akurat kapan bola yang dijatuhkan menyentuh
batas atas dan batas bawah sehingga dapat menyebabkan galat pada pengukuran
waktu tempuh bola.
Nilai viskositas yang diperoleh dari metode bola jatuh memiliki nilai
yang jauh lebih besar jika dibandingkan dengan nilai viskositas yang diperoleh
pada metode ostwald seperti yang terlihat pada tabel 4.4.
Tabel 4.4 Perbandingan nilai viskositas yang didapat dari metode ostwald dan
bola jatuh
Gliserin teknis
5.704 263 4.7
50%
Data pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa nilai viskositas yang diperoleh
pada metode ostwald memiliki tingkat akurasi yang lebih tinggi jika dibandingkan
dengan metode bola jatuh. Perbedaan nilai yang sangat signifikan tersebut dapat
disebabkan oleh faktor jenis dan ukuran bola yang dapat mempengaruhi rasio
antara diameter bola dengan diameter tabung sehingga nilai viskositas yang
diperoleh memiliki nilai yang jauh lebih besar dari pengukuran menggunakan
metode ostwald dan nilai viskositas dari literatur (Abbas, et al., 2010). Pada
pengukuran nilai viskositas menggunakan metode ostwald, kekurangan yang
23
dimiliki oleh alat ini adalah kemampuannya untuk mengukur larutan dengan nilai
viskositas yang tinggi, pada proses pengukuran minyak sawit misalnya
dibutuhkan waktu yang sangat lama untuk larutan agar dapat turun menuju batas
bawah sehingga membutuhkan waktu yang sangat lama namun tidak
mempengaruhi tingkat akurasi dari alat tersebut.
24
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat ditarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut.
1. Sifat alir dari larutan aquades, gliserin teknis 50%, minyak sawit,
mayonais, saus tomat, dan tepung maizena 75% berturut-turut adalah
newtonian, newtonian, newtonian, non-newtonian, non-newtonian, dan
newtonian.
2. Massa jenis larutan aquades, gliserin teknis 50%, minyak sawit, mayonais,
saus tomat, dan tepung maizena 75% berturut-turut adalah 1.02 gr/cm3,
1.21 gr/cm3, 0.92 gr/cm3, 0.89 gr/cm3, 1.26 gr/cm3, dan 1.25 gr/cm3.
3. Viskositas dari larutan aquades, gliserin teknis 50%, dan minyak sawit
dengan menggunakan metode Ostwald adalah 0.91 centiPoise, 5.70
centiPoise, dan 63.96 centiPoise.
4. Viskositas dari larutan aquades, gliserin teknis 50%, dan minyak sawit
dengan menggunakan metode bola jatuh adalah 5.42 poise, 2.63 poise, dan
7.46 poise.
5.2 Saran
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, penulis memberikan
beberapa saran sebagai berikut.
25
tempuhnya yang terlalu lama sehingga pengukuran waktu dapat dilakukan
dengan stopwatch.
26
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, K., Abdulkarim, S., Saleh, A., & Ebrahimian, M. (2010). Suitability of
Viscosity Measurement Methods for Liquid Food Variety and Applicability
in Food Industry - A review. Journal of Food Agriculture and Environment,
100-107.
Angkadjaja, A., Suseno, T. I. P., & Lynie. (2014). Pengaruh Konsentrasi
stabilizer HMPC SS12 terhadap Sifat Fisikokimia dan Organoleptik
Mayones Susu Kedelai Reduced Fat. Diambil dari
https://media.neliti.com/media/publications/232310-pengaruh-konsentrasi-
stabilizer-hpmc-ss1-012e3803.pdf. Diakses pada 7 September 2019 pukul
19.29 WIB.
Anonim. (2018). Stach Slurry Baum Table. Diambil dari
http://www.starch.dk/isi/tables/density.asp. Diakses pada 8 September 2019
pukul 06.46 WIB.
Anonim. (2019). Density of Tomato Ketchup, UPC: 070420002786 (food).
Diambil dari https://www.aqua-calc.com/page/density-
table/substance/tomato-blank-ketchup-coma-and-blank-upc-column--blank-
070420002786. Diakses pada 7 September 2019 pukul 19.35 WIB.
Apriani, D., Gusnedi & Darvina Y. (2013). Studi Tentang Nilai Viskositas Madu
Hutan dari Beberapa Daerah di Sumatera Barat untuk Mengetahui Kualitas
Madu. Pillar of Physics, 2 : 91-98.
Augusto, P., Falguera, V., Cristianini, M., & Ibarz, A. (2012). Rheological
Behavior of Tomato Juice: Steady-State Shear and Time-Dependent
Modeling. Food Bioprocess Technol, 5(5), 1715–1723.
Ballereau, P., Truong, D., & Matias, A. (2016). Absolute Falling Ball Viscometer,
Adapted to the Low Viscosities of Liquids. International Journal
Metrology, 7(3), 305.
Barnes,H.A., James, F.H., & Kay, W.(1989). An introduction to Rheology. New
York : Elsevier Science Publishing Company Inc.
27
Bayod, E., Willers, E., & Tornberg.E. (2008). Rheological and structural
characterization of tomato paste and its influence on the quality of ketchup.
LWT - Food Science and Technology, 41, 1289–1300.
Bird, R., Stewart, W., & Lightfoot, L. (2002). Transport Phenomena (2nd edition).
New York: Wiley & Sons.
Bottiglieri, P., Sio, F., Fasanaro, G., Mojoli, G., Impembo, M., & Castaldo, D.
(1991). Rheological Characterization of Ketchup. Journal of Food Quality,
14, 497-512.
Calvignac, B., Rodier, E., Letorneau, J.-J., Vitoux, P., Aymonier, C., & Fages, J.
(2010). Development of an Improved Falling Ball Viscometer for High-
Pressure Measurements With Supercritical CO2. Journal of Supercritical
Fluids, 55(1), 96-106.
Crowe, C., Elger, D., Williams, B., & Roberson, J. (2009). Engineering Fluid
Mechanics. New York: Wiley & Sons.
Dugdale, R.H. (1986). Mekanika Fluida, Edisi III. Erlangga : Jakarta.
28
Mackay, M.E. (1998). Rheology for non-Rheologist. Australia: Dept. Chem. Eng.
The University of Queensland.
Moechtar.(1990). Farmasi Fisik. UGM Press : Yogyakarta.
Putri, B.M.L., Putri, S.O., Muchtadi, F.I. dan Mukhlish, F. (2013). Pembuatan
Prototipe Viskometer Bola Jatuh Menggunakan Sensor Magnet dan Bola
Magnet. J.Oto.Ktrl.Inst, 5(2) : 101-111.
Rao, M. A. (2007). Rheology of Fluid and Semisolid Foods: Principles and
Applications (2nd ed.). Berlin: Springer.
Ratna, D.M.S. (2013). Simulasi Penentuan Kebutuhan Daya Pompa Pada Sistem
Bahan Pangan Cair Dengan Menggunakan Parameter Rheologi Susu
Kental Manis. Program Studi Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian,
Unsyiah.
29
Sears, F. W., (1984), Mekanika Panas dan Bunyi. Jakarta : Bina Cipta.
Segur, J., & E. Oberstar, H. (2009). Viscosity of Glycerol and Its Aqueous
Solution. The Miner Laboratorier, 2017-2019.
Segur, J., & Oberstar, H. (1951). Viscosity of Glycerol and Its Aqueous Solutions.
Industrial and Engineering, 43(9), 2117-2119.
Setyaji, H. (2015). Kualitas Minyak Kelapa Sawit Kaya Karoten dari Brondolan
Kelapa Sawit. Diambil dari
https://www.researchgate.net/publication/294259006_Kualitas_Minyak_Kel
apa_Sawit_Kaya_Karoten_dari_Brondolan_Kelapa_Sawit. Diakses pada 7
September 2019 pukul 19.25 WIB.
Singla, N., Verma, P., Ghoshal, G., & Basu, S. (2013). Steady state and time
dependent rheological behaviour of mayonnaise (egg and eggless).
International Food Research Journal, 20(4), 2009-2016.
Tiwow, V.A. & Malago, J. D. (2015). Penerapan Persamaan Navier-Stokes untuk
Kasus Aliran Fluida Laminer pada Pipa Tidak Horizontal. Jurnal Sainsmat,
IV(1) : 51-56.
Tropea, C., Yarin, A. L., & Foss, J. F. (2007). Springer Handbook of
Experimental Fluid Mechanics. Berlin: Springer.
Truskey, G., Yuan, F., & Katz, D. (2004). Transport Phenomena in Biological
Systems. New Jersey: Pearson Prentice Hall.
Vlaev, S., Valeva, M., & Popov, R. (1994). Gas-Liquid Mass Transfer in Stirred
Non-Newtonian Corn-Starch Dispersions. Journal of Chemical Engineering
of Japan, 27(6), 723-726.
30
LAMPIRAN
31
Lampiran A Cara Pengolahan Data
Massa sampel dan volume sampel kemudian digunakan pada perhitungan massa
jenis menggunakan persamaan A1.
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝜌= (A.1)
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
32
Tabel A.2 Data hasil percobaan penentuan viskositas dengan metode viskometer
Ostwald
Waktu Standar
Viskositas
Sampel Pengulangan tempuh Deviasi
(centipoise)
(s)
1 6.30 0.901894949
Aquades 2 6.38 0.913347584 0.0159
3 6.52 0.933389694
1 33.23 5.624290978
Gliserin
2 32.50 5.500735985 0.2534
teknis 50%
3 35.38 5.98818582
1 430 55.74983425
Minyak
2 520 67.41840421 7.140
sawit
3 530 68.71491199
Dengan 𝜂′ adalah viskositas air (0.891 centipoise) dan 𝜌′ adalah massa jenis air
(0.997 g/cm3, sehingga perhitungan viskositas aquades pada pengulangan pertama
dengan menggunakan data massa jenis dari hasil percobaan sebelumnya adalah:
𝜂 𝑡 𝜌
= ×
𝜂′ 𝑡′ 𝜌′
𝜂 6.4 1.02521
= ×
0.891 6.3 0.997
𝜂 = 0.901894949 cemtipoise
Perhitungan yang sama dilakukan untuk menentukan nilai viskositas pada sampel
lain. Hasil perhitungan disajikan pada Tabel A.2.
33
A.3 Penentuan Viskositas dengan Metode Bola Jatuh
Viskositas pada larutan aquades, gliserin teknis 50%, dan minyak sawit
ditentukan dengan menentukan terlebih dahulu kecepatan bola jatuh pada larutan.
Kecepatan bola dapat ditentukan dengan persamaan
𝑠
𝑣=
𝑡
9 𝑐𝑚
𝑣= = 112.5
0.08 𝑠
Densitas bola pejal dihitung dari perbandingan massa bola hasil pengukuran
(6.8925 gram) dan volume bola yang diperoleh dari hasil perhitungan. Jari-jari
bola ditentukan dengan persamaan
𝑑𝑏𝑜𝑙𝑎 1.19𝑐𝑚
𝑟𝑏𝑜𝑙𝑎 = = = 0.595𝑐𝑚
2 2
4 3 4
𝑉𝑏𝑜𝑙𝑎 = 𝜋𝑟𝑏𝑜𝑙𝑎 = 𝜋 0.5953 = 0.881𝑐𝑚3
3 3
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎𝑏𝑜𝑙𝑎 6.8925𝑔𝑟
𝜌𝑏𝑜𝑙𝑎 = = = 7.81𝑔𝑟/𝑐𝑚3
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒𝑏𝑜𝑙𝑎 0.881𝑐𝑚3
Densitas ketiga fluida lainnya juga ditentukan dengan persamaan dan cara yang
sama.
2(∆𝑝)𝑔𝑟 2
𝜂=
9𝑣
2
𝑛 ∑𝑛𝑖=1 𝑥𝑖2 − (∑𝑛𝑖=1 𝑥𝑖 )
𝑠=
𝑛(𝑛 − 1)
Tabel A.3 Data hasil percobaan pengukuran viskositas dengan metode bola jatuh
Kecepatan Standar
Densitas Viskositas Deviasi
Sampel Pengulangan bola
bola (poise)
(cm/s)
1 112.5 4.64991295
Aquades 2 112.5 4.64991295 0.1342
3 75 6.97486943
Gliserin 1 225 2.26087883
7.81
Teknis 2 150 3.39131824 0.0652
gr/cm3
50% 3 225 2.26087883
1 95 7.07458385
Minyak
2 81.428 8.25368116 0.0680
Sawit
3 95 7.07458385
35
Lampiran B Data Mentah
Aquades
Minyak Sawit
Mayonais
36
Saus tomat
Gliserin 11.095 - 10
23.2163
Teknis 50%
Minyak 11.923 - 10
21.2078
Sawit
37
B.3 Data Pengukuran Viskositas Metode Viskometer Ostwald
Tabel B.3 Data hasil percobaan penentuan viskositas dengan metode viskometer
ostwald
1 6.3
Aquades 2 6.38
3 6.52
1 33.23
Gliserin Teknis
2 32.5
50%
3 35.38
1 430
3 530
Tabel B.4 Data hasil percobaan penentuan viskositas dengan metode bola jatuh
1 0.08
Aquades 2 0.08 9
3 0.12
38
1 0.04
Gliserin Teknis
2 0.06 9
50%
3 0.04
1 0.12
3 0.12
39
Lampiran C Dokumentasi
40