Disusun Oleh :
ANNA ROSA LUCKYTA
DWI RETNONINGSIH
MUHAMMAD AGUNG PRASETYO
PUTRIANTI
Tingkat :
IA
Assalamualaikum Wr.Wb.
Segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberi kesehatan dan kesempatan sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul Titrasi Redoks yang merupakan
tugas mata kuliah Kimia Kuantitatif. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah banyak membantu penyusun agar dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat menjadikannya sebagai referensi ataupun
tambahan wawasan mengenai reaksi redoks kami sajikan berdasarkan pengamatan dari
berbagi sumber.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu
penulis senantiasa dengan lapang dada menerima bimbingan dan arahan serta saran dan kritik
yang sifatnya membangun demi perbaikan makalah berikutnya.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Penulis
DAFTAR ISI
2
COVER....................................................................................................................................
1
KATA PENGANTAR
2
DAFTAR ISI...............
3
BAB I PENDAHULUAN
A.
4
Latar Belakang.........
B.
4
Rumusan Masalah....
C.
4
Tujuan......
BAB II PEMBAHASAN
A.
5
Titrasi Redoks.....
B.
6
C.
9
D.
Kesimpulan.................
B.
11
Saran............
DAFTAR PUSTAKA.....
12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Titrasi merupakan metode analisa kimia secara kuantitatif yang biasa digunakan
dalam laboratorium untuk menentukan konsentrasi dari suatu reaktan. Karena
pengukuran volum memainkan peranan penting dalam titrasi, maka teknik ini juga
dikenali dengan analisa volumetrik. Selama bertahun-tahun istitilah analisa volumetrik
sering digunakan daripada titrimetrik. Akan tetapi dilihat dari segi yang ketat, istilah
titrimetrik lebih baik, karena pengukuran-pengukuran volum tidak perlu dibatasi oleh
titrasi. Pada analisa tertentu misalnya, orang dapat mengukur volum gas.
Titrasi adalah pengukuran volume suatu larutan dari suatu reaktan yang
dibutuhkan untuk bereaksi sempurna dengan sejumlah tertentu dengan reaktan lainnya.
Seringkali titrasi digunakan untuk mengukur volume larutan yang ditambahkan pada
suatu larutan yang telah diketahui volumenya. Biasanya konsentrasi dari salah satu
larutan, dikenal sebagai larutan standar, telah diketahui dengan tepat.
Reaksi redoks secara luas digunakan dalam analisa titrimetri baik untuk zat
anorganik maupun organik. Reaksi redoks dapat diikuti dengan perubahan potensial,
sehingga reaksi redoks dapat menggunakan perubahan potensial untuk mengamati titik
akhir satu titrasi. Selain itu cara sederhana juga dapat dilakukan dengan menggunakan
indikator. Berdasarkan jenis oksidator atau reduktor yang dipergunakan dalam titrasi
redoks, maka dikenal beberapa jenis titrimetri redoks seperti iodometri, iodimetri dan
permanganometri.
B. Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
C. Tujuan
1.
2.
3.
4.
Permanganometri
2.
Bikromatometri
3.
Cerimetri
4.
5.
Bromometri, bromatometri
6.
Nitrimetri
Terbaginya titrasi ini dikarenakan tidak ada satu senyawa (titran) yang dapat
bereaksi dengan semua senyawa oksidator dan reduktor, sehingga diperlukan berbagai
senyawa titran. Karena prinsipnya adalah reaksi redoks, sehingga pastinya akan
melibatkan senyawa reduktor dan oksidator, karena Titrasi redoks melibatkan reaksi
oksidasi dan reduksi antara titrant dan analit. Jadi kalau titrannya oksidator maka
sampelnya adalah reduktor, dan kalau titrannya reduktor maka samplenya adalah
oksidator.
Banyak aplikasi dalam bidang industri misalnya penentuan sulfite dalam
minuman anggur dengan menggunakan iodine, atau penentuan kadar alkohol dengan
menggunakan kalium dikromat. Beberapa contoh yang lain adalah penentuan asam
oksalat dengan menggunakan permanganate, penentuan besi(II) dengan serium(IV), dan
sebagainya.
Karena melibatkan reaksi redoks maka pengetahuan tentang penyetaraan reaksi
redoks memegang peran penting, sepertinya akan menjadi tidak mungkin bisa
mengaplikasikan titrasi redoks tanpa melakukan penyetaraan reaksinya dulu. Selain itu
pengetahuan tentang perhitungan sel volta, sifat oksidator dan reduktor juga sangat
berperan. Dengan pengetahuan yang cukup baik mengenai semua itu maka perhitungan
stoikiometri titrasi redoks menjadi jauh lebih mudah. Perlu diingat dari penyetaraan
reaksi kita akan mendapatkan harga equivalen tiap senyawa untuk perhitungan.
Permanganometri adalah titrasi yang didasarkan pada reaksi redoks. Dalam reaksi
ini, ion MnO4- bertindak sebagai oksidator. Ion MnO4- akan berubah menjadi ion Mn2+
6
dalam suasana asam. Teknik titrasi ini biasa digunakan untuk menentukan kadar oksalat
atau besi dalam suatu sample.
Pada permanganometri, titran yang digunakan adalah kalium permanganat.
Kalium permanganat mudah diperoleh dan tidak memerlukan indikator kecuali
digunakan larutan yang sangat encer serta telah digunakan secara luas sebagai pereaksi
oksidasi selama seratus tahun lebih. Setetes permanganat memberikan suatu warna
merah muda yang jelas kepada volume larutan dalam suatu titrasi. Warna ini digunakan
untuk menunjukkan kelebihan pereaksi.
Kalium Permanganat distandarisasikan dengan menggunakan natrium oksalat
atau sebagai arsen (III) oksida standar-standar primer. Reaksi yang terjadi pada proses
pembakuan kalium permanganat menggunakan natrium oksalat adalah:
5C2O4- + 2MnO4- + 16H+ 10CO2 + 2Mn2+ + 8H2O
Akhir titrasi ditandai dengan timbulnya warna merah muda yang disebabkan kelebihan
permanganat.
Penetapan kadar zat dalam praktek ini berdasarkan reaksi redoks dengan KMnO4
atau dengan cara permanganometri. Hal ini dilakukan untuk menentukan kadar reduktor
dalam suasana asam dengan penambahan asam sulfat encer, karena asam sulfat tidak
bereaksi terhadap permanganat dalam larutan encer.Pembakuan KMnO4 dibuat dengan
melarutkan KMnO4 dalam sejumlah air, dan mendidihkannya selama beberapa jam dan
kemudian endapan MnO2 disaring. Endapan tersebut dibakukan dengan menggunakan
zat baku utama, yaitu natrium oksalat. Larutan KMnO4 yang diperoleh dibakukan dengan
cara mentitrasinya dengan natrium oksalat yang dibuat dengan pengenceran kristalnya
pada suasana asam. Pada pembakuan larutan KMnO4 0,1 N, natrium oksalat dilarutkan
kemudian ditambahkan dengan asam sulfat pekat, kemudian dititrasi dengan KMnO4
sampai larutan berwarna merah jambu pucat. Setelah didapat volume titrasi, maka dapat
dicari normalitas KMnO4.
Pada permanganometri, titran yang digunakan adalah kalium permanganat.
Kalium permanganat mudah diperoleh dan tidak memerlukan indikator kecuali
digunakan larutan yang sangat encer serta telah digunakan secara luas sebagai pereaksi
oksidasi selama seratus tahun lebih. Setetes permanganat memberikan suatu warna
merah muda yang jelas kepada volume larutan dalam suatu titrasi. Warna ini digunakan
untuk menunjukkan kelebihan pereaksi.
Kalium permangatat sukar diperoleh secara sempurna murni dan bebas sama
sekali dari mangan oksida. Lagipula, air suling yang biasa mungkin mengandung zat-zat
pereduksi yang akan bereaksi dengan kalium permanganat dengan membentuk mangan
dioksida serta bukanlah suatu larutan standar primer.
Kalium permangatat merupakan oksidator kuat dalam larutan yang bersifat asam
lemah, netral atau basa lemah. Dalam larutan yang bersifat basa kuat, ion permanganat
dapat tereduksi menjadi ion manganat yang berwarna hijau.
Titrasi harus dilakukan dalam larutan yang bersifat asam kuat karena reaksi
tersebut tidak terjadi bolak balik, sedangakan potensial elektroda sangat tergantung pada
pH.
Kalium Permanganat distandarisasikan dengan menggunakan natrium oksalat
atau sebagai arsen (III) oksida standar-standar primer.
Bikromatometri digunakan larutan baku kalium bikromat, sebagai oksidator yang
lebih lemah dari KMnO4. Larutan baku kalim bikromat lebih stabil dari
KMnO4. Pengasaman dapat dilakukan dengan H2SO4, HClO4, atau HCl.
Cr2O72- + 14H+ + 6e
Cr3+ + 7H2O
Jingga
tak berwarna
dengan ion iodida, dan ada banyak penggunaan proses iodometrik. Suatu kelebihan ion
iodida ditambahkan kepada pereaksi oksidasi yang ditentukan, dengan pembebasan
iodium, yang kemudian dititrasi dengan larutan natrium thiosulfat.
Metode titrasi iodometri langsung (iodimetri) mengacu kepada titrasi dengan
suatu larutan iod standar. Metode titrasi iodometri tak langsung (iodometri) adalah
berkenaan dengan titrasi dari iod yang dibebaskan dalam reaksi kimia.
Larutan standar yang digunakan dalam kebanyakan proses iodometri adalah
natrium thiosulfat. Garam ini biasanya berbentuk sebagai pentahidrat Na2S2O3.5H2O.
Larutan tidak boleh distandarisasi dengan penimbangan secara langsung, tetapi harus
distandarisasi dengan standar primer. Larutan natrium thiosulfat tidak stabil untuk waktu
yang lama.
Tembaga murni dapat digunakan sebagai standar primer untuk natrium thiosulfat
dan dianjurkan apabila thiosulfat harus digunakan untuk penentuan tembaga. Potensial
standar pasangan Cu(II) Cu(I),.
Karena harga E iodium berada pada daerah pertengahan maka sistem iodium
dapat digunakan untuk oksidator maupun reduktor. I2 adalah oksidator lemah sedangkan
iodida secara relatif merupakan reduktor lemah.
Pertama-tama, sampel ditimbang seberat 400 mg kemudian dilarutkan kedalam air yang
sudah terbebas dari gas carbondioksida (CO2), selanjutnya larutan ini diasamkan dengan
penambahan asam sulfat encer sebanyak 10 mL. Titrasi dengan iodine, untuk mengetahui
titik akhir titrasi gunakan larutan kanji atau amilosa.
Penetapan besi dalam biji besi, biji besi terdiri atas Fe2O3 (hematite),
Fe3O4 (magnetit), FeS2 (pirit), FeCO3 (siderat), Fe2O3.nH2O (limonet), dan Fe3O4.nH2O
(goethite) dan penetapan klor dalam kaporit/kapur klor atau klorox.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Reaksi-reaksi kimia yang melibatkan oksidasi reduksi dipergunakan secara luas
oleh analisis titrimetrik. Reaksi oksidasi reduksi atau reaksi redoks adalah reaksi yang
melibatkan penangkapan dan pelepasan elektron. Titrasi redoks merupakan jenis titrasi
yang paling banyak jenisnya, diantaranya :Permanganometri, Bikromatometri, Cerimetri
Iodimetri, iodometri, iodatometri, Bromometri, bromatometri, Nitrimetri. Titrasi redoks
adalah titrasi suatu larutan standar oksidator dengan suatu reduktor atau sebaliknya,
dasarnya adalah reaksi oksidasi-reduksi antara analit dengan titran.
B. Saran
Titrasi redoks yang telah disajikan dalam makalah ini, dapat dijadikan referensi
ataupun tambahan wawasan bagi pembaca sehingga dapat membedakannya dan dapat
menerapkanya secara tepat.
11
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Materi Redoks-Praktikum Dasar Teknik Kimia I. http://pdtk1-tekimundip.weebly.com/materi-redoks.html. Diakses pada tanggal 30 November 2013.
Hamdani, S. 2011. Titrasi Redoks. http://catatankimia.com/catatan/titrasiredoks.html. Diakses pada tanggal 30 November 2013.
Ibnu, S, dkk. 2004. Kimia Analitik I. Malang : Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri
Malang.
12