Kelompok 7
Alliya Armenita Basuki 2107124937
M. Aldaffa Rayyanda 2107126227
Natasha Aprilia Wulandari 2107126229
Puty Najwa Anandathov Kiswara 2107124357
Reihan Faizaldi 2107136511
Percobaan VII
Ekstraksi Minyak Ikan dari Limbah Ikan Patin
Asisten :
Annisa Salsabillah Nasution
Dosen Pengampu :
Drs. Irdoni, H.S., M.S.
Dra. Nirwana, HZ, MT
Kelompok VII
Alliya Armenita Basuki 2107124937
M. Aldaffa Rayyanda 2107126227
Natasha Aprilia Wulandari 2107126229
Puty Najwa Anandathov Kiswara 2107124357
Reihan Faizaldi 2107136511
Catatan Tambahan:
Nirwana, HZ, MT
NIP : 196008251986092002
ABSTRAK
Ikan patin adalah salah satu jenis ikan yang sering di konsumsi oleh
sebagian besar rakyat Indonesia. Meningkatnya konsumsi ikan patin akan
berbanding lurus dengan meningkatnya limbah ikan patin. Limbah ikan patin
masih mengandung minyak yang dapat diambil dan dimanfaatkan. Kadar minyak
yang lumayan banyak dari limbah ikan patin akan sangat menguntungkan jika
diolah. Pada percobaan ini, minyak ikan patin diesktraksi menggunakan metode
dry rendering. Dry rendering adalah metode ekstraksi rendering tanpa
penambahan air pada bahan selama proses ekstraksi berlangsung. Tujuan dari
percobaan ini adalah memahami proses ekstraksi minyak ikan dari limbah ikan,
memahami cara menghitung rendemen, dan memahami cara menentukan kadar
asam lemak bebas, densitas, viskositas, serta laju pembentukan asam lemak bebas
dalam minyak limbah ikan patin. Percobaan ini menggunakan limbah ikan patin
sebanyak 200 gram yang dipanaskan dalam oven pada suhu 120°C selama 2 jam.
Dari percobaan ini, didapatkan minyak dengan yield dry rendering sebanyak
82.43% kadar asam lemak bebas dari minyak ikan sebesar 0,02%, densitas sebesar
1,03 gram/mL, serta laju pembentukan asam lemak bebas sebesar 0,05 gram/jam.
ABSTRACT
Catfish is one type of fish that is often consumed by most of the people of
Indonesia. The increased consumption of catfish will be directly proportional to
the increase of catfish waste. Catfish waste still contains oil that can be extracted
and utilized. The high oil content of catfish waste will be very profitable if it is
processed. In this experiment, catfish oil was extracted using the dry rendering
method. Dry rendering is a rendering extraction method without adding water to
the material during the extraction process. The purpose of this experiment is to
understand the process of extracting fish oil from fish waste, understand how to
calculate the yield, and understand how to determine free fatty acid levels,
density, viscosity, and the rate of formation of free fatty acids in catfish waste oil.
This experiment used 200 grams of catfish waste which was heated in an oven at
120ºC for 2 hours. From this experiment, obtained oil with dry rendearing as
Ekstraksi Minyak Ikan dari Limbah Ikan Patin
xlix
Praktikum Kimia Organik/Kelompok VII/S.Ganjil/2022
much as 82.43%, free fatty acid content of fish oil of 0,02%, density of 1,03
gram/mL, and the rate of fatty acid formation. free of 0,05 gram/hours.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL 1
LEMBAR KENDALI 1
LEMBAR PENGESAHAN 1
ABSTRAK 1
DAFTAR ISI 1
DAFTAR GAMBAR1
DAFTAR TABEL 1
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 2
1.2. Tujuan Praktikum 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4
2.1. Ikan Patin 5
2.2. Ekstraksi 6
2.3. Minyak Ikan 5
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN 1
3.1. Bahan-Bahan yang Digunakan 2
3.2. Alat-Alat yang Digunakan 3
3.3. Prosedur Percobaan 2
3.4. Rangkaian Alat 3
3.5. Diagram Alir 3
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 1
5.1. Kesimpulan 2
5.2. Saran 3
DAFTAR PUSTAKA 1
LAMPIRAN A LAPORAN SEMENTARA
LAMPIRAN B PERHITUNGAN
LAMPIRAN C DOKUMENTASI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Adapun tujuan dari percobaan ekstraksi minyak hewani dari limbah ikan patin
ini yaitu :
1. Memahami proses ektraksi minyak ikan dari limbah ikan patin.
2. Memahami cara menghitung yield dari minyak ikan patin yang diperoleh.
3. Memahami cara menentukan kadar asam lemak bebas, densitas, serta laju
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ikan Patin
Ikan patin (Pangasius sp.) adalah jenis ikan yang banyak ditemui di
perairan Asia Tenggara yang meliputi banyak jenis seperti Pangasius pangasius,
Pangasius jambal, Pangasius humeralis, Pangasius lithostoma, Pangasius
nasutus, pangasius polyuranodon, Pangasius niewenhuisii, Pangasius sutchi dan
Pangasius hypophtalmus (Hung dkk., 2004). Ikan patin berasal dari famili
Pangasiidae yang memiliki ciri memiliki kumis pada rahang atas dan bawah,
tubuh yang memanjang, memiliki sirip adiposa kecil didekat sirip ekor, sirip
punggung dengan 5 – 7 jari lunak yang terletak dekat dengan kepala, sirip ekor
yang memiliki 26–46 jari lunak. Ikan pada famili ini memiliki panjang maksimum
3 m dan berat maksimum 300 kg (Nelson, Grande and Wilson, 2016). Pangasius
Hypothalamus (Nelson, Grande and Wilson, 2016)
Ordo : Ostariophysi
Sub–ordo : Siluroidea
Famili : Pangasidae
Genus : Pangasius
Spesies : Pangasius hypophtalmus
Nama Inggris : catfish
Nama lokal : ikan patin (Nelson, Grande and Wilson, 2016).
Ikan patin merupakan ikan yang hidup di air tawar yang bawah, ikan ini hidup di
dasar perairan dan menggunakan kumisnya sebagai peraba untuk mencari
makanan (Susanto Heru dan Khairul Amri, 1996).
Kandungan asam lemak didalam ikan patin berupa asam lemak n–3 terdiri dari
ALA,DHA, DPA dan EPA dimana kandungan dengan persentase terbesar adalah
ALA(Alpha Linoleic Acid) (Kulawik dkk., 2016). Hal yang membuat ikan patin
berbeda yang rendah dalam persentase lemak yang tinggi, tidak adanya bau amis
dalam bentuk filet yang membuatnya dapat dipakai untuk industri yang lebih luas,
kandungan asam lemak jenuh yang lebih tinggi. Persentase terbesar dari asam
lemak jenuh yang terkandung adalah asam lemak stearate dan palmitat dengan
persentase dari keseluruhan lmeka sebesar 41,1%–47,8%, kandungan MUFA
(Mono Unsaturated Fatty Acid) dengan kandungan terbesar berupa asam lemak
oleat dan linoleat sebesar 33% – 37% dari keseluruhan asam lemak dan
konsentrasi terandah adalah PUFA (Poly Unsaturated Fatty Acid) sebesar 12,5%
– 18,8% dari keseluruhan asam lemak (Orban dkk., 2008).
2.2. Ekstraksi
2.2.1. Rendering
Kimia ataupun fisika dari suatu zat dengan menggunakan alat dan proses
tertentu. Semua proses rendering meliputi penggunaan panas (Leeson, 1978).
Hasil dari proses rendering sangat bergantung pada suhu dan lama pemasakan dari
bahan dan proses yang dilakukan bergantung pada komposisi dari bahan mentah
yang akan dirender. Proses rendering dibagi dua yaitu:
a. Wet Rendering
produk dengan kandungan air yang tinggi. Proses ini biasa dilakukan
pada ketel tertutup ataupun terbuka. Proses ini juga menggunakan suhu
diatas titik didih air dan tekanan yang cukup tinggi sekitar 40 – 60 psi.
Alat yang biasa digunakan untuk proses ini adalah autoclave atau
digester (Pudtikajorn and Benjakul, 2020).
b. Dry Rendering
Mesin ini merupakan jenis mesin press yang menggunakan batang ulir
horizontal yang berada dalam sebuah tabung. Jarak antara ulir dengan
dinding tabung atau pun ulir lainya berkisar antara 0.5 – 1 mm dan
tekanan yang diberikan terhadap bahan mencapai 196 Mpa.
Kerja dari mesin press ulir. Bahan yang akan di ekstraksi akan
masuk melalui corong feeding, dan akan di-press dengan batang ulir,
bahan yang di press akan bergerak menuju meal flow sebagai tempat
keluar ampas hasil proses. Untuk minyak hasil proses melalui dinding
tabung yang berpori. Kandungan minyak yang biasa tersisa pada ampas
hasil proses dengan mesin jenis ini sekitar 3,5% (Savoire, Lanoisellé and
Vorobiev, 2013).
Kandungan minyak ikan kaya akan asam lemak tak jenuh, berbeda
dibanding minyak lain ataupun lemak hewan. Minyak ikan kaya akan asam lemak
tak jenuh jenis EPA dan DHA membuat permintaan untuk konsumsi meningkat
pesat saat ditemukan bahwa EPA dan DHA baik untuk mencegah terjadinya
penyakit jantung (Balwan and Saba, 2021). Pemanfaatan minyak ikan pada saat
ini kons untuk di konsumsi meliputi tiga jenis, yaitu sebagai bahan pembuat
produk makanan, dalam dunia farmasi dan dalam industri pakan ternak (Fineberg
and Johanson, 1967). Dalam industri makanan, minyak ikan dipakai untuk
membuat margarin, minyak salad, mayonnaise dan produk dalam bentuk pasta
lain.
Karakteristik dari minyak ikan dapat dilihat dari empat aspek, yaitu secara
fisik, secara kimia, secara nutrisional dan secara sensorik.
a. Fisik
Secara fisik,minyak ikan memiliki bentuk cair. Akan tetapi, pada suhu
20o C minyak ikan bersifat semi padat dikarenakan minyak ikan
mengandung trigliserida. Pendinginan secara bertahap membuat
trigliserida yang terkandung dalam minyak ikan mengalami kristalisasi.
Karaktseristik minyak ikan secara fisik dengan lebih rinci dari minyak
ikan dapat dilihat pada tabel dibawah (Kim, 2013).
b. Kimia
c. Sensorik
d. Nutrisional
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
1. Limbah Ikan
2. Natrium sulfat anhidrat
3. NaOH 0,5 N
4. Etanol
5. Phenolptalein
6. Aquades
7. Vaselin
8. Es batu
3.2. Alat-Alat yang Digunakan
Adapun alat-alat yang digunakan dalam proses ekstraksi minyak limbah ikan
patin adalah :
1. Alat pengepres (Kain lap)
2. Gelas kimia
3. Oven
4. Baskom
5. Corong pisah
6. Statip
7. Klem
8. Neraca analitik
9. Buret
10. Gelas ukur
11. Erlenmeyer
12. Pipet tetes
13. Penangas air
Adapun diagram alir dari setiap prosedur percobaan pada proses ekstraksi
minyak dari limbah ikan patin adalah.
3.5.1. Diagram Alir Proses Dry Rendering
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Volume etanol 20 ml
Volume minyak 20 ml
Volume piknometer 10 ml
4.2. Pembahasan
Minyak ikan memiliki banyak manfaat. Minyak ikan didapat dari ekstraksi
minyak ikan. Kemudian pengertian ekstraksi adalah salah satu cara untuk
mendapatkan minyak atau lemak dari bahan-bahan yang diduga mengandung
minyak atau lemak. Adapun cara ekstraksi, yaitu rendering (dry rendering dan wet
rendering), mechanical expression, dan solvent extraction (Ketaren, 2005)
Pada percobaan ini, digunakan metode dry rendering. Metode dry
rendering dilakukan tanpa menambahkan air dalam prosesnya. Sampel seberat
200 gram dioven pada suhu 120°C dan kemudian diambil minyaknya. Minyak
yang didapat adalah 164,86 gram.
Yield yang didapatkan pada percobaan ini adalah sebesar 82,43%.
Besarnya suhu dan lama waktu yang digunakan untuk ekstraksi berpengaruh
terhadap rendemen minyak yang dihasilkan. Berdasarkan jurnal “Rekayasa dan
Manajemen Agroindustri” menunjukkan bahwa suhu pemanasan 60oC dalam
ekstraksi alginat menyebabkan rendemen tertinggi (2,59%) yang berbeda dengan
ekstraksi pada suhu lainnya, sementara rendemen terendah (1,82%) terjadi pada
ekstraksi alginat pada suhu 90oC, yang berbeda dengan rendemen pada suhu
lainnya. Nilai rendemen pada alginat rumput laut hijau Sargassum Sp. bahwa
semakin tinggi suhu yang dilakukan maka semakin rendah rendemen yang
diperoleh. Hal ini disebabkan suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan struktur
alginat terdegradasi, dan kandungan air yang teruapkan lebih banyak
mengakibatkan rendemen yang dihasilkan menurun, begitu juga sebaliknya.
Perbedaan tinggi dan rendahnya rendemen suatu bahan pangan sangat dipengaruhi
oleh kandungan air suatu bahan pangan. Suhu merupakan salah satu faktor
penentu dalam proses pemanasan, selain itu sifat bahan yang dipanaskan seperti
kadar air awal dan ukuran produk akan mempengaruhi proses pemanasan
(Ramelan 1996).
Kadar asam lemak bebas yang didapatkan pada percobaan ini yaitu sebesar
0,0162%. Kadar FFA pada penelitian ini sudah memenuhi standar IFOS
(International Fish Oil Standard) yaitu <1,13%. Asam lemak bebas dihasilkan
karena adanya hidrolisis terhadap trigliserida sehingga asam lemak terlepas dari
ikatan dengan gliserol dan juga disebabkan oleh perpecahan serta oksidasi ikatan
rangkap asam lemak (Kamini dkk, 2016). Peningkatan hidrolisis dapat
meningkatkan potensi terjadinya kerusakan minyak sehingga minyak berbau
tengik (Ahmadi dkk, 2007 dalam Kamini dkk, 2016). Rendahnya nilai FFA pada
percobaan ini diduga karena komposisi profil asam lemak minyak ikan patin
terbesar adalah asam oleat yang merupakan asam lemak jenuh dengan ikatan
tunggal sehingga minyak lebih stabil. Semakin besar nilai asam lemak bebas suatu
minyak ikan maka semakin buruk kualitas minyak ikan yang dihasilkan
(Darmanto dkk, 2014).
ikan pada umumnya. Hal ini dikarenakan ketika pengepressan limbah ikan yang
telah dioven terlalu kuat, sehingga sari pati ikan ikut keluar dan kain yang
digunakan adalah kain tekstil. Jika dibandingkan dengan kertas kasa, sari pari
akan diminimalisirkan untuk tidak ikut turun ketika sedang di press.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum proses ekstraksi minyak ikan dari
limbah ikan adalah.
1. Ekstraksi minyak dari limbah ikan patin pada percobaan ini dilakukan
menggunakan proses ekstraksi dengan cara dry rendering yaitu proses
rendering tanpa penambahan air dan juga menggunakan teknik
pengepresan mekanik.
2. Yield dari proses dry rendering minyak ikan patin yang diperoleh pada
percobaan ini sebesar 82,43%.
3. Densitas minyak ikan patin yang diperoleh dari sampel sebesar 1,03
gram/mL; kadar ALB 0,02% dan laju pembentukan asam lemak bebas
sebesar 0,05 gram/jam.
5.2 Saran
1. Sebaiknya menggunakan kain kasa atau kain lain yang memiliki pori-pori
yang lebih kecil agar ampas limbah ikan patin tidak ikut keluar saat proses
pengepresan.
2. Sebaiknya mengurangi atau mempersingkat waktu pengovenan agar waktu
praktikum cukup untuk melakukan seluruh prosedur.
DAFTAR PUSTAKA
Adesina, F., Mohammed, T.I. and Ojo, O.T. (2018)‘Design and Fabrication of
Balwan, W. and Saba, N. (2021) Study of Role of Fish Oil in Human Health.
Fineberg, H.. and Johanson, A.G. (1967) ‘Industrial Use of Fish Oils Industrial
Hung, L.T. dkk. (2004) ‘Comparison of dietary protein and energy utilization
Nelson, J. S., Grande, T. C., & Wilson, M. V. H. (2016). Fishes of the World:
Fifth Edition. In Fishes of the World: Fifth Edition.
Rudyanti, L. P. (2012). Pengaruh temperatur dan waktu reaksi terhadap
rendemen
sintesis poliol berbasis minyak biji karet, 64.
Savoire, R., Lanoisellé, J. L., & Vorobiev, E. (2013). Mechanical Continuous
OilExpression from Oilseeds: A Review. Food and Bioprocess
Technology, 6(1), 1–16.
Yusuf, K. A., Olawepo, B. ., Braimah, M., & Imuran, A. S. (2021). Development
of a Hydraulic Press for Jatropha Oil Extraction. International Researc
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN
1. Perhitungan massa NaOH
● N NaOH = 0,5 N
● V NaOH = 250 ml
● Mr NaOH = 40
N=M × e
0 , 5=M ×1
massa 1000
0,5= ×
Mr V
massa 1000
0,5= ×
40 250
massa
0,5= ×4
40
20
massa=
4
massa=5 gram
2. Perhitungan yield
● Massa sampel = 200 gram
● Massa minyak hasil = 164,86 gram
massa hasil
y ield= ×100 %
massa sampel
164,86
yield= × 100 %
200
yield=82,43%
LAMPIRAN C
DOKUMENTASI PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Gambar C.1 Limbah ikan patin yang telah dicuci, dibersihkan dan ditiriskan.
Gambar C.4 Limbah ikan di oven selama 2 jam dengan suhu 120oC
Gambar C.9 Ditambahkan natrium sulfat anhidrat untuk misahkan minyak dan
air
Gambar C.16 Piknometer kosong ditimbang lalu diisi sampel minyak hingga
penuh dan dihitung densitasnya