Anda di halaman 1dari 3

Koneksi Antar Materi Topik 4 Pemahaman Peserta Didik

Nama: Ahmad Mawahibul Ihsan


PPG PGSD A UMS

Buatlah koneksi antar materi tentang prinsip:


(1) Pembelajaran Berdiferensiasi (developmentally appropriate practice),
(2) Pengajaran yang Responsif Kultur (culturally responsive pedagogy), dan
(3) Pengajaran Sesuai Level (teaching at the right level) dengan topik lain yang
berkaitan di mata kuliah ini atau mata kuliah lain atau dengan kehidupan sehari-hari
yang berkaitan.
Jawab:
Pembelajaran berdiferensiasi terdapat dalam mata kuliah pemahaman
peserta didik dan pembelajarannya. Sebelum mendapatkan ilmu dan pengetahuan
tentang pembelajaran berdiferensiasi, terdapat materi berkaitan dengan teori belajar,
gaya belajar, dan profiling peserta didik. Pembelajaran berdiferensiasi menyadarkan
guru bahwasannya di dalam kelas pasti memiliki karkateristik yang berbeda-beda
baik dari aspek kepercayaan, budaya, suku, etnik, tradisi, gaya belajar, motivasi,
moral, perkembangan bahasa, dan latar belakang keluarga. Lebih lanjut, program
pembelajaran berorientasi Developmentally Appropriate Practice (DAP)
menggunakan perspektif perkembangan anak, pengetahuan mengenai
perkembangan anak. Pembelajaran Developmentally Appropriate Practice (DAP)
sangatlah penting dalam proses pembelajaran. Hal ini dikarenakan guru hanya
sebagai fasilitator dan para peserta didik bertanggung jawab untuk atas
pembelajaran mereka sendiri.
Developmentally Appropriate Practice (DAP) membantu anak dalam proses
pembalajarannya. Hal ini berkaitan dengan cara belajar yang disesuaikan dengan
perkembangan anak. Fokus pembelajaran bukan bergantung pada harapan orang tua
melainkan pada sasaran utama yaitu anak. Dalam hal ini, guru perlu mengetahui
perkembangan anak serta dapat menyesuaikan lingkungan belajar yang baik. Sebab
guru sebagai fasilitator yang harus mengantarkan proses pembelajaran bermakna
untuk anak.
Pembelajaran berdiferensiasi juga terdapat dalam mata kuliah prinsip
pengajaran dan asesmen yang efektif. Pembelajaran berdiferensiasi adalah
mengajar siswa dengan cara berpikir yang berbeda-beda. Hal ini menuntut guru
memahami siswa sebagai pebelajar. Guru bisa membuat rencana pembelajaran,
asesmen, dan evaluasi yang berdaya guna sehingga guru memiliki harapan tinggi
terhadap kekuatan siswa yang berbeda-beda. Diferensiasi melibatkan hasil asesmen
yang terdiri dari tiga (3) komponen, yaitu: kesiapan, minat, dan pilihan belajar.
Secara umum gaya belajar ada tiga, yaitu (1) gaya belajar visual; (2) gaya belajar
auditif; dan (3) gaya belajar kinestetik. Sementara itu, pada mata kuliah pemahaman
peserta didik menyebutkan ada empat gaya belajar, yaitu visual, auditoris,
kinestetik, dan membaca dan menulis.
Pembelajaran perlu menanamkan nilai sosial budaya. Peserta didik
perlu mengetahui dan memahami pengetahuan konteks sosial budaya di
sekitarnya maupun secara nasionalis. Mengingat karakteristik peserta didik yang
memiliki keanekaragaman budaya, baik tradisi maupun adat istiadat di setiap
daerahnya. Hal ini tentunya dapat dijadikan sebagai dorongan persepsi harmoni
yang menempatkan diversitas budaya sebagai kekuatan untuk merangkum
perbedaan gaya belajar. Melalui praksis pendidikan tanggap budaya, guru dituntut
melakukan elaborasi terhadap berbagai dimensi budaya yang dimiliki peserta didik
dan menjadikannya sebagai pijakan dalam memperkaya interaksi pembelajaran.
Pentingnya kearifan lokal dijadikan sebagai salah satu komponen dalam
pendidikan guru di tanah air terkait dengan upaya untuk memperluas wawasan
dan kompetensi budaya dalam melaksanakan tugasnya.
Materi culturally responsive pedagogy berkaitan dengan mata kuliah
filosofi pendidikan yang berkaitan dengan konsep pemikiran Ki Hadjar Dewantara
merdeka belajar, penguatan profil pelajar pancasila, dan pengajaran berbasis budaya.
Merdeka belajar erat kaitannya dengan kebebasan peserta didik berpendapat,
berkreasi, dan berinovasi. Guru perlu memberikan pujian kepada peserta didik atas
upaya dan segala usahanya, terutama saat aktif dalam proses pembelajaran.
Penguatan profil pelajar pancasila terdapat 6 dimensi, yaitu 1) beriman, bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia; 2) berkebhinekaan global; 3)
bergotong royong; 4) mandiri; 5) bernalar kritis; 6) kreatif.
Manusia Indonesia tumbuh dan berkembang dipengaruhi oleh adanya
budaya yang heterogen dan tradisi. Latar belakang tersebut turut memengaruhi
pembentukkan karakter manusia Indonesia. Meskipun zaman telah berganti namun
manusia Indonesia tetap mempertahankan nilai tradisi kedaerahan supaya tetap
lestari. Nilai budaya dan tradisi ini menjadi ciri khas jati diri bangsa Indonesia dan
kebanggaan masyarakat sehingga harus tetap dipertahankan. Berkaitan dengan hal
tersebut, manusia Indonesia telah memiliki sikap yang toleransi sehingga berpegang
teguh terhadap nilai bhineka tunggal ika dan Pancasila. Meskipun di Indonesia
memiliki suku, kepercayaan, tradisi, bahasa, dan budaya yang berbeda- beda tetapi
tetap menjadi satu.
Pendidikan bukan hanya sekadar memberikan ilmu pengetahuan dengan
materi tetapi perlu memberikan implementasi kebermanfaatannya di dalam
kehidupan, seperti memberikan kaitan materi dengan nilai budaya dan kearifan
lokal. Siswa dapat mengenal budaya di daerahnya maupun daerah lain dan
mengambil nilai kebaikan di dalamnya. Pendidikan harus didasari oleh adanya
sikap penguatan nilai karakter, misalnya religiusitas, toleransi, dan peduli sesama.
Sebagai pendidik yang mengajar anak-anak Indonesia haruslah memiliki adanya
rasa toleransi yang kuat, apalagi di Indonesia memiliki beragam perbedaan suku,
tradisi, dan budaya. Harapannya pendidik senantiasa memperhatikan memberikan
contoh yang baik sehingga akan memberikan keharmonisan kehidupan di ranah
pendidikan dan anak mampu menghargai perbedaan.
Pengajaran sesuai level (teaching at the right level) adalah salah satu usaha
guru untuk menjembatani segala perbedaan karakteristik peserta didik supaya dapat
memberikan masukan pembelajaran yang relevan dan spesifik. Setiap fase peserta
didik memiliki capaian masing-masing yang harus ditempuh. Selain itu, proses
pembelajaran tersebut disesuaikan dengan karakteristik, potensi, dan kebutuhannya.
Pada teaching at the right level akan membuat anak-anak memperoleh keterampilan
dasar, seperti membaca dan menghitung tanpa adanya batasan kelas. Untuk dapat
mencapai teaching at the right level perlu adanya dukungan dari pihak guru, kepala
sekolah, orang tua, masyarakat, dan sarana prasarana.

Anda mungkin juga menyukai