Anda di halaman 1dari 3

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

PROGRAM PASCASARJANA
UJIAN AKHIR SEMESTER AGAMA DAN PENDIDIKAN (SAA)

Jurusan/Prodi : S2 SAA
Hari/Tanggal : Selasa, 27 Desember 2022
Dosen 1 : Prof. Dr. Hj. Ulfiah,M.Si
Dosen 2 : Prof. Dr.H. Badrudin, M.Ag, CIIQA, CEAM

Faqih Alfarisi
(faqihalfarisi32@gmail.com)

Jawaban.
1. Konsep Rahmatan Lill Alamin dalam pendidikan moderasi agama
sangatlah penting, mengingat bahwa indonesia terdiri dari banyak sekali
suku dan budaya, Dalam hubungan antar sesama manusia, konsep Islam
Rahmatan lil ‘Alamin ini berkaitan erat dengan sikap toleransi. Karena
islam adalah agama yang mengakui adanya keberagaman dalam
kehidupan sosial. Dengan sikap toleransi akan mampu menciptakan
kehidupan yang damai dan harmonis. Peserta didik akan lebih
menghargai perbedaan dan terbiasa hidup berdampingangan dengan
sesuatu hal yang berbeda dengannya, sehingga kehidupan yang harmonis
akan tercipta jika kelak para peserta didik menjadi anggota masyarakat.
2. Melakukan beberapa metode pendidikan akhlak kepada peserta didik,
diantaranya adalah metode pembiasaan dan keteladanan, peserta didik
akan meniru figur yang sukainya, oleh karena itu sebagai pengajar
langkah yang tepat adalah memberikan sebuah figur yang memiliki
akhlak kepada peserta didik agar mereka menirunya. Metode pembiasaan
bisa dilakukan dengan menerapkan pada media tulis seperti kata-kata
motivasi mengenai akhlak agar peserta didik tertanam dalam alam
bawah sadar mereka dan menjadi habithnya.
3. Pada sekolah umum, pendidikan agama biasanya hanya dipandang
sebelah mata. Dengan munculnya NU dan Muhammadiyah yang turun
langsung dalam menjaga nilai pendidikan agama, membuat pendidikan
agama kini tak lagi dipandang sebelah mata, Muhammadiyah dan NU
berhasil mengkolaborasikan keduanya (Ilmu Agama dan Ilmu Umum),
terutama Muhammadiyah. Itu terbukti dari banyaknya Universitas
Muhammadiyah yang bisa bersaing dengan universitas umum, bahkan di
tingkat TK,SD,SMP dan SMA Muhammadiyah sudah dilirik sebagai
sekolah yang beintegritas.
4. Pengembangan sikap keberagamaan yang harus dilakukan pendidikan
formal jauh lenih berat dibandingkan dengan pendidikan non formal
seperti pesantren. Dalam pesantren sikap pendidikan keberagamaan
peserta didik benar benar ditempa, karena didalamnya sudah membahas
tentang pendidikan agama secara tuntas, sehingga langkah yang
dilakukan mungkin hanya implementasi dari apa yang dipelajari daam
kehidupan sehari-hari. Sedangkan pendidikan formal harus menempuh
strategi yang cukup kompleks dalam membentuk sikap keberagamaan,
dalam pendidikan formal pengajar harus bekerja sama dengan wali
murid untuk membentuk sikap keberagamaan, dengan mmengenalkan
nilai-nilai keagamaan, dan nilai-nilai kebudayaan dalam disekolah
maupun diluar sekolah. Harapannya adalah komponen konatif dalam diri
siswa terbentuk, sehingga anak memiliki sikap yang amanah(dapat
dipercaya), Shidiq (jujur), Tawa (rendah hati), Haya (Malu),Shobru(sabar),
dan afwu(pemaaf) dalam kehidupan sehari-hari dalam hubungan kepada
sesama manusia .
5. Indonesia memiliki latar sebagai negara yang multiclutur dan multifaith,
akan tetapi beru-baru ini perbedaan tersebut semakin diperuncing
sehingga terjadi beberapa gesekan baik itu antar suku maupun antar
agama, pemahaman agama secara tekstual merupakan salah satu faktor
yang menyebabkan perseteruan, meskipun banyak juga faktor yang
lainnya. Pemahaman agama secara konseptual bisa menjadi alternatif
bagi kehidupan moderasi beragama di Indonesia, memahamai bahwa
Indonesia bukan hanya milik satu agama akan membuah kehidupan
bernegara menjadi jauh lebih harmonis, oleh karena itu memberikan
pemahaman keagamaan secara konseptual dan menyadarkan bahwa
Indonesia bukan hanya milik satu agama itu merupakan salah satu solusi
yang dapat ditempuh.

Anda mungkin juga menyukai