Anda di halaman 1dari 4

Essay

Urgensi Penyelenggaraan Pendidikan Agama Islam


di Perguruan Tinggi

Disusun Oleh:
Dena Kamal Dermawan 2206090

Dosen Pengampu
M. Syauqi Mubarok, S.Pdi., M.Pd

Kelas
Informatika C

Tugas dari
Pertemuan Ke-2
Senin, 26 September 2022

Fakultas Ilmu Komputer Institut Teknologi Garut


2022
I. Pendahuluan
Agama dengan manusia adalah dua hal yang saling berkaitan. Sepanjang
hidup, orang memiliki agama sebagai kepercayaan bawaan. Seolah-olah
pendidikan diperlukan bagi manusia, demikian pula pendidikan. Orang cerdas
harus mampu mengintegrasikan berbagai aspek kehidupan, seperti
pendidikan dan kepercayaan. Pembelajaran saat ini cenderung menggunakan
metode pembelajaran biner. Dengan demikian, pembelajaran agama tentu
berbeda dengan pembelajaran nasional. Pembelajaran agama lebih
menekankan pada disiplin yang bersifat preskriptif dan jauh dari realitas
kehidupan. Di sisi lain, pembelajaran nasional lebih condong ke ide dan
kecerdasan. Oleh karena itu, mahasiswa harus memahami urgensi studi agama
Islam di tingkat universitas.
Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah suatu pendekatan yang sistematis
dan metodis untuk mempersiapkan peserta didik untuk mengenal,
memahami, menghayati, meyakini dan bertakwa ajaran Islam dari sumber
utama kitab suci Al-Quran. Mengamalkan al-hadits melalui kegiatan
kepemimpinan, pendidikan, pelatihan, dan penggunaan pengalaman (Rahmat
Hidayat, 2002:21) harus Studi agama mempengaruhi seluruh orang. Ini bukan
hanya tentang memberi seseorang pengetahuan agama atau mengembangkan
kecerdasan. Selain itu, mengisi dan memelihara tidak hanya perasaan religius.
Namun, studi agama Islam mencakup seluruh diri individu, dimulai dengan
latihan/praktik sehari-hari sesuai dengan ajaran agama. Bahkan dalam arti
ikatan antara manusia dengan dewa, antara manusia dengan manusia, dan
antara manusia dengan alam. Jika karakternya utuh dan jiwanya sehat,
seseorang dengan tenang menyelesaikan masalah. Karakter yang juga
memiliki unsur religi dan keimanan cukup solid, sehingga perlu menyikapi
masalah dengan tenang. Faktor terpenting dalam membantu seseorang
berkembang dan tumbuh secara spiritual adalah iman, yang diwujudkan
dalam bentuk ajaran agama. Sampai Islam, prinsip utama yang mendasari
kehidupan manusia adalah keyakinan. Karena kepercayaan mengatur
tindakan dan ucapan.
II. Urgensi Penyelenggaran Pendidikan Agama Islam di Perguruan tinggi
Ada dua sistem pendidikan di Indonesia: pendidikan agama dan
pendidikan agama. Pembelajaran nasional. Pembelajaran saat ini cenderung
menggunakan metode pembelajaran biner. Artinya, pembelajaran agama
berbeda dengan pembelajaran nasional. Pembelajaran agama
menitikberatkan pada disiplin ilmu yang normatif, idiosinkratik, dan jauh dari
realitas kehidupan. Pembelajaran nasional bersandar pada gagasan dan
kecerdasan. Oleh karena itu, menciptakan konsep pembelajaran yang benar-
benar komprehensif dan terintegrasi sangatlah sulit. Salah satu alasan untuk
masalah ini adalah bahwa kita memiliki pemahaman yang berbeda tentang
sifat manusia. Besarnya perbedaan pandangan tentang orang membuat
perbedaan yang lebih besar dalam ranah teoritis dan bahkan lebih tajam
dalam ranah operasional. Fenomena ini terus menjadi nyata ketika pengelola
lembaga pembelajaran menunjukkan perilaku fanatik yang sangat kuat dan
meyakini paradigma tersebut sangat tepat. Pihak lain salah dan perlu
diperbaiki.
Kemanusiaan itu sendiri merupakan bagian integral dari pendidikan.
Menurut Muhaimin, manusia belajar sepanjang hidupnya. Jika pembelajaran
ditujukan untuk mengembangkan kepribadian yang utuh dalam semua aspek
kehidupan manusia, maka semua aspek kehidupan manusia harus mencakup
dimensi spiritual (teologis), moralitas, sosialitas, emosionalitas, rasionalitas
(intelek), harus selaras dengan estetika dan tumpang tindih. dengan tubuh.
Namun, Darmiyati menjelaskan kenyataan lain bahwa proses pendidikan kita
masih berfokus pada dimensi kognitif. , saat ini banyak sekali jenis
kemaksiatan.
Berdasarkan fakta ini, pendidikan agama Islam harus dipandang sebagai
strategi pengajaran yang berlaku untuk semua jenis mata pelajaran dengan
memperhatikan perbedaan budaya siswa. Eko merefleksikan sebagai berikut.
Pertama, pendidikan agama Islam telah membawa karakter bangsa yang luhur
ke Indonesia. Ini merangkum filosofi masyarakat Indonesia seperti kerjasama
antar suku, gotong royong dan saling menghormati. Kedua, pendidikan agama
menawarkan secercah harapan untuk mengatasi berbagai gejolak sosial yang
muncul.
Pendidikan agama Islam merupakan pendidikan multikultural yang
mengutamakan latar belakang peserta didik, baik dari segi suku atau etnis,
aliran kepercayaan atau agama dan ras. Dari pandangan atau perspektif
agama, multikulturalisme adalah dasar dari perkembangan pendidikan
multikultural yang merupakan perwujudan dari keimanan dalam merespon
kehendak Allah SWT yang sengaja menciptakan keberagaman dalam ciptaan-
Nya tanpa bermaksud untuk menciptakan pertikaian, Tetapi sebagai alat
untuk membangun sikap dan tindakan yang saling melengkapi satu sama lain.
Urgensi dari pendidikan agama Islam dalam masyarakat multikultural sangat
mendesak untuk diwujudkan dalam pendidikan nasional perguruan tinggi dan
perlu dianggap sebagai pemersatu NKRI (Negara Kesatuan Republik
Indonesia). Indonesia merupakan bangsa archipelago atau kepulauan yang
dihuni oleh banyak ras, suku, budaya dan agama, sudah pasti keberagaman
tersebut merupakan suatu kebanggan. Di lain sisi, di balik kebanggaan
tersebut. tersimpan ancaman perpecahan yang kapan saja bisa terjadi tanpa
diduga. Terutama di lingkungan perguruan tinggi yang sangat plural dan tidak
terdiri satu kelompok saja, mengharuskan mahasiswa harus berinteraksi
dengan mereka. Tak jarang juga terjadi ‘perpecahan’. Dalam pendidikan agama
terdapat pola pendidikan menjaga pluratitas dengan kedamaian, kebersamaan
atau egalitarianisme, toleransi, dan memaklumi perbedaan.
III. Kesimpulan
Pendidikan agama merupakan konsep yang harus dipahami oleh
masyarakat Indonesia. Hal ini karena Indonesia merupakan bangsa yang
majemuk dengan latar belakang etnis yang beragam. Pendidikan Islam
dianggap cocok untuk menciptakan kesadaran multidimensi dan multikultural
untuk memahami perbedaan yang ada di antara manusia, terlepas dari sifat
perbedaannya. Yang membedakan prinsip multikulturalisme dari sudut
pandang dunia Barat, dari sudut pandang Islam, agama tidak termasuk dalam
ranah budaya. Menuntun manusia ke jalan yang lurus. Dalam
multikulturalisme, pendidikan ala Barat memasukkan agama ke dalam
budaya. Oleh karena itu, Islam tidak mentolerir aqidah dan ibadah. Namun,
masih ada toleransi sebagaimana diajarkan melalui sistem pendidikan
berbasis agama di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai