Anda di halaman 1dari 24

PROPOSAL TESIS

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PAI DALAM


MENUMBUHKAN NILAI-NILAI TOLERANSI SISWA
DI UPT SD NEGERI 11 GRESIK
Mata Kuliah: Bimbingan Tesis

Dosen: Dr. Moh. Ismail, M.Pd.I

Oleh:

Fany
(Nim: 2 1.6.8.1828)

PROGRAM PASCASARJANA
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS SUNAN GIRI
SURABAYA
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PAI DALAM
MENUMBUHKAN NILAI-NILAI TOLERANSI SISWA DI
UPT SD NEGERI 11 GRESIK

A. LATAR BELAKANG
Penanaman nilai-nilai toleransi terhadap anak di Indonesia menjadi hal yang harus

dilakukan, karena Indonesia adalah negara yang tidak hanya dalam lingkungan satu paham, satu

agama, satu suku dan budaya.Sehingga perlu ada pengerat bagi masyarakat Indonesia untuk

menyatukan dan mengharmoniskan kehidupan berbangsa.Salah satu hal yang masih perlu

dibenahi di Negara Indonesia adalalah bertoleransi dalam lingkup agama.Apa lagi diera

sekaranag kata kafir mengkafirkan menjadi kata yang menakutkat untuk diucapkan karena

kesalahapahaman mereka terhadap terminologi kata kafir. Seharusnya kata kafir itu menjadi

kata yang diucapkan dan diterima oleh setiap agama. Kita hanya harus memastikan kata kafir itu

tidak berada dalam konstitusi negara Indonesia. Orang non Islam harus menerima dikatakan

kafir oleh orang Islam, begitupun sebaliknya, orang Islam harus menerima dikatakan kafir oleh

orang selain Islam. Dengan hal itu yang menjadi pokok adalah saling menerima akan perbedaan

itu, yaitu memahami dan menerima paham multikulturalisme dikehidupan berbangsa.

Masyarakat Indonesia harus bisa meningkatkan intelektualitas da pemahaman tentang toleransi

dan tidak termakan oleh isu-isu yang memperpecah toleransi dalam agama. Penganut agama

mayoritas dan minoritas seharusnya saling mendukung dan mengayomi dalam hal sosial,

mempersilahkan terhadap hal yang berurusan keyakinan sehingga tidak menjadi tumpang tindih

dalam pemahaman toleransi1.

Nilai-nilai toleransi perlu ditanamkan dalam berbagai lingkungan seperti lingkungan

paling dekat yaitu keluarga, lingkungan sekitar atau masyarakat dan lingkungan pendidikan

anak yaitu sekolah. Dilingkungan sekolah perlu diajarkan nilai-nilai toleransi selain dari

orangtua dirumah supaya nilai-nilai toleransi bisa tertanam dalam diri anak. Pendidikan bukan

saja dalam bentuk lembaga formal, namun pendidikan informal atau non formal.Upaya dalam

pendidikan untuk mencapai tujuan perlu berbagai strategi. Seorang pendidik wajib mengetahui
1
Alamsyah M Djafar, “In-Toleransi Memahami Kebencian dan Kekerasan atas nama Agama”, (Jakarta:
PT Elex Media Komputindo, 2018), hlm. 17.
bahwa pendidikan merupakan proses yang tidak singkat, harus ada campur tangan dari berbagai

pihak dan adanya pembiasaan dalam diri anak sehingga nilai-nilai yang ditanamkan tercapai. 2

Lembaga pendidikan dalam hal ini sekolah memiliki tanggung jawab untuk ikut

menumbuhkan toleransi siswa, dimana bertoleransi sehat bukan berarti tidak pernah

melakukan hal-hal negatif, melainkan perilaku itu masih wajar dan terkendali. Pelajar

bertoleransi sehat setidaknya dicirikan dengan adanya sikap religius, jujur, toleransi, disiplin,

kerja keras, cinta tanah air, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan

bertanggung jawab. Inilah toleransi sehat yang harus ditumbuhkan pada diri mereka. Sekolah

tanggap toleransi bisa memulai membangun toleransi pelajar dengan mengintegrasikan nilai-

nilai toleransi mulia ke dalam semua mata pelajaran, salah satunya pendidikan agama Islam.

Pendidikan yang berhubungan dengan akhlak tidak dapat diajarkan hanya dalam bentuk

pengetahuan saja, tetapi perlu adanya pembiasaan dalam prilakunya sehari-hari, karena didalam

Implementasi /pembiasaan siswa dilatih untuk mampu membiasakan diri berahklak baik.

sehingga dalam proses belajar mengajar yang diharapkan didalam pendidikan Islam adalah lebih

kepada mendidik bukan mengajar, membimbing dan menasehati berarti mengarahkan peserta

didik terhadap pembelajaran yang bertoleransi Islami. Jadi guru di tuntut bukan sekedar

menyampaikan yang bersifat pengetahuan saja melainkan hal yang terpenting dalam proses

pembelajaran yaitu adanya perubahan toleransi yang baik dalam kehidupan sehari-hari sebagai

wujud dari pengetahuan yang telah didapat melalui Implementasi pendidikan ahklak untuk

membangun toleransi siswa.

Pada masyarakat yang multi agama seringkali timbul pertentangan antar pemeluk

agama yang berbeda. Secara umum konflik antar pemeluk agama tersebut disebabkan oleh

beberapa faktor antara lain seperti: pelecehan terhadap agama dan pemimpin spiritual sebuah

agama tertentu, perlakuan aparat yang tidak adil terhadap pemeluk agama tertentu,

kecemburuan ekonomi dan pertentangan kepentingan politik. 3 Ketegangan intra beragama dan

antar umat beragama senantiasa menghiasi perjalanan bangsa ini. Masih banyaknya persoalan

menunjukkan kenyataan bahwa masih ada warga Negara Indonesia yang belum bisa

2
Novan Ardy Wiyani, “Bina Karakter Anak Usia Dini: Panduan Orang Tua Dan Guru Dalam
Membentuk Kemandirian Dan Kedisplinan Anak Usia Dini”, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), hlm..
5-6.
3
Ainul Yaqin, Pendidikan Multikultural (Yogyakarta : Pilar Media, 2005), h. 51-52..
menghormati keyakinan agama lain atau masih ada pekerjaan rumah (PR) kerukunan umat

beragama di Indonesia. Dalam hubungan ini memahami toleransi agama menjadi sangat penting

karena pada dasarnya agama mampu menjadi katalisator pencegah terjadinya disintegrasi dalam

masyarakat. Agama melahirkan norma atau aturan tingkah laku kepada pemeluknya, walaupun

pada dasarnya sumber agama itu adalah nilai-nilai transenden, agama memberi kemungkinan

untuk berfungsi menjadi pedoman, dan petunjuk pola tingkah laku dan corak sosial. Disinilah

agama dapat dijadikan instrument integrative dalam masyarakat. 4

Pendidikan agama tentang toleransi agama sangatlah diperlukan untuk memberikan

pedoman kepada pemeluknya tentang bagaimana berintraksi dengan pemeluk agama lain.

Fungsi guru dan sekolah dalam proses pendidikan agama tentang toleransi agama ini adalah

mengajar, mendidik, membina, mengarahkan, dan membentuk watak dan kepribadian sehingga

siswa itu berubah menjadi manusia yang memiliki ilmu pengetahuan, cerdas, dan bermartabat.

Salah satu problem yang dihadapi adalah ketika suatu saat siswa terjun dalam masyarakat,

Karena pada kenyataannya masih banyak masyarakat beragama memahami teks-teks

keagamaan partikular yang secara eksplisit bernuansa subordinasi, marginalisasi, dan

permusuhan. Dimana ayat-ayat ini digunakan untuk melakukan tindakan-tindakan atau aksi-aksi

yang bukan saja tidak adil melainkan melukai hati, kekerasan fisik, tindakan brutal, aksi

militeristik, menafikan eksistensi dan membunuh toleransi .

UPT SD Negeri 11 Gresik Kecamatan Gresik Kabupten Gresik sebagian siswa maupun

guru mempunyai latar belakang yang berbeda-beda. Seperti latar belakang ekonomi, sosial,

maupun dalam hal keberagamaan. Disana ada sebahagian siswa dan guru yang beragama non

muslim, meskipun sebagian besar guru dan murid beragama Islam. Sebab itulah pendidikan

agama Islam yang dilaksanakan di UPT SD Negeri 11 Gresik Kecamatan Gresik Kabupten

Gresik dituntut untuk selalu menanamkan nilai-nilai toleransi antar umat beragama dalam

rangka mewujudkan kondisi pembelajaran yang kondusif. Karena dengan terciptanya suasana

pembelajaran yang kondusif, maka tujuan pendidikan yang utama akan tercapai.

Pemahaman keberagamaan berarti menerima adanya keragaman ekspresi budaya yang

mengandung nilai-nilai kemanusiaan dan keindahan. Hal tersebut sejalan dengan visi dan Misi

UPT SD Negeri 11 Gresik Kecamatan Gresik Kabupten Gresik yang mengedepankan kualitas

Nurcholish Madjid, Pluralitas Agama Kerukunan dalam Keragaman (Jakarta :Kompas, 2001), h
4
intelektual dan seni budaya sebagai sarana untuk mencapai prestasi.

Implementasi nilai-nilai toleransi beragama di UPT SD Negeri 11 Gresik Kecamatan

Gresik Kabupten Gresik dapat dilihat pada saat pembelajaran PAI berlangsung pada suatu kelas

dan interaksi siswa dengan siswa, guru dengan guru yang lain dan sebaliknya. Karena dalam

satu kelas ada beberapa siswa memiliki agama yang berbeda yaitu Islam dan Non Muslim maka

pada saat pembelajaran PAI berlangsung, siswa yang beragama non muslim diberi kesempatan

memilih untuk mengikuti pembelajaran Pendidikan Agama di kelas atau lebih memilih belajar

di luar kelas.

Menurut hemat penulis pembelajaran pendidikan agama Islam yang dilaksanakan di

UPT SD Negeri 11 Gresik Kecamatan Gresik Kabupten Gresik berbeda dengan sekolah yang

lain. Karena pembelajaran pendidikan agama Islam yang dilaksanakan disekolah tersebut

selalu menekankan penanaman nilai-nilai toleransi dalam beragama. Sehingga terjalin

hubungan yang harmonis di lingkungan sekolah. Berangkat dari apa yang telah diuraikan

diatas, maka penyusun tertarik melakukan penulisan dengan judul “ Implementasi

Pembelajaran PAI dalam Menumbuhkan Nilai-Nilai Toleransi Siswa di UPT SD

Negeri 11 Gresik”
Tesis ini bertujuan untuk mengetahui: a) Proses implementasikan nilai-nilai toleransi

beragama pada pembelajaran PAI di UPT SD Negeri 11 Gresik , b) Nilai-Nilai toleransi

beragama yang terkandung pada pembelajaran pendidikan agama Islam di UPT SD Negeri 11

Gresik, dan c) Faktor pendukung dan penghambat dalam mengimplementasikan nilai-nilai

toleransi beragama pada pembelajaran PAI di UPT SD Negeri 11 Gresik.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana implementasi Pembelajaran PAI dalam menumbuhkan nilai-nilai toleransi

siswa di UPT SD Negeri 11 Gresik?

2. Apa faktor pendukung dan penghambat Implementasi Pembelajaran PAI dalam

menumbuhkan NIlai-nilai Toleransi siswa di UPT SD Negeri 11 Gresik?


3. Bagaimana Implikasi Pembelajaran PAI dalam menumbuhkan nilai-nilai Toleransi

siswa di UPT SD Negeri 11 Gresik?

C. Tujuan penelitian

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui dan menganalisis secara

mendalam:

1. Proses implementasi nilai-nilai toleransi beragama pada pembelajaran PAI di UPT SD

Negeri 11 Gresik

2. Nilai-nilai toleransi beragama yang terkandung pada pembelajaran pendidikan agama

Islam di UPT SD Negeri 11 Gresik

3. Faktor pendukung dan penghambat dalam mengimplementasikan nilai-nilai toleransi

beragama pada pembelajaran PAI di UPT SD Negeri 11 Gresik

D. Manfaat Penelitian

Dengan tercapainya tujuan penelitian tersebut, maka ada beberapa manfaat

dari penulisan tesis ini yang dapat diharapkan yaitu:

1. Manfaat Teoritis

Memberikan sumbangan keilmuan dalam kajian pendidikan Islam melalui

implementasikan nilai-nilai toleransi beragama pada pembelajaran pendidikan

Agama Islam.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan informasi mengenai proses penerapan dan pengembangan

Implementasi nilai-nilai toleransi beragama pada pembelajaran pendidikan

akhlak di lingkungan pendidikan formal


b. Memberikan kontribusi pemahaman bagi para praktisi pendidikan, baik

dalam tataran konsep maupun praktis tentang pentingnya pengembangan

Implementasi nilai-nilai toleransi beragama pada pembelajaran pendidikan

Islam dengan pendekatan yang lebih kontekstual.

c. Memberikan sumbangan ilmiah bagi kalangan akademisi yang

mengadakan penelitian berikutnya, baik meneruskan maupun mengadakan

riset baru.

E. Kerangka Teoretik

Dalam penelitian ini penulis menggunakaa teori yang relevan dengan penelitian ini

yaitu Teori Behavioristik.

Teori belajar behavioristik menjelaskan bahwa belajar merupakan sebuah perubahan

perilaku5 yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Dengan kata lain seorang

peserta didik dianggap telah belajar sesuatu apabila ia mampu menunjukkan perubahan tingkah

laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. 6 Teori ini memandang

individu hanya dari sisi fenomena jasmaniyah dan mengabaikan aspek-aspek mental. Peristiwa

belajar semata-mata hanya untuk melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi

kebiasaan yang dikuasai individu.7

Dalam teori behavioristik yang terpenting adalah masuk atau input yang berupa

stimulus dan keluaranya atau output yang berupa respon. Stimulus adalah sesuatu yang

diberikan guru kepada siswa, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan siswa terhadap

stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Sedangkan proses yang terjadi antara stimulus

dan respons dianggap tidak penting untuk diperhatikan karena tidak bisa diamati dan

diukur.8

5
Novi Irwan Nahar, “Penerapan Teori Belajar Behavioristik Dalam Proses Pembelajaran”,
Nusantara (Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial), Vol.1, (Desember, 2016), 64.
6
Rohmalina Wahab, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2015), 37.
Endang Komara, Belajar dan Pembelajaran Interaktif, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2014), 7 7
8
Ida Bagus Putrayasa, Landasan Pembelajaran, (Bali: Undiksa Press, 2013), 42.
F. Penelitian Terdahulu

1. Penelitian yang ditulis oleh Miftahur Rohman9, dengan judul “Implementasi Nilai-

Nilai Multikultural di MAN Yogyakarta 3 dan SMA Stella Duce II Yogyakarta

(Studi Komparasi di Sekolah Berbasis Islam dan Katolik)”. penulis merupakan

mahasiswa Pascasarjana Program Studi Agama Islam di UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta. Riset ini membahas bagaimana mengimplementasi nilai-nilai

multikultural pada 2 lembaga pendidikan, bagaimana perbedaan penerapannya dan

bagaimana metodenya. Apakah memiliki kemiripan atau tidak pada

mengimplementasi nilai-nilai multikultural pada MAN 3 dan SMA Stella Duce II

Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif

komparatif, dimana penelitian yang menggunakan analisis kualitatif komperatif

digunakan pada penelitian yang mencari bagaimana perbedaan dan persamaan

dalam penelitian tersebut. Penelitian ini mencari perbedaan dan persamaan pada

peran pendidik dan apa saja masalah-masalah yang dihadapi pada 2 sekolah yang

diteliti. Hasilnya kedua sekolah tersebut mempunyai perbedaan dibeberapa bagian

dan juga memiliki persamaan, persamaan dalam mengimplementasi nilai-nilai

multikultural terletak pada peran guru/pendidik yang disini berperan sebagai

fasilitator, pemberi pengetahuan pendidikan multikultural, dan sebagai asimilator

dari perbedaan yang ada. Perbedaan yang terdapat dari kedua sekolah tersebut yaitu

terletak pada peran kepemimpinan komunikasi dalam beragama di MAN

Yogyakarta III dan peran kepemimpinan komunikasi dalam beragama di SMA

Stella Duce II Yogyakarta. Persamaan yang terdapat di penelitian ini dengan

penelitian penulis yaitu sama-sama membahas tentang multikultural yang

ditanamkan dalam lembaga sekolah, sedangkan perbedaan yang terdapat dalam

9
Miftahur Rohman, “Implementasi Nilai-Nilai Multikultural di MAN Yogyakarta 3 dan SMA
Stella Duce II Yogyakarta (Studi Komparasi di Sekolah Berbasis Islam dan Katolik)”. Tesis
(UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2016).
pembahasan penelitian ini dengan penulis yaitu penelitian ini membahas peran

pendidik dalam nilai-nilai multikultural yang diimplementasikan pada dua sekolah

dan mencari perbedaan dan persamaan implementasi nilai-nilai multikultural yang

diterapkan, sedangkan penelitian yang dilaksanakan penulis hanya meneliti

internalisasi nilai-nilai toleransi beragama dan fokus pada satu sekolah saja.

2. Penelitian yang ditulis oleh Abdul Fatah 10 dengan judul “Budaya Toleransi dalam

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA 1 Kota Tangerang Selatan tahun

2012”, penulis merupakan mahasiswa Pascasarjana di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, pendekatan tesis ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dan sifat

penelitian ini adalah field research atau penelitian lapangan yang tentunya

penelitian ini berpatok pada data yang didapatkan di lapangansecara langsung.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang tentunya dalam peelitian ini

bermaksud untuk mencari maksud atau meaning dari fenomena di lapangan, hal

positif yang bisa menjadi potensi dalam penegembangan pemebelajaran Pendidikan

Agam Islam di SMA 1 Negeri Kota Tanggerang Selatan.Penelitian ini

menggunakan teknik pengumpulan data seperti observasi, dokumentasi, dan

wawancara secara mendalam. Penelitian ini focus dalam budaya toleransi pada

pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang tentunya peneliti meneliti pada proses

belajara mengajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, mulai melihta

bagaimana proses belajar mengajar, silabus yang dikembangkan dalam mata

pelajaran tersebut dan yang lainnya yang tentunya berhubungan dengan budaya

toleransi pada pelajaran PAI. Kesamaan tesisyang dipaparkan ini dengan penelitian

penulis yaitu pada melihat budaya atau nilai toleransi yang ditananamkan kepada

peserta didik, sedangkan perbedaannya yaitu pada fokus penelitian dan jenjang

sekolah yang berbeda, penelitian ini fokus kepada budaya khususnya toleransi yang

diaplikasikan pada pembelajaran PAI sedangkan penelitian yang penulis lakukan

Abdul Fatah, “Budaya Toleransi dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA 1
10

Kota Tangerang Selatan tahun 2012”. Tesis (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012).
lebih kepada kegiatan yang dalaksanakan diluar jam pelajaran. Dan jenjang sekolah

pada penelitian ini pada tingkatan SLTA atau setara dengan SMA, dan penelitian

yang penulis lakukan pada tingkatan SLTP atau setara dengan SMP.

3. Penelitian yang ditulis oleh Hasan Basri11, dengan judul “Penanaman Nilai-Nilai

Mutikultural melalui Pendidikan Agama Islam di SMK Triatmajaya Semarang”

penulis merupakan mahasiswa Pascasarjana dari Universitas Islam Negeri

Walisongo Semarang yang dilaksanakan pada tahun 2017. Penelitian ini

menggunakan pendekatan yang dipilih penulis yaitu kualitatif dan spesifiknya

tesisyang dipaparkan inimengaplikasikan analisis data deskriptif analitik,

penggunaan teknik pada analisis data yaitu reduksi data pengumpulan data,

penyajian data dan penarikan kesimpulan. Penelitian ini lebih fokus pada

pembelajaran Pendidikan Agama Islam dimana peserta didik dilihat dari segi

respond terhadap nilai-nilai kemanusiaan, inklusif, toleransi, kesadaran akan

beragama dan keragamana. Kesamaan yang dilihat dari penelitian ini dengan

penelitian penulis yaitu pada poin penanaman nilai karakter khususnya toleransi

yang diimplementasikan di institusi pendidikan, dan sisi berlaianan yang terdapat

antara penelitian yang dibandingkan dengan peneelitian penulis yaitu pada

tingkatan institusi dan fokus penelitian, dimana penelitian ini fokus pada

penanaman nilai-nilai multikulturan pada pembelajaran PAI sedangka penelitian

penulis yaitu fokus pada program atau kegiatan yang dilaksanakan bukan dalam

jam belajar mengajar. Dan penelitian ini dilaksanakan di institusi pada tingkatan

SLTA atau setingkat SMA, seangkan penelitian penulis dilaksanakan di institusi

pendidikan setara SLTP atau setingkat SMP.

4. Penelitian oleh Mohammad Ahyan Yusuf Sya’bani berusaha mengetahui bentuk

peranan dan cara yang dilakukan guru PAI dalam menanamkan nilai-nilai toleransi

terhadap siswa di SMK Muhammadiyah Imogiri dan SMK Nasional Bantul. Hasil
11
Hasan Basri, “Penanaman Nilai-Nilai Mutikultural melalui Pendidikan Agama Islam di SMK
Triatmajaya Semarang”. Tesis (Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, 2017).
penelitian menunjukkan bahwa: 1). Peranan guru PAI SMK Muhammadiyah

Imogiri sebagai pengajar, pendidik, korektor, inspirator, informator, organisator,

motivator, inisiator, fasilitator, pembimbing, demonstrator, pengelola kelas,

mediator, supervisor, evaluator, da’i, konsultan dan pemimpin informal. Akan

tetapi terdapat kekurangan yaitu beberapa guru tidak berperan sebagai

demonstrator, belum memiliki program kegiatan pengamalan keagamaan, dan

belum membuat program tahunan dan program semester. Sedangkan peranan guru

PAI SMK Nasional Bantul sebagai pengajar, pendidik, korektor, inspirator,

informator, organisator, motivator, inisiator, fasilitator, pembimbing, demonstrator,

pengelola kelas, mediator, supervisor, evaluator, da’i, konsultan dan pemimpin

informal. Akan tetapi kekurangan yaitu belum memiliki program kegiatan

pengamalan keagamaan. 2). Cara yang dilakukan guru PAI dalam menanamkan

nilai-nilai toleransi terhadap siswa di SMK Muhammadiyah Imogiri lebih

berorientasi pada aspek keagamaan terutama nilai toleransi religius sedangkan cara

yang dilakukan guru PAI dalam menanamkan nilai-nilai toleransi terhadap siswa di

SMK Nasional Bantul menunjukkan telah dilakukan usaha menanamkan setiap

nilai toleransi terhadap siswa12.

5. Penelitian oleh Fil Isnaeni untuk mengungkapkan bentuk pelaksanaan

pembudayaan agama dalam pembentukan toleransi siswa di MTs Negeri Sleman

Kota, mengetahui hasil pembudayaan agama dalam pembentukan toleransi siswa

dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari serta mengetahui faktor pendukung

dan penghambat dalam pembentukan toleransi siswa di MTs Negeri Sleman Kota.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) bentuk-bentuk pembudayaan agama yang

berlangsung di MTs Negeri Sleman Kota adalah pembudayaan agama harian yang

dilakukan setiap hari di lingkungan sekolah yaitu mengucapkan salam dan

Mohammad Ahyan Yusuf Sya’bani.“Peranan Guru PAI dalam Pembentukan Karakter Siswa Sekolah
12

Menengah Kejuruan (Studi kasus di SMK Muhammadiyah Imogiri dan SMK Nasional Bantul)”, Tesis.
Yogyakarta: Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, 2014.
bersalaman, berdo’a dan membaca asma ulhusna, tadarus al-Qur’an, shalat dhuha

dan shalat dhuhur berjamaah. Pembudayaan agama mingguan adalah infaq dan

shalat jum’at di sekolah bagi siswa putra. Pembudayaan agama tahunan berupa

peringatan hari besar Islam. (2) Hasil pembudayaan agama dalam membentuk

toleransi siswa di MTs Negeri Sleman Kota adalah religius, jujur dan bertanggung

jawab, disiplin, rendah hati, peduli sosial, dan peduli lingkungan, kebersihan dan

kerapian diri. (3) Faktor pendukung dan penghambat pembudayaan dalam

pembentukan toleransi siswa melalui analisis SWOT yaitu adanya kekuatan yang

mendukung program ini antara lain lingkungan sekolah yang baik, dukungan dari

pengelola dan sarana prasarana yang mendukung. Kelemahan dari pembudayaan

agama ini antara lain perbedaaan visi dan misi guru, latar belakang siswa dan

teladan guru yang belum sepenuhnya diikuti. Peluangnya adalah adanya komitmen

dan keteladanan orang tua yang mendukung program ini, hadiah dan hukuman serta

kerjasama pengelola dan orang tua. Tantangannya antara lain terbatasnya dukungan

orang tua dan tidak ada keteladanan dari lingkungan masyarakat13.

6. Penelitian oleh Rochanah, dengan judul “Pembentukan Toleransi Siswa Berbasis

Kultur Sekolah di MAN Kebumen I”. Hasil penelitiannya yaitu, Pertama, desain

pembentukan toleransi siswa berbasis kultur Sekolah di MAN Kebumen I meliputi

tiga desain, yakni melalui 1). Artifak (material culture dan behavioral culture), 2)

Nilai-nilai dan keyakinan. 3). Asumsi. Kedua, toleransi yang terbentuk pada siswa

melalui kultur di MAN Kebumen I meliputi: a) Artifak material culture (religius,

disiplin, kreatif, kerja keras, menghargai prestasi, rasa ingin tahu, komunikatif,

peduli lingkungan, gemar membaca, tanggung jawab). Melalui artifak behavioral

culture kegiatan intra kurikuler (religius, disiplin, rasa ingin tahu, bersahabat, dan

tanggung jawab). Kegiatan ekstra kurikuler (religius, disiplin, peduli lingkungan,

bersahabat, kreatif, mandiri, dan kerja keras). Hubungan antar warga sekolah

Fil Isnaeni, “Pembudayaan Agama dalam Pembentukan Krakter Siswa di Madrasah Tsnanawiyah 13
Negeri Sleman Kota Yogyakarta”, Tesis (Yogyakarta: Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, 2014)
(religius, cinta tanah air, semangat kebangsaan, peduli lingkungan, peduli sosial,

bersahabat). b). Nilai-nilai dan keyakinan (bersahabat/komunikatif, cinta damai). c).

Asumsi (religius, bersahabat). Ketiga, efektifitas pembentukan toleransi siswa

berbasis kultur di Sekolah di MAN Kebumen I berjalan cukup efektif. Hal

demikian karena di Sekolah tersebut target pencapaian nilai toleransi yang akan

dibentuk pada siswa berjumlah 18. Namun demikian, realita di lapangan

menunjukkan bahwa dari ke 18 toleransi , di Sekolah tersebut hanya terbentuk 10

toleransi 14.

7. Penelitian oleh Ery Pransiska, penelitian ini berjudul “Strategi Pendidikan Nilai

dalam Membentuk Toleransi Anak di Panti Asuhan Daaru Aytam Baitussalam

Pendowoharjo Sewon Bantul”. Hasil penelitian yang diungkapkan oleh Erya adalah

Strategi yang ditanamkan dalam membentuk toleransi terhadap anak yatim di Panti

Asuhan Daaru Aytam adalah strategi keteladanan, nasehat, knowing the good,

pembiasaan, feeling and loving the good. Penanaman strategi ini dalam setiap

aktivitas anak memberikan dampak tersendiri bagi anak asuh yang ada. Dampak

tersebut merupakan perilaku yang bertoleransi jujur, disiplin, tanggung jawab,

kerja keras, mandiri, kreatif, percaya diri, ikhlas, religius, kasih saying, bersahabat,

dan komunikatif, bergaya hidup sehat, berani, peduli sosial, sopan dan santun15.

8. Penelitian oleh Budi Santosa yang berjudul “Penanaman Nilai-nilai Pendidikan

Islam dalam Pembentukan Toleransi Religius Pada Peserta Didik di SD

Muhammadiyah Senggotan Tirtonirmolo Kasihan Bantul DIY”. Dia

mengungkapkan bahwa secara umum nilai-nilai pendidikan agama Islam yang

ditanamkan pada peserta didik adalah nilai iman dan taqwa, nilai ibadah, nilai

akhlak mulia. Proses penanaman nilai kepada peserta didik ini melalui pengalaman,

14
Rochanah. “Pembentukan Karakter Siswa Berbasis Kultur Madrasah di MAN Kebumen I”, Tesis,
Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2014.
15
Ery Pransiska. “Strategi Pendidikan Nilai dalam Membentuk Karakter Anak di Panti Asuhan Daarul
Aytam Baitussalam Pendowoharjo Sewon Bantul”, Tesis, Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
2014
pembiasaan, emosional, rasional, dan keteladanan. Selain itu Budi juga

menambahkan bahwa penenaman nilai-nilai pendidikan Islam ini dilakukan setiap

saat dan setiap kegiatan diadakan di sekolah, sehingga proses ini terjadi berangsur

dan dalam waktu yang tidak sebentar. Dengan demikian proses terbentuknya

toleransi religius pada peserta didik dapat terjadi secara efektif16.

Berdasarkan pengamatan pada kajian-kajian dan penelitian-penelitian yang

dilakukan tersebut, terdapat perbedaan yang substansial terkait penelitian ini, yaitu

peneliti mendalami Implementasi Pendidikan Agama Islam Dalam Menumbuhkan

Nilai-nilai Toleransi Siswa di UPT SD Negeri 11 Gresik Kecamatan Gresik Kabupaten

Gresik dan memfokuskan pada hasil nternalisasi Pendidikan toleransi dan penerapannya

dalam kehidupan sehari-hari. Perbedaan lainnya yaitu pada subyek dan obyek yang

diteliti. Penelitian ini dilakukan di UPT SD Negeri 11 Gresik.

G. Metode Penelitian

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian


Judul dari penelitian ini adalah Implementasi Pendidikan Agama Islam dalam

membentuk Nilai-Nilai Toleransi Siswa di UPT SD Negeri 11 Gresik, dengan

memperhatikan judul penelitian tersebut, maka bisa dikatakan bahwa jenis dari penelitian

ini adalah kualitatif induktif. Metode induktif disebut juga metode yang membahas

masalah khusus menuju ke arah kesimpulan yang bersifat lebih umum..17

Kemudian, jenis penelitian ini menggunakan rancangan field research (penelitian

lapangan), dengan pendekatan fenomenologis yaitu penelitian yang dilakukan di

tempat atau medan terjadinya gejala. Dalam penelitian ini nantinya akan menggambarkan

suatu fenomena, yakni tentang Implementasi Pendidikan Agama Islam dalam membentuk

Nilai-Nilai Toleransi Siswa di UPT SD Negeri 11 Gresik.

2. Sumber Data dan Informasi


16
Budi Santosa. “Penanaman Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Pembentukan Karakter Religius Pada
Peserta Didik di SD Muhammadiyah Senggotan Tirtonirmolo Kasihan Bantul DIY”, Tesis, Pascasarjana
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2014
17
Sutrisno Hadi, Metodologi Research I, (Yogyakarta: Andi Offset, 2000), 42.
Sember data dalam penelitian ini berupa dokumen yang berkaitan dengan

Implementasi Pendidikan Agama Islam dalam membentuk Nilai-Nilai Toleransi Siswa di

UPT SD Negeri 11 Gresik , sedangkan informan dalam penelitian ini adalah kepala

sekolah, guru agama, siswa, orang tua siswa, juga masyarakat sekitar.

3. Lokasi Penelitian

Sebagaimana judul dalam penelitian ini, maka penelitian ini berlokasi di

UPT SD Negeri 11 Gresik . Pertimbangannya adalah bahwa: UPT SD Negeri 11

Gresik merupakan salah satu sekolah favorit dan terbesar jumlah sisanya di

Kecamatan Gresik Kabupaten Gresik yang menerapkan pendidikan akhlak.

4. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data adalah suatu langkah yang paling strategis dalam

penelitian, karena tujuan peneliti adalah mengumpulkan data-data. Tanpa adanya

teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data-data yang

memenuhi standar yang ditetapkan. Maka dari itu, teknik pengumpulan data yang

digunakan pada penelitian ini adakah sebagai berikut:

a. Observasi

Teknik observasi, menurut Suharsimi Arikunto yaitu pengumpulan data

dengan cara pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena

yang diselidiki.18 Dan lebih detail Margono menjelaskan observasi merupakan

suatu kegiatan mengadakan penelitian langsung ke lapangan atau di

laboratorium terhadap obyek penelitian, hasilnya dicatat, kemudian setelahnya

dianalisis, dengan observasi seperti ini peneliti dapat pula mengamati secara

langsung dan akan memperoleh data yang diinginkan guna menunjang

penelitian yang dilaksanakan.

b. Wawancara

Teknik wawancara yaitu suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan

18
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002),
69.
dengan cara bertanya jawab langsung kepada informan agar memperoleh

informasi tentang pendapat, pendirian dan keterangan lain mengenai diri orang

yang diwawancarai atau keadaan tetentu dan juga penyelidikan yang dilakukan

secara lisan.19

Dalam penelitian ini proses memperoleh keterangan atau informasi

dilakukan dengan cara tanya jawab antara peneliti dengan guru dan siswa juga

masyarakat setempat di UPT SD Negeri 11 Gresik. Dilakukan dengan

menggunakan pedoman (guide) wawancara. Inti dari metode wawancara yang

selalu ada yang digunakan peneliti adalah:


1) Peneliti menggunakan metode wawancara sekaligus bertindak sebagai pemimpin

dalam proses wawancara tersebut.

2) Responden merupakan orang yang diwawancarai disini adalah Guru dan siswa serta

masyarakat sekitar, diminta informasi oleh peneliti.

3) Materi wawancara adalah persoalan yang ditanyakan kepada Guru,siswa serta

masyarakat sekitanya.

4) Pedoman wawancara adalah instrumen yang digunakan untuk memandu jalannya

wawancara.20

c. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu suatu teknik pengumpulan data melalui peninggalan

tertulis, seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori

dalil-dalil atau hukum-hukum dan yang berhubungan dengan suatu masalah

penelitian.21

5. Teknik Analisis Data


Kegiatan analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkan ke

dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun pola, memilih mana yang penting dan yang

akan dipelajari dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain. Peneliti

19
Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003), 193
20
Burhan Bungin. Metodologi Penelitian Kuantitatif (Jakarta: Prenada Media Group, 2011), 136.
21
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, 181.
menggunakan analisis data yang dilakukan secara interaktif. Menurut Miles, Huberman, dan

Saldana analisa data yang dilakukan secara interaktif harus melalui proses data berikut: 22

1. Kondensasi Data

Kondensasi data merujuk kepada proses menyeleksi, memfokuskan, menyederhanakan,

mengabstraksi dan mentransformasi data yang terdapat pada catatan lapangan maupun

transkrip dalam penelitian yang diuraikan sebagai berikut:

a. Selecting (memilih)

Peneliti bertindak selektif, yaitu menentukan dimensi mana yang lebih penting,

hubungan mana yang lebih bermakna dan informasi apa yang dapat dikumpulkan dan

dianalisis.

b. Focusing (fokus)

Memfokuskan data merupakan bentuk pra-analisis. Pada tahap ini, peneliti

memfokuskan data yang berhubungan dengan rumusan masalah penelitian. Peneliti

hanya membatasi data yang berdasarkan focus penelitian.

c. Abstracting (pengabstrakan)

Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman inti, proses dan pernyataan-

pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada di dalamnya. Pada tahap ini, data

yang telah terkumpul dievaluasi, khususnya yang berkaitan dengan kualitas dan

kecukupan data.

d. Simplifying dan Transforming (penyederhanaan dan transformasi)

Data dalam penelitian ini selanjutnya disederhanakan dan ditransformasikan dalam

berbagai cara, yakni melalui seleksi ketat, melalui ringkasan atau uraian singkat,

menggolongkan data dalam satu pola yang lebih luas dan sebagainya.

Setelah melalui 4 tahap tersebut diatas, peneliti melakukan penafsiran data

terhadap seluruh data yang diperoleh.

2. Penyajian Data
22
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: ALFABETA, 2007), 244.
Pada tahap ini, peneliti menyajikan kesimpulan informasi tersusun dalam

bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar katagori, flowchart dan sejenisnya. Dalam

menyajikan data peneliti menggunakan bentuk teks bersifat naratif. Data yang telah

dipolakan, difokuskan dan disusun secara sistematis tersebut diambil kesimpulan

sehingga makna data bisa ditemukan. Namun kesimpulan itu bersifat sementara dan

masih bersifat umum. Agar diperoleh kesimpulan final data, maka data yang lain perlu

dicari. Data baru hasil pencarian ini, bertugas melakukan pengujian terhadap berbagai

kesimpulan sementara tadi.

3. Penarikan Kesimpulan

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab dan mungkin

pula tidak dapat menjawab fokus penelitian yang telah diuraikan. Karena masih bersifat

sementara dan akan senantiasa berkembang setelah peneliti berada dilapangan.

Mengambil kesimpulan merupakan analisis lanjutan dari kondensasi dan

penyajian data sehingga data dapat disimpulkan dan peneliti masih ada peluang untuk

menerima masukan. Penarikan kesimpulan sementara masih dapat diuji kembali dengan

data di lapangan, dengan cara merefleksi kembali. Peneliti dapat bertukar pikiran

dengan teman sejawat atau dengan cara triangulasi sehingga kebenaran ilmiah dapat

tercapai. Selanjutnya peneliti berusaha dan mencoba mengambil kesimpulan.

Kesimpulan yang diperoleh dituangkan menjadi laporan penelitian.

Kondensasi data terjadi terus-menerus sepanjang pelaksanaan penelitian.

Bahkan sebelum data benar-benar dikumpulkan, kondensasi data antisipatif terjadi

ketika peneliti memutuskan (seringkali tanpa kesadaran penuh) kerangka kerja

konseptual, kasus mana, pertanyaan penelitian mana dan pendekatan pengumpulan data

mana yang harus dipilih.

Ketika pengumpulan data berlanjut, episode selanjutnya dari kondensasi data

peneliti melakukan beberapa hal antara lain menulis ringkasan, mengkode,

mengembangkan tema, membuat kategori dan menulis memo analitik. Proses

kondensasi/transformasi data berlanjut setelah kerja lapangan selesai, sampai laporan


akhir selesai.

Analisis data kasus dimaksudkan sebagai proses menganalisis temuan- temuan

yang diperoleh dari masing-masing fokus. Secara teknis langkah- langkah yang

dilakukan dalam analisis kasus meliputi :

a. Pada temuan yang diperoleh dari fokus I disusun kategori dan tema, dianalisis

secara induktif konseptual dan dibuat penjelasan naratif yang tersusun menjadi

proposisi tertentu selanjutnya dikembangkan menjadi temuan substantif I. Begitu

juga dengan fokus II, kemudian dikembangkan menjadi substansi II.

b. Pada tahap akhir dilakukan analisis dan pembahasan dengan menggunakan pisau

analisis teoritis. Analisis akhir ini dimaksudkan untuk menyusun konsepsi

sistematis berdasarkan hasil analisis data dan interpretasi teoritik yang bersifat

naratif berupa proposisi-proposisi kasus yang selanjutnya dijadikan bahan untuk

mengembangkan temuan substantif secara umum sesuai dengan fokus penelitian.

6. Uji Keabsahan Data

Seseorang dalam melakukan penelitian biasanya melakukan pemerikasaan terhadap

keabsaahan peneliti, supaya peneliti dapat mempertanggungjawabkan apa yang menjadi

temuannya. Dalam menguji keabsahan data memiliki beberapa kriteria, kriteria tersebut

adalah derajat kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan

(dependability), dan kepastian (conformability). Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan uji keabsahan data yaitu dengan teknik triangulasi. Triangulasi merupakan

teknik pengumpulan data melalui berbagai sumber, waktu dan cara. 23

Kriteria kredibilitas melibatkan penetapan hasil penelitian ini adalah kredibel atau

dapat dipercaya. strategi untuk meningkatkan kredibilitas data penulis mengunakan

triangulasi dimana Pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di

luar data untuk keperluan pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan

berbagai waktu atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. Oleh karena itu,

triangulasi ada yang disebut dengan triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan

23
Sugiyono, “Metode Penelitian...”,hlm. 372
data dan waktu seperti:

1. Triangulasi Sumber

Untuk menguji kredibilitas data peneliti melakukan dengan cara mengecek data yang telah

diperoleh melalui beberapa sumber yang di antaranya data dari wawancara, dukumentasi,

jurnal dan pustaka, mana pandangan yang sama, yang berbeda, dan mana yang spesifik dari

sumber-sumber itu, tidak bisa dirata-ratakan seperti dalam penelitian kuantitatif. Setelah

menghasilkan kesimpulan selanjutnya dimintakan kesepakatan dengan sumber-sumber data

tersebut.

2. Triangulasi Teknik

Peneliti Mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda,

yaitu data diperoleh dengan wawancara kepada Guru dan Siswa serta Masyarakat sekitar,

lalu dicek dengan dokumentasi seperti Musyawarah Pengembangan Kurikulum, jika

menghasilkan data yang berbeda-beda, bisa jadi semuanya benar, karena sudut pandang yang

berbeda-beda maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut dengan sumber data yang

bersangkutan atau yang lain, unutuk memastikan data mana yang dianggap benar. 24

H. Sistematika Pembahasan

Didalam penulisan Tesis ini penulis mengelompokkan menjadi lima bab sesuai

dengan buku panduan penulisan karya ilmiyah di Program Pasca sarjana Universitas

Sunan Giri Surabaya terdiri dari beberapa sub bab. Dengan pembagian tersebut maka

memudahkan didalam penyusunan dan memahaminya, sehingga akan mencapai sasaran

sesuai dengan tujuan pembahasan pada Tesis ini.

Bab 1 Pendahuluan meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

penulitian, manfaat penelitian, definisi istilah, penelitian terdahulu dan sistematika

pembahasan.

Bab II Kajian teori. Diantaranya tinjauan umum tentang Implementasi , tinjauan

umum Pendidikan Akhlak dan dan tinjauan umum toleransi Islami

24
Noeng Muhajir, Metodologi Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1996), 30.
Bab III Metode penelitian meliputi jenis penelitian, lokasi penelitian, sumber

data dan informasi, tekhnik pengumpulan data dan tekhnik uji keabsahan data.
Bab IV, Penyajian dan analisis data meliputi a). gambaran umum UPT SD Negeri 11

Gresik, b) paparan dan analisis data meliputi: Proses Implementasi Nilai-Nilai Moderasi

Beragama dalam Membentuk Toleransi Siswa di UPT SD Negeri 11 Gresik , Implikasi

Implementasi Nilai-Nilai Moderasi Beragama dalam Membentuk Toleransi Siswa di UPT SD

Negeri 11 Gresik dan faktor pendukung dan penghambat Implementasi Nilai-Nilai Moderasi

Beragama dalam Membentuk Toleransi Siswa di UPT SD Negeri 11 Gresik .

Bab V Penutup meliputi: kesimpulan, saran dan implikasi teoritik.


DAFTAR PUSTAKA

Annisatul Mufarokah, Moralitas Keagamaan dan Pemahaman Nilai, Jurnal Ilmiah


Tarbiyah STAIN Tulungagung, Vol. 22, No. 7, 211.
Budi Santosa. “Penanaman Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Pembentukan Toleransi
Religius Pada Peserta Didik di SD Muhammadiyah Senggotan Tirtonirmolo
Kasihan Bantul DIY”, Tesis, Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2014.
Burhan Bungin. Metodologi Penelitian Kuantitatif Jakarta: Prenada Media Group, 2011.
Burhan Nudin, “Penanaman Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam Pada Pendidikan
Anak Usia Dini Melalui Metode Montessori Di Safa Islamic Preschool”, Jurnal
Millah, Vol. XVI, No. 1, Agustus 2016.
Direktorat KSKK Sekolah , Keputusan Mentri Agama Nomor 183 tahun 2019 Tentang
Kurikulum PAI dan Bahasa arab pada sekolah , Jakarta: 2019.
Endang Komara, Belajar dan Pembelajaran Interaktif, Bandung: PT. Refika Aditama,
2014.
Ery Pransiska. “Strategi Pendidikan Nilai dalam Membentuk Toleransi Anak di Panti
Asuhan Daarul Aytam Baitussalam Pendowoharjo Sewon Bantul”, Tesis,
Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2014
Fil Isnaeni, “Pembudayaan Agama dalam Pembentukan Krakter Siswa di Sekolah
Tsnanawiyah Negeri Sleman Kota Yogyakarta”, Tesis, Yogyakarta: Program
Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, 2014
Hasan Basri, Remaja Berkualitas, Problematika Remaja dan Solusinya,
Hery Noer Aly, dan Munzier, S., Watak Pendidikan Islam, Jakarta: Friska Agung
Ida Bagus Putrayasa, Landasan Pembelajaran, Bali: Undiksa Press, 2013.
Insani, 2003.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989.
Masnur Muslih, Pendidikan Toleransi : Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional
Jakarta: Bumi Aksara, 2011.
Mohammad Ahyan Yusuf Sya’bani.“Peranan Guru PAI dalam Pembentukan Toleransi
Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (Studi kasus di SMK Muhammadiyah Imogiri
dan SMK Nasional Bantul)”, Tesis. Yogyakarta: Program Pascasarjana UIN
Sunan Kalijaga, 2014.
Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam: Dari Paradigma Pengembangan,
ManajemenKelembagaan, Kurikulum Hingga Strategi Pembelajaran, Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2009.
Nazir, Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003.
Novi Irwan Nahar, “Penerapan Teori Belajar Behavioristik Dalam Proses
Pembelajaran”, Nusantara (Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial), Vol.1, Desember,
2016.
Rahmat Djatmika, Sistem Ethika Islam, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1996.
Rochanah. “Pembentukan Toleransi Siswa Berbasis Kultur Sekolah di MAN Kebumen
I”, Tesis, Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2014.
Rohmalina Wahab, Psikologi Belajar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2015.
Rohmat Mulyana, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai, (Bandung: Alfabeta, 2004.
Shcd Muhammad Al-Naquib Al-Atas, Konsep Pendidikan Dalam Islam, terjemah
Haidar Bagir, Bandung: Mizan, 1984.
Soemarno, Soedarsono, Character Building; Membentuk Watak, Jakarta: Elex Media
Komputindo, 2002.
Sri Minarti, Ilmu Pendidikan Islam (Fakta Teoritis-Filosofis dan Aplikatif-Normatif),
Jakarta; Amzah, 2013.
Sudarsono, EtikaIslam tentang Kenakalan Remaja, Jakarta: Rineka Cipta, 1991.
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka
Cipta, 2002.
Sutrisno Hadi, Metodologi Research I, Yogyakarta: Andi Offset, 2000.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996.
Zainal Arifin, “Pendidikan Multikultural-Religius untuk Mewujudkan Toleransi Peserta
Didik yang Humanis-Religius”, Jurnal Pendidikan Islam Volume I Nomor 1, Juni
2012/1433
Zubaedi, Desain Pendidikan Toleransi Konsepsi dan Aplikasinya Dalam
LembagaPendidikan, cet- ke2, Jakarta: Kencana, 2012
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2010.
Mattew B. Milles dan A.Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif : Buku Sumber
Tentang Metode-Metode Baru Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 1984.
Tohirin, Metode Penelitian Kualitatif dalam Pendidikan dan Bimbingan
Konseling, Jakarta: Rajawali Pers, 2012.

Anda mungkin juga menyukai