Anda di halaman 1dari 16

PRAKTIKUM KIMIA DASAR

MAKALAH

TITRASI REDOKS (REDUKSI DAN OKSIDASI)

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 4

1. Rizki Rahmadsyah 7. Tia Ivanta Manalu

2. Elsa Agustina 8. Qawiyul Fikri Ar

3. Rafiq Al Hafiz 9. Kiagus Jonih Anwar

4. Rizky Kurnia Pashya 10. Febrika Invia Bibina

5. Dayu Khoirul Anam 11. Ditho Setiawan

6. Pridodaus Sitanggang

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2020
1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb. Segala puji bagi Allah SWT, yang telah


memberi kesehatan dan kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini yang berjudul Titrasi Redoks yang merupakan tugas Praktikum
Kimia. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
banyak membantu penyusun agar dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini
disusun agar pembaca dapat menjadikannya sebagai referensi ataupun tambahan
wawasan mengenai reaksi redoks kami sajikan berdasarkan pengamatan dari
berbagi sumber. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu Kami senantiasa dengan lapang dada menerima bimbingan dan
arahan serta saran dan kritik yang sifatnya membangun demi perbaikan makalah
berikutnya. Wassalamu alaikum Wr.Wb.

Jambi, November 2020

Rizki Rahmadsyah, Dkk

2
DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar……………………………………………………………………2

Daftar Isi………………………………………………………………………….3

BAB I. Pendahuluan………………………………………………………………4

1.1. Latar Belakang……………………………………………………….4

1.2. Rumusan Masalah……………………………………………………5

1.3. Tujuan………………………………………………………………..5

BAB II. Pembahasan……………………………………………………………...5

2.1. Titrasi Redoks………………………………………………………..5

2.2. Jenis – jenis Titrasi Redoks………………………………………….7

2.3. Prinsip Titrasi Redoks………………………………………………14

2.4. Penggunaan Titrasi Redoks…………………………………………14

BAB III. Penutup………………………………………………………………...15

3.1. Kesimpulan………………………………………………………….15

3.2. Saran………………………………………………………………...15

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Titrasi merupakan metode analisa kimia secara kuantitatif yang biasa


digunakan dalam laboratorium untuk menentukan konsentrasi dari suatu reaktan.
Karena pengukuran volume memainkan peranan penting dalam titrasi, maka
teknik ini juga dikenali dengan analisa volumetrik. Selama bertahun-tahun istilah
analisa volumetrik sering digunakan daripada titrimetrik. Akan tetapi dilihat dari
segi yang ketat, istilah titrimetrik lebih baik, karena pengukuran-pengukuran
volum tidak perlu dibatasi oleh titrasi. Pada analisa tertentu misalnya, orang dapat
mengukur volume gas.

Titrasi adalah pengukuran volume suatu larutan dari suatu reaktan yang
dibutuhkan untuk bereaksi sempurna dengan sejumlah tertentu dengan reaktan
lainnya. Seringkali titrasi digunakan untuk mengukur volume larutan yang
ditambahkan pada suatu larutan yang telah diketahui volumenya. Biasanya
konsentrasi dari salah satu larutan, dikenal sebagai larutan standar, telah diketahui
dengan tepat. Reaksi redoks secara luas digunakan dalam analisa titrimetri baik
untuk zat anorganik maupun organik. Reaksi redoks dapat diikuti dengan
perubahan potensial, sehingga reaksi redoks dapat menggunakan perubahan
potensial untuk mengamati titik akhir satu titrasi. Selain itu cara sederhana juga
dapat dilakukan dengan menggunakan indikator. Berdasarkan jenis oksidator atau
reduktor yang dipergunakan dalam titrasi redoks, maka dikenal beberapa jenis
titrimetri redoks seperti iodometri, iodimetri dan permanganometri.

4
1.2. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan titrasi redoks?

2. Sebutkan jenis-jenis titrasi redoks?

3. Apa prinsip titrasi redoks?

4. Bagaimana penggunaan titrasi redoks?

1.3. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian titrasi redoks

2. Untuk mengetahui jenis-jenis titrasi redoks

3. Untuk mengetahui prinsip titrasi redoks

4. Untuk mengetahui penggunaan titrasi redoks

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Titrasi Redoks

Pengertian Titrasi Redoks Reaksi-reaksi kimia yang melibatkan oksidasi


reduksi dipergunakan secara luas oleh analisis titrimetrik. Ion-ion dari berbagai
unsur dapat hadir dalam kondisi oksidasi yang berbeda-beda, menghasilkan
kemungkinan banyak reaksi redoks. Banyak dari reaksi-reaksi ini memenuhi
syarat untuk dipergunakan dalam analisi titrimetrik dan penerapan-penerapannya
cukup banyak. Oksidasi adalah pelepasan elektron oleh sebuah molekul,atom atau
ion, sedangkan reduksi adalah penambahan elektron oleh sebuah molekul, atom,
atau ion.

5
Reaksi oksidasi reduksi atau reaksi redoks adalah reaksi yang melibatkan
pelepasan dan penambahan elektron. Dalam setiap reaksi redoks, jumlah elektron
yang dilepaskan oleh reduktor harus sama dengan jumlah elektron yang ditangkap
oleh oksidator.
Titrasi redoks itu melibatkan reaksi oksidasi dan reduksi antara titrant dan
analit. Titrasi redoks banyak dipergunakan untuk penentuan kadar logam atau
senyawa yang bersifat sebagai oksidator atau reduktor. Aplikasi dalam bidang
industri misalnya penentuan sulfite dalam minuman anggur dengan menggunakan
iodine, atau penentuan kadar alkohol dengan menggunakan kaliksalum dikromat.
Beberapa contoh yang lain adalah penentuan asam oksalat dengan
menggunakan permanganate, penentuan besi(ii) dengan serium(iv), dan
sebagainya. Karena melibatkan reaksi redoks maka pengetahuan tentang
penyetaraan reaksi redoks memegang peran penting, selain itu pengetahuan
tentang perhitungan sel volta, sifat oksidator dan reduktor juga sangat berperan.
Dengan pengetahuan yang cukup baik mengenai semua itu maka perhitungan
stoikiometri titrasi redoks menjadi jauh lebih mudah.
Titik akhir titrasi dalam titrasi redoks dapat dilakukan dengan membuat
kurva titrasi antara potensial larutan dengan volume titrant, atau dapat juga
menggunakan indicator. Dengan memandang tingkat kemudahan dan efisiensi
maka titrasi redoks dengan indicator sering kali yang banyak dipilih. Beberapa
titrasi redoks menggunakan warna titrant sebagai indicator contohnya penentuan
oksalat dengan permanganate, atau penentuan alkohol dengan kalium dikromat.
Beberapa titrasi redoks menggunakan amilum sebagai indicator,
khususnya titrasi redoks yang melibatkan iodine. Indikator yang lain yang bersifat
reduktor/oksidator lemah juga sering dipakai untuk titrasi redoks jika kedua
indicator diatas tidak dapat diaplikasikan, misalnya ferroin, metilen, blue, dan
nitroferoin. Atau ada juga yang tidak menggunakan indikator seperti
permanganometri.

6
2.2. Jenis – jenis Titrasi Redoks

Titrasi redoks merupakan jenis titrasi yang paling banyak jenisnya,


diantaranya : Permanganometri , dikromatometri , serimetri , Iodimetri dan
iodometri , Bromometri dan bromatometri, dan Nitrimetri

1. Permanganometri

Permanganometri merupakan titrasi redoks menggunakan larutan standar


Kalium permanganat. Reaksi redoks ini dapat berlangsung dalam suasana asam
maupun dalam suasana basa. Dalam suasana asam, kalium permanganat akan
tereduksi menjadi Mn2+ dengan persamaan reaksi :

MnO4- + 8 H + + 5e → Mn2+ + 4 H2O

Berdasarkan jumlah elektron yang ditangkap perubahan bilangan


oksidasinya, maka berat ekivalen Dengan demikian berat ekivalennya seperlima
dari berat molekulnya atau 31,606.

Dalam reaksi redoks ini, suasana terjadi karena penambahan asam sulfat,
dan asam sulfat cukup baik karena tidak bereaksi dengan permanganat.

Larutan permanganat berwarna ungu, jika titrasi dilakukan untuk larutan


yang tidak berwarna, indikator tidak diperlukan. Namun jika larutan permangant
yang kita pergunakan encer, maka penambahanindikator dapat dilakukan.
Beberapa indikator yang dapat dipergunakan seperti feroin, asam N-fenil
antranilat.

Analisa dengan cara titrasi redoks telah banyak dimanfaatkan, seperti


dalam analisis vitamin C (asam askorbat). Dalam analisis ini teknik iodimetri
dipergunakan. Pertama-tama, sampel ditimbang seberat 400 mg kemudian
dilarutkan kedalam air yang sudah terbebas dari gas carbondioksida (CO2),
selanjutnya larutan ini diasamkan dengan penambahan asam sulfat encer sebanyak
10 mL. Titrasi dengan iodine, untuk mengetahui titik akhir titrasi gunakan larutan
kanji atau amilosa (Steven, 2012).
7
2. Dikromatometri

Dikromatometri adalah titrasi redoks yang menggunakan senyawa


dikromat sebagai oksidator. Senyawa dikromat merupakan oksidator kuat, tetapi
lebih lemah dari permanganat. Kalium dikromat merupakan standar primer.
Penggunaan utama dikromatometri adalah untuk penentuan besi(II) dalam asam
klorida (Zulfikar, 2010).

3. Serimetri

Serimetri adalah titrasi menggunakan larutan baku serium sulfat, untuk zat
uji yang bersifat reduktor.

Contoh : Titrasi zat uji yang mengandung ion ferro.

Prinsip :

Larutan zat uji dalam suasana asam dititrasi dengan larutan baku serium sulfat
(Ce(SO4)2).

Reaksi :

(untuk zat uji yang mengandung ion ferro)

Fe2+ → Fe3+ + e oksidasi

Ce4+ + e → Ce3+ reduksi

Fe2+ + Ce4+ → Fe3+ + Ce3+ redoks

Reaksi yang terjadi :

Perubahan warna indikator pada titik akhir titrasi adalah dari merah menjadi biru
pucat.

8
Titrasi dilakukan dalam suasana asam , karena pada kebasaan yang relatif rendah
mudah terjadi hidrolisis dari garam serium (IV) sulfat menjadi serium hidroksida
yang mengendap, oleh karena itu titrasi harus dilakukan pada media asam kuat.

kebaikan serium sulfat:

1. Sangat stabil pada penyimpanan yang lama dan tidak perlu terlindung dari
cahaya dan pada pendidihan yang terlalu lama tidak mengalami perubahan
konsentrasi.
2. Reaksi ion serium (IV) dengan reduktor dalam larutan asam memberikan
perubahan valensi yang sederhana (valensinya satu) Ce4+ + e– → Ce3+
sehingga berat ekivalennya adalah sama dengan berat molekulnya.
3. Merupakan oksidator yang baik sehingga semua senyawa yang dapat
ditetapkan dengan kalium permanganat dapat ditetapkan dengan serium
(IV) sulfat.
4. Kurang berwarna sehingga tidak mengkaburkan pengamatan titik akhir
dengan indikator.
5. Dapat digunakan untuk menetapkan kadar larutan yang mengandung
klorida dalam konsentrasi tinggi.

keburukan serium sulfat:

Larutan serium (IV) sulfat dalam asam klorida pada suhu didih tidak stabil karena
terjadi reduksi oleh asam dan terjadi pelepasan klorin (Zulfikar, 2010).

4. Iodimetri dan iodometri

Titrasi dengan iodium ada dua macam yaitu iodimetri (secara langsung),
dan iodometri (cara tidak langsung). Dalam iodimetri iodin digunakan sebagai
oksidator, sedangkan dalam iodometri ion iodida digunakan sebagai reduktor.
Baik dalam iodometri ataupun iodimetri penentuan titik akhir titrasi didasarkan
adanya I2 yang bebas. Dalam iodometri digunakan larutan tiosulfat untuk
mentitrasi iodium yang dibebaskan. Larutan natrium tiosulfat merupakan standar
sekunder dan dapat distandarisasi dengan kalium dikromat atau kalium iodidat.
9
Dalam suatu titrasi, bila larutan titran dibuat dari zat yang kemurniannya
tidak pasti, perlu dilakukan pembakuan. Untuk pembakuan tersebut digunakan zat
baku yang disebut larutan baku primer, yaitu larutan yang konsentrasinya dapat
diketahui dengan cara penimbangan zat secara seksama yang digunakan untuk
standarisasi suatu larutan karena zatnya relatif stabil. Selain itu, pembakuan juga
bisa dilakukan dengan menggunakan larutan baku sekunder, yaitu larutan yang
konsentrasinya dapat diketahui dengan cara dibakukan oleh larutan baku primer,
karena sifatnya yang labil, mudah terurai, dan higroskopis (Khopkar, 1990).

Day & Underwood (2002) dalam Steven (2012) mengatakan syarat-syarat


larutan baku primer yaitu :

 Mudah diperoleh dalam bentuk murni


 Mudah dikeringkan
 Stabil
 Memiliki massa molar yang besar
 Reaksi dengan zat yang dibakukan harus stoikiometri sehingga dicapai
dasr perhitungan.

Teknik ini dikembangkan berdasarkan reaksi redoks dari senyawa iodine


dengan natrium tiosulfat. Oksidasi dari senyawa iodine ditunjukkan oleh reaksi
dibawah ini

I2 + 2e → 2I - Eo = +0,535 volt

Sifat khas iodine cukup menarik berwarna biru didalam larutan amilosa
dan berwarna merah pada larutan amilopektin. Dengan dasar reaksi diatas reaksi
redoks dapat diikuti dengan menggunaka indikator amilosa atau amilopektin.

Analisa dengan menggunakan iodine secara langsung disebut dengan


titrasi iodimetri. Namun titrasi juga dapat dilakukan dengan cara menggunakan
larutan iodida, dimana larutan tersebut diubah menjadi iodine, dan selanjutnya
dilakukan titrasi dengan natrium tiosulfat, titrasi tidak iodine secara tidak
langsung disebut dengan iodometri. Dalam titrasi ini digunakan indikator amilosa,
10
amilopektin, indikator carbon tetraklorida juga digunakan yang berwarna ungu
jika mengandung iodine.

Day & Underwood (2002) dalam Steven (2012), larutan standar yang
digunakan dalam kebanyakan proses iodometri adalah natrium tiosulfat. Garam
ini biasanya berbentuk sabagai pentahidrat Na2S2O3.5H2O. Larutan tidak boleh
distandarisasi dengan penimbangan secara langsung, tetapi harus distandarisasi
dengan standar primer, larutan natrium tiosulfat tidak stabil untuk waktu yang
lama. Tembaga murni dapat digunakan sebagi standar primer untuk natrium
tiosulfat.

5. Bromometri dan Bromatometri

Bromometri merupakan penentuan kadar senyawa berdasarkan reaksi


reduksi-oksidasi dimana proses titrasi (reaksi antara reduktor dan bromine
berjalan lambat) sehingga dilakukan titrasi secara tidak langsung dengan
menambahkan bromine berlebih. Sedangkan bromatometri dilakukan dengan
titrasi secara langsung karena proses titrasi berjalan cepat.

Bromatometri merupakan salah satu metode oksidimetri dengan dasar


reaksi oksidasi dari ion bromat ( BrO3 ).

BrO3 + 6 H + 6 e —-> Br + 3 H2O

Dari persamaan reaksi ini ternyata bahwa satu gram ekuivalen sama
dengan 1/6 gram molekul. Disini dibutuhkan lingkungan asam karena kepekatan
ion H+ berpengharuh terhadap perubahan ion bromat menjadi ion bromida.

Oksidasi potensiometri yang relatif tinggi dari sistem menunjukkan bahwa


kalium bromat adalah oksidator yang kuat. Hanya saja kecepatanreaksinya tidak
cukup tinggi. Untuk menaikkan kecepatan ini titrasi dilakukan dalam keadaan
panas dan dalam lingkungan asam kuat.

11
Seperti yang terlihat dari reaksi di atas, ion bromat direduksi menjadi ion
bromide selama titrasi. Adanya sedikit kelebihan kalium bromat dalam larutan
akan menyebabkan ion bromide bereaksi dengan ion bromat

BrO3 + 6 H + 5 Br —-> 3Br2 + 3 H

Bromine yang dilepaskan akan merubah larutan menjadi warna


kuningpucat. Warna ini sangat lemah sehingga tidak mudah untuk menetapkan
titik akhir. Bromine yang dilepaskan tidak stabil karena mempunyai tekanan uap
yang tinggi dan mudah menguap. Karena itu penetapan harus dilakukan pada suhu
serendah mungkin, serta labu yang dipakai harus ditutup.

Jika reaksi antara senyawa reduktor dan bromine dalam lingkungan asam
berjalam cepat, maka titrasi dapat dijalankan langsung, dimana titik akhir titrasi
ditunjukkan denghan munculnya warna bromine dalam larutan.Tetapi jika reaksi
antara bromine dan zat yang akan ditetapkan berjalan lambat, maka dilakukan
titrasi secara tidak langsung, yaitu dengan menambahkan bromine yang berlebih
dan bromine yang berlebih ini ditetapkan secara iodometri dengan dititrasi dengan
natrium tiosulfat baku. Dengan terbentuknya brom, titik akhir titrasi dapat
ditentukandengan terjadinya warna kuning dari brom, akan tetapi supaya warna
inimenjadi jelas maka perlu ditambah indicator seperti jingga metal,
merahfiuchsin, dan lain-lain (Zulfikar, 2010).

6. Nitrimetri

Metode Nitrimetri merupakan titrasi yang dipergunakan dalam analisa


senyawa-senyawa organik, khususnya untuk persenyawaan amina primer.
Penetapan kuantitas zat didasari oleh reaksi antara fenil amina primer (aromatic)
dengan natrium nitrit dalam suasana asam menbentuk garam diazonium. Reaksi
ini dikenal dengan reaksi diazotasi, dengan persamaan yang berlangsung dalam
dua tahap seperti dibawah ini :

NaNO2 + HCl → NaCl + HONO

12
Ar- NH2 + HONO + HCl → Ar-N2Cl + H2O

Reaksi ini tidak stabil dalam suhu kamar, karena garam diazonium yang
terbentu mudah tergedradasi membentuk senyawa fenol dan gas nitrogen.
Sehingga reaksi dilakukan pada suhu dibawah 15oC. Reaksi diazotasi dapat
dipercepat dengan panambahan garam kalium bromida.

Reaksi dilakukan dibawah 15 oC, sebab pada suhu yang lebih tinggi garam
diazonium akan terurai menjadi fenol dan nitrogen. Reaksi diazonasi dapat
dipercepat dengan menambahkan kalium bromida.

Titik ekivalensi atau titik akhir titrasi ditunjukan oleh perubahan warna
dari pasta kanji iodide atau kertas iodida sebagai indikator luar.

Kelebihan asam nitrit terjadi karena senyawa fenil sudah bereaksi


seluruhnya, kelebihan ini dapat berekasi dengan yodida yang ada dalam pasta
kanji atas kertas, reaksi ini akan mengubah yodida menjadi iodine diikuti dengan
perubahan warna menjadi biru. Kejadian ini dapat ditunjukkan setelah larutan
didiamkan selama beberapa menit. Reaksi perubahan warna yang dijadikan
infikator dalam titrasi ini adalah :

KI +HCl → KCl + HI

2HI + 2HONO → I2 + 2NO + H2O

I2 + Kanji yod (biru)

Penetapan titik akhir dapat juga ditunjukkan dengan campuran tropiolin


dan metilen blue sebagai indikator dalam larutan. Titik akhir titrasi juga dapat
ditentukan dengan teknik potensiometri menggunakan platina sebagai indikator
elektroda dan saturated calomel elektroda sebagai elektroda acuan (Zulfikar,
2010).

13
2.3. Prinsip Titrasi Redoks

Reaksi oksidasi reduksi atau reaksi redoks adalah reaksi yang melibatkan
penangkapan dan pelepasan elektron. Dalam setiap reaksi redoks, jumlah elektron
yang dilepaskan oleh reduktor harus sama dengan jumlah elektron yang ditangkap
oleh oksidator. Ada dua cara untuk menyetarakan persamaan reaksi redoks yaitu
metode bilangan oksidasi dan metode setengah reaksi (metode ion elektron).

Hubungan reaksi redoks dan perubahan energi adalah sebagai berikut:


Reaksi redoks melibatkan perpindahan elektron; Arus listrik adalah perpindahan
elektron; Reaksi redoks dapat menghasilkan arus listrik, contoh: sel galvani; Arus
listrik dapat menghasilkan reaksi redoks, contoh sel elektrolisis. Sel galvani dan
sel elektrolisis adalah sel elektrokimia. Persamaan elektrokimia yang berguna
dalam perhitungan potensial sel adalah persamaan Nernst. Reaksi redoks dapat
digunakan dalam analisis volumetri bila memenuhi syarat. Titrasi redoks adalah
titrasi suatu larutan standar oksidator dengan suatu reduktor atau sebaliknya,
dasarnya adalah reaksi oksidasi-reduksi antara analit dengan titran.

2.4. Penggunaan Titrasi Redoks

Analisa dengan cara titrasi redoks telah banyak dimanfaatkan, seperti


dalam analisis vitamin C (asam askorbat). Dalam analisis ini teknik iodimetri
dipergunakan.Pertama-tama, sampel ditimbang seberat 400 mg kemudian
dilarutkan kedalam air yang sudah terbebas dari gas carbondioksida (CO2 ),
selanjutnya larutan ini diasamkan dengan penambahan asam sulfat encer sebanyak
10 ml. Titrasi dengan iodine, untuk mengetahui titik akhir titrasi gunakan larutan
kanji atau amilosa.

Penetapan besi dalam biji besi, biji besi terdiri atas Fe2O3 (hematite),
Fe3O4 (magnetit), FeS2 (pirit), FeCO3 (siderat), Fe2O3. nH2O (limonet), dan
Fe3O4. nH2O (goethite) dan penetapan klor dalam kaporit/kapur klor atau klorox.

14
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Reaksi-reaksi kimia yang melibatkan oksidasi reduksi dipergunakan secara


luas oleh analisis titrimetrik. Reaksi oksidasi reduksi atau reaksi redoks adalah
reaksi yang melibatkan penangkapan dan pelepasan elektron. Titrasi redoks
merupakan jenis titrasi yang paling banyak jenisnya, diantaranya
:Permanganometri, Dikromatometri, Serimetri Iodimetri, iodometri, Bromometri,
bromatometri, Nitrimetri. Titrasi redoks adalah titrasi suatu larutan standar
oksidator dengan suatu reduktor atau sebaliknya, dasarnya adalah reaksi oksidasi-
reduksi antara analit dengan titran.

3.2. Saran

Titrasi redoks yang telah disajikan dalam makalah ini, dapat dijadikan
referensi ataupun tambahan wawasan bagi pembaca sehingga dapat
membedakannya dan dapat menerapkanya secara tepat.

15
DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2013. Materi Redoks-Praktikum Dasar Teknik Kimia

Hamdani,S . 2011. Titrasi Redoks

Ibnu, S , dkk. 2004. Kimia Analitik I. Malang : Jurusan Kimia Universitas Negeri
Malang

Zulkifar. 2010. Titrasi Redoks

16

Anda mungkin juga menyukai