Oleh:
Alif Lutfi 2007134755
Imam Alvarizi 2007125613
Silvinia 2007113914
Wan Al Aidi Syahrouqan 2007125616
Wenny Mulana 2007113927
01
Pengertian Senyawa
Aromatik
Presenter: Silvinia
Senyawa Aromatik
Senyawa aromatik adalah senyawa hidrokarbon dengan ikatan tunggal dan ikatan rangkap
diantara atom-atom karbonnya.
Suatu senyawa aromatik adalah suatu senyawa-senyawa yang memiliki induk hidrokarbon
C6H6, atau disebut juga benzena (menurut Gutman & Potgieter, 1994: 222).
Benzena relatif stabil hal ini disebabkan karena dapat mengalami resonansi (perpindahan ikatan
rangkap ke tempat yang lain yang jaraknya berdekatan dengan posisi awal). Kemudian teori tentang
benzena dikembangkan lagi oleh Kekule pada tahun 1865, yaitu benzena berbentuk lingkar enam
dengan setiap atom karbonnya mengikat satu atom hidrogen. Dengan ikatan tunggal dan rangkap dua
berselang-seling pada cincin tersebut (menurut Sukisman:2).
Senyawa aromatic secara umum dibagi atas heterosiklik dan polisiklik
Presenter: Silvinia
Benzena memiliki sifat sebagai berikut:
1. Memiliki enam atom karbon yang terikat satu sama lain membentuk
rantai tertutup berbentuk segi enam bentuknya seperti siklo heksatriena
2. Memiliki tiga rangkap yang terkonjugasi atau selang-seling dengan
ikatan tunggalnya, ikatan rangkap ini tidak diam tapi berputar terus-
menerus (resonansi untuk menstabilkan ikatan), akibat terus berputar
benzene sukar mengalami reaksi adisi.
3. Umumnya benzene mengalami reaksi subsitusi terhadap atom H tanpa
perubahan pada cincin aromatiknya.
4. Memiliki aroma/ bau-baun (aromatis)
Presenter: Silvinia
02
Heterosiklik dan
Polisiklik
Presenter: Silvinia
Heterosiklik
Senyawa heterosiklik aromatik adalah suatu senyawa siklik dimana atom-atom yang terdapat dalam
cincin terdiri atas dua unsur yang berbeda. Senyawa heterosiklik memiliki struktur cincin dengan
hetero atom seperti (N,S atau O) yang merupakan bagian dari cincin tersebut.
Contoh dari senyawa aromatik heterosiklik sebagai berikut:
Presenter: Silvinia
Polisiklik
Senyawa polisiklik adalah senyawa organik yang struktur dasarnya terdiri atas atom karbon dan
hidrogen yang tersusun dalam dua atau lebih cincin aromatik. Senyawa polisiklik adalah molekul non-
polar yang tidak bermuatan, dengan sifat yang berbeda karena sebagian elektron terdelokalisasi dalam
cincin aromatiknya. Banyak di antaranya ditemukan di batu bara dan cadangan minyak, dan juga
dihasilkan oleh dekomposisi termal bahan organik. Misalnya, di mesin dan insinerator atau saat
biomassa terbakar dalam kebakaran hutan. Contoh senyawa polisiklik sebagai berikut:
Presenter: Silvinia
03
Sifat fisik dan Kimia
Senyawa Aromatik
Presenter: Silvinia
Sifat Fisik Senyawa Aromatik
Presenter: Silvinia
Sifat Kimia Senyawa
Aromatik
Presenter: Silvinia
ATURAN HÜCKEL
1. Siklis
2. mengandung awan elektron 𝜋 yang terdelokalisasi di bawah dan di atas bidang molekul
3. ikatan rangkap berseling dengan ikatan tunggal mempunyai total electron 𝜋 sejumlah 4n+2,
dimana n harus bilangan bulat
Misal: bila jumlah elektron 𝜋 suatu cincin siklik = 12, maka n=3,5 maka bukan senyawa
aromatis
Presenter: Silvinia
Presenter: Silvinia
04
Klasifikasi Senyawa
Aromatik
Benzena
Heterosiklik Polisiklik
Heterosiklik
Senyawa heterosiklik merupakan senyawa kimia organik yang
dicirikan bahwa beberapa atau semua atom dalam molekulnya
bergabung dalam cincin yang mengandung setidaknya satu atom
unsur selain karbon (C).
= Asam Karboksil
Cincin Beranggota Tujuh (7)
Dengan bertambahnya ukuran cincin, kisaran
senyawa yang dapat diperoleh dengan Azepine
memvariasikan jumlah, jenis, dan lokasi (C6H7N)
heteroatom meningkat pesat.
Namun demikian, senyawa heterosiklik
dengan cincin beranggota tujuh atau lebih
besar jauh lebih berkembang daripada kimia
Oxepine
heterosiklik beranggota lima dan enam,
(C6H6O )
meskipun senyawa ini biasanya stabil dan
beberapa di antara senyawanya telah
ditemukan pengaplikasian praktisnya.
Dari senyawa cincin beranggota tujuh,
Tiepine
heterosiklik satu-heteroatom seperti azepine,
(C6H6S)
oxepine, dan tiepin dan turunannya adalah
senyawa cincin tujuh yang paling banyak
dipelajari.
Polisiklik Hidrokarbon aromatik polisiklik (PAH) adalah hidrokarbon senyawa
kimia yang hanya mengandung karbon dan hidrogen yang terdiri dari
beberapa cincin aromatik. Kelompok ini adalah bagian utama dari
hidrokarbon aromatik. Bahan kimia yang paling sederhana adalah
naftalena, memiliki dua cincin aromatik, dan senyawa tiga cincin
antrasen dan fenantrena.
Hidrokarbon aromatik polisiklik (PAH) adalah kelas senyawa yang terdapat secara
alami di batu bara, minyak mentah, dan bensin. PAH juga dapat diproduksi ketika
batu bara, minyak, gas, kayu, sampah, dan tembakau dibakar. PAH yang dihasilkan
dari sumber ini dapat mengikat atau membentuk partikel kecil di udara.
Contoh Senyawa Polisiklik
Naphtalene (Naftalena)
Naftalen
1. merupakan senyawa organik
dengan rumus .
C
H
Benzaldehida
Metoksibenzena
Anisol
CH = CH2 C N
O
C
CH3
CH3 – CH – CH2 – CH2 – CH2 – CH2 – CH2 – OH CH3 – C = CH – CH2 –CH2 - CH2 –CH3
Prioritas Meningkat
o- 2 - COOR
- C(X)O
meta
m- - CHO
3
- COR
4 para - OH
p-
- NH2
-R
- NO2
-X
Gugus dengan kereaktifan lebih tinggi
o-
p- akan mendapatkan penomoran lebih
(Ortho) m- (Para) awal dan menjadi gugus utama
(Meta)
Penamaan Senyawa Benzena disubtitusi
CH3 OH COOH
H3 C NH2
4 – metilanilina
p - Toluidine CH3 CH3 NH2
1,4 – dimetilbenzena Asam 4 - amino
4 – metil fenol
p - xilena benzoate
p – metil fenol
Asam p – amino
benzoate
NH2 COOH CH3
OH HO Br
3 – amino fenol Asam 3 – hidroksibenzoat 3 – bromo toluena
m – amino fenol Asam m – hidroksibenzoat m – bromo toluena
CH = CH2
Br
Cl Cl Br CH2Cl
Apabila terdapat tiga atau lebih subtituen yang terikat pada cincin
benzena, maka posisi masing-masing subtituen ditunjukkan dengan
nomor. Jika salah satu subtituen memberikan nama khusus, maka
diberi nama sebagai turunan dari nama khusus tersebut. Jika semua
subtituen tidak memberikan nama khusus, posisinya dinyatakan
dengan nomor dan diurutkan sesuai urutan abjad, dan diakhiri dengan
kata benzena.
Penamaan Senyawa Benzena polisubtitusi
OH CH3
COOH
O2 N NO2
Br Br
O2 N CH3
OCH3
Br NO2
Asam 2 – metil – 3 – metoksi –
2,4,6 - tribromofenol 2,4,6 – trinitrotoluene
4 – nitritbenzoat
(TNT)
OH CH3
COOH NO2
Cl
O
H3 C CH3 C OCH3 F
1,3,5 – trimetilbenzena H Asam 2,5 -
mesitilena 3,5 - dimetoksibenzaldehid difluorobenzensulfonat
06
Tata Nama Senyawa
Polisiklik Aromatik
Penamaan Senyawa Polisiklis
C H 3 C H 3
CH2CH(CH C H3 CH =C H 2
3)2
C H 3 2 – metil – 9 – vinilfenantrena
3 – isobutyl – 1 - metilnaftalena
9,10 – dimetilansentrasena
Contoh penamaan senyawa polisiklis
Naftalena sendiri mempunyai empat posisi alfa yang ekivalen, dan empat posisi
beta yang ekivalen. Seperti dalam benzena, pada naftalena dikenal pula hubungan
ortho (posisi 1, 2), meta (posisi 1, 3), dan para (posisi 1, 4) untuk menunjukkan
hubungan posisi dua substituen. Selain itu, dikenal pula hubungan peri untuk
menunjukkan posisi dua substituen yang terletak pada posisi 1 dan 8. Dalam
antrasena dan sistem polisiklis yang lebih besar lainnya hanya dikenal penomoran
sistem bilangan.
Contoh penamaan senyawa polisiklis
SO3H
NO2
Cl
Nitronaftalena
Asam m-khloronaftalensulfonat
2 - Nitronaftalena
07
Tata Nama Senyawa
Heterosiklik
Penamaan Senyawa Heterosiklis
Senyawa Heterosiklis adalah senyawa kimia dengan struktur cincin
yang mengandung unsur selain karbon, misalnya nitrogen, belereng,
dan oksigen.
Te 2 Tellura
P 3 Phospha
As 3 Arsa
Si 4 Sila
Ge 4 Germa
Tabel Suffix Heteroatom
N O
H Oxa + irine Thia + irine O S
Oxirine Thiirine Oxa + ole Thia + ole
Aza + irine
Oxole Thiole
Azirine
( Furan ) ( Thiophene )
N NH
N N N
N N
N NH
Aza + ine Aza + ocine Aza + ole
1,3,5-Triazine 1,2,4 -Triazole
Azine Azocine Azole
(Pyridin) (Pyrrole)
4 – Methyl – 1,3 - thiazole
1,3 – diazole
Imidazole
Br
1,4 - dyhidropyridin
N S
O = C – ONa
Pemanasan
+ NaOH + Na2CO3
OH
Pemanasan
+ Zn + ZnO
Fenol Benzena
SO3H
+ H2 O + H2SO4
CH
CH
6500C
CH
CH
Fe – Si – Cr
CH CH
Asetilena Benzena
4700 C
CH3 – CH2 – CH2 – CH2 – CH2 – CH3
Cr2O3
Heksana Benzena
6. Dengan destilasi bertingkat dari tir batu bara. Pada destilasi bertingkat tir batu bara selain
dihasilkan benzena juga diperoleh zat-zat lain, misalnya tokrena, xilena, naftalena, antrosena,
fenantrena, fenol, dan kresol.
7. Benzena dapat dihasilkan dengan proses reforming nafta pada industri petrokimia
Senyawa aromatis :
Mekanisme :
Halogenasi Benzena
Halogenasi Benzena
Reaksi Umum :
Mekanisme :
Reaksi Alkilasi Friedel Craft
Reaksi Alkilasi Friedel Craft
Salah satu batasan dari reaksi alkilasi friedel craft adalah terjadinya
penyusunan ulang rantai karbon agar karbokation yang
meninggalkan Cl menjadi karbokation sekunder yang lebih stabil.
Reaksi Alkilasi Friedel Craft
Salah satu batasan dari reaksi alkilasi friedel craft adalah terjadinya
penyusunan ulang rantai karbon agar karbokation yang
meninggalkan Cl menjadi karbokation sekunder yang lebih stabil.
Reaksi Alkilasi Friedel Craft
• Batasan lain dari reaksi alkilasi friedel craft adalah reaksi ini
tidak dapat terjadi pada senyawa dengan gugus direktor meta
seperti gugus karbonil dan nitrogen.
• Hal ini disebabkan karena gugus direktor meta merupakan
gugus yang mendeaktifasi ikatan pi pada cincin sehingga ikatan
pi tidak dapat mengikat elektrofil.
Reaksi Alkilasi Friedel Craft
Reaksi Umum :
Mekanisme :
Reaksi Asilasi Friedel Craft
Reaksi Asilasi Friedel Craft
Mekanisme :
Reaksi Nitrasi
• Gugus alkil yang merupakan direktor orto-para akan cenderung mengarahkan substituen
elektrofil baru ke posisi orto dan para
Reaksi Sulfonasi dan Desulfonasi
• Pada reaksi ini erjadi penggantian atom hidrogen pada benzena oleh SO3H
yang berasal dari asam sulfat yang direaksikan dengan panas.
• Reaksi ini adalah reaksi reversible. Benzena dapat dibuat kembali dengan
mereaksi kan asam benzena sulfonat dengan air dalam suasana asam dan
penambahan panas
Rangkuman Reaksi Subsitusi Elektrofilik Aromatis
Reagen —E
Br2, FeBr3 —Br
Cl2, AlCl3 —Cl
I2, HNO3 —I
HNO3, H2SO4 —NO2
SO3, H2SO4 —SO3H
R-COCl, AlCl3
Reaksi Subsitusi Nukleofilik
Ada tiga persyaratan senyawa aromatis bisa bereaksi subsitusi nukleofilik
• Cincin aromatis memiliki gugus pengikat elektron (NO2, karbonil, halogen)
• Cincin aromatis harus memiliki gugus pergi
• Gugus pergi harus pada susunan ortho dan para
Reaksi Subsitusi Nukleofilik
• Nukleofil NH2 dapat bertindak sebagai basa kuat dan sebagai nukleofil.
• Sebagai basa kuat, NH2 akan mengikat atom hidrogen sehingga terbentuk
benzyne intermediet yang memiliki ikatan rangkap tiga.
• Sebagai nukleofil, NH2 menyerang ikatan rangkap.
• Ada 2 kemungkinan atom karbon pada ikatan rangkap yang diserang oleh
NH2
Reaksi Subsitusi Nukleofilik
Karena ada gugus lain, yaitu isopropil, ada tiga kemungkinan posisi NH2.
Diazotisasi
Reaksi Sandmayer
Reaksi Senyawa
Polisiklik
Reaksi subsitusi elektrofilik
• Senyawa polisiklis lebih reaktif dalam reaksi subsitusi elektrofilik dibandingkan benzena
• Naftalena biasanya mengalami brominasi, nitrasi, sulfonasi, atau asilasi dengan kondisi
reaksi yang lebih ringan
• Semakin banyak jumlah cincin senyawa polisiklik, semakin reaktif senyawa tersebut
• Akan tetapi, reaksi pada subsitusi pada senyawa polisiklik dengan jumlah cincin yang banyak
seringkali susah dipisahkan sehingga tidak banyak digunakan dalam sintesis
Reaksi subsitusi elektrofilik pada naftalena
• Naftol dapat mengalami nitrasi dengan asam nitrat dan asam sulfat
• Elektrofil barunya berada pada posisi para dan ortho, karena OH merupakan
substituen aktivasi yang akan mendonorkan pasangan elektron untuk menstabilkan
karbokation
• Produk yang dihasilkan dari reaksi nitrasi naftol ini adalah para nitronaftol dan
ortho nitronaftol
Reaksi subsitusi pada senyawa polisiklik yang sudah tersubsitusi
• Para-nitronaftol yang sudah dihasilkan dari reaksi nitrasi dapat dinitrasi lagi
• Elektrofil akan tersubsitusi pada posisi meta terhadap NO2 dan para
terhadap OH
• Senyawa yang dihasilkan adalah 2,4-dinitronaftol (martius yellow) yang
merupakan zat pewarna yang banyak digunakan secara komersial
Reaksi subsitusi pada senyawa polisiklik yang sudah tersubsitusi
• Reaksi brominasi pada naftol β juga mengikuti aturan direktor ortho para
• Posisi para gugus Br berada pada cincin yang berlainan
Reaksi subsitusi pada senyawa polisiklik yang sudah tersubsitusi
• Reaksi subsitusi nukleofilik pada senyawa piridin yang tersubsitusi dapat terjadi dengan
nukleofil lemah seperti NH3
• Dengan adanya keberadaan gugus pergi yang baik seperti unsur golongan halogen
Pembentukan Garam Piridin
• Sebagai amina tersier, piridin bersifat basa sehingga dapat bereaksi
dengan asam menghasilkan garam
• Seperti amina, piridin dapat dapat melakukan reaksi SN-2 dengan alkil
halida
Reaksi Oksidasi
• Seperti pada benzena, cincin piridin tahan terhadap oksidasi
• Oksidasi terjadi pada rantai samping
Reaksi Reduksi
Reaksi pada pirola
• Senyawa pirola merupakan senyawa heterosiklis lima anggota
• Atom nitrogen pada pirola mentumbangkan dua elektron ke awan pi aromatis
• Ini menyebabkan atom nitrogen pada pirola tidak dapat mendonorkan
elektronnya
• Nitrogen pada pirola disebut ujung positif molekul
Reaksi pirola dengan basa kuat
• Pirola merupakan asam lemah, sehingga dapat bereaksi dengan basa kuat
natrium pirolida
lithium pyrrolida
Reaksi subsitusi elektrofilik pirola
• Karena atom nitrogen sudah menyumbangkan pasangan elektronnya, maka
cincin pirola akan teraktifkan untuk reaksi subsitusi elektrofilik
Reaksi reduksi pirola
Reaksi pada kuinolina
• Kuinolina adalah suatu senyawa heterosiklis dengan cincin terpadu yang
mempunyai struktur mirip naftalena
• Perbedaannya adalah terdapatnya heteroatom pada posisi 1
Reaksi kuinolina
• Beberapa reaksi kuinolina hampir sama dengan piridina
• Kuinolina yang bersifat basa lemah bereaksi dengan asam kuat seperti HCl
membentuk kristal garam
• Atom N pada kuinolina bermuatan negatif sehingga akan mengaktifkan reaksi
subsitusi elektrofilik
Reaksi kuinolina
Reaksi subsitusi elektrofilik kuinolina
• Reaksi subsitusi elektrofilik sulit terjadi pada kuinolina
• Ini disebabkan karena nitrogen pada kunolina yang bermuatan negatif membuat
cincin disekitarnya bermuatan positif secara parsial, sehingga mendeaktivasi
subsitusi elektrofilik
Reaksi subsitusi elektrofilik kuinolina
• Reaksi subsitusi elektrofilik sulit terjadi pada kuinolina
• Ini disebabkan karena nitrogen pada kunolina yang bermuatan negatif membuat
cincin disekitarnya bermuatan positif secara parsial, sehingga mendeaktivasi
subsitusi elektrofilik
Reaksi subsitusi elektrofilik kuinolina
• Reaksi sulfonasi pada kuinolina akan menghasilkan produk yang berbeda-beda
tergantung suhu yang diberikan
Substitusi Elektrofilik
Pada Furan dan Tiofena
Reaksi Nitrasi pada Kunolin dan Isokunolin
• Reaksi substitusi elektrofilik terjadi pada cincin benzoidnya
• Cincin piridinya kurang reaktif seperti piridin
• Substitusi terjadi pada posisi 5 dan 8 pada cincin benzoid
Reaksi Subsitusi Nukleofilik pada Kunolin dan Isokunolin
• Reaksi substitusi nukleofilik terjadi seperti pada piridin
• Terjadi pada atom karbon alfa terhadap nitrogen
Menu
11
Kegunaan
Benzena
Presenter: Wenny Mulana
1. Toluena
Toluena digunakan sebagai pelarut dan sebagai bahan dasar untuk membuat TNT
(trinitrotoluena), senyawa yang digunakan sebagai bahan peledak. Senyawa kimia ini
memiliki warna kuning pucat
12
Info
Terknini
Presenter: Wenny Mulana
Dikarenakan kebutuhan TNT yang tinggi, dibuatlah berbagai jenis turunan TNT
seperti Amatex, Amatol, Baratol, Ammonal, Octol dan Torpex. Senyawa turunan
Amatol yang diperoleh dengan mencampur Amonium Nitrat adalah yang paling
sering digunakan untuh bahan peledak yang tidak kalah dari TNT, tetapi Amatol
memiliki sifat higroskopis (mengikat air di udara) sehingga mudah rusak. Lalu, minol
adalah senyawa turunan amatol setelah ditambahkan alumunium bubuk, sering
digunakan sebagai senjata bawah air seperti ranjau laut atau torpedo laut.
Disamping penggunaannya yang banyak dibutuhkan, terpapar TNT selama
periode tertentu dapat menyebabkan gangguan hati dan anemia. Bahkan ditemukan
efek berbahaya lainnya pada sistem imunitas hewan yang tertelan atau terkontaminasi
TNT. Selain itu, TNT juga diduga memiliki efek merugikan bagi fertilitas laki – laki.
Presenter: Wenny Mulana
Pewarna azo yang terbuat dari anilina merupakan pewarna utama yang
digunakan dalam industri tekstil dan tergolong limbah yang sulit terdegradasi, meski
pewarna azo dapat bersifat non-toksik pada kadar rendah bagi tubuh manusia, namun
pada kadar atau jenis azo tertentu dapat bersifat toksik dan karsinogenik. Jadi kita
harus lebih bijak dalam penggunaan mainan salah satunya dengan membeli mainan
yang telah ber-SNI. Azo tidak baik untuk lingkungan serta tubuh yang mungkin tidak
akan dirasakan dalam waktu dekat, namun akan menumpuk dan berakibat beberapa
tahun kemudian tergantung banyaknya paparan.