Anda di halaman 1dari 10

PERAN GURU DALAM MEMBANGUN SIKAP TOLERANSI

MELALUI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI TAMAN


PENDIDIKAN AL-QUR’AN SABILUS SALAM DESA
LOWAYU KECAMATAN DUKUN KABUPATEN GRESIK

Elina Setiyawati
E-mail : elynasetiyawati03@gmail.com
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peran guru berdasarkan
kompetensi dan sub komptensinya sebagai pendidik untuk mengembangkan toleransi
beragama. Kesuksesan pengembangan toleransi beragama membutuhkan peran guru secara
optimal. Optimalisasi peran guru dalam mengembangkan toleransi beragama dapat
mendorong optimalisasi setiap kompetensi yang terkait sehingga akhirnya mampu memberi
dampak pengembangan kompetensi guru secara holistik dan berkesinambungan. Penelitian
ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif yang dilaksanakan di TK Negeri Pembina
Karangmalang Sragen. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa Toleransi beragama yang
dikembangkan melalui beberapa bagian pengembangan yang meliputi : 1) Pengembangan
sikap menghargai perbedaan isi doa, 2) Pengembangan sikap menghargai tata cara berdoa
dan beribadah, 3) Pengembangan sikap menghargai simbol agama, 4) Pengembangan sikap
menghargai konsep halal haram, dan 5) Pengembangan sikap memahami perbedaan nama
Tuhan. Sub Kompetensi tertentu pada kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan
sosial diperlukan untuk mendukung peran guru dalam pengembangan toleransi beragama
pada anak usia dini.

Kata kunci: Toleransi, Agama, PAUD


A. Pendahuluan
Pada masa orde baru, jumlah agama yang diakui di Indonesia ada lima yaitu Islam,
Kristen, Katolik, Hindu, dan Budha. Jumlah agama yang diakui bertambah,
semejak Presiden Abdurahman Wahid atau Gus Dur melalui Keputusan Presiden
(Keppres) No.6 tahun 2000 disertai Surat Keputusan Menteri Agama Republik
Indonesia No. MA/12/2006, menetapkan Kong Hu Chu sebagai agama yang diakui
di Indonesia. Sebanyak 1340 (Seribu Tiga Ratus Empat Puluh) suku bangsa
Indonesia dengan agama resmi yang berjumlah 6 (Enam), semakin menyadarkan
sekaligus menegaskan bahwa bangsa Indonesia harus mampu hidup bersama dalam
bingkai kehidupan saling menghormati dan menghargai setiap perbedaan yang ada.
Termasuk kemudian menyiapkan dan mendidik setiap generasi penerus untuk
merawat nilai-nilai toleransi yang ada, agar Indonesia tetap menjadi rumah yang
paling nyaman untuk seluruh penghuninya tanpa terkecuali, tanpa dikotomi
mayoritas berkuasa dan minoritas terkuasai.
Pendidikan nasional memiliki tujuan utama agar manusia Indonesia menjadi
manusia yang tumbuh dan berkembang sesuai nilai agamanya, kebudayaan
bangsanya, sesuai dengan Jiwa Pancasila dan UUD 1945 untuk menghadapi setiap
tantangan perubahan zaman dengan tanggap dan rela untuk hidup bersama dalam
bingkai Bhinneka Tunggal Ika. (UU Sisdiknas 2003) Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD) telah jamak diyakini perannya dalam memberikan pondasi awal akan
proses yang panjang dan berkelanjutan tersebut. Pendidikan pada tahap ini tidak
dapat dianggap sederhana untuk memulai penanaman kemauan dan sikap untuk
bersama-sama mencintai segala macam perbedaan di Indonesia demi tercapainya
tujuan pendidikan nasional Indonesia. (Suryadharma Ali, 2013).
Guru telah nyata secara empiris sebagai 30 % faktor penentu kesuksesan
peserta didik dalam menjalani proses pendidikan di sekolah (Sumarna Surapranata,
2016). Guru memegang kendali terhadap sepertiga kebehasilan proses pendidikan di
Indonesia. Guru merupakan pendidik profesional yang diwajibkan melengkapi diri
dengan kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan
kompetensi profesional. Profesionalisme guru dibutuhkan untuk melaksanakan
tugas utama untuk mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik, salah satunya, pada pendidikan anak usia
dini jalur formal. (UU Guru dan Dosen No.14 Tahun 2005).
Taman Kanak-kanak (TK) sebagai layanan pendidikan bagi anak usia dini
dengan jenjang usia 4-5 tahun dan 5-6 tahun sekaligus wadah yang alami dalam
menyemai nilai- nilai toleransi beragama sejak usia dini. Pada lembaga TK, anak
dengan berbagai latar belakang agama dapat ikut serta dalam proses pendidikan di
dalamnya. Berbeda dengan beberapa sekolah yang memang diperuntukkan bagi
anak dengan latar belakang tertentu. Potensi perkembangan anak dalam aspek Nilai
Agama dan Moral (NAM) dan Sosial Emosional (Sosem) yang memuat kemampuan
untuk menghargai sekaligus menghormati (Toleransi).

B. Pembahasan
1. Peran Guru/Ustadz Dalam Membangun Sikap Toleransi Santri Melalui Pendidikan
Multikul- tural

Peran bisa diartikan sebagai serangkaian sikap yang disamakan dengan


lingkungan sosial berafiliasi menggunakan fungsi individu pada banyak sekali kelompok
sosial.3 Peran adalah salah satu komponen yang berasal dari konsep diri (gambaran diri,
ideal diri, harga diri, peran dan ciri-ciri diri). Peran adalah proses dari sebuah identitas,
peran merupakan fungsi seseorang atau sesuatu pada kehidupan.4 Peran atau peranan
sesuatu yang menjadi bagian yg memegang pimpinan terutama dalam terjadinya suatu
hal atau insiden.5

Peran bisa diartikan sebuah tindakan, perbuatan atau tingkah laku seseorang yang
berkedudukan dimasyarakat. Bisa dikatakan berperan jika telah mempunyai status
dimasyarakat atau berperan bukan hanya memiliki status, namun terdapat juga tugas-
tugas yang sebelumnya disusun berdasarkan pendapat rakyat. Peran seseorang bisa
menjadi bagian asal interaksi sosial, hal tadi bisa memunculkan suatu tingkah laku yang
dibutuhkan.

Ustadz memegang peran yang sangat penting pada proses pendidikan santri,
mulai dari menentikan perecanaan pembelajaran hingga menggunakan
melaksanakannya.6 Pengembangan merupakan suatu usaha buat menaikkan kemampuan
teknis, teoritis, konseptual, serta moral sesuai dengan kebutuhan melalui pendidikan dan
latihan.7 Pengembangan artinya suatu proses pembelajaran secara logis, dan sistematis
pada rangka membuat keputusan segala sesuatu yang akan dilaksanakan pada proses
aktivitas belajar menggunakan potensi serta kompetensi peserta didik. Pengembangan
sikap toleransi dalam kehidupan adalah proses menaikkan kualitas menghargai pada
keyakinan dan kepercayaan orang lain dengan cara tidak membeda-bedakan suatu
keyakinan.
Hakikat sebuah pengembangan merupakan perencanaan untuk mencapai sebuah tujuan,
yang dimaksud dengan pengembangan adalah perencanaan untuk tujuan toleransi islam.
Islam mengajarkan tidak membeda-bedakan antar suku dan budaya yang lainnya, antar
gerombolan satu menggunakan lainnya, bangsa satu dengan lainya, karena mereka dari
keturunan yang sama yaitu Nabi Adam Alaihi Salam dan Siti Hawa, yang mem- bedakan
hanyalah taqwanya.

Toleransi adalah sikap menghargai pendirian orang lain, menghargai bukan


berarti membenarkan sebuah keyakinan, akan tetapi hanya menyampaikan kesempatan
pada orang lain buat mengeluarkan pendapat yang sama dengan apa yang mereka
maksud.8 Di masyarakat sangatlah membutuhkan perilaku toleransi karena untuk
menghadapi setiap orang yang mem- iliki pendapat dan keyakinan yang berbeda-beda.
Contoh perilaku toleransi yang kita lakukan setiap hari pada dimasyarakat merupakan
saling menyapa, kerja bakti, tolong menolong, peduli menggunakan kedaan orang lain,
dan berbuat baik kepada orang lain.

Indikator sebuah sikap toleransi diantaranya menjadi berikut:

a. Kedamaain (peduli, ketidaktakutan, cinta)


b. Menghargai perberbedabhineka individu (saling menghargai satu
sama lain, mengahrgai berbeda-bedaanbhineka orang lain,
menghargai diri sendiri)
c. pencerahan (menghargai kebaikan orang lain,
keterbukaan, reseptif, kenyemanan pada kehidupan, kenyamanan
menggunakan orang lain.9

Adapun strategi yang dapat dilakukan dalam mengembangkan sikap toleransi


diling- kunan Taman Pendidikan Al-Qur’an adalah :

1. Tetap mempertahankan ciri khas taman pendidikan al-qur’an


sebagai lembaga pendidkan keagamaan.
2. Taman pendidikan al-qur’an sebagai agen perdamaian. Dalam
kehidupan taman pendidikan al-qur’an pasti memiliki kehidupan
yang multikultural untuk itu ta- man pendidikan al-qur’an perlu
mempersiapkan santri yang mampu menggali nilai pendidikan
perdamaian dan toleransi.
3. Senantiasa berusaha menerapkan, menjaga dan mengembangkan
pola ke- hidupan santri agas selalu kondusif terhindar dari prilaku
intoleransi.10

Jika peran dan strategi taman pendidikan al-qur’an dalam mengembangkan sikap
toler- ansi para santri benar-benar bisa diterapkan dengan baik maka diharapkan tidak
ada lagi per- ilaku intoleransi dilingkungan taman pendidikan al-qur’an.

2. Faktor yang Menjadi Pendukung dan Penghambat Dalam Membangun Sikap


Toleransi Santri Melalui Pendidikan Multikultural

Toleransi adalah sikap yang harus dimiliki setiap orang dalam masyarakat.
beberapa faktor yang mempengaruhi sikap toleransi antara lain:

1. Kepribadian

Salah satu tipe kepribadian yang berpengaruh pada sikap toleransi


adalah tipe kepribadian extrovert. Kepribadian extrovert adalah bersifat
sosial, lembut, aktif dan cenderung optimis.11 Ciri-ciri kepribadian extrovert
adalah cenderung bisa menjalin hubungan dengan outgroup.
2. Lingkungan Pendidikan

Lingkungan sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia karena


lingkungan bisa mempengaruhi tingkah laku, pertumbuhan dan
perkembangan sikap dan tingkah laku serta perilaku manusia. Lingkungan
12

pendidikan meliputi lingkungan fisik, lingkungan budaya, serta lingkungan


sosial. Lingkungan pendidikan seperti pondok pesantren membantu santri
dalam berinteraksi di berbagai syarat lingkungan sekitarnya. Lingkungan
pendidikan yang baik, yaitu yang dapat mendukung tercapainya sebuah
tujuan pendidikan secara normal, serta bisa mencetak generasi yang siap buat
menghadapi sebuah perbedaan di warga.

3. Prasangka Sosial

Toleransi artinya hidupnya prasangka sosial antar sekumpulan di


kehidupan masyarakat.13 Prasangka sosial sendiri bisa diartikan menjadi
sebuah sikap yang umumnya bersifat negatif terhadap sebuah kepercayaan,
ras atau etnik tertentu, yang semata-mata berdasarkan keanggotaan mereka
dalam kelompok. Sebagai sebuah perilaku prasangka juga melibatkan
prasangka negatif dan emosi di individu yang menjadi target berpotensi saat
individu tersebut hadir ke dalam group yang tidak disukai. Jika sebuah
perilaku prasangka terhadap kelompok lain itu, maka apa saja yang
dilakukan sasaran berpotensi benar maupun akan dianggap menjadi
perbuatan yang salah, maka yg terjadi adalah keluarnya intoleransi terhadap
kelompok lain.

Seorang ustadz dalam mendidik santri tidak selama berjalan tanpa hambatan,
banyak faktor yang bisa mempengaruhi sampai ilmu pengetahuan kepada santri baik itu
faktor pen dukung atau faktor penghambat. Adapun faktor pendukung bagi setiap ustadz
dalam mendidik santri yaitu :

a. Kebijakan Pemerintah
“Undang-undang angka 18 tahun 2019 pasal 2 tentang
penyelenggaraan pe santren ber-asaskan kepada: ketuhanan, kebangsaan,
kemandirian, keberdayaan, kemaslahatan, multikutural, profesionalitas,
akutabilitas, keberlajutan serta kepastian aturan”.14
b. Fasilitas yang memadai untuk menyelidiki pendidikan multikultural
telah menggunakan dengan baik sehingga dapat diwujudkanya sikap
toleransi dalam ke- hidupan sehari-hari,wahana perpustakaan dan
ruang kelas yang nyaman.
c. Ustadz dan seluruh jajaran pengurus taman pendidikan al-qur’an
mendukung adanya proses pembelajaran multimedia serta
memujudkan kehidupan yang toleran sehingga mampu saling
mengayomi, menghormati satu sama lain,dan terjadi kerjasama semua
warga taman pendidikan al-qur’an untuk bersama-sama menciptakan
lingkungan yang aman sebagai akibatnya sosialisasi antarsantri bisa
berjalan dengan baik.
d. Kitab/buku pendukung yang menunjang pengetahuan peserta didik
tentang toleransi. seperti kitab bidayatul mujtahid, Al-Samâhah fî al
Islâm, Al-Ta‟ad- dudiyah wal-Hurriyah fi al-Islâm, Mamba‟us
Sa‟adah, Tahrir al Mar‟ah dan buku lainnya yang mendukung
terbentuknya sikap toleransi para santri.
e. Manajeman pesantren yang baik, mirip memberikan hadiah pada santri
berprestasi serta eksekusi kepada santri yang melanggar hukum,
malakukan asimilasi santri an- tar daerah pada satu kamar dan
dilakukan perubahan minimal dalam setiap tahun satu kali.
f. Lingkungan eksternal taman pendidikan al-qur’an yang kondusif,
damai karena cukup jauh berasal linkungan yg penuh dengan
keramaian seperti pasar, lapangan dan lain-lain. Akibat proses
penerapan toleransi diterapkan serta tidak praktis terkotori lingkungan
luar.
1. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini penulis berfokus pada peran ustadz dalam membangun
sikap tol eransi melalui pendidikan multikultural. Penelitian yang akan digunakan
dalam penelitian ini adalah menggunakan penelitian deskriptif kualitatif, dimana dalam
penelitian ini akan dil- akukan dengan cara mengamati suatu permasalahan secara
sistematis dan akurat mengenai fakta dan objek tertentu, dan ditunjukkan untuk
memaparkan dan menggambarkan serta memetakan fakta-fakta berdasarkan cara
pandang tertentu. Secara arti yang paling mendasar, penelitian deskriptif kualitatif
adalah penelitian yang bermaksud untuk membentuk suatu informasi mengenai situasi
atau kejadian. Dalam arti ini penelitian deskriptif itu merupakan akumulasi data dalam
cara deskriptif semata-mata tidak perlu mencari atau menunjukan saling korelasi,
mentest hipotesis, menghasilkan ramalan, atau menerima makna dan akibat walaupun
penelitian yang bertujuan untuk menemukan hal-hal tadi dapat mencakup metode-
metode deskriptif15.

Penelitian deskriptif kualitatif ini sendiri dapat mengkaji tentang keadaan yang
sebenarnya, maka dari itu dengan menggunakan penelitian deskriptif kualitatif akan
diperoleh fakta yang di perlukan. Didalam penelitian ini penulis akan melakukan upaya
dalam mendeskripsikan secara sistematis tentang deskripsi tersebutt berdasarkan
data-data yang terkumpul selama proses penelitian berlangsung.

2. Hasil Penelitian
Penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif lapangan, maka pengumpulan data
dilakukan pribadi oleh peneliti dengan menggunakan metode observasi, wawancara dan
dokumentasi. Adapun be- berapa metode yang akan peneliti gunakan, antara lain:

1. Wawancara

Wawancara menggunakan teknik pengumpulan data untuk menemukan


sesuatu yang wajib diteliti. Fungsi dari wawancara yaitu untuk mendapatkan data
secara detail tentang peran ustadz dalam pendidikan multikultural pada
pengembangan perilaku toleransi pada santri.

Penulis menggunakan jenis wawancara mendalam di proses pengumpulan


data. “yang artinya suatu cara pengumpulan data atau informasi menggunakan
cara bertatap muka dengan informan, dengan maksud menerima gambaran
lengkap perihal topik yang diteliti”. 19 Subyek atau informan yang penulis
wawancara artinya ustadz dan santri. Untuk menerima isu yang lengkap,
dipenelitian kualitatif tidak mengenal adanya jumlah sampel minimum (Sample
Size). Umumnya penelitian kualitatif menggunakan jumlah sampel kecil. Bahkan
pada masalah eksklusif hanya satu informan saja. Setidaknya terdapat dua syarat
yang harus dipenuhi dalam menentukan informan yaitu kecukupan dan
kesesuaian.20
Wawancara digunakan untuk memperoleh info atau data berupa ucapan,
pikiran, gagasan, perasaan, dan kesadaran sosial. menggunakan wawancara
penulis mengharapkan isu yang bisa dipergunakan menjadi asal yang mampu
dijadikan menjadi bahan penelitian mengenai kiprah ustadz pada pendidikan
multikultural pada pengem- bangan perilaku toleransi santri.

2. Obervasi
Observasi bisa diartikan pengamatan, pemilihan. Teknik observasi pada
penelitian menggunakan pengungkapan dan penyampaian gambaran tentang
training yang dilakukan ustadz terhadap kemampuan bersosialisasi para santri di
Taman
Pendidikan Al-Qur'an Sabilus Salam yaitu mengamati secara langsung sikap,
prilaku santri, pelaksanaan aktivitas bersosial dalam keseharian santri baik
menggunakan kawan yg bersuku sama ataupun mereka yg tidak selaras suku
serta bahasa.
Observasi merupakan metode pengumpulan data dimana atau
kolaboratornya mencatat berita sebagaimana yang mereka saksikan selama
penelitian.21 Penyaksian terhadap insiden selama observasi mampu dengan
melihat, mendengarkan, me- rasakan,lalu dicacat se-obyektif mungkin.
Problematika yang perlu diperhatikan pada pengamatan terutama ditimbulkan
sebab metode ini mengandalkan penglihatan (mata) serta telinga. Oleh karena
itu, perlu didasari keterbatasan- keterbatasan asal indera penglihatan.
Adapun jenis observasi yang akan penulis gunakan dalam penelitian ini
meru- pakan observasi partisipatif. Dalam observasi ini peneliti terlibat dengan
aktivitas sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang dipergunakan sebagai
asal data. Penu- lis melakukan agar mendapatkan data tentang peran Ustadz
dalam membentuk sikap toleransi santri melalui pendidikan multikutural di
Taman Pendidikan Al-Qur'an Sabilus Salam.
3. Dokumentasi
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode dokumentasi untuk
mem- peroleh data mengenai peran Gurus/Ustadz dalam membentuk sikap
toleransi santri melalui pendidikan multikutural di Taman Pendidikan Al-Qur'an
Sabilus Salam. Adapun dokumen yang dibutuhkan peneliti adalah dokumen
struktur kepengurusan, tata tertib atau peraturan taman pendidikan al-qur’an serta
semua data yang berkaitan dengan penelitian.
Daftar Pustaka

Ariana, S. (2010). Manajeman Pendidikan: Peran Pendidikan Dalam


Menenamkan Budaya.
Lampung: Bina Darma.
Mochamad Ariep Maulana, “Pelaksaan Toleransi Keberagaman Dalam Proses
Pendidikan Agama di Geeta School Cirebon”, Kajian Islam, 2 (Februari 2017),
18.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian. jakarta: Rineka Cipta.


Abdullah, M. W. (2006). Sosiologi. Jakarta:
Grasindo.

Asror, M. (2022, Maret). Implementasi Pendidikan Multikultural Dalam Upaya


Mengembangkan Sikap Toleransi Santri di Pondok Pesantren. Jurnal
Manajemen Pendidikan Islam.

Babari, Y. (2005). Relasi dengan Sesama. Jakatra: Elex

Media Komtindo. Bungin. (n.d.). Metodologi Penelitian

Sosial dan Ekonomi.

Bungin, B. (2013). Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi . Jakarta: Kencana.

Hadi, S. J. (2019, Oktober). Penanaman Pendidikan Multikultural dalam


Membentuk Akhlak Santri di Pondok Pesantren Ngalah Sengonagung.
Jurnal Multicultural of Islamic Education, 3.

Heryana, A. (n.d.). Informan dan Pemilihan Informan dalam Penelitian


Kualitatif. 2018: Universitas Esa Unggul.

Indarwati, K. (2018, September). Penerapan Pendidikan Multikultural di Pondok


Pesantren Al-Muayyad Surakarta. Jurnal Comm-Edu, 1.

Jauhari, M. S. (2021, Maret). INKULKASI NILAI MULTIKULTURAL PADA


SANTRI PONDOK PESANTREN AL_HASANI AL LATIFI KAUMAN
BONDOWOSO.
Jurnal Ilmu Pendidikan Islam, 05, 1-13.

Majid, A. (20005). Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mashur. (2017, Maret ). Tugas Ustadz dalam Mengembangkan Pendidikan


Berbasis Karakter di Pesantren Al Urwatul Wu-tsqo Jombang. Jurnal
Studi Manajemen Pendidikan Islam, 1.
Azwarhadi, “Implementasi Pembelajaran PAI Serta Penanaman Toleransi
Beragama Pada SD Fransiskus Padang Panjang”. Manajemen
Kepemimpinan dan Supervisi, 2 (Juli-Desember 2016), 2.

Nasional, D. P. (2007). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:

Balai Pustaka. Nata, A. (2012). Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta:

Raja Grafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai