MAKALAH
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
6. Pridodaus Sitanggang
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2020
1
KATA PENGANTAR
2
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar……………………………………………………………………2
Daftar Isi………………………………………………………………………….3
BAB I. Pendahuluan………………………………………………………………4
1.3. Tujuan………………………………………………………………..5
3.1. Kesimpulan………………………………………………………….15
3.2. Saran………………………………………………………………...15
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
Titrasi adalah pengukuran volume suatu larutan dari suatu reaktan yang
dibutuhkan untuk bereaksi sempurna dengan sejumlah tertentu dengan reaktan
lainnya. Seringkali titrasi digunakan untuk mengukur volume larutan yang
ditambahkan pada suatu larutan yang telah diketahui volumenya. Biasanya
konsentrasi dari salah satu larutan, dikenal sebagai larutan standar, telah diketahui
dengan tepat. Reaksi redoks secara luas digunakan dalam analisa titrimetri baik
untuk zat anorganik maupun organik. Reaksi redoks dapat diikuti dengan
perubahan potensial, sehingga reaksi redoks dapat menggunakan perubahan
potensial untuk mengamati titik akhir satu titrasi. Selain itu cara sederhana juga
dapat dilakukan dengan menggunakan indikator. Berdasarkan jenis oksidator atau
reduktor yang dipergunakan dalam titrasi redoks, maka dikenal beberapa jenis
titrimetri redoks seperti iodometri, iodimetri dan permanganometri.
4
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
5
Reaksi oksidasi reduksi atau reaksi redoks adalah reaksi yang melibatkan
pelepasan dan penambahan elektron. Dalam setiap reaksi redoks, jumlah elektron
yang dilepaskan oleh reduktor harus sama dengan jumlah elektron yang ditangkap
oleh oksidator.
Titrasi redoks itu melibatkan reaksi oksidasi dan reduksi antara titrant dan
analit. Titrasi redoks banyak dipergunakan untuk penentuan kadar logam atau
senyawa yang bersifat sebagai oksidator atau reduktor. Aplikasi dalam bidang
industri misalnya penentuan sulfite dalam minuman anggur dengan menggunakan
iodine, atau penentuan kadar alkohol dengan menggunakan kaliksalum dikromat.
Beberapa contoh yang lain adalah penentuan asam oksalat dengan
menggunakan permanganate, penentuan besi(ii) dengan serium(iv), dan
sebagainya. Karena melibatkan reaksi redoks maka pengetahuan tentang
penyetaraan reaksi redoks memegang peran penting, selain itu pengetahuan
tentang perhitungan sel volta, sifat oksidator dan reduktor juga sangat berperan.
Dengan pengetahuan yang cukup baik mengenai semua itu maka perhitungan
stoikiometri titrasi redoks menjadi jauh lebih mudah.
Titik akhir titrasi dalam titrasi redoks dapat dilakukan dengan membuat
kurva titrasi antara potensial larutan dengan volume titrant, atau dapat juga
menggunakan indicator. Dengan memandang tingkat kemudahan dan efisiensi
maka titrasi redoks dengan indicator sering kali yang banyak dipilih. Beberapa
titrasi redoks menggunakan warna titrant sebagai indicator contohnya penentuan
oksalat dengan permanganate, atau penentuan alkohol dengan kalium dikromat.
Beberapa titrasi redoks menggunakan amilum sebagai indicator,
khususnya titrasi redoks yang melibatkan iodine. Indikator yang lain yang bersifat
reduktor/oksidator lemah juga sering dipakai untuk titrasi redoks jika kedua
indicator diatas tidak dapat diaplikasikan, misalnya ferroin, metilen, blue, dan
nitroferoin. Atau ada juga yang tidak menggunakan indikator seperti
permanganometri.
6
2.2. Jenis – jenis Titrasi Redoks
1. Permanganometri
Dalam reaksi redoks ini, suasana terjadi karena penambahan asam sulfat,
dan asam sulfat cukup baik karena tidak bereaksi dengan permanganat.
3. Serimetri
Serimetri adalah titrasi menggunakan larutan baku serium sulfat, untuk zat
uji yang bersifat reduktor.
Prinsip :
Larutan zat uji dalam suasana asam dititrasi dengan larutan baku serium sulfat
(Ce(SO4)2).
Reaksi :
Perubahan warna indikator pada titik akhir titrasi adalah dari merah menjadi biru
pucat.
8
Titrasi dilakukan dalam suasana asam , karena pada kebasaan yang relatif rendah
mudah terjadi hidrolisis dari garam serium (IV) sulfat menjadi serium hidroksida
yang mengendap, oleh karena itu titrasi harus dilakukan pada media asam kuat.
1. Sangat stabil pada penyimpanan yang lama dan tidak perlu terlindung dari
cahaya dan pada pendidihan yang terlalu lama tidak mengalami perubahan
konsentrasi.
2. Reaksi ion serium (IV) dengan reduktor dalam larutan asam memberikan
perubahan valensi yang sederhana (valensinya satu) Ce4+ + e– → Ce3+
sehingga berat ekivalennya adalah sama dengan berat molekulnya.
3. Merupakan oksidator yang baik sehingga semua senyawa yang dapat
ditetapkan dengan kalium permanganat dapat ditetapkan dengan serium
(IV) sulfat.
4. Kurang berwarna sehingga tidak mengkaburkan pengamatan titik akhir
dengan indikator.
5. Dapat digunakan untuk menetapkan kadar larutan yang mengandung
klorida dalam konsentrasi tinggi.
Larutan serium (IV) sulfat dalam asam klorida pada suhu didih tidak stabil karena
terjadi reduksi oleh asam dan terjadi pelepasan klorin (Zulfikar, 2010).
Titrasi dengan iodium ada dua macam yaitu iodimetri (secara langsung),
dan iodometri (cara tidak langsung). Dalam iodimetri iodin digunakan sebagai
oksidator, sedangkan dalam iodometri ion iodida digunakan sebagai reduktor.
Baik dalam iodometri ataupun iodimetri penentuan titik akhir titrasi didasarkan
adanya I2 yang bebas. Dalam iodometri digunakan larutan tiosulfat untuk
mentitrasi iodium yang dibebaskan. Larutan natrium tiosulfat merupakan standar
sekunder dan dapat distandarisasi dengan kalium dikromat atau kalium iodidat.
9
Dalam suatu titrasi, bila larutan titran dibuat dari zat yang kemurniannya
tidak pasti, perlu dilakukan pembakuan. Untuk pembakuan tersebut digunakan zat
baku yang disebut larutan baku primer, yaitu larutan yang konsentrasinya dapat
diketahui dengan cara penimbangan zat secara seksama yang digunakan untuk
standarisasi suatu larutan karena zatnya relatif stabil. Selain itu, pembakuan juga
bisa dilakukan dengan menggunakan larutan baku sekunder, yaitu larutan yang
konsentrasinya dapat diketahui dengan cara dibakukan oleh larutan baku primer,
karena sifatnya yang labil, mudah terurai, dan higroskopis (Khopkar, 1990).
I2 + 2e → 2I - Eo = +0,535 volt
Sifat khas iodine cukup menarik berwarna biru didalam larutan amilosa
dan berwarna merah pada larutan amilopektin. Dengan dasar reaksi diatas reaksi
redoks dapat diikuti dengan menggunaka indikator amilosa atau amilopektin.
Day & Underwood (2002) dalam Steven (2012), larutan standar yang
digunakan dalam kebanyakan proses iodometri adalah natrium tiosulfat. Garam
ini biasanya berbentuk sabagai pentahidrat Na2S2O3.5H2O. Larutan tidak boleh
distandarisasi dengan penimbangan secara langsung, tetapi harus distandarisasi
dengan standar primer, larutan natrium tiosulfat tidak stabil untuk waktu yang
lama. Tembaga murni dapat digunakan sebagi standar primer untuk natrium
tiosulfat.
Dari persamaan reaksi ini ternyata bahwa satu gram ekuivalen sama
dengan 1/6 gram molekul. Disini dibutuhkan lingkungan asam karena kepekatan
ion H+ berpengharuh terhadap perubahan ion bromat menjadi ion bromida.
11
Seperti yang terlihat dari reaksi di atas, ion bromat direduksi menjadi ion
bromide selama titrasi. Adanya sedikit kelebihan kalium bromat dalam larutan
akan menyebabkan ion bromide bereaksi dengan ion bromat
Jika reaksi antara senyawa reduktor dan bromine dalam lingkungan asam
berjalam cepat, maka titrasi dapat dijalankan langsung, dimana titik akhir titrasi
ditunjukkan denghan munculnya warna bromine dalam larutan.Tetapi jika reaksi
antara bromine dan zat yang akan ditetapkan berjalan lambat, maka dilakukan
titrasi secara tidak langsung, yaitu dengan menambahkan bromine yang berlebih
dan bromine yang berlebih ini ditetapkan secara iodometri dengan dititrasi dengan
natrium tiosulfat baku. Dengan terbentuknya brom, titik akhir titrasi dapat
ditentukandengan terjadinya warna kuning dari brom, akan tetapi supaya warna
inimenjadi jelas maka perlu ditambah indicator seperti jingga metal,
merahfiuchsin, dan lain-lain (Zulfikar, 2010).
6. Nitrimetri
12
Ar- NH2 + HONO + HCl → Ar-N2Cl + H2O
Reaksi ini tidak stabil dalam suhu kamar, karena garam diazonium yang
terbentu mudah tergedradasi membentuk senyawa fenol dan gas nitrogen.
Sehingga reaksi dilakukan pada suhu dibawah 15oC. Reaksi diazotasi dapat
dipercepat dengan panambahan garam kalium bromida.
Reaksi dilakukan dibawah 15 oC, sebab pada suhu yang lebih tinggi garam
diazonium akan terurai menjadi fenol dan nitrogen. Reaksi diazonasi dapat
dipercepat dengan menambahkan kalium bromida.
Titik ekivalensi atau titik akhir titrasi ditunjukan oleh perubahan warna
dari pasta kanji iodide atau kertas iodida sebagai indikator luar.
KI +HCl → KCl + HI
13
2.3. Prinsip Titrasi Redoks
Reaksi oksidasi reduksi atau reaksi redoks adalah reaksi yang melibatkan
penangkapan dan pelepasan elektron. Dalam setiap reaksi redoks, jumlah elektron
yang dilepaskan oleh reduktor harus sama dengan jumlah elektron yang ditangkap
oleh oksidator. Ada dua cara untuk menyetarakan persamaan reaksi redoks yaitu
metode bilangan oksidasi dan metode setengah reaksi (metode ion elektron).
Penetapan besi dalam biji besi, biji besi terdiri atas Fe2O3 (hematite),
Fe3O4 (magnetit), FeS2 (pirit), FeCO3 (siderat), Fe2O3. nH2O (limonet), dan
Fe3O4. nH2O (goethite) dan penetapan klor dalam kaporit/kapur klor atau klorox.
14
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
Titrasi redoks yang telah disajikan dalam makalah ini, dapat dijadikan
referensi ataupun tambahan wawasan bagi pembaca sehingga dapat
membedakannya dan dapat menerapkanya secara tepat.
15
DAFTAR PUSTAKA
Ibnu, S , dkk. 2004. Kimia Analitik I. Malang : Jurusan Kimia Universitas Negeri
Malang
16