Anda di halaman 1dari 22

PERAN GURU DALAM MEMBANGUN SIKAP TOLERANSI

MELALUI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI TAMAN


PENDIDIKAN AL-QUR’AN SABILUS SALAM DESA LOWAYU
KECAMATAN DUKUN KABUPATEN GRESIK

Peneliti:

ELINA SETIYAWATI

932403319

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KEDIRI


FAKULTAS TARBIYAH
MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM 2022
BAB I
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang majemuk, dimana terdapat berbagai keberagaman
didalamnya, seperti kehidupan politik, sosial, budaya,suku, bahasa, adat, agama, dan lain
sebagainya.1 Konsep keberagaman telah dirumuskan bangsa indonesia dengan semboyan
“Bhineka Tunggal Ika” yang artinya berbeda-beda tetap satu tujuan. Semboyan ini
digunakan untuk menggambarkan persatuan dan kesatuan dari keanekaragaman budaya,
bahasa, ras, suku, bangsa, agama, dan kepercayaan yang dimiliki bangsa ini.
Sejarah perkembangan umat manusia mencatat bahwa seringkali perpecahan
disebabkan oleh perbedaan. Perpecahan hingga kekerasan dalam hubungan antar umat yang
berbeda. Perbedaan merupakan suatu keniscayaan yang tidak dapat dihindarkan dan harus
diterima dengan lapang dada. 2 Perbedaan, seharusnya dijadikan landasan untuk memajukan
kebahagiaan dan kesejahteraan hidup bersama yang berdasarkan kebebasan dan keadilan.
Serta diperlukan pemahaman bahwa perbedaan bukanlah menjadi persoalan, yang terpenting
adalah membawa perbedaan-perbedaan itu indah, dan membawa berkah.
Pendidikan yang berbasis multikultural dapat menjadi solusi dalam mewujudkan toler-
ansi dalam kehidupan. Toleransi pada kehidupan sangat diharapkan untuk menciptakan sua-
sana yang kondusif. Selain itu, toleransi juga isa dijadikan sebagai sarana persatuan dalam
keberagaman. Makna toleransi merupakan memberi kesempatan pada orang lain untuk
berpikir dan berperilaku yang tidak sinkron menggunakan apa yang kita lakukan tanpa
adanya tekanan juga gangguan. Toleransi juga erarti menghargai perbedaan,dan membangun
keadilan tanpa memandang latar belakang suku, bangsa, agama, dan adat istiadat. Melalui
pendidikan mul- tikultural masyarakat diharapkan bisa menghargai disparitas satu sama lain,
disparitas tidak dijadikan alasan untuk berselisih,karena jati diri bangsa Indonesia-lah yang
akan menjadi ciri- ciri utama setiap individu.
Taman Pendidikan Al-Qur’an sebagai salah satu lembaga pendidikan islam yang
terdapat di Indonesia yang umumnya menyelenggarakan banyak satuan pendidikan dalam
bentuk pen- didikan non-formal memiliki tanggung jawab yang besar dalam menerapkan
pendidikan islam yang memuat nilai-nilai multikulturalisme dalam aktivitas kesehariannya.
Berbicara mengenai

1
Mochamad Ariep Maulana, “Pelaksaan Toleransi Keberagaman Dalam Proses Pendidikan Agama di Geeta
School Cirebon”, Kajian Islam, 2 (Februari 2017), 18.
Taman Pendidikan Al-Qur’an memang tidak pernah lepas dari seorang pengajar yang biasa
disebut dengan panggilan Bu guru/ustadz ataupun santri didalamnya.
Guru/Ustadz memiliki peranan kriusial dalam membuat seluruh kegiatan yang ada
pada Taman Pendidikan Al-Qur’an2, selain tugas utamanya mengajar ilmu-ilmu keagamaan
dan al- qur’an seaorang guru/ustadz juga harus menyampaikan ilmu tentang multikultural.
Seperti yang ada pada kitab ‘Bidayatul Mujtahid”, di kitab tersebut dijelaskan mengenai
perbandingan madzhab yang bisa diajarkan kepada santri bahwa dalam mengamalkan suatu
madzhab tidak merasa paling benar. Hal tersebut sekaligus menjadi wujud pendidikan
multikultural serta toleransi.
Guru/Ustadz menjadi seorang pendidik di Taman Pendidikan Al-Qur’an memiliki
peranan yang besar dalam mengajarkan pendidikan multikultural dilingkungannya.
Guru/Ustadz artinya figur pendidik yang berperan dalam memacu perubahan pada Taman
Pendidikan Al-Qur’an dan masyarakat sekitarnya. Kedudukan guru/ustadz di Taman
Pendidikan Al-Qur’an yang memperlihatkan perubahan sosial keagamaan baik melalui
intrepretasi agama juga perilaku kepercayaan santri itu sendiri. Guru/Ustadz menjadi
pendidik pada forum pendidikan islam yang tidak hanya sekedar menyusun kurikulum
pendidikan, peraturan, sistem nilai, seklaigus juga menjadi pen- didik serta guru yang juga
menjadi pembina dan pendidik umat masyarakat sekitar.
Pada penerapan budaya multikultural dan juga mweujudkan toleransi pada lingkungan
Taman Pendiidkan Al-Qur’an, Ustadz juga memerlukan langkah yang sempurna dalam men-
erapkan eksekusi yang mendidik pada santri yang melakukan pelanggaran terhadap
peraturan Taman Pendiidkan Al-Qur’an, memperbaiki tata kelola penempatan daerah
mengaji santri tidak berdasarkan usia tetapi berdasarkan kemampuan mengaji, menerapkan
bahasa persatuan dalam aktivitas sehari-hari, melakukan gotong royong dalam membangun
sikap toleransi santru serta melebrukan perilaku kedaerahan, membentuk hukum ihwal
keberagaman pada pemilihan kualitas keragaman dalam berkomunikasi dan hubungan
Disamping itu, guru/ustadz juga wajb mendidik santri agar dapat menghargai serta
menya- yangi sesama santri lain tanpa membeda-bedakan berdasarkan ras, suku dan juga
budaya dae- rah masing-masing terutama terhadap santri baru yang baru masuk di Taman
Pendiidkan Al- Qur’an. Disadari atau tidak hal yang dilakukan diatas akan menjadi awal dari
asal muasal pen- didikan multikultural guna menumbuhkan jiwa toleransi terhadap
keragaman.

B. Rumusan Masalah
2
Azwarhadi, “Implementasi Pembelajaran PAI Serta Penanaman Toleransi Beragama Pada SD Fransiskus
Padang Panjang”. Manajemen Kepemimpinan dan Supervisi, 2 (Juli-Desember 2016), 2.
1. Bagaimana peran guru/ustadz dalam membangun sikap toleransi santri melalui pendidikan
mul- tikultural ?
2. Apa saja faktor yang menjadi pendukung dan penghambat dalam membangun sikap toler-
ansi santri melalui pendidikan multikultural ?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui peran guru/ustadz dalam membangun sikap toleransi santri melalui
pendidi- kan multikultural
2. Untuk mengetahui faktor yang menjadi pendukung dan penghambat dalam membangun
sikap toleransi santri melalui pendidikan multikultural

D. Kajian terdahulu yang relevan

Beberapa penelitian terdahulu yang pernah dikaji oleh beberapa peneliti sebelumnya
mengenai permasalahan terkait “Peran Ustadz Dalam Membangun Sikap Toleransi Santri
Me- lalui Pendidikan Multikultural” diantaranya adalah :

Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Mahmudah Rasyid dengan judul


“Pendidikan Multikultural di Pesantren”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1. Model
yang diterapkan oleh pesantren dalam pendidikan multikultural dikalangan para santri
bervariasi; 2. Pendidikan pesantren memiliki kontribusi yang penting dalam pengembangan
nilai-nilai multikultural sep- erti pemahaman inklusif dan moderat, tradisi pengajian kitab-
kitab kuning, kurikulum pe- santren dan peran serta guru pendidikan agama di pesantren; 3.
Upaya-upaya yang dilakukan guru dan pembina pesantren adalah menampilkan Islam
sebagai ajaran yang menjunjung tinggi sikap ramahh tamah, tidak kaku, bersikap moderat,
dan merespon adanya perbedaan serta syarat dengan nilai-nilai multikultural dari segi
pemikiran dan praktek keagamaan pesantren tersebut tidak kaku, tidak tekstual.

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Miftahus Salam dan Moh. Irmawan jauhari
dengan judul “Inkulkasi Nilai Multikultural Pada Snatri Pondok Pesantren Al-Hasani Al
Latifi Kauman Bondowoso”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1. Values stimulus
peran aktif pengasuh dan ustadz terlihat jelas dan besar dalam upaya mengembangkan
potensi yang dimil- iki khususnya berkaitan dengan pengenalan nilai-nilai multikultural; 2.
Terdapat empat nilai values discuss yang ditekankan pada Pondok Pesantren Al Hasani Al
Latifi yaitu nilai toleransi, demokrasi, kesetaraan dan keadilan; 3. Living values
multikultural di Pondok Pesantren Al
Hasani Al Latifi melibatkan beberapa pihak seperti pengasuh, ustadz, warga pesantren
sampai masyarakat Kauman.

Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Karomah Indarwati dengan judul “ Penerapan
Pendidikan Multikultural di Pondok Pesantren Al-Muayyad Surakarta”. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa : 1. Pesantren Al-Muayyad telah menerapkan pendidikan multikultural
dalam pendidikan non formalnya; 2. Penerapan pendidikan multikultural dilakukan melalui
beberapa kegiatan antara lain yaitu workshop perdamaian yan dilakukan sejak tahun 2014
sam- pai sekarang, pembuiatan film dokumenter sebagai wujud respon kultur keberagaman
agama khususnya di Solo, Desain kamar santri, Prosesi duduk santri ketika pembelajaran
kitab Ta’lim Muta’allim, kesempatan diskusi, Sholawat wasiat Mbah Umar dan juga budaya
mengantri da- lam segala hal.

Keempat, penelitian yang dilakukan oleh Saiful Jannah dan Muhammad Nur Hadi
dengan judul “Penanaman Pendidikan Multikultural dalan Membentuk Akhlak Santri di
Pon- dok Pesantren Ngalah Sengonagung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1. Prinsip
pena- naman pendidikan multikultural di pondok pesantren Ngalah adalah rahmatan
lil’alamin; 2. Implementasi pendidikan multikultural di pesantren Ngalah sebagaimana
prinsip Nu, yakni In- saniyah atau Basyariyah, Wathaniyah, Islamiyah, diwujudkan dalam
bentuk pembiasaan sikap yaitu sikap humanis, sikap nasionalis, sikap demokratis, sikap
toleransi, dan juga sikap religius.

Kelima, penelitian yang dilakukan oleh Muhamad Asror dengan judul “Implementasi
Pendidikan Multikultural Dalam Upaya Mengembangkan Sikap Toleransi Santri di Pondok
Pesantren”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1. Materi pelajaran berbasis multikultural
di Pondok Pesantren Riyadlatul Ulum, Darul Ulum dan Darussalamah mengedepankan sikap
tawasuh, I’tidal, tasamuh, dan tawazun; 2. Pesantren memiliki wawasan berbasis multikul-
tural, sikap dan pemikiran lebih terbuka dalam memahami dan menghargai keberagaman; 3.
Pesantren menanamkan pemikiran kepada santri untuk mampu menjaga dan
menghargai keberagaman etnis, agama, ras, dan antar golongan.

Keenam, penelitian yang dilakukan oleh Tasya Martha Dwi Alvionita dengan judul
“Penerapan Internalisasi Nilai Multikultural Terhadap Pembentukan Karakter Anak Di Tpq
Al- Mukhlashin Surabaya.” Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1. Peran tenaga pendidik
di TPQ Al-Mukhlashin Surabaya dalam membentuk karakter yang multicultural sangat
antusias dan ikhlas dalam menjalaninya, karena mereka tidak hanya memiliki visi dan
misi untuk
mencetak generasi yang Qur’ani melainkan juga berusaha membentuk karakter anak yang
memiliki nilai multicultural melalui kajian kitab kuning, melestarikan budaya jawa, me-
nyempilkan nasehat betapa pentingnya bertoleransi beragama dan juga memberikan
wawasan ke-Indonesiaan melalui pancasila dan lagu wajib Indonesia; 2. Perubahan karakter
anak sebe- lum dan sesudah masuk di TPQ Al Mukhlashin Surabaya tampak terlihat jelas,
yang mana mereka lebih menunjukkan karakter sopan dan santun, disiplin waktu, tanggung
jawab, mem- iliki nilai toleransi yang tinggi.

Dari berbagai kajian terdahulu yang penulis lakukan, belum ada kesamaan mengenai
penelitian yang akan penulis lakukan. Karena fokus penelitian mengarah pada: peran
ustadz dalam membangun sikap toleransi santri melalui pendidikan multikultural dan juga
faktor yang menjadi pendukung dan penghambat dalam membangun sikap toleransi santri
melalui pendidi- kan multikultural. Penelitian ini berangkat dari persoalan semakin
hilangnya rasa dan sikap respect dan juga toleransi antar santri dalam lingkup Taman
Pendidikan Al-Qur’an.
BAB II
Konsep atau Kajian Pustaka
1. Peran Guru/Ustadz Dalam Membangun Sikap Toleransi Santri Melalui Pendidikan
Multikul- tural

Peran bisa diartikan sebagai serangkaian sikap yang disamakan dengan lingkungan
sosial berafiliasi menggunakan fungsi individu pada banyak sekali kelompok sosial. 3 Peran
adalah salah satu komponen yang berasal dari konsep diri (gambaran diri, ideal diri, harga
diri, peran dan ciri-ciri diri). Peran adalah proses dari sebuah identitas, peran merupakan
fungsi seseorang atau sesuatu pada kehidupan.4 Peran atau peranan sesuatu yang menjadi
bagian yg memegang pimpinan terutama dalam terjadinya suatu hal atau insiden.5

Peran bisa diartikan sebuah tindakan, perbuatan atau tingkah laku seseorang yang
berkedudukan dimasyarakat. Bisa dikatakan berperan jika telah mempunyai status
dimasyarakat atau berperan bukan hanya memiliki status, namun terdapat juga tugas-tugas
yang sebelumnya disusun berdasarkan pendapat rakyat. Peran seseorang bisa menjadi bagian
asal interaksi sosial, hal tadi bisa memunculkan suatu tingkah laku yang dibutuhkan.

Ustadz memegang peran yang sangat penting pada proses pendidikan santri, mulai
dari menentikan perecanaan pembelajaran hingga menggunakan melaksanakannya.6
Pengembangan merupakan suatu usaha buat menaikkan kemampuan teknis, teoritis,
konseptual, serta moral sesuai dengan kebutuhan melalui pendidikan dan latihan. 7
Pengembangan artinya suatu proses pembelajaran secara logis, dan sistematis pada rangka
membuat keputusan segala sesuatu yang akan dilaksanakan pada proses aktivitas belajar
menggunakan potensi serta kompetensi peserta didik. Pengembangan sikap toleransi dalam
kehidupan adalah proses menaikkan kualitas menghargai pada keyakinan dan kepercayaan
orang lain dengan cara tidak membeda-bedakan suatu keyakinan.

Hakikat sebuah pengembangan merupakan perencanaan untuk mencapai sebuah


tujuan, yang dimaksud dengan pengembangan adalah perencanaan untuk tujuan

3
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Revisi (Jakatra: Rajawali pers, 2017), h.242-244
4
Departeman Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakatra: Balai Pustaka, 2007),h, 1155
5
Mulat Wigati Abdullah, Sosiologi (Jakatra: Grasindo, 2006), h. 53
6
Abudin Nata, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2012), h. 148-149.
7
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), h. 24.
toleransi islam. Islam mengajarkan tidak membeda-bedakan antar suku dan budaya yang
lainnya, antar gerombolan satu menggunakan lainnya, bangsa satu dengan lainya, karena
mereka dari keturunan yang sama yaitu Nabi Adam Alaihi Salam dan Siti Hawa, yang mem-
bedakan hanyalah taqwanya.

Toleransi adalah sikap menghargai pendirian orang lain, menghargai bukan berarti
membenarkan sebuah keyakinan, akan tetapi hanya menyampaikan kesempatan pada orang
lain buat mengeluarkan pendapat yang sama dengan apa yang mereka maksud.8 Di
masyarakat sangatlah membutuhkan perilaku toleransi karena untuk menghadapi setiap
orang yang mem- iliki pendapat dan keyakinan yang berbeda-beda. Contoh perilaku
toleransi yang kita lakukan setiap hari pada dimasyarakat merupakan saling menyapa, kerja
bakti, tolong menolong, peduli menggunakan kedaan orang lain, dan berbuat baik kepada
orang lain.

Indikator sebuah sikap toleransi diantaranya menjadi berikut:

a. Kedamaain (peduli, ketidaktakutan, cinta)


b. Menghargai perberbedabhineka individu (saling menghargai satu sama lain, mengahrgai
berbeda-bedaanbhineka orang lain, menghargai diri sendiri)
c. pencerahan (menghargai kebaikan orang lain, keterbukaan, reseptif,
kenyemanan pada kehidupan, kenyamanan menggunakan orang lain.9

Adapun strategi yang dapat dilakukan dalam mengembangkan sikap toleransi diling-
kunan Taman Pendidikan Al-Qur’an adalah :

1. Tetap mempertahankan ciri khas taman pendidikan al-qur’an sebagai lembaga pendidkan
keagamaan.
2. Taman pendidikan al-qur’an sebagai agen perdamaian. Dalam kehidupan taman pendidikan
al-qur’an pasti memiliki kehidupan yang multikultural untuk itu ta- man pendidikan al-
qur’an perlu mempersiapkan santri yang mampu menggali nilai pendidikan perdamaian dan
toleransi.

8
Ahmad Syarif Yahya, Ngaji Toleransi (Jakatra: Elex Media Komtindo, 2017), h. 2.
9
Amin Wahyudie, “Skala Karakter Toleransi Konsep dan Operasional Aspek Kedamaina, Menghargai perbe-
daan, dan Kesadaran Individu,” Universitas Ahmad Dahlan volume 7, no. 2 (2017): 61–70
3. Senantiasa berusaha menerapkan, menjaga dan mengembangkan pola ke- hidupan santri
agas selalu kondusif terhindar dari prilaku intoleransi.10

Jika peran dan strategi taman pendidikan al-qur’an dalam mengembangkan sikap
toler- ansi para santri benar-benar bisa diterapkan dengan baik maka diharapkan tidak ada
lagi per- ilaku intoleransi dilingkungan taman pendidikan al-qur’an.

2. Faktor yang Menjadi Pendukung dan Penghambat Dalam Membangun Sikap Toleransi
Santri Melalui Pendidikan Multikultural

Toleransi adalah sikap yang harus dimiliki setiap orang dalam masyarakat. beberapa
faktor yang mempengaruhi sikap toleransi antara lain:

1. Kepribadian

Salah satu tipe kepribadian yang berpengaruh pada sikap toleransi adalah tipe
kepribadian extrovert. Kepribadian extrovert adalah bersifat sosial, lembut, aktif dan
cenderung optimis.11 Ciri-ciri kepribadian extrovert adalah cenderung bisa menjalin
hubungan dengan outgroup.

2. Lingkungan Pendidikan

Lingkungan sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia karena lingkungan bisa


mempengaruhi tingkah laku, pertumbuhan dan perkembangan sikap dan tingkah laku serta
perilaku manusia.12 Lingkungan pendidikan meliputi lingkungan fisik, lingkungan budaya,
serta lingkungan sosial. Lingkungan pendidikan seperti pondok pesantren membantu santri
dalam berinteraksi di berbagai syarat lingkungan sekitarnya. Lingkungan pendidikan yang
baik, yaitu yang dapat mendukung tercapainya sebuah tujuan pendidikan secara normal,
serta bisa mencetak generasi yang siap buat menghadapi sebuah perbedaan di warga.

10
Kholilur Rohman, “Strategi Pengembangan Nilai Toleransi dan Pluralitas dalam Pendidikan
Pesantren,” STAI Cendikia Insani Situbondo XII, no. 1 (2016): 107–38
11
Alifiulahtin Utaminingsih, Perilaku Organisasi: Kajian Teoritki & Empiri Terhadap Budaya
Organisasi, Kepemimpinan, dan Komitmen (Malang: Universitas Brawijaya, 2014, h. 8
12
Sunda Ariana, Manajeman Pendidikan: Peran Pendidikan Dalam Menenamkan Budaya (Lampung:
Bina Darma, 2010), h. 36.
3. Prasangka Sosial

Toleransi artinya hidupnya prasangka sosial antar sekumpulan di kehidupan


masyarakat.13 Prasangka sosial sendiri bisa diartikan menjadi sebuah sikap yang umumnya
bersifat negatif terhadap sebuah kepercayaan, ras atau etnik tertentu, yang semata-mata
berdasarkan keanggotaan mereka dalam kelompok. Sebagai sebuah perilaku prasangka juga
melibatkan prasangka negatif dan emosi di individu yang menjadi target berpotensi saat
individu tersebut hadir ke dalam group yang tidak disukai. Jika sebuah perilaku prasangka
terhadap kelompok lain itu, maka apa saja yang dilakukan sasaran berpotensi benar maupun
akan dianggap menjadi perbuatan yang salah, maka yg terjadi adalah keluarnya intoleransi
terhadap kelompok lain.

Seorang ustadz dalam mendidik santri tidak selama berjalan tanpa hambatan, banyak
faktor yang bisa mempengaruhi sampai ilmu pengetahuan kepada santri baik itu faktor pen
dukung atau faktor penghambat. Adapun faktor pendukung bagi setiap ustadz dalam
mendidik santri yaitu :

a. Kebijakan Pemerintah
“Undang-undang angka 18 tahun 2019 pasal 2 tentang penyelenggaraan pe santren
ber-asaskan kepada: ketuhanan, kebangsaan, kemandirian, keberdayaan, kemaslahatan,
multikutural, profesionalitas, akutabilitas, keberlajutan serta kepastian aturan”.14
b. Fasilitas yang memadai untuk menyelidiki pendidikan multikultural telah menggunakan
dengan baik sehingga dapat diwujudkanya sikap toleransi dalam ke- hidupan sehari-
hari,wahana perpustakaan dan ruang kelas yang nyaman.
c. Ustadz dan seluruh jajaran pengurus taman pendidikan al-qur’an mendukung adanya proses
pembelajaran multimedia serta memujudkan kehidupan yang toleran sehingga mampu saling
mengayomi, menghormati satu sama lain,dan terjadi kerjasama semua warga taman
pendidikan al-qur’an untuk bersama-sama menciptakan lingkungan yang aman sebagai
akibatnya sosialisasi antarsantri bisa berjalan dengan baik.

13
Yohanesh Babari, Relasi dengan Sesama, 5 (Jakatra: Elex Media Komtindo, 2005).
14
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas
d. Kitab/buku pendukung yang menunjang pengetahuan peserta didik tentang toleransi. seperti
kitab bidayatul mujtahid, Al-Samâhah fî al Islâm, Al-Ta‟ad- dudiyah wal-Hurriyah fi al-
Islâm, Mamba‟us Sa‟adah, Tahrir al Mar‟ah dan buku lainnya yang mendukung
terbentuknya sikap toleransi para santri.
e. Manajeman pesantren yang baik, mirip memberikan hadiah pada santri berprestasi serta
eksekusi kepada santri yang melanggar hukum, malakukan asimilasi santri an- tar daerah
pada satu kamar dan dilakukan perubahan minimal dalam setiap tahun satu kali.
f. Lingkungan eksternal taman pendidikan al-qur’an yang kondusif, damai karena cukup jauh
berasal linkungan yg penuh dengan keramaian seperti pasar, lapangan dan lain-lain. Akibat
proses penerapan toleransi diterapkan serta tidak praktis terkotori lingkungan luar.
BAB III
Metode
Penelitian
A. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini penulis berfokus pada peran ustadz dalam membangun sikap tol
eransi melalui pendidikan multikultural. Penelitian yang akan digunakan dalam penelitian
ini adalah menggunakan penelitian deskriptif kualitatif, dimana dalam penelitian ini akan
dil- akukan dengan cara mengamati suatu permasalahan secara sistematis dan akurat
mengenai fakta dan objek tertentu, dan ditunjukkan untuk memaparkan dan menggambarkan
serta memetakan fakta-fakta berdasarkan cara pandang tertentu. Secara arti yang paling
mendasar, penelitian deskriptif kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk
membentuk suatu informasi mengenai situasi atau kejadian. Dalam arti ini penelitian
deskriptif itu merupakan akumulasi data dalam cara deskriptif semata-mata tidak perlu
mencari atau menunjukan saling korelasi, mentest hipotesis, menghasilkan ramalan, atau
menerima makna dan akibat walaupun penelitian yang bertujuan untuk menemukan hal-hal
tadi dapat mencakup metode-metode deskriptif15.

Penelitian deskriptif kualitatif ini sendiri dapat mengkaji tentang keadaan yang
sebenarnya, maka dari itu dengan menggunakan penelitian deskriptif kualitatif akan
diperoleh fakta yang di perlukan. Didalam penelitian ini penulis akan melakukan upaya
dalam mendeskripsikan secara sistematis tentang deskripsi tersebutt berdasarkan data-
data yang terkumpul selama proses penelitian berlangsung.

B. Lokasi Penelitian

Lokasi atau objek penelitian adalah Taman Pendidikan Al-Qur’an Sabilus Salam
yang beralamatkan di RT.27 RW.07 Desa Lowayu Kecamatan Dukun Kabupaten Gresik.
Peneliti memilih lokasi penelitian ini dengan pertimbangan sebagai berikut : 1. Letak
Taman Pendidikan Al-Qur’an yang strategis di daerah masyarakat yang pesat dan
berkembang; 2. Taman Pendidikan Al-Qur’an Sabilus Salam merupakan pusat tempat
pendidikan al-qur’an metode ad-dzikr di Gresik; 3. Strategi manajemen yang tepat sangat
diperlukan dalam mengelola dan membina pengurus serta santri yang ada didalamnya dalam
mengembangkan kualitas pendidikan.

15
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian (Jakatra: Raja Grafindo Persada, 2014), h. 76.
C. Sumber Data

Sumber data adalah sumber yang dilakukan oleh seorang peneliti dalam
mendapatkan sejumlah informasi atau data-data yang dibutuhkan dalam proses penelitian.
Dan data merupakan kumpulan dari beberapa bahan keterangan yang berasal dari catatan
penelitian baik berupa fakta ataupun berupa angka yang bisa dijadikan bahan untuk
menyusun suatu informasi dalam melakukan penelitian. Adapun sumber data yang
digunakan dalam penelitian ini dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu data primer dan
data sekunder.

1. Sumber Data Primer


Sumber data primer merupakan seumber data utama dalam sebuah data yang
dihasilkan.16 Data primer juga memiliki arti sebagai data dalam bentuk verbal atau kata- kata
yang diucapkan secara lisan, gerak-gerik ataupun perilaku yang dilakukan oleh objek yang
dapat dipercaya.17
Konteks penelitian ini adalah bagaimana peran ustadz dalam membangun sikap
toleransi melalui pendidikan multikultural. Untuk mengetahui bagaimana proses ber-
jalannya dana apa saja cara yang akan dilakukan olehustadz tersebut dalam mengem-
bangkan sikap toleransi pada santri.
2. Sumber Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak eksklusif oleh peneliti,
melainkan cara mendapatkannya melalui tangan yang kedua dan ketiga. Asal data sekunder
artinya sumber data kedua selesainya asal data primer.18
Asal data diperoleh asal dokumen bahkan bisa berasal kitab -buku pengetahuan yang
berkaitan mengenai problem penelitian ini. Sesuai pengertian diatas dapat dipa- hami bahwa
yang dimaksud menggunakan data sekunder artinya data kedua yang di- peroleh berasal
alumni yg berdomisili di lingkungan taman pendidikan al-qur’an, ustadz taman pendidikan
al-qur’an karena di penelitian ini terfokus pada ustadz serta santri, dokumentasi sejarah
taman pendidikan al-qur'an dan dokumentasi ihwal aktivi- tas selama pengenalan
berlangsung, atau data-data santri

16
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi (Jakatra: Kencana, 2013)
17
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Jakatra: Rineka Cipta, 2010), h. 22
18
Bungin, Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi, h. 129.
D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat krusial dalam penelitian.


Penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif lapangan, maka pengumpulan data dilakukan
pribadi oleh peneliti dengan menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi.
Adapun be- berapa metode yang akan peneliti gunakan, antara lain:

1. Wawancara

Wawancara menggunakan teknik pengumpulan data untuk menemukan sesuatu yang


wajib diteliti. Fungsi dari wawancara yaitu untuk mendapatkan data secara detail tentang
peran ustadz dalam pendidikan multikultural pada pengembangan perilaku toleransi pada
santri.

Penulis menggunakan jenis wawancara mendalam di proses pengumpulan data. “yang


artinya suatu cara pengumpulan data atau informasi menggunakan cara bertatap muka
dengan informan, dengan maksud menerima gambaran lengkap perihal topik yang diteliti”.19
Subyek atau informan yang penulis wawancara artinya ustadz dan santri. Untuk menerima
isu yang lengkap, dipenelitian kualitatif tidak mengenal adanya jumlah sampel minimum
(Sample Size). Umumnya penelitian kualitatif menggunakan jumlah sampel kecil. Bahkan
pada masalah eksklusif hanya satu informan saja. Setidaknya terdapat dua syarat yang harus
dipenuhi dalam menentukan informan yaitu kecukupan dan kesesuaian.20

Wawancara digunakan untuk memperoleh info atau data berupa ucapan, pikiran,
gagasan, perasaan, dan kesadaran sosial. menggunakan wawancara penulis mengharapkan
isu yang bisa dipergunakan menjadi asal yang mampu dijadikan menjadi bahan penelitian
mengenai kiprah ustadz pada pendidikan multikultural pada pengem- bangan perilaku
toleransi santri.

2. Obervasi
Observasi bisa diartikan pengamatan, pemilihan. Teknik observasi pada penelitian
menggunakan pengungkapan dan penyampaian gambaran tentang training yang dilakukan
ustadz terhadap kemampuan bersosialisasi para santri di Taman

Bungin, Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi, h. 157


19

Ade Heryana, “Informan dan Pemilihan Informan dalam Penelitian Kualitatif”, Universitas Esa
20

Unggul, 2018.
Pendidikan Al-Qur'an Sabilus Salam yaitu mengamati secara langsung sikap, prilaku santri,
pelaksanaan aktivitas bersosial dalam keseharian santri baik menggunakan kawan yg
bersuku sama ataupun mereka yg tidak selaras suku serta bahasa.
Observasi merupakan metode pengumpulan data dimana atau kolaboratornya
mencatat berita sebagaimana yang mereka saksikan selama penelitian. 21 Penyaksian terhadap
insiden selama observasi mampu dengan melihat, mendengarkan, me- rasakan,lalu dicacat
se-obyektif mungkin. Problematika yang perlu diperhatikan pada pengamatan terutama
ditimbulkan sebab metode ini mengandalkan penglihatan (mata) serta telinga. Oleh karena
itu, perlu didasari keterbatasan- keterbatasan asal indera penglihatan.
Adapun jenis observasi yang akan penulis gunakan dalam penelitian ini meru- pakan
observasi partisipatif. Dalam observasi ini peneliti terlibat dengan aktivitas sehari-hari orang
yang sedang diamati atau yang dipergunakan sebagai asal data. Penu- lis melakukan agar
mendapatkan data tentang peran Ustadz dalam membentuk sikap toleransi santri melalui
pendidikan multikutural di Taman Pendidikan Al-Qur'an Sabilus Salam.
3. Dokumentasi
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode dokumentasi untuk mem-
peroleh data mengenai peran Gurus/Ustadz dalam membentuk sikap toleransi santri melalui
pendidikan multikutural di Taman Pendidikan Al-Qur'an Sabilus Salam. Adapun dokumen
yang dibutuhkan peneliti adalah dokumen struktur kepengurusan, tata tertib atau peraturan
taman pendidikan al-qur’an serta semua data yang berkaitan dengan penelitian.
E. Analisis Data

Pengolahan dan analisis data menggunakan analisis deskriptif yang dilakukan untuk
mengidentifikasi peran guru/ustadz dalam membangun sikap toleransi melalui pendidikan
multikul- tural di taman pendidikan al-qur’anSabilus Salam. Analisis data kualitatif
merupakan bersifat induktif, yaitu suatu analisis tiga jalur aktivitas yg terjadi secara
bersamaan yaitu reduksi data, penyajian data, serta pembuktian data (penarikan kesimpulan).

21
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D, h.228.
1) Reduksi Data (Reduction Data), diartikan sebagai proses menentukan, memfokuskan serta
suatu bentuk analisis yang ringkas, terfokus, membuang data yang tidak krusial, serta data
menjadi cara untuk mendeskripsikan dan memverifikasikan kesimpulan akhir.
2) Penyajian Data (Data Display), tentang hal ini, yang paling seringkali digunakan untuk
menyajikan data pada penelitian kualitatif merupakan teks yang bersifat deskriptif.
3) Penarikan Kesimpulan (Concluting Drawing), yaitu aktivitas menggambarkan dari objek
yang diteliti atau konfigurasi yang utuh asal objek penelitian.
F. Rencana Pembahasan

Penelitian ini membahas mengenai peran ustadz dalam membangun sikap toleransi
me- lalui pendidikan multikultural di taman pendidikan al-qur’an Sabilus Salam, gambaran
umum mengenai lembaga pendidikan, visi dan misi lembaga, keadaan ustadz dan tenaga
pengajar, keadaan santri di lembaga, keadaan sarana dan prasarana lembaga, struktur
kepengu- rusan, dan faktor pendukung dan faktor penghambat peran ustadz dalam
membangun sikap toleransi melalui pendidikan multikultural, analisis peran ustadz dalam
membangun sikap tol- eransi melalui pendidikan multikultural. Untuk itu penelitian ini
menjadi penting kerena berangkat dari persoalan tuntutan zaman yang semakin modern
membuat masyarakat lebih membutuhkan tempat dalam menghadapi upaya persoalan
perbedaan di lingkungannya teru- tama dalam menjaga anaknya agar tetap senantiasa
mendapatkan pendidikan yang selayaknya. Diharapkan hasil penelitian ini bisa memberikan
sumbangsih keilmuan baru bagi penyedia layanan pendidikan khususnya taman pendidikan
al-qur’an dalam mempertahankan eksis- tensinya sebagai sentra pembangun manusia yang
berwawasan Islam Nusantara serta ahlussun- nah wal jama’ah.

Pembahasan dimulai dari: a. Peran ustadz dalam membangun sikap toleransi santri
me- lalui pendidikan multikultural. Dalam pembahasannya akan menggunakan teori milik
Knauth mengenai hal yang mendasari toleransi diantaranya: Pertama, harus perbedaan
situasi atau plu- ralitas. Kedua, terdapat alasan untuk pasif atau aktif dalam menerima
perbedaan. Adapun tujuan dari adanya sikap toleransi adalah untuk memperoleh adanya
pemahaman yang lebih tepat atau ditolerir yakni batas dalam toleransi yang tepat; b. Faktor
pendukung dan pengham- bat peran ustadz dalam membangun sikap toleransi santri melalui
pendidikan multikultural da- lam segi internal maupun eksternal meliputi gambaran umum
mengenai lembaga pendidikan, visi dan misi lembaga, keadaan ustadz dan tenaga pengajar,
keadaan santri di lembaga, keadaan sarana dan prasarana lembaga, struktur kepengurusan.
Dalam pembahasannya akan
menggunakan hasil analisis menggunakan teknik observasi dan teknis wawancara dengan
ustadz dan juga pengurus lembaga bahwa dalam proses membangun sikap toleransi melalui
pendidikan multikultural terdapat beberapa faktor baik faktor penghambat maupun faktor
pen- dukung, karena tiap-tiap lembaga memiliki masalah dan solusi yang berbeda.

Pada rencana pembahasan terdapat enam bab diantaranya: Bab I berisi pendahuluan
yang merupakan pengantar kepada persoalan utama penelitian serta arah penelitian yang dil-
akukan memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan kegunaan
penelitian; Bab II berisi landasan teori yang relevan menjadi pemandu agar penekanan
penelitian sesuai dengan fenomena pada lapangan, menyampaikan gambaran awam tentang
latar penelitian, dan sebagai ujung analisis pada pembahasan akibat penelitian; Bab III berisi
metode penelitian yang memuat uraian tentang metode dan langkah-langkah penelitian
secara operasional mencakup pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran peneliti, lokasi
penelitian, asal data, pengumpul data, analisis data, dan pengecekan keabsahan data; Bab IV
berisi tentang apa yang akan terjadi dalam penelitian yang ada didalmnya memuat ilustrasi
awam objek penelitian, paparan seluruh data yang diperoleh dari apa yang akan terjadi
penelitian lapangan, terahir adalah temuan penelitian yang didapatkan; Bab V berisi tentang
pembahasan yang memuat gagasan peneliti, keterkaitan antara pola-pola, kategori-kategori,
dan dimensi-dimensi, posisi temuan atau teori terhadap teori-teori dan temuan-temuan
sebelumnya, dan penafsiran dan penjelasan dari temuan atau teori yang diungkap dari
lapangan; terakhir Bab VI menjadi penutup yang memuat kesimpulan, saran atau
rekomendasi, serta serta implikasi. praktis yang berisi tawaran konsep dari hasil penelitian
dan implikasi teoritis berisi tentang teori yang digunakan relevansinya dengan temuan
penelitian.

BAB IV

TEMUAN DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Keadaan Guru SMK Karya Bunda

Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui bahwa secara keseluruahan jumlah guru di
Mushollah Sabilus Salam adalah 14 Orang. Secara umum tingkat pendidikan guru sangat
memadai.

B. Keadaan Siswa SMK Karya Bunda


Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui secara keseluruhan jumlah murid pada tahun
ajaran 2022/2023 di Mushollah Sablius Salam adalah 63 orang, terdiri dari 21 siswa laki-laki
dan 42 murid perempuan.

C. Keadaan Sarana dan Prasarana SMK Karya Bunda

Untuk mendukung kelangsungan proses belajar mengajar maka mushollah harus memiliki
sarana dan prasarana.

D. Temuan Khusus

Berdasarkan data yang diperoleh,Peran Guru mengaji Dalam Menerapkan

Pendidikan Multikultural di Mushollah Sabilus Salam.

E. Upaya Guru Mengaji Dalam Menerapkan Pendidikan Multikultural Di

Mushollah Sabilus Salam.

Adapun upaya guru mengaji dalam menerapkan pendidikan Multikultural di

Mushollah Sablus Salam, yaitu: 1).Melalui kegiatan doa bersama, 2). Pada saat proses

pembelajaran, 3). Memberikan teladan di luar jam mengaji.

F. Pada saat Proses Pembelajaran

Upaya guru mengaji dalam menerapkan pendidikan multikultural di Mushollah

Sablus Salam salah satunya pada saat proses pembelajaran, proses pembelajaran mengaji

Al-Quran pada jenajang Sekolah Dasar adalah 45 menit, pada saat proses pembelajaran ini

lah guru mengaji memberikan pendidikan multikultural pada murid-murid karena diketahui

mengaji mempunyai konsep pemahaman agama Islam pada jenjang ini.

Guru mengaji pada proses pembelajaran ini memberikan pemahaman pada murid-murid

tentang keberagaman dan saling menghormati pada semua agama, pada saat pengamatan (observasi)

peneliti melihat pada saat masuk mengaji murid-murid belajar pada kelas yang lain atau

bersebelahan. Peneliti juga mengamati pada saat proses pembelajaran guru mengaji memberikan

pemahaman bagi murid-murid Mushollah Sabilus Salam bahwa Islam menganjurkan agar tetap
menghormati kepercayaan di luar Islam pada semua pelajaran mengaji.

BAB V
KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Dari hasil analisis data dan hasil temuan peneliti di Mushollah Sabilus Salam dapat ditarik
kesimpulan terkait “PERAN GURU DALAM MEMBANGUN SIKAP TOLERANSI MELALUI
PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI TAMAN PENDIDIKAN AL-QUR’AN SABILUS
SALAM DESA LOWAYU KECAMATAN DUKUN KABUPATEN GRESIK
” yaitu:
1. Perencanaan Pendidikan multikultural yang ada di mushollah Sabilus Salam sudah cukup baik,
hal itu terbukti dengan adanya keterangan yang dikemukakan oleh guru mengaji di sekolah tersebut
bahwasanya dalam kegiatan belajar mengajar atau dalam kegiatan sehari-hari para pengajar
menyelipkan sepatah duapatah kata dengan maksud agar kesan multikultural di lingkungan mengaji
semakin terasa, dan juga kepala TPQ/Madin membuatkan peraturan lokal yang berlaku didalam
sekolah itu sendiri yakni mengenai keberagaman di dalamnya yang berbunyi bahwa semua staff dan
dewan guru agar bisa membangun lingkungan yang toleran dan selalu belajar menghargai orang lain
yang berbeda etnis dan agama di lingkungan ini serta membangun rasa saling pengertian multikultural
antar peserta didik.
2. Pelaksanaan dalam Menerapkan Pendidikan Multikultural di Mushollah Sabilus Salam
berdasarkan indikator Membangun Sikap anti diskriminas etnis dengan strategi ngemong dan metode
diskusi forum antar siswa dengan didampingi oleh para guru sudah di terapkan dengan baik oleh
guruMushollah Sabilus Salam.
3. Pengendalian penerapan pendidikan multikultural di Mushollah Sabilus Salam adalah dengan
cara memberikan keleluasaan terhadap para murid untuk terlibat langsung di acara yang diadakan oleh
pihak mushollah seperti acara lomba mengaji, maupun acara hafalan, hal ini dapat menjadi sarana
pengendalian para murid agar semakin mudah bergaul dan bekerja sama dengan murid lain tanpa
memperdulikan darimana latar belakang etnis dan budaya mereka.
Daftar Pustaka

Ariana, S. (2010). Manajeman Pendidikan: Peran Pendidikan Dalam Menenamkan Budaya.


Lampung: Bina Darma.
Mochamad Ariep Maulana, “Pelaksaan Toleransi Keberagaman Dalam Proses Pendidikan
Agama di Geeta School Cirebon”, Kajian Islam, 2 (Februari 2017), 18.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian. jakarta: Rineka Cipta.


Abdullah, M. W. (2006). Sosiologi. Jakarta:
Grasindo.

Asror, M. (2022, Maret). Implementasi Pendidikan Multikultural Dalam Upaya


Mengembangkan Sikap Toleransi Santri di Pondok Pesantren. Jurnal Manajemen
Pendidikan Islam.

Babari, Y. (2005). Relasi dengan Sesama. Jakatra: Elex Media

Komtindo. Bungin. (n.d.). Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi.

Bungin, B. (2013). Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi . Jakarta: Kencana.

Hadi, S. J. (2019, Oktober). Penanaman Pendidikan Multikultural dalam Membentuk Akhlak Santri
di Pondok Pesantren Ngalah Sengonagung. Jurnal Multicultural of Islamic Education, 3.

Heryana, A. (n.d.). Informan dan Pemilihan Informan dalam Penelitian Kualitatif. 2018:
Universitas Esa Unggul.

Indarwati, K. (2018, September). Penerapan Pendidikan Multikultural di Pondok Pesantren Al-


Muayyad Surakarta. Jurnal Comm-Edu, 1.

Jauhari, M. S. (2021, Maret). INKULKASI NILAI MULTIKULTURAL PADA SANTRI


PONDOK PESANTREN AL_HASANI AL LATIFI KAUMAN BONDOWOSO.
Jurnal Ilmu Pendidikan Islam, 05, 1-13.

Majid, A. (20005). Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mashur. (2017, Maret ). Tugas Ustadz dalam Mengembangkan Pendidikan Berbasis Karakter di
Pesantren Al Urwatul Wu-tsqo Jombang. Jurnal Studi Manajemen Pendidikan Islam, 1.
Azwarhadi, “Implementasi Pembelajaran PAI Serta Penanaman Toleransi Beragama Pada SD
Fransiskus Padang Panjang”. Manajemen Kepemimpinan dan Supervisi, 2 (Juli-Desember
2016), 2.

Nasional, D. P. (2007). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai

Pustaka. Nata, A. (2012). Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Raja Grafindo


Persada.
Rasyid, M. (2020, November). Pendidikan Multikultural di Pesantren. Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran, 3, 53-62.

Rohman, K. (2016). Strategi Pengembangan Nilai Toleransi dan Pluralitas dalam Pendidikan
Pesantren. 107-138.

Sisdiknas, U.-u. R. (n.d.).

Soekanto, S. (2017). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakatra: Rajawali pers.

Sugiyono. (n.d.). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D.

Suryabrata, S. (2014). Metodologi Penelitian. Jakatra: Raja Grafindo

Persada.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tetang Sisdiknas. (2003).


Bandung: Citra Umbara.

Utaminingsih, A. (2014). Perilaku Organisasi: Kajian Teoritki & Empiri Terhadap Budaya
Organisasi, Kepemimpinan, dan Komitmen. Malang: Universitas Brawijaya.

Wahyudie, A. (n.d.). Skala Karakter Toleransi Konsep dan Operasional Aspek Kedamaina,
Menghargai perbe-daan, dan Kesadaran Individu. 7, 61-70.

Yahya, A. S. (2017). Ngaji Toleransi. Jakatra: Elex Media Komtindo.

Anda mungkin juga menyukai