Oleh:
Fany
(Nim: 2 1.6.8.1828)
PROGRAM PASCASARJANA
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS SUNAN GIRI
SURABAYA
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PAI DALAM
MENUMBUHKAN NILAI-NILAI TOLERANSI SISWA DI
UPT SD NEGERI 11 GRESIK
A. LATAR BELAKANG
Penanaman nilai-nilai toleransi terhadap anak di Indonesia menjadi hal yang harus
dilakukan, karena Indonesia adalah negara yang tidak hanya dalam lingkungan satu paham, satu
agama, satu suku dan budaya.Sehingga perlu ada pengerat bagi masyarakat Indonesia untuk
menyatukan dan mengharmoniskan kehidupan berbangsa.Salah satu hal yang masih perlu
dibenahi di Negara Indonesia adalalah bertoleransi dalam lingkup agama.Apa lagi diera
sekaranag kata kafir mengkafirkan menjadi kata yang menakutkat untuk diucapkan karena
kesalahapahaman mereka terhadap terminologi kata kafir. Seharusnya kata kafir itu menjadi
kata yang diucapkan dan diterima oleh setiap agama. Kita hanya harus memastikan kata kafir itu
tidak berada dalam konstitusi negara Indonesia. Orang non Islam harus menerima dikatakan
kafir oleh orang Islam, begitupun sebaliknya, orang Islam harus menerima dikatakan kafir oleh
orang selain Islam. Dengan hal itu yang menjadi pokok adalah saling menerima akan perbedaan
dan tidak termakan oleh isu-isu yang memperpecah toleransi dalam agama. Penganut agama
mayoritas dan minoritas seharusnya saling mendukung dan mengayomi dalam hal sosial,
mempersilahkan terhadap hal yang berurusan keyakinan sehingga tidak menjadi tumpang tindih
paling dekat yaitu keluarga, lingkungan sekitar atau masyarakat dan lingkungan pendidikan
anak yaitu sekolah. Dilingkungan sekolah perlu diajarkan nilai-nilai toleransi selain dari
orangtua dirumah supaya nilai-nilai toleransi bisa tertanam dalam diri anak. Pendidikan bukan
saja dalam bentuk lembaga formal, namun pendidikan informal atau non formal.Upaya dalam
pendidikan untuk mencapai tujuan perlu berbagai strategi. Seorang pendidik wajib mengetahui
1
Alamsyah M Djafar, “In-Toleransi Memahami Kebencian dan Kekerasan atas nama Agama”, (Jakarta:
PT Elex Media Komputindo, 2018), hlm. 17.
bahwa pendidikan merupakan proses yang tidak singkat, harus ada campur tangan dari berbagai
pihak dan adanya pembiasaan dalam diri anak sehingga nilai-nilai yang ditanamkan tercapai. 2
Lembaga pendidikan dalam hal ini sekolah memiliki tanggung jawab untuk ikut
menumbuhkan toleransi siswa, dimana bertoleransi sehat bukan berarti tidak pernah
melakukan hal-hal negatif, melainkan perilaku itu masih wajar dan terkendali. Pelajar
bertoleransi sehat setidaknya dicirikan dengan adanya sikap religius, jujur, toleransi, disiplin,
kerja keras, cinta tanah air, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan
bertanggung jawab. Inilah toleransi sehat yang harus ditumbuhkan pada diri mereka. Sekolah
tanggap toleransi bisa memulai membangun toleransi pelajar dengan mengintegrasikan nilai-
nilai toleransi mulia ke dalam semua mata pelajaran, salah satunya pendidikan agama Islam.
Pendidikan yang berhubungan dengan akhlak tidak dapat diajarkan hanya dalam bentuk
pengetahuan saja, tetapi perlu adanya pembiasaan dalam prilakunya sehari-hari, karena didalam
Implementasi /pembiasaan siswa dilatih untuk mampu membiasakan diri berahklak baik.
sehingga dalam proses belajar mengajar yang diharapkan didalam pendidikan Islam adalah lebih
kepada mendidik bukan mengajar, membimbing dan menasehati berarti mengarahkan peserta
didik terhadap pembelajaran yang bertoleransi Islami. Jadi guru di tuntut bukan sekedar
menyampaikan yang bersifat pengetahuan saja melainkan hal yang terpenting dalam proses
pembelajaran yaitu adanya perubahan toleransi yang baik dalam kehidupan sehari-hari sebagai
wujud dari pengetahuan yang telah didapat melalui Implementasi pendidikan ahklak untuk
Pada masyarakat yang multi agama seringkali timbul pertentangan antar pemeluk
agama yang berbeda. Secara umum konflik antar pemeluk agama tersebut disebabkan oleh
beberapa faktor antara lain seperti: pelecehan terhadap agama dan pemimpin spiritual sebuah
agama tertentu, perlakuan aparat yang tidak adil terhadap pemeluk agama tertentu,
kecemburuan ekonomi dan pertentangan kepentingan politik. 3 Ketegangan intra beragama dan
antar umat beragama senantiasa menghiasi perjalanan bangsa ini. Masih banyaknya persoalan
menunjukkan kenyataan bahwa masih ada warga Negara Indonesia yang belum bisa
2
Novan Ardy Wiyani, “Bina Karakter Anak Usia Dini: Panduan Orang Tua Dan Guru Dalam
Membentuk Kemandirian Dan Kedisplinan Anak Usia Dini”, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), hlm..
5-6.
3
Ainul Yaqin, Pendidikan Multikultural (Yogyakarta : Pilar Media, 2005), h. 51-52..
menghormati keyakinan agama lain atau masih ada pekerjaan rumah (PR) kerukunan umat
beragama di Indonesia. Dalam hubungan ini memahami toleransi agama menjadi sangat penting
karena pada dasarnya agama mampu menjadi katalisator pencegah terjadinya disintegrasi dalam
masyarakat. Agama melahirkan norma atau aturan tingkah laku kepada pemeluknya, walaupun
pada dasarnya sumber agama itu adalah nilai-nilai transenden, agama memberi kemungkinan
untuk berfungsi menjadi pedoman, dan petunjuk pola tingkah laku dan corak sosial. Disinilah
pedoman kepada pemeluknya tentang bagaimana berintraksi dengan pemeluk agama lain.
Fungsi guru dan sekolah dalam proses pendidikan agama tentang toleransi agama ini adalah
mengajar, mendidik, membina, mengarahkan, dan membentuk watak dan kepribadian sehingga
siswa itu berubah menjadi manusia yang memiliki ilmu pengetahuan, cerdas, dan bermartabat.
Salah satu problem yang dihadapi adalah ketika suatu saat siswa terjun dalam masyarakat,
permusuhan. Dimana ayat-ayat ini digunakan untuk melakukan tindakan-tindakan atau aksi-aksi
yang bukan saja tidak adil melainkan melukai hati, kekerasan fisik, tindakan brutal, aksi
UPT SD Negeri 11 Gresik Kecamatan Gresik Kabupten Gresik sebagian siswa maupun
guru mempunyai latar belakang yang berbeda-beda. Seperti latar belakang ekonomi, sosial,
maupun dalam hal keberagamaan. Disana ada sebahagian siswa dan guru yang beragama non
muslim, meskipun sebagian besar guru dan murid beragama Islam. Sebab itulah pendidikan
agama Islam yang dilaksanakan di UPT SD Negeri 11 Gresik Kecamatan Gresik Kabupten
Gresik dituntut untuk selalu menanamkan nilai-nilai toleransi antar umat beragama dalam
rangka mewujudkan kondisi pembelajaran yang kondusif. Karena dengan terciptanya suasana
pembelajaran yang kondusif, maka tujuan pendidikan yang utama akan tercapai.
mengandung nilai-nilai kemanusiaan dan keindahan. Hal tersebut sejalan dengan visi dan Misi
UPT SD Negeri 11 Gresik Kecamatan Gresik Kabupten Gresik yang mengedepankan kualitas
Nurcholish Madjid, Pluralitas Agama Kerukunan dalam Keragaman (Jakarta :Kompas, 2001), h
4
intelektual dan seni budaya sebagai sarana untuk mencapai prestasi.
Gresik Kabupten Gresik dapat dilihat pada saat pembelajaran PAI berlangsung pada suatu kelas
dan interaksi siswa dengan siswa, guru dengan guru yang lain dan sebaliknya. Karena dalam
satu kelas ada beberapa siswa memiliki agama yang berbeda yaitu Islam dan Non Muslim maka
pada saat pembelajaran PAI berlangsung, siswa yang beragama non muslim diberi kesempatan
memilih untuk mengikuti pembelajaran Pendidikan Agama di kelas atau lebih memilih belajar
di luar kelas.
UPT SD Negeri 11 Gresik Kecamatan Gresik Kabupten Gresik berbeda dengan sekolah yang
lain. Karena pembelajaran pendidikan agama Islam yang dilaksanakan disekolah tersebut
hubungan yang harmonis di lingkungan sekolah. Berangkat dari apa yang telah diuraikan
Negeri 11 Gresik”
Tesis ini bertujuan untuk mengetahui: a) Proses implementasikan nilai-nilai toleransi
beragama yang terkandung pada pembelajaran pendidikan agama Islam di UPT SD Negeri 11
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan penelitian
mendalam:
Negeri 11 Gresik
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Agama Islam.
2. Manfaat Praktis
riset baru.
E. Kerangka Teoretik
Dalam penelitian ini penulis menggunakaa teori yang relevan dengan penelitian ini
perilaku5 yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Dengan kata lain seorang
peserta didik dianggap telah belajar sesuatu apabila ia mampu menunjukkan perubahan tingkah
laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. 6 Teori ini memandang
individu hanya dari sisi fenomena jasmaniyah dan mengabaikan aspek-aspek mental. Peristiwa
belajar semata-mata hanya untuk melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi
Dalam teori behavioristik yang terpenting adalah masuk atau input yang berupa
stimulus dan keluaranya atau output yang berupa respon. Stimulus adalah sesuatu yang
diberikan guru kepada siswa, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan siswa terhadap
stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Sedangkan proses yang terjadi antara stimulus
dan respons dianggap tidak penting untuk diperhatikan karena tidak bisa diamati dan
diukur.8
5
Novi Irwan Nahar, “Penerapan Teori Belajar Behavioristik Dalam Proses Pembelajaran”,
Nusantara (Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial), Vol.1, (Desember, 2016), 64.
6
Rohmalina Wahab, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2015), 37.
Endang Komara, Belajar dan Pembelajaran Interaktif, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2014), 7 7
8
Ida Bagus Putrayasa, Landasan Pembelajaran, (Bali: Undiksa Press, 2013), 42.
F. Penelitian Terdahulu
1. Penelitian yang ditulis oleh Miftahur Rohman9, dengan judul “Implementasi Nilai-
dalam penelitian tersebut. Penelitian ini mencari perbedaan dan persamaan pada
peran pendidik dan apa saja masalah-masalah yang dihadapi pada 2 sekolah yang
dari perbedaan yang ada. Perbedaan yang terdapat dari kedua sekolah tersebut yaitu
9
Miftahur Rohman, “Implementasi Nilai-Nilai Multikultural di MAN Yogyakarta 3 dan SMA
Stella Duce II Yogyakarta (Studi Komparasi di Sekolah Berbasis Islam dan Katolik)”. Tesis
(UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2016).
pembahasan penelitian ini dengan penulis yaitu penelitian ini membahas peran
internalisasi nilai-nilai toleransi beragama dan fokus pada satu sekolah saja.
2. Penelitian yang ditulis oleh Abdul Fatah 10 dengan judul “Budaya Toleransi dalam
Jakarta, pendekatan tesis ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dan sifat
penelitian ini adalah field research atau penelitian lapangan yang tentunya
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang tentunya dalam peelitian ini
bermaksud untuk mencari maksud atau meaning dari fenomena di lapangan, hal
wawancara secara mendalam. Penelitian ini focus dalam budaya toleransi pada
pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang tentunya peneliti meneliti pada proses
pelajaran tersebut dan yang lainnya yang tentunya berhubungan dengan budaya
toleransi pada pelajaran PAI. Kesamaan tesisyang dipaparkan ini dengan penelitian
penulis yaitu pada melihat budaya atau nilai toleransi yang ditananamkan kepada
peserta didik, sedangkan perbedaannya yaitu pada fokus penelitian dan jenjang
sekolah yang berbeda, penelitian ini fokus kepada budaya khususnya toleransi yang
Abdul Fatah, “Budaya Toleransi dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA 1
10
Kota Tangerang Selatan tahun 2012”. Tesis (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012).
lebih kepada kegiatan yang dalaksanakan diluar jam pelajaran. Dan jenjang sekolah
pada penelitian ini pada tingkatan SLTA atau setara dengan SMA, dan penelitian
yang penulis lakukan pada tingkatan SLTP atau setara dengan SMP.
3. Penelitian yang ditulis oleh Hasan Basri11, dengan judul “Penanaman Nilai-Nilai
penggunaan teknik pada analisis data yaitu reduksi data pengumpulan data,
penyajian data dan penarikan kesimpulan. Penelitian ini lebih fokus pada
pembelajaran Pendidikan Agama Islam dimana peserta didik dilihat dari segi
beragama dan keragamana. Kesamaan yang dilihat dari penelitian ini dengan
penelitian penulis yaitu pada poin penanaman nilai karakter khususnya toleransi
tingkatan institusi dan fokus penelitian, dimana penelitian ini fokus pada
penulis yaitu fokus pada program atau kegiatan yang dilaksanakan bukan dalam
jam belajar mengajar. Dan penelitian ini dilaksanakan di institusi pada tingkatan
peranan dan cara yang dilakukan guru PAI dalam menanamkan nilai-nilai toleransi
terhadap siswa di SMK Muhammadiyah Imogiri dan SMK Nasional Bantul. Hasil
11
Hasan Basri, “Penanaman Nilai-Nilai Mutikultural melalui Pendidikan Agama Islam di SMK
Triatmajaya Semarang”. Tesis (Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, 2017).
penelitian menunjukkan bahwa: 1). Peranan guru PAI SMK Muhammadiyah
belum membuat program tahunan dan program semester. Sedangkan peranan guru
pengamalan keagamaan. 2). Cara yang dilakukan guru PAI dalam menanamkan
berorientasi pada aspek keagamaan terutama nilai toleransi religius sedangkan cara
yang dilakukan guru PAI dalam menanamkan nilai-nilai toleransi terhadap siswa di
dan penghambat dalam pembentukan toleransi siswa di MTs Negeri Sleman Kota.
berlangsung di MTs Negeri Sleman Kota adalah pembudayaan agama harian yang
Mohammad Ahyan Yusuf Sya’bani.“Peranan Guru PAI dalam Pembentukan Karakter Siswa Sekolah
12
Menengah Kejuruan (Studi kasus di SMK Muhammadiyah Imogiri dan SMK Nasional Bantul)”, Tesis.
Yogyakarta: Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, 2014.
bersalaman, berdo’a dan membaca asma ulhusna, tadarus al-Qur’an, shalat dhuha
dan shalat dhuhur berjamaah. Pembudayaan agama mingguan adalah infaq dan
shalat jum’at di sekolah bagi siswa putra. Pembudayaan agama tahunan berupa
peringatan hari besar Islam. (2) Hasil pembudayaan agama dalam membentuk
toleransi siswa di MTs Negeri Sleman Kota adalah religius, jujur dan bertanggung
jawab, disiplin, rendah hati, peduli sosial, dan peduli lingkungan, kebersihan dan
pembentukan toleransi siswa melalui analisis SWOT yaitu adanya kekuatan yang
mendukung program ini antara lain lingkungan sekolah yang baik, dukungan dari
agama ini antara lain perbedaaan visi dan misi guru, latar belakang siswa dan
teladan guru yang belum sepenuhnya diikuti. Peluangnya adalah adanya komitmen
dan keteladanan orang tua yang mendukung program ini, hadiah dan hukuman serta
kerjasama pengelola dan orang tua. Tantangannya antara lain terbatasnya dukungan
Kultur Sekolah di MAN Kebumen I”. Hasil penelitiannya yaitu, Pertama, desain
tiga desain, yakni melalui 1). Artifak (material culture dan behavioral culture), 2)
Nilai-nilai dan keyakinan. 3). Asumsi. Kedua, toleransi yang terbentuk pada siswa
disiplin, kreatif, kerja keras, menghargai prestasi, rasa ingin tahu, komunikatif,
culture kegiatan intra kurikuler (religius, disiplin, rasa ingin tahu, bersahabat, dan
bersahabat, kreatif, mandiri, dan kerja keras). Hubungan antar warga sekolah
Fil Isnaeni, “Pembudayaan Agama dalam Pembentukan Krakter Siswa di Madrasah Tsnanawiyah 13
Negeri Sleman Kota Yogyakarta”, Tesis (Yogyakarta: Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, 2014)
(religius, cinta tanah air, semangat kebangsaan, peduli lingkungan, peduli sosial,
demikian karena di Sekolah tersebut target pencapaian nilai toleransi yang akan
toleransi 14.
7. Penelitian oleh Ery Pransiska, penelitian ini berjudul “Strategi Pendidikan Nilai
Pendowoharjo Sewon Bantul”. Hasil penelitian yang diungkapkan oleh Erya adalah
Strategi yang ditanamkan dalam membentuk toleransi terhadap anak yatim di Panti
Asuhan Daaru Aytam adalah strategi keteladanan, nasehat, knowing the good,
pembiasaan, feeling and loving the good. Penanaman strategi ini dalam setiap
aktivitas anak memberikan dampak tersendiri bagi anak asuh yang ada. Dampak
kerja keras, mandiri, kreatif, percaya diri, ikhlas, religius, kasih saying, bersahabat,
dan komunikatif, bergaya hidup sehat, berani, peduli sosial, sopan dan santun15.
ditanamkan pada peserta didik adalah nilai iman dan taqwa, nilai ibadah, nilai
akhlak mulia. Proses penanaman nilai kepada peserta didik ini melalui pengalaman,
14
Rochanah. “Pembentukan Karakter Siswa Berbasis Kultur Madrasah di MAN Kebumen I”, Tesis,
Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2014.
15
Ery Pransiska. “Strategi Pendidikan Nilai dalam Membentuk Karakter Anak di Panti Asuhan Daarul
Aytam Baitussalam Pendowoharjo Sewon Bantul”, Tesis, Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
2014
pembiasaan, emosional, rasional, dan keteladanan. Selain itu Budi juga
saat dan setiap kegiatan diadakan di sekolah, sehingga proses ini terjadi berangsur
dan dalam waktu yang tidak sebentar. Dengan demikian proses terbentuknya
dilakukan tersebut, terdapat perbedaan yang substansial terkait penelitian ini, yaitu
Gresik dan memfokuskan pada hasil nternalisasi Pendidikan toleransi dan penerapannya
dalam kehidupan sehari-hari. Perbedaan lainnya yaitu pada subyek dan obyek yang
G. Metode Penelitian
memperhatikan judul penelitian tersebut, maka bisa dikatakan bahwa jenis dari penelitian
ini adalah kualitatif induktif. Metode induktif disebut juga metode yang membahas
tempat atau medan terjadinya gejala. Dalam penelitian ini nantinya akan menggambarkan
suatu fenomena, yakni tentang Implementasi Pendidikan Agama Islam dalam membentuk
UPT SD Negeri 11 Gresik , sedangkan informan dalam penelitian ini adalah kepala
sekolah, guru agama, siswa, orang tua siswa, juga masyarakat sekitar.
3. Lokasi Penelitian
Gresik merupakan salah satu sekolah favorit dan terbesar jumlah sisanya di
Teknik pengumpulan data adalah suatu langkah yang paling strategis dalam
teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data-data yang
memenuhi standar yang ditetapkan. Maka dari itu, teknik pengumpulan data yang
a. Observasi
dianalisis, dengan observasi seperti ini peneliti dapat pula mengamati secara
b. Wawancara
18
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002),
69.
dengan cara bertanya jawab langsung kepada informan agar memperoleh
informasi tentang pendapat, pendirian dan keterangan lain mengenai diri orang
yang diwawancarai atau keadaan tetentu dan juga penyelidikan yang dilakukan
secara lisan.19
dilakukan dengan cara tanya jawab antara peneliti dengan guru dan siswa juga
2) Responden merupakan orang yang diwawancarai disini adalah Guru dan siswa serta
masyarakat sekitanya.
wawancara.20
c. Dokumentasi
tertulis, seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori
penelitian.21
dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun pola, memilih mana yang penting dan yang
akan dipelajari dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain. Peneliti
19
Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003), 193
20
Burhan Bungin. Metodologi Penelitian Kuantitatif (Jakarta: Prenada Media Group, 2011), 136.
21
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, 181.
menggunakan analisis data yang dilakukan secara interaktif. Menurut Miles, Huberman, dan
Saldana analisa data yang dilakukan secara interaktif harus melalui proses data berikut: 22
1. Kondensasi Data
mengabstraksi dan mentransformasi data yang terdapat pada catatan lapangan maupun
a. Selecting (memilih)
Peneliti bertindak selektif, yaitu menentukan dimensi mana yang lebih penting,
hubungan mana yang lebih bermakna dan informasi apa yang dapat dikumpulkan dan
dianalisis.
b. Focusing (fokus)
c. Abstracting (pengabstrakan)
pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada di dalamnya. Pada tahap ini, data
yang telah terkumpul dievaluasi, khususnya yang berkaitan dengan kualitas dan
kecukupan data.
berbagai cara, yakni melalui seleksi ketat, melalui ringkasan atau uraian singkat,
menggolongkan data dalam satu pola yang lebih luas dan sebagainya.
2. Penyajian Data
22
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: ALFABETA, 2007), 244.
Pada tahap ini, peneliti menyajikan kesimpulan informasi tersusun dalam
bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar katagori, flowchart dan sejenisnya. Dalam
menyajikan data peneliti menggunakan bentuk teks bersifat naratif. Data yang telah
sehingga makna data bisa ditemukan. Namun kesimpulan itu bersifat sementara dan
masih bersifat umum. Agar diperoleh kesimpulan final data, maka data yang lain perlu
dicari. Data baru hasil pencarian ini, bertugas melakukan pengujian terhadap berbagai
3. Penarikan Kesimpulan
pula tidak dapat menjawab fokus penelitian yang telah diuraikan. Karena masih bersifat
penyajian data sehingga data dapat disimpulkan dan peneliti masih ada peluang untuk
menerima masukan. Penarikan kesimpulan sementara masih dapat diuji kembali dengan
data di lapangan, dengan cara merefleksi kembali. Peneliti dapat bertukar pikiran
dengan teman sejawat atau dengan cara triangulasi sehingga kebenaran ilmiah dapat
konseptual, kasus mana, pertanyaan penelitian mana dan pendekatan pengumpulan data
yang diperoleh dari masing-masing fokus. Secara teknis langkah- langkah yang
a. Pada temuan yang diperoleh dari fokus I disusun kategori dan tema, dianalisis
secara induktif konseptual dan dibuat penjelasan naratif yang tersusun menjadi
b. Pada tahap akhir dilakukan analisis dan pembahasan dengan menggunakan pisau
sistematis berdasarkan hasil analisis data dan interpretasi teoritik yang bersifat
temuannya. Dalam menguji keabsahan data memiliki beberapa kriteria, kriteria tersebut
menggunakan uji keabsahan data yaitu dengan teknik triangulasi. Triangulasi merupakan
Kriteria kredibilitas melibatkan penetapan hasil penelitian ini adalah kredibel atau
triangulasi dimana Pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di
luar data untuk keperluan pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan
berbagai waktu atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. Oleh karena itu,
triangulasi ada yang disebut dengan triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan
23
Sugiyono, “Metode Penelitian...”,hlm. 372
data dan waktu seperti:
1. Triangulasi Sumber
Untuk menguji kredibilitas data peneliti melakukan dengan cara mengecek data yang telah
diperoleh melalui beberapa sumber yang di antaranya data dari wawancara, dukumentasi,
jurnal dan pustaka, mana pandangan yang sama, yang berbeda, dan mana yang spesifik dari
sumber-sumber itu, tidak bisa dirata-ratakan seperti dalam penelitian kuantitatif. Setelah
tersebut.
2. Triangulasi Teknik
Peneliti Mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda,
yaitu data diperoleh dengan wawancara kepada Guru dan Siswa serta Masyarakat sekitar,
menghasilkan data yang berbeda-beda, bisa jadi semuanya benar, karena sudut pandang yang
berbeda-beda maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut dengan sumber data yang
bersangkutan atau yang lain, unutuk memastikan data mana yang dianggap benar. 24
H. Sistematika Pembahasan
Didalam penulisan Tesis ini penulis mengelompokkan menjadi lima bab sesuai
dengan buku panduan penulisan karya ilmiyah di Program Pasca sarjana Universitas
Sunan Giri Surabaya terdiri dari beberapa sub bab. Dengan pembagian tersebut maka
pembahasan.
24
Noeng Muhajir, Metodologi Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1996), 30.
Bab III Metode penelitian meliputi jenis penelitian, lokasi penelitian, sumber
data dan informasi, tekhnik pengumpulan data dan tekhnik uji keabsahan data.
Bab IV, Penyajian dan analisis data meliputi a). gambaran umum UPT SD Negeri 11
Gresik, b) paparan dan analisis data meliputi: Proses Implementasi Nilai-Nilai Moderasi
Negeri 11 Gresik dan faktor pendukung dan penghambat Implementasi Nilai-Nilai Moderasi