Percobaan I
Kelompok IV
Habib Arrofi 2007113915
Lia Andriani 2007125617
Natasya Falda Dani 2007110690
Retta Emelda 2007110685
Asisten :
Syabrinur Fadilah
Dosen Pengampu :
Pekanbaru
2021
Praktikum Kimia Organik/S.Ganjil/2021-2022
LEMBAR KENDALI
Catatan :
➢ Lembar kendali wajib dibawa setiap melakukan responsi, revisi, dan asistensi.
➢ Lembar kendali dibuat sebanyak jumlah kelompok.
i
Praktikum Kimia Organik/S.Ganjil/2021-2022
Kelompok IV :
Catatan Tambahan:
ii
Praktikum Kimia Organik/S.Ganjil/2021-2022
ABSTRAK
Kata kunci:
ABSTRACT
Keywords:
iii
Praktikum Kimia Organik/S.Ganjil/2021-2022
DAFTAR ISI
iv
Praktikum Kimia Organik/S.Ganjil/2021-2022
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Destilasi Sederhana ..................................................................................... 15
Gambar 2.2 Destilasi Bertingkat ..................................................................................... 16
Gambar 2.3 Destilasi Uap ............................................................................................... 17
Gambar 2.4 Destilasi Vakum .......................................................................................... 17
Gambar 2.5 Destilasi azeotrope ...................................................................................... 18
Gambar 3.1 Rangkaian Alat Kondensor Refluks Terbalik .............................................. 21
Gambar 3.2 Rangkaian Alat Distilasi ............................................................................. 22
v
Praktikum Kimia Organik/S.Ganjil/2021-2022
DAFTAR TABEL
vi
Praktikum Kimia Organik/S.Ganjil/2021-2022
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
Praktikum Kimia Organik/S.Ganjil/2021-2022
untuk mempercepat reaksi, tanpa katalis reaksi berjalan sangat lambat karena
kecepatannya tergantung pada autoprotonasi dari asam karboksilat (Sartika, 2015).
Reaksi esterifikasi merupakan reaksi reversibel yang sangat lambat, tetapi bila
menggunakan katalis asam mineral seperti asam sulfat (H2SO4) atau asam klorida
(HCl) kesetimbangan akan tercapai dalam waktu yang cepat. Katalis H2SO4 lebih
dipilih dibanding HCl karena katalis H2SO4 memiliki konsentrasi ion H+ lebih besar
dibanding HCl. Semakin banyak konsentrasi ion H+ yang ditambahkan maka akan
semakin banyak senyawa intermediate yang terbentuk. Senyawa intermediate atau
radikal bebas merupakan senyawa yang sangat reaktif sehingga reaksi dapat
berjalan semakin cepat (Sartika, 2015).
Katalis H2SO4 bersifat menarik molekul air yang dihasilkan pada proses
esterifikasi. Penambahan katalis yaitu H2SO4 selain sebagai katalis juga berfungsi
sebagai penarik air. Peran katalis sebagai penarik air disebabkan karena reaksi
esterifikasi adalah reaksi kesetimbangan yang dapat menghasilkan air. Adanya air
yang bercampur dengan H2SO4 meningkatkan titik didih sehingga suhu reaksi akan
tinggi (Sartika, 2015).
1.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini yakni sebagai berikut.
1. Mempelajari dan memahami reaksi esterifikasi serta faktor-faktor yang
mempengaruhi.
2. Mempelajari dan memahami proses distilasi.
3. Membuat ester dalam skala labor.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Etanol
Etanol adalah nama suatu golongan yang mengadung unsur C, H dan O.
Rumus umum dari alkohol adalah R-OH. Etanol dalam ilmu kimia disebut sebagai
etil alkohol dengan rumus kimia C2H5OH. Secara struktur alkohol sama dengan air,
namun salah satu hidrogennya digantikan oleh gugus alkil. Gugus fungsional
alkohol adalah gugus hidroksil, OH. Pada umumnya etanol diproduksi secara
fermentasi dengan bantuan mikroorganisme. Etanol yang diproduksi dengan cara
ini disebut sebagai bioetanol (Novitasari dkk, 2012).
Menurut Muhammad (2014) etanol sesungguhnya telah di produksi dari
zaman dahulu oleh fermentasi gula (glukosa). Misalnya dalam pembuatan beer dan
wine. Pada umumnya industri pembuatan etanol saat ini masih menggunakan
metode yang sama dimana gula sederhana adalah sebagai bahan bakunya
menggunakan enzim zimase sebagai pengubahnya yang diperoleh dari ragi dengan
hasil akhir etanol dan karbon dioksida. Etanol itu sendiri merupakan kelompok
senyawa alkohol yang mengandung gugus hidroksil –OH.
C6H12O6 → 2CH3CH2OH + 2CO2 ................................................................... .(2.1)
Karakteristik etanol meliputi berupa zat cair, tidak berwarna, berbau
spesifik, mudah terbakar dan menguap, dapat bercampur dengan air dalam segala
perbandingan. Secara garis besar penggunaan etanol adalah sebagai pelarut untuk
zat organik maupun non organik. Etanol adalah alkohol yang paling sering
digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Senyawa ini merupakan obat psikoaktif
dan dapat ditemukan pada minuman beralkohol dan termometer modern. Karena
sifatnya yang tidak beracun etanol banyak dipakai sebagai pelarut dalam dunia
farmasi, serta industri makanan dan minuman (Anggraini dkk, 2017).
Sifat fisik dan kimia etanol tergantung pada gugus hidroksilnya. Gugus ini
menyebabkan polaritas molekul dan menyebabkan ikatan hidrogen antarmolekul.
Kedua sifat tersebut menyebabkan perbedaan sifat fisik alkohol berat molekul
rendah dengan senyawa hidrokarbon yang mempunyai berat molekul ekuivalen.
Selain mempunyai sifat fisika, etanol juga memiliki sifat kimia. Adapun sifat kimia
3
4
Praktikum Kimia Organik/S.Ganjil/2021-2022
etanol antara lain adalah merupakan pelarut yang baik untuk senyawa organik.
Etanol mudah menguap dan mudah terbakar. Apabila direaksikan dengan asam
halida akan membentuk alkil halida dan air. Apabila direaksikan dengan asam
karboksilat akan membentuk ester dan air. Dehidrogenasi etanol menghasilkan
asetaldehid. (Novitasari, 2012).
salah satu produk utama industri kimia. Asam sulfat murni yang tidak diencerkan
tidak dapat ditemukan secara alami di bumi oleh karena sifatnya yang higroskopis.
Asam sulfat 98% umumnya disebut sebagai asam sulfat pekat. Terdapat berbagai
jenis konsentrasi asam sulfat yang digunakan untuk berbagai keperluan seperti
kegunaan laboratorium, asam baterai, asam bilik atau asam pupuk,asam menara
atau,asam pekat. Mutu teknis H2SO4 tidaklah murni dan seringkali berwarna. Mutu
murni asam sulfat digunakan untuk membuat obat-obatan dan zat warna (Arita dkk,
2015). Asam sulfat mempunyai banyak kegunaan, termasuk dalam kebanyakan
reaksi kimia dan proses pembuatan. Kegunaan utama termasuk produksi baja,
memproses bijih mineral, sintesis kimia, pemrosesan air limbah dan penapisan
minyak. Di atmosfer, zat ini termasuk salah satu bahan kimia yang menyebabkan
hujan asam. Memang tidak mudah membayangkan bahwa bahan kimia yang sangat
aktif, seperti asam sulfat, juga merupakan bahan kimia yang paling banyak dipakai
dan merupakan produk teknik yang amat penting. Zat ini digunakan sebagai katalis
pada proses pembuatan etil asetat (Palwa, 2016).
Menurut Palwa (2016) sifat –sifat kimia dan fisika dari asam sulfat sendiri
adalah sebagai berikut :
Tabel 2.2 Sifat Fisika Asam Sulfat
Paramter Keterangan
Titik leleh 10°C
Titik didih 290°C
Tekanan uap (mmHg) 1 (146°C)
Berat jenis cairan 1,84 (100 %)
Berat jenis uap 3,4 (udara = 1)
Berat Molekul 98,08 gr/gmol
Densitas Standar 45°C 1,8 gr/cc
Kadar 98,50%
Warna Tidak Berwarna
Bentuk Cair
(Sumber : Palwa, 2016)
Esterifikasi dapat dikatalis oleh kehadiran ion H+. Asam belerang sering digunakan
sebagai sebagai suatu katalisator untuk reaksi ini. Reaksi esterifikasi merupakan
reaksi pembentukan ester dengan reaksi langsung antara suatu asam karboksilat
dengan suatu alkohol. Suatu ester asam karboksilat mengandung gugus –CO2R
dengan R dapat berbentuk alkil maupun anil. Laju esterifikasi suatu asam
karboksilat bergantung pada halangan sterik dalam alkohol dan asam
karboksilatnya. Kuat asam dari asam karboksilat hanya memainkan peranan kecil
dalam laju pembentukkan ester.
Menurut Palwa (2016) Variabel yang berpengaruh pada reaksi esterifikasi
yaitu:
a. Suhu, karena sifat dari reaksi eksotermis dan suhu dapat mempengaruhi harga
konstanta kecepatan reaksi.
b. Perbandingan zat pereaksi, karena sifatnya yang reversible maka salah satu
perekatan harus di buat berlebih agar optimal saat pembentukan ester.
c. Pencampuran mampu membuat molekul-molekul pereaktan dapat mengalami
tumbukan yang lebih sering sehingga reaksi dapat berjalan secara optimal.
d. Waktu reaksi bila berlangsung lama maka kesempatan molekul-molekul
pertumbukan semakin tinggi.
e. Katalis sebagai komponen yang dapat meningkatkan laju reaksi kimia, namun
tidak ikut bereaksi. Pada akhir reaksi, katalis tidak tergabung dengan senyawa
produk reaksi. Katalis dapat mempengaruhi faktor kinetika suatu reaksi seperti
laju reaksi, energi aktivasi, sifat dasar keadaan transisi dan lain-lain. Pada
proses esterifikasi katalis yang banyak digunakan pada awalnya adalah katalis
homogen asam donor proton dalam pelarut organik, seperti H2SO4, HCl, dan
H3PO4.
disebut juga reaksi alkoholisis dari ester karena reaksi tersebut disertai dengan
pertukaran bagian alkohol dari suatu ester. Transesterifikasi merupakan tahap
konversi dari trigliserida (minyak nabati) menjadi alkil ester melalui reaksi dengan
alkohol, sehingga menghasilkan gliserol sebagai produk samping. Alkohol yang
paling umum digunakan adalah metanol, karena harganya murah dan reaktivitasnya
paling tinggi. Transesterifikasi dapat dikatalisis oleh asam atau basa. Laju reaksi
transesterifikasi sangat dipengaruhi oleh suhu reaksi. Umumnya reaksi dilakukan
pada suhu yang dekat dengan titik didih metanol (60°C-70°C) pada tekanan
atmosfer (Sastrohamidjojo, 2010).
Menurut Manurung (2010) faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan
transesterifikasi adalah:
1. Suhu
Kecepatan reaksi secara kuat dipengaruhi oleh temperatur reaksi pada ummnya
reaksi ini dapat dijalankan pada suhu mendekati titik didih metanol (65 oC) pada
tekanan atmosfer. Kecepatan reksi akan meningkat sejalan dengan kenaikan
temperatur semakin tinggi temperatur berarti semakin banyak yang dapat
digunakan oleh reaktan untuk mencapai energi aktivasi.
2. Waktu reaksi
Semakin lama waktu reaksi maka semakin banyak produk yang dihasilkan
karena ini akan memberikan kesempatan rektan untuk bertumbukan satu sama
lain. Namun setelah kesetimbangan tercapai tambahan waktu reaksi tidak akan
mempengaruhi reaksi.
3. Katalis
Katalis berfungsi untuk mempercepat reaksi dengan menurunkan energi
aktivasi reaksi namun tidak menggeser letak kesetimbangan. Tanpa katalis
rekasi transesterifikasi baru dapat berjalan pada suhu sekitar 250°C.
Penambahan katalis bertujuan untuk mempercepat reaksi dan menurunkan
kondisi operasi. Katalis yang dapat digunakan adalah katalis asam, katalis basa
ataupu penukar ion. Dengan katalis basa reaksi dapat berjalan pada suhu kamar
sedangkan katalis asam pada umumnya memerlukan suhu reaksi diatas 100°C.
Katalis yang digunakan dapat berupa katalis homogen maupun hetrogen.
Katalis homogen adalah katalis yang mempunyai fase yang sama dengan
Reaksi Esterifikasi “Pembuatan Etil Asetat”
11
Praktikum Kimia Organik/S.Ganjil/2021-2022
reaktan dan produk sedangkan katalis hetrogen adalah katalis yang fasenya
berbeda dengan reaktan dan produk. Katalis homogen yang banyak digunakan
adalah alkoksida logam, seperti KOH dan NaOH dalam alkohol, selain itu
dapat juga digunakan katalis asam cair misalnya asma sulfat, asam klorida dan
asam sulfonat. Penggunaan katalis homogen mempunyai kelemahan, yaitu
bersifat korosif, sulit dipisahkan dari produk dan katalis tidak dapat digunakan
kembali. Saat ini banyak industri menggunakan katalis hetrogen yang
mempunyai banyak keuntungan dan sifatnya yang ramah lingkungan yaitu
tidak bersifat korosif, mudah dipisahkan dari produk dengan cara filtrasi serta
dapat digunakan berulang kalidalam jangka waktu yang lama. Katalis basa
(KOH, NaOH) lebih efisien dibanding dengan katalis asam pada reaksi
tansesterifikasi. Transmetillasi terjadi kira-kiara 4000 kali lebih cepat
dibandingkan dengan katalis asam dengan jumlah yang sama. Konsentrasi
katalis basa divariasikan antara (0,5–1,5) % dari massa minyak.
4. Pengadukan
Pada reaksi transesterifikasi reaktan-reaktan awalnya membentuk sistim cairan
dua fasa. Reaksi dikendalikan oleh difusi diantara diantara fase-fase yang
berlangsung lambat. Seiring dengan terbentuknya metil ester ia bertindak
sebagai pelarut tunggal yang dipakai bersama oleh reaktan-reaktan dan sistim
dengan fase tunggalpun terbentuk. Dampak pengadukan ini sangat signifikan
selama reaksi. Setelah sistim tunggal terbentuk maka pengudukan menjadi
tidak lagi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap reaksi. Pengadukan
dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan campuran reaksi yang bagus.
Pengadukan yang tepat akan mengurangi hambatan antar massa.
5. Perbandingan Reaktan
Variabel penting lain yang mempengaruhi hasil ester adalah rasio molar antara
alkohol dan minyak nabati. Stoikiometri reaksi transesterifikasi memerlukan 1
mol minyak trigliserida dan memerlukan 6 mol metanol menggunakan rasio
molar alkohol-minyak adalah 1 : 6. Terlalu banyak alkohol yang dipakai
menyebabkan biodiesel mempnyai viskositas yang rendah dibandingkan
viskositas solar juga akan menurunkan titik nyala (flas point). Hal ini
2.7 Ester
Nama ester berasal dari Essig-Äther Jerman, sebuah nama kuno untuk
menyebut etil asam cuka ester (asam cuka etil). Ester memiliki rumus umum
RCOOR’. Ester adalah senyawa turunan dari asam karboksilat dengan mengganti
hidrogen dari gugus hidroksilnya dengan suatu gugus hidrokarbon. Ester dapat
dibuat oleh suatu reaksi keseimbangan antara suatu alkohol dan suatu asam karbon.
Ester dinamai menurut kelompok alkil dari alkohol dan kemudian alkanoat (bagian
dari asam karbon). Sebagai contoh, reaksi antara metanol dan asam butir
menghasilkan ester metil butil C3H7-COO-CH3 seperti halnya air. Ester yang paling
sederhana adalah H-COO-CH3, metil metanoat. Karena ester dari asam yang lebih
tinggi, alkana menyebut dengan –oat pada akhiran. Secara umum Ester dari asam
berbau harum meliputi benzoat seperti metil benzoat. Salah satu jenis ester asam
lemak adalah etil ester (Palwa, 2016).
Menurut Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Kementerian
Pendidikan Dan Kebudayaan RI (2013) ester yang diturunkan dari asam karboksilat
pada umumnya mempunyai sifat yang berlawanan dari zat asalnya.
a. Ester mempunyai bau yang menyenangkan dan sering terdapat pada aroma
buah-buahan dan bunga-bungaan.
b. Molekul-molekul ester bersifat polar namun tidak mampu membentuk ikatan
hidrogen intermolekuler satu dengan yang lain.
c. Ester mempunyai titik didih yang lebih rendah daripada asam karboksilat
isomernya.
d. Titik didih ester terletak antara keton dan eter dengan massa molar yang
sebanding.
e. Molekul-molekul ester dapat membentuk ikatan hidrogen dengan molekul-
molekul air, ester dengan massa molar rendah larut dalam air. Ester yang
memiliki tiga hingga lima atom karbon larut dengan baik dalam air.
menyebabkan cita rasa dan harum dari banyak buah-buahan dan bunga. Kegunaan
ester adalah:
a. Amil asetat banyak digunakan sebagai pelarut untuk damar dan lak
b. Esterifikasi etilen glikol dengan asam bensen 1,4 dikarboksilat menghasilkan
poliester yang digunakan sebagai bahan pembuat kain.
c. Karena baunya yang sedap maka ester banyak digunakan sebagai essen pada
makanan.
2.8 Distilasi
Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia
berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan.
Dalam penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini
kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik
didih lebih rendah akan menguap lebih dulu. Metode ini termasuk sebagai unit
operasi kimia jenis perpindahan massa (Palwa, 2016).
Distilasi atau penyulingan merupakan proses pemurnian suatu campuran
yang biasanya berupa cairan berdasarkan perbedaan titik didihnya. Distilasi
merupakan proses pemisahan fisik yang tidak memerlukan reaksi kimia. Secara
komersial, distilasi memiliki sejumlah aplikasi, misalnya untuk memisahkan
minyak mentah menjadi fraksi-fraksi yang lebih ringan yang digunakan sebagai
bahan bakar dalam transportasi, pembangkit listrik, maupun dalam proses
pemanasan sehari-hari. Air disuling untuk untuk menghilangkan kotoran, seperti
kandungan garam-garam laut. Udara disuling untuk memisahkan komponen-
komponen penyusunnya, terutama oksigen, nitrogen, dan argon untuk keperluan
industri maupun laboratorium (Mustiadi dkk, 2020).
Tujuan dari destilasi, yaitu memperoleh cairan murni dari cairan yang telah
tercemari zat terlarut, atau bercampur dengan cairan lain yang berbeda titik
didihnya. Cairan yang dikehendaki dididihkan hingga menguap kemudian uap
diembunkan melalui kondensor, sehingga uap mencair kembali. Cairan hasil
destilasi ini disebut destilat, suhu dan waktu merupakan faktor yang mempengaruhi
kualitas hasil distilasi (Khotimah, 2017).
dari lemon atau jeruk, dan untuk ekstraksi minyak parfum dari tumbuhan.
Campuran dipanaskan melalui uap air yang dialirkan ke dalam campuran dan
mungkin ditambah juga dengan pemanasan. Uap dari campuran akan naik ke
atas menuju ke kondensor dan akhirnya masuk ke labu distilat.
Kegunaan asetat diantaranya sebagai bahan pelarut cat dan bahan baku
pembuatan plastik, untuk kebutuhan industri farmasi, sebagai bahan baku bagi
industri tinta cetak, sebagai bahan baku bagi pabrik parfum, kosmetik, dan minyak
atsiri (Palwa, 2016).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
20
21
Praktikum Kimia Organik/S.Ganjil/2021-2022
Air keluar
Klem
kondensor
Air
masuk
Statif
Termometer
Heating jacket
Klem
Kondensor
Labu didih
Leher angsa
Statif
Erlenmeyer
Heating
jacket
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Hasil praktikum disajikan dalam tabel sebagai beriku.
Tabel 4.1 Hasil Pembuatan Etil Asetat
Parameter Hasil
Mol Asam Asetat 6 mol
Mol Etanol 2 mol
Volume Asam Sulfat 10 ml
Massa CaCl2 Anhidrat 5 gram
Volume Etil Asetat Teoritis 196,3658 ml
Volume Etil Asetat Percobaan 150 ml
Rendemen 76,77 %
Densitas Teoritis 0,902 gram/ml
Densitas Percobaan 0,9 gram/ml
4.2 Pembahasan
Etil asetat adalah cairan jernih, tak berwarna, berbau khas yang digunakan
sebagai pelarut tinta, perekat dan resin. Pembuatan etil asetat biasanya dilakukan
dengan esterifikasi (Azura dkk, 2015). Percobaan ini dilakukan dengan metode
esterifikasi Fischer. Esterifikasi Fischer merupakan reaksi esterifikasi yang
melibatkan asam karboksilat atau asil klorida dan alkohol dengan bantuan katalis
asam yang menghasilkan ester dan air (Budimarwanti, 2016).
Reaksi esterifikasi etil asetat merupakan reaksi reversibel dan biasanya
berlangsung lambat, dimana pada keadaan setimbang kecepatan reaksi ke kiri
sama dengan kecepatan reaksi ke kanan yang menyebabkan tidak ada
peningkatan konversi produk. Pada tekanan konstan biasanya dilakukan
pemberian panas dan reaktan berlebih (Ahmad dkk, 2001). Pada percobaan ini
sebagai reaktan pembatas adalah etanol dan reaktan berlebihnya adalah asam
asetat dengan perbandingan 1 : 3.
23
24
Praktikum Kimia Organik/S.Ganjil/2021-2022
tertentu, lalu tiba- tiba akan mengeluarkan uap panas yang bisa menimbulkan
letupan atau ledakan (Khasani, 1990).
Setelah itu ditambahkan asam sulfat sebanyak 6 ml yang bertindak sebagai
katalis yang berguna untuk mempercepat reaksi dan menghambat reaksi hidrolisis.
Pada saat penambahan asam sulfat hendaklah dilakukan secara hati hati
dikarenakan katalis asam sulfat yang mudah menguap. Untuk pencampuran dan
penghomogonen dilakukan dengan cara digoyangkan sambil didinginkan didalam
air. Langkah selanjutnya yaitu melakukan refluks. Refluks digunakan untuk
mempercepat reaksi dan penghomogenan dengan jalan pemanasan tetapi tidak akan
mengurangi jumlah zat yang ada. Refluks ini dipilih karena campuran tersebut
berupa campuran senyawa organik dimana pada umumunya reaksi-reaksi senyawa
organik terjadi begitu lambat, sehingga jika campuran dipanaskan dengan cara biasa
akan menyebabkan penguapan baik pereaksi maupun hasil reaksi. Pada percobaan
ini larutan yang sudah dihomogenkan dalam labu didih dasar bulat leher tiga
disambungkan dengan kondensor refluks terbalik. Proses esterifikasi dilakukan
selama 30 menit pada suhu 70°C. Labu didih disambungkan dengan kondensor.
Ketika dipanaskan, larutan yang ada didalam labu akan menguap dan masuk ke
kondensor, pada kondensor terjadi perubahan fasa dimana uap panas akan berubah
fasanya menjadi cair karena adanya perbedaan temperatur (Blegur, 2014). Pada
proses ini suhu reaksi harus kurang dari titik didih etanol untuk memastikan tidak
ada etanol yang menguap. Ketika reaksi mendekati atau melampaui titik didih
etanol, etanol akan menguap dan membentuk sejumlah besar gelembung yang akan
menghambat reaksi. Jika suhu terlalu rendah maka reaksi yang terjadi tidak akan
sempurna dan jika suhu terlalu tinggi, maka etanol akan menguap karena titik didih
etanol adalah 78°C. Setelah 30 menit larutan kemudian didinginan dan didapatlah
hasil berupa etil asetat. Berikut reaksi pembentukkan etil asetat.
H2SO4CH3COOH + CH3CH2OH CH3COOCH2CH3 + H2O ................ .(4.1)
Setelah proses eterfikasi selesai, maka dilakukann lah proses distilasi.
Proses distilasi dilakukan selama 90 menit dengan suhu 78℃. Tujuan dari proses
distilasi ini adalah untuk mendapatkan etil asetat yang lebih murni. Produk samping
dari proses esterifikasi yaitu air, dapat dipisahkan dengan menggunakan metode
disitilasi karena adanya perbedaan titik didih. Etil asetat memiliki titik didih lebih
Reaksi Esterifikasi “Pembuatan Etil Asetat”
26
Praktikum Kimia Organik/S.Ganjil/2021-2022
rendah daripada air sehingga akan menguap terlebih dahulu, kemudian masuk ke
kondensor dan mengalami perubahan fasa dari gas menjadi cair dan kemudian akan
menetes ke dalam erlenmeyer.
Distilat yang didapat dari hasil distilasi kemudian ditambahkan dengan
CaCl2 anhidrat. CaCl2 anhidrat akan menyerap air yang terkandung dalam etil
asetat. Setelah pengadukan akan terbentuk campuran heterogen, dimana etil asetat
akan berada diatas sedangkan air akan berada dibawah. Hal ini terjadi karena
perbedaan massa jenis dari keduanya, dimana etil asetat mimiliki massa jenis yang
lebih rendah dibandingkan dengan air. Kemudian campuran tersebut disaring
dengan menggunakan kertas saring sehingga didapatkan etil asetat murni
sebanyak 150 mL.
Pada percobaan ini rendemen etil asetat yang didapat sebesar 76,77 %.
Faktor penting yang dapat mempengaruhi reaksi esterifikasi adalah
perbandingan mol reaktan, suhu, dan waktu reaksi. Pada percobaan ini
perbandingan mol reaktan etanol dan asam asetat adalah 1 : 3. Perbandingan zat
pereaksi terutama mempengaruhi tumbukan antara molekul-molekul zat yang
mengadakan reaksi. Makin tinggi perbandingan molekul antara alkohol dengan
asam asetat, maka banyaknya asam asetat yang berubah menjadi ester semakin
bertambah besar. Hal ini disebabkan karena bertambah besarnya tumbukan antara
molekul-molekul alkohol dengan asam asetat (Trihadi, 2006). Secara teoritis,
semakin banyak pereaktan yang digunakan akan meningkatkan frekuesnsi
tumbukan antarpartikel, sehingga konversinya akan meningkat (Levenspiel, 1985).
Bila konsentrasi pereaksi diperbesar, jumlah molekul yang bertumbukan dalam
volum tertentu bertambah, jumlah tumbukan juga bertambah. Dengan
bertambahnya jumlah tumbukan, kemungkinan terjadinya tumbukan efektif juga
bertambah. Oleh karena tumbukan yang menghasilkan reaksi bertambah, maka
reaksi makin cepat (Rufiati, 2011). Suhu yang lebih tinggi meningkatkan konstanta
laju reaksi. Pada sistem reaksi heterogen cair-cair, suhu juga mempengaruhi
koefisien transfer massa dan konstanta Henry. Hal ini disebabkan oleh pengaruh
suhu pada energi internal molekul, sehingga pada suhu yang semakin tinggi
molekul-molekul dalam reaktor akan bergerak semakin cepat dan intensitas
tumbukan semakin tinggi. Akibatnya, reaksi dapat berjalan dengan lebih cepat.
Reaksi Esterifikasi “Pembuatan Etil Asetat”
27
Praktikum Kimia Organik/S.Ganjil/2021-2022
Namun, kenaikan suhu ini tidak selamanya akan meningkatkan konversi asam
asetat dikarenakan reaksi esterifikasi ini merupakan reaksi eksotermis. Terdapat
titik optimum dimana kenaikan suhu justru menurunkan kesetimbangan, sehingga
tidak meningkatkan konversi asam asetat. Terjadinya kenaikan kecepatan reaksi
juga mengindikasi bahwa nilai konstanta-kontanta yang terlibat dalam proses juga
mengalami kenaikan. Konstanta-konstanta itu adalah konstanta kecepatan reaksi,
koefisien transfer massa, dan konstanta Henry (Fakhry, 2016). Waktu reaksi juga
mempengaruhi jumlah produk yang dihasilkan. Semakin lama waktu reaksi, maka
semakin banyak produk yang dihasilkan, karena ini akan memberikan kesempatan
reaktan lebih lama untuk berkontak satu sama lain. Namun jika kesetimbangan telah
tercapai, tambahan waktu reaksi tidak akan mempengaruhi reaksi.
Pada pecobaan ini volume etil asetat yang didapat berbeda dengan volume
etil asetat teoritis. Volume asetat pada percobaan sebesar 150 ml sedangan volume
asetat teoritis 195,3658 ml. Hal ini terjadi karena reaksi esterfiasi pada pecobaan
berakhir sebelum mencapai kesetimbangan sehingga masih ada sebagian asam
asetat dan etanol yang belum bereaksi.
Proses terakhir pada percobaan ini adalah pengukuran densitas. Densitas
merupakan perbandingan massa terhadap volume, semakin tinggi massa jenis suatu
benda, maka semakin tinggi massa setiap volumenya. Adapun data-data yang
didapat dalam percobaan yaitu jumlah massa etil asetat hasil percobaan dan
piknometer sebanyak 24,31 gram, massa piknometer kosong sebanyak 15,31 gram,
dan volume piknometer sebanyak 10 ml. Dengan menggunakan persamaan massa
jenis diperoleh massa jenis etil asetat hasil percobaan sebesar 0,9 gram/ml. Secara
teoritis densitas etil asetat sebesar 0,902 gram/ml, kalau dibulatkan menjadi 0,9
gram/ml. Jadi densitas etil asetat yang didapat dari percobaan sesuai dengan
densitas etil asetat secara teori.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Reaksi esterifikasi adalah reaksi pembentukan ester dengan reaksi langsung
antara suatu asam karboksilat dengan suatu alkohol. Adapun faktor-faktor
yang mempengaruhi reaksi esterifikasi, yaitu suhu, perbandingan zat
pereaksi, pengadukan, waktu reaksi, dan katalis.
2. Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia
berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas)
bahan. Dalam percobaan ini, proses distilasi dilakukan dengan tujuan untuk
mendapatkan etil asetat yang lebih murni. Pada proses distilasi, etil asetat
akan menguap terlebih dahulu daripada air dikarenakan perbedaan titik
didih, dan juga pada proses ini terjadi perubahan fasa di dalam kondensor,
yaitu dari fasa uap menjadi fasa cair.
3. Dari percobaan yang dilakukan dengan perbandingan mol 1 : 3, volume etil
asetat yang diperoleh sebesar 150 mL, sedangkan volume etil asetat secara
teoritis sebesar 195,3658 mL, rendemen etil asetat yang dihasilkan adalah
76,77%, dan densitas etil asetat secara percobaan didapatkan sebesar 0,9
gram/ml, sedangkan densitas etil asetat secara teoritis sebesar 0,902
gram/ml.
5.2 Saran
1. Sebaiknya praktikan memahami proses pembuatan ester dengan baik.
2. Sebaiknya praktikan memahami rangkaian alat dengan benar sebelum
melakukan percobaan.
3. Dalam melakukan percobaan harus lebih berhati-hati dalam menggunakan
bahan yang bersifat asam.
28
Praktikum Kimia Organik/S.Ganjil/2021-2022
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, B., Mariana., Satria, J., dan Suhadi, A. 2001. Kinetika esterifikasi metil
asetat dalam kolom isian distilasi-reaksi. Jurnal Jurusan Teknik Kimia
Universitas Syiah Kuala, 5(1), 8-11.
Alfionita, T., Zainul, R. 2018, Calcium Chloride: Characteristic and Molecular
Interaction in Solution. Universitas Padang: Laboratorium Kimia
Universitas Negeri Padang.
Anggraini, S. P. A., Yuniningsih, S., Sota, M. M. 2017. Pengaruh pH terhadap
kualitas produk etanol dari molasses melalui proses fermentasi. Jurnal
Unitri, 2(2), 99-101.
Arita, S., Sari, R. P., dan Liony, I. 2015. Purfikasi limbah spent acid dengan proses
adsorpsi menggunakan zeolit dan bentonite. Jurnal Teknik Kimia, 4(21).
Azura, S. L., Reni, S. dan Iriany. 2015. Pembuatan etil asetat dari hasil hidrolisis,
fermentasi dan esterifikasi kulit pisang raja (Musaparadisiaca L.). Jurnal
Teknik Kimia USU, 4(1).
Blegur, S. T. 2014. Chest freezer dengan daya kompresor 0,2 pk dan panjang pipa
kapiler 1,4 meter. Skripsi. Universitas Sanata Dharma.
Budimarwanti, C., Prasinta, N. D. 2016. Sintesis sitronelil formiat melalui reaksi
esterifikasi fischer antara asam formiat dan sitronelol hasil reduksi sitronelal.
Jurnal Pendidikan Kimia Universitas Negeri Yogyakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi ke-
4. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Repulik Indonesia. 2013. Kimia Organik, Paket Keahlian:
Kimia Analisis. Jakarta: Direktorat Pembinaan SMK Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Fakhry, M. N., Rahayu, S. S. 2016. Pengaruh suhu pada esterifikasi amil alkohol
dengan asam asetat menggunakan asam sulfat sebagai katalisator. Jurnal
Rekayasa Proses, 10(2), 64-69.
Firdaus. 2011. Teknik Dalam Laboratorium Kimia Organik. Makassar: Jurusan
Kimia UNHAS.
29
30
Praktikum Kimia Organik/S.Ganjil/2021-2022
Palwa, A. Y., 2016. Variasi penambahan asam asetat dan katalis pada proses
esterifikasi etanol dari kulit pisang raja (Musa paradisiaca L.) menjadi etil
asetat. Tesis. Politeknik Negeri Sriwijaya.
Purnami, I. N. G., Wardana, K., dan Veronika. 2015. Pengaruh penggunaan katalis
terhadap laju dan efisiensi pembentukan hidrogen. Jurnal Rekayasa Mesin,
6(1), 51-59.
Rufiati, E. 2011. Teori Tumbukan.
Salima, G. 2021. Perbadingan Efektifitas Katalis Asam Fosfotungstat Dan Asam
Para Toluensulfonat Terhadap Asam Sulfat Dalam Reaksi Esterifikasi
Pembuatan Etil Asetat. Universitas Pendidikan Indonesia: Program Studi
Kimia. Departemen Pendidikan Kimia. Fakultas Pendidikan Matematika Dan
Ilmu Pengetahuan Alam.
Sartika, A. 2015. Esterifikasi minyak goreng bekas dengan katalis H2SO4 dan
transesterifikasi dengan katalis CaO dari cangkang kerang darah: Variasi
kondisi esterifikasi. JOM FMIPA. 2(1).
Sastrohamidjojo. 2010. Kimia Organik Dasar. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Setiawan, A. 2017. Simulasi proses pembuatan ethyl acetate menggunakan reactive
dividing wall column. Jurusan Teknik Kimia. Fakultas Teknologi Industri.
Universitas Katolik Parahyangan.
Trihadi, B. 2006. Pengaruh perbandingan volume zat pereaksi terhadap esterifikasi
asam asetat dengan fraksi dari minyak fusel. Jurnal Gradien. 3(1), 222-225.
Umar, K. 2017. Efektifitas larutan cuka (asam asetat) dalam pengurangan kadar
formalin pada ikan cakalang (Katsuwonus pelamis L.). Skripsi. Universitas
Hasanuddin.
Utomo, M. P., Laksono, E. W. 2007. Tinjauan umum tentang deaktivasi katalis
pada reaksi katalisis heterogen. Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan
Penerapan MIPA. Universitas Negeri Yogyakarta.
LAMPIRAN A
LAPORAN SEMENTARA
Kondisi Percobaan:
• Refluks : pakai penangas air, selama 30 menit
• Distilasi : pada suhu 78°C, selama 90 menit
32
Praktikum Kimia Organik/S.Ganjil/2021-2022
LAMPIRAN B
LEMBAR PERHITUNGAN
𝑚
𝑛=
𝑚𝑟
𝑚
2 𝑚𝑜𝑙 =
88,11 g𝑚𝑜𝑙−1
𝑚 =176,22 gram
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎
𝑉=
𝑑𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠
176,22 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑉= = 195.3658 𝑚𝑙
0,902 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑙
33
34
Praktikum Kimia Organik/S.Ganjil/2021-2022
150 𝑚𝑙
𝑅𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 = × 100% = 76,77%
195,3658 𝑚𝑙