Anda di halaman 1dari 2

TOPIK 4 KONEKSI ANTAR MATERI

PEMAHAMAN PESERTA DIDIK DAN PEMBELAJARANNYA

Adistya Amiyanti Wiyono_2221515012

1. Penerapan pembelajaran dengan prinsip berdiferensiasi (Developmentally


Appropriate Practice)

Pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang bisa mengakomodiasi kebutuhan


belajar setiap siswa. Guru memfasilitasi siswa sesuai dengan kebutuhan belajarnya. Setiap
siswa memiliki kebutuhan belajar yang berbeda-beda. Pembelajaran berdiferensiasi
bertujuan untuk mengakomodir kebutuhan belajar peserta didik yang berbeda-beda.
Sehingga, penting bagi pendidik untuk memahami perbedaan karakter peserta didik dari
gaya belajar, tingkat capaian, minat, lingkungan belajar favorit dan sebagainya. Mereka
tidak bisa diberi perlakuan yang sama. Saat menerapkan pembelajaran berdiferensiasi, guru
perlu memikirkan tindakan yang masuk akal yang akan dilakukan selama proses
pembelajaran. Pembelajaran berdiferensiasi bukan berarti pembelajaran dengan
memberikan perlakuan yang berbeda untuk setiap siswa.

Pembelajaran berdiferensiasi berkaitan dengan mata kuliah Filosofi Pendidikan. Terkait


pemikiran KHD bahwasannya ki Hajar menjelaskan bahwa tujuan pendidikan yaitu:
"menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai
keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun
sebagai anggota masyarakat. Oleh sebab itu, pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh
atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya
(bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak”. Jadi dalam proses
menuntun, anak perlu diberikan kebebasan dalam belajar serta berpikir, dituntun oleh para
pendidik agar anak tidak kehilangan arah serta membahayakan dirinya.

2. Penerapan pembelajaran dengan prinsip responsif kultur (Culturally Responsive


Pedagogy)
Pendidikan dan pengajaran yang responsif kultur merupakan sebuah bentuk pengajaran
yang dimana tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan peserta didik
melainkan juga membantu peserta didik untuk menerima dan memperkokoh identitas
budaya mereka. Praktik pengajaran yang responsif kultur juga dimaksudkan bagi pendidik
untuk dapat menghargai perbedaan-perbedaan dalam konteks kebudayaan peserta didik.

Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan responsif kultur
berkaitan erat dengan mata kuliah Perspektif Sosio Kultural. Dalam pengajaran yang
responsif kultur, pendidik mendorong terciptanya interaksi yang positif antara peserta didik
dan orang tua serta lingkungan tempat tinggal mereka. Proses pengajaran dan pembelajaran
yang dilakukan oleh guru seyogyanya mengkondisikan kelas sesuai dengan kultur yang
dibawa secara khas oleh peserta didik.

3. Penerapan pembelajaran dengan prinsip pengajaran sesuai level (Teaching At The


Right Level)

Teaching at the Right Level adalah salah satu semangat di merdeka belajar, dimana
pengajaran pada peserta didik disesuaikan dengan tingkat capaian atau kemampuan
awalnya. Guru melakukan asesmen terhadap level pembelajaran peserta didik,
mengelompokkannya sesuai dengan yang memiliki tingkat capaian dan kemampuan yang
serupa, dan memberikan intervensi pengajaran dan beragam aktivitas pembelajaran sesuai
dari level pembelajarannya tersebut, bukan hanya melihat dari usia dan kelasnya.
Mengajarkan kemampuan dasar yang perlu dimiliki peserta didik dan menelusuri
kemajuannya.

Dari uraian di atas, dapat di tarik seimpulan bahwasanya pembelajaran dengan prinsip
pengajaran sesuai level berkaitan dengan mata kuliah Praktik Pengalaman Lapangan dan
Prinsip Pengajaran dan Assesmen yang Efektif. Jadi dalam pembuatan modul ajar
pembelajaran harus berpusat pada peserta didik dan guru hanya sebagai fasilitator dan
motivator.

Anda mungkin juga menyukai