Jumlah atom pada cincin senyawa heterosiklik adalah sekitar 3 sampai 10 atom. Senyawa
heterosiklik adalah senyawa yang memiliki heteroatom. Heteroatom merupakan atom
pengganti dari atom hidrogen atau atom karbon yang jumlah terdiri dari satu atom atau lebih.
Senyawa heterosiklik dibedakan menjadi dua berdasarkan jumlah cincin yang menyatu,
yaitu :
a. Heterosiklik non aromatik adalah senyawa heterosiklik yang bersifat seperti senyawa
alifatik, yaitu tidak memiliki cincin benzena, dapat bersifat jenuh dan tidak jenuh, dapat
berbentuk linear dan lebih mudah bereaksi.
b. Heterosiklik aromatik adalah senyawa heterosiklik yang bersifat seperti senyawa aromatik,
yaitu memiliki cincin benzena, selalu bersifat tak jenuh dan memerlukan kondisi khusus.
Gambar di atas bermaksud menunjukkan untuk pemberian nomor pada heteroatom dengan
menggunakan bentuk cincin dari senyawa naftalena.
- Pada naftalena penamaan secara trivial, posisi substituen yang biasanya ditunjukkan dengan
angka dapat diganti dengan awalan α dan β sesuai posisi pada gambar berikut :
Tetapi, hal ini hanya berlaku pada substituen yang berjumlah 1.
Keterangan :
Apabila substituen terdapat pada posisi alfa, maka penamaannya mendapat awalan alfa.
Begitupun jika substituen terdapat pada posisi beta, maka penamaannya mendapat awalan
beta.
Contoh : 1-aminanaftalena menjadi α-aminanaftalena
- Apabila heterosiklik aromatik memiliki satu substituen, angka untuk posisi substituen dapat
diganti dengan huruf Yunani sesuai posisi pada gambar berikut :
- Jika heteroatom lebih dari satu, maka dalam penamaan digunakan imbuhan dalam bahasa
Yunani, seperti di-, tri-, tetra, penta- dan seterusnya.
- Apabila senyawa heterosiklik mengalami hidrogenasi, maka penamaan diawali dengan
dihidro-, trihidro-, tetrahidro dan seterusnya. Imbuhan di depan kata hidro diberikan sesuai
dengan jumlah atom hidrogen.
Contoh :
1,4-dihidropiridin
Rumus molekul : C5H7N
Terdapat akhiran -in pada nama senyawa, maka bentuk cincin adalah segi enam. Karena
cincin berbentuk segi enam, sehingga sulit menentukan bagian puncaknya. Oleh karena itu,
diberi angka 1,4 untuk menunjukkan posisi heteroatom.
Bentuk Cincin
Ukuran cincin menentukan bentuk cincin. Berikut ini daftar ukuran cincin :
Ukuran Notasi
3 ir
4 et
5 ol
6 in
7 ep
8 os atau oc
9 on
10 es atau ec
- Penomoran dimulai dari puncak siklik, lalu berputar ke sebelah kanan atau arah jarum jam.
Contoh :
Keterangan :
Senyawa pada gambar 1 disebut 1,2,5-oksadiazola
Senyawa pada gambar 2 disebut 1,3,4-oksadiazola
Contoh 1:
Cincin beranggotakan 5 atom yang mengandung 5 atom nitrogen disebut pentazola (N5H).
Keterangan :
Rumus molekul pentazola tidak terdapat atom karbon karena seluruh atom karbon telah
digantikan dengan atom nitrogen.
Dari mana diketahui bahwa atom karbon hanya berjumlah lima? Karena ada akhiran –ol yang
menunjukkan bahwa senyawa memiliki cincin berbentuk segi lima. Dan akhiran –ola
menunjukkan bahwa senyawa bersifat tidak jenuh.
Contoh 2 :
Cincin beranggotakan 5 atom yang mengandung 2 atom nitrogen dan 1 atom oksigen disebut
oksodiazola (C2H2N2O).
Keterangan :
Akhiran -ola menunjukkan bahwa senyawa tersebut bersifat tak jenuh. Karena oksodiazola
mendapat akhiran -ol, maka cincin berbentuk segi lima.
Contoh 3 :
Cincin beranggotakan 10 atom yang mengandung 1 atom nitrogen disebut kuinolina (C9H7N).
Keterangan :
Kuinolina bersifat tak jenuh karena memiliki akhiran -ina.
Kenapa kuinolina tidak memiliki akhiran esina/ecina jika bentuk cincinnya seperti
siklodekana?.
Contoh 4:
Cincin beranggotakan 6 atom yang mengandung 2 atom nitrogen disebut pirimidina
(C4H4N2). Pirimidina termasuk salah satu dari tiga jenis diazina. Pirimidina disebut juga 1,3-
diazina.
Keterangan :
Akhiran –ina menunjukkan bahwa senyawa memiliki cincin berbentuk segi enam dan bersifat
tak jenuh.
*Jenis diazina lainnya adalah pirazina atau 1,4-diazina dan piridazina atau 1,2-diazina.
- Pada cincin monoheterosiklik, apabila terdapat dua heteroatom yang berbeda, maka cincin
yang mengandung atom oksigen diprioritaskan sebagai induk sebelum atom sulfur dan atom
nitrogen (O>S>N).
Contoh :
a. Heteroatom berupa oksigen dan nitrogen, maka penamaan diawali dengan oksaza.
b. Heteroatom berupa sulfur dan nitrogen, maka penamaan diawali dengan tiaza.
c. Heteroatom berupa oksigen dan sulfur, maka penamaan diawali dengan oksatio.
- Pada cincin poliheterosiklik, apabila terdapat dua heteroatom yang berbeda, maka cincin
yang mengandung atom nitrogen diprioritaskan sebagai induk sebelum atom oksigen dan
atom sulfur (N>O>S).
Contoh :
a. Heteroatom berupa oksigen dan nitrogen, maka penamaan diawali dengan azoksa.
b. Heteroatom berupa sulfur dan nitrogen, maka penamaan diawali dengan azatio.
c. Heteroatom berupa oksigen dan sulfur, maka penamaan diawali dengan oksatio (sama
seperti monoheterosiklik karena atom oksigen lebih diprioritaskan daripada atom sulfur).
- Apabila pada poliheterosiklik terdapat dua induk, maka cincin heterosiklik yang lebih besar
yang dijadikan sebagai induk.
- Apabila terdapat substituen, maka nama substituen ditaruh di depan. Jika substituen lebih
dari satu, maka disusun berdasarkan abjad.
Senyawa Aromatik
Senyawa aromatik adalah senyawa hidrokarbon yang memiliki ikatan tunggal dan ikatan
rangkap dua, serta bersifat tak jenuh.
Senyawa aromatik dapat bersifat heterosiklik (memiliki heteroatom), monosiklik (memiliki
satu cincin yang menyatu), bisiklik (memiliki dua cincin yang menyatu) dan polisiklik
(memiliki lebih dari satu cincin yang menyatu). Sebagian besar senyawa aromatik polisiklik
berupa zat padat.
Contoh senyawa aromatik berupa bisiklik adalah naftalena. Naftalena memiliki dua cincin
benzena yang menyatu.
Contoh senyawa aromatik berupa polisiklik adalah antrasena. Antrasena memiliki tiga cincin
benzena yang menyatu.
Cincin aromatik monosiklik yang paling sederhana adalah berjumlah 5-6 anggota. Oleh
karena itu, senyawa aromatik umumnya memiliki cincin berbentuk segi lima dan segi enam.
Jika senyawa aromatik berjumlah 6 anggota, maka dianggap memiliki cincin benzena.
Umumnya, senyawa aromatik memiliki elektron pi berdasarkan aturan Huckle.
Jika pada cincin terdapat atom nitrogen, maka cincin dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :
Contoh 1:
Pirol (C4H4NH). Pirol merupakan senyawa aromatik heterosiklik karena atom karbon
digantikan dengan atom nitrogen. Bentuk cincin pirol adalah segi lima terlihat dari jumlah
atom karbonnya yang mana salah satunya digantikan oleh atom nitrogen. Pirol memiliki
cincin aromatik non basa atau basa lemah karena atom nitrogen berikatan dengan atom
hidrogen.
Contoh 2 :
Tiazola (C3H3NS). Tiazola termasuk senyawa aromatik heterosiklik karena atom karbon
digantikan dengan atom nitrogen dan atom sulfur. Bentuk cincin tiazola adalah segi lima
terlihat dari jumlah atom karbonnya yang mana dua di antaranya digantikan oleh atom
nitrogen dan sulfur. Tiazola memiliki cincin aromatik basa karena atom nitrogen tidak
berikatan dengan atom hidrogen.
Contoh 3 :
Furan (C4H4O). Furan termasuk senyawa aromatik heterosiklik karena atom karbon
digantikan dengan atom oksigen. Bentuk cincin furan adalah segi lima terlihat dari jumlah
atom karbonnya yang mana salah satunya digantikan oleh atom oksigen. Furan bersifat basa
lemah karena tidak mengandung atom nitrogen yang berikatan dengan atom hidrogen.
Tetapi, furan kurang aromatik jika dibandingkan dengan pirol karena sifat keelektronegatifan
oksigen yang lebih besar daripada nitrogen. Karena oksigen lebih elektronegatif daripada
nitrogen, maka oksigen lebih sulit memberikan pasangan elektron bebasnya.
Cincin Benzena
Resonansi (↔) pada benzena menyebabkan ikatan pada benzena menjadi lebih
stabil. Resonansi adalah delokalisasi elektron pada molekul atau ion.
Delokalisasi adalah perpindahan elektron valensi dari satu atom ke atom lainnya. Delokalisasi
tidak hanya terjadi pada cincin, melainkan meluas ke atom nitrogen dan oksigen.
Struktur Kekule adalah struktur di mana atom karbon membentuk hexagon (segienam) dan
terdapat ikatan tunggal, serta ikatan rangkap dua yang tersusun secara bergantian/berselang-
seling. Adanya ikatan rangkap dua dan ikatan tunggal menyebabkan semua orbital pi saling
tumpang-tindih pada setiap sisi.
Meskipun struktur Kekule dijadikan sebagai acuan untuk struktur benzena, tetapi struktur
Kekule memiliki kelemahan, yaitu :
- Struktur Kekule menggambarkan bentuk Benzena sebagai molekul yang planar yang mana
semua atom berada pada satu bidang datar dengan panjang ikatan tunggal dan ikatan rangkap
dua antara atom karbon yang berbeda-beda. Panjang ikatan tunggal antara atom karbon
adalah 0,154 nm, sedangkan panjang ikatan rangkap dua antara atom karbon adalah 0,134
nm.
Padahal seharusnya, benzena berbentuk segienam sama sisi dengan panjang yang sama pada
ikatan tunggal dan ikatan rangkap dua antara atom karbon, yaitu 0,139 nm. Apabila panjang
ikatan tunggal dan ikatan rangkap dua berbeda-beda, maka bentuk heksagon menjadi tidak
beraturan.
Untuk tata nama benzena terdapat pada artikel Turunan Benzena Dan Tata Nama Benzena.
Sifat-Sifat Benzena
- Non polar maupun polar. Apabila bersifat polar, maka akan mudah larut dalam air. Apabila
bersifat non polar, maka sulit larut dalam air dan tidak mempunyai pasangan elektron bebas
(PEB).
- Tidak terlalu reaktif.
- Tidak berwarna.
- Mempunyai bau yang manis.
- Mudah menguap.
- Memiliki bilangan oktan yang tinggi. Bilangan oktan adalah angka/ jumlah ketukan yang.
menunjukkan besar tekanan yang dapat diberikan sebelum bensin dibakar secara spontan.
Oleh karena benzena memiliki bilangan oktan yang tinggi, sehingga benzena mudah terbakar.
Semakin sedikit jumlah ketukan yang ditimbulkan, semakin tinggi bilangan oktan dan
semakin tinggi kualitas bensin tersebut.
Alasan mengapa benzena sulit mengalami reaksi adisi adalah karena adanya resonansi
tersebut. Jika suatu pereaksi direaksikan pada benzena, kumpulan elektron pada ikatan
rangkap akan mengalami delokalisasi menuju ikatan tunggal, sehingga ikatan tunggal
tersebut berubah menjadi ikatan rangkap. Proses ini akan terus berlangsung, sehingga
benzena sulit mengalami reaksi adisi.
Untuk memudahkan benzena mengalami reaksi adisi, maka diperlukan katalis yang tepat.
a. Reaksi Halogenasi adalah reaksi benzena dengan bromin dengan katalis Ferri Bromida
(FeBr3). Pada reaksi halogenasi, atom H digantikan dengan atom-atom golongan halogen.
b. Reaksi Nitrasi adalah reaksi benzena dengan HNO3 dengan katalis H2SO4. Pada reaksi
nitrasi, atom H digantikan dengan gugus nitro (NO2).
c. Reaksi Alkilasi atau reaksi Friedel-Crafts adalah reaksi benzena dengan alkil halida dengan
katalis aluminium klorida (AlCl3). Pada reaksi alkilasi, atom H digantikan oleh gugus alkil.
d. Reaksi Sulfunasi adalah reaksi benzena dengan asam sulfat, sehingga menghasilkan asam
benzena sulfonat. Pada reaksi sulfunasi, atom H digantikan oleh gugus sulfonat (SO3H).
e. Reaksi Asilasi adalah reaksi benzena dengan halida asam dengan katalis aluminium klorida
(AlCl3). Pada reaksi asilasi, atom H digantikan oleh gugus asil (CH3C=O).