Anda di halaman 1dari 7

1.

Pemahaman baru apa yang Anda dapatkan setelah mempelajari prinsip : (1) Pembelajaran
Berdiferensiasi (developmentally appropriate practice), (2) Pengajaran yang Responsif
Kultur (culturally responsive pedagogy), dan (3) Pengajaran Sesuai Level (teaching at the
right level)?

Jawaban :

Pemahaman baru yang saya dapatkan adalah:


1. Pembelajaran Berdiferensiasi (developmentally
Pembelajaran berdiferensiasi memberi keleluasaan
pada siswa untuk meningkatkan potensi dirinya sesuai
dengan kesiapan belajar, minat, dan profil belajar
siswa tersebut dan tidak hanya berfokus pada produk
pembelajaran, tapi juga focus pada proses dan
konten/materi
Pembelajaran yang berdiferensiasi memiliki
karakteristik:
a. Setiap orang dikelas akan menyambut dan merasa
disambut dengan baik
b. Setiap orang dikelas saling menghargai
c. Anak merasa aman
d. Adanya harapan bagi pertumbuuhan dan
perkembangan
e. Guru mengajar untuk mencapai kesuksesan
f. Adanya keadilan dalam pembelajaran
g. Guru dan anak berkolaborasi untuk pertumbuhan
dan kesuksesan bersama
Pemahaman baru yang saya dapatkan adalah:
1. Pembelajaran Berdiferensiasi (developmentally
Pembelajaran berdiferensiasi memberi keleluasaan
pada siswa untuk meningkatkan potensi dirinya sesuai
dengan kesiapan belajar, minat, dan profil belajar
siswa tersebut dan tidak hanya berfokus pada produk
pembelajaran, tapi juga focus pada proses dan
konten/materi
Pembelajaran yang berdiferensiasi memiliki
karakteristik:
a. Setiap orang dikelas akan menyambut dan merasa
disambut dengan baik
b. Setiap orang dikelas saling menghargai
c. Anak merasa aman
d. Adanya harapan bagi pertumbuuhan dan
perkembangan
e. Guru mengajar untuk mencapai kesuksesan
f. Adanya keadilan dalam pembelajaran
g. Guru dan anak berkolaborasi untuk pertumbuhan
dan kesuksesan bersama
Pemahaman baru yang saya dapatkan adalah:
1. Pembelajaran Berdiferensiasi (developmentally
Pembelajaran berdiferensiasi memberi keleluasaan
pada siswa untuk meningkatkan potensi dirinya sesuai
dengan kesiapan belajar, minat, dan profil belajar
siswa tersebut dan tidak hanya berfokus pada produk
pembelajaran, tapi juga focus pada proses dan
konten/materi
Pembelajaran yang berdiferensiasi memiliki
karakteristik:
a. Setiap orang dikelas akan menyambut dan merasa
disambut dengan baik
b. Setiap orang dikelas saling menghargai
c. Anak merasa aman
d. Adanya harapan bagi pertumbuuhan dan
perkembangan
e. Guru mengajar untuk mencapai kesuksesan
f. Adanya keadilan dalam pembelajaran
g. Guru dan anak berkolaborasi untuk pertumbuhan
dan kesuksesan bersama

a) Pembelajaran Berdiferensiasi (developmentally appropriate practice).


Sebelum mempelajari materi terkait pembelajaran berdiferensiasi
(developmentally appropriate practice), pemahaman saya mengenai praktik mengajar
hanya berbatas pemberian materi terhadap peserta didik tanpa memperhatikan bakat,
minat, dan keunikan yang dimiliki oleh setiap peserta didik. Namun, berkat materi
pembelajaran berdiferensiasi (developmentally appropriate practice) pengalaman dan
ilmu pengetahuan saya semakin bertambah dalam memahami bahwa setiap peserta
didik memiliki keunikan, bakat, dan potensi yang beragam.
Konsep dari strategi pembelajaran berdiferensiasi (developmentally
appropriate practice) adalah adalah metode pembelajaran yang meningkatkan
perkembangan dan pembelajaran yang optimal bagi setiap anak melalui proses
pembelajaran yang berbasis pada kemampuan, pendekatan yang berbasis permainan
untuk pembelajaran yang menyenangkan, dan pembelajaran yang melibatkan
keaktifan peserta didik. Pemahaman itulah yang harus saya terapkan dengan
menggunakan praktik yang sesuai dengan perkembangan peserta didik, menyadari
atau memahami bahwa tiap peserta didik merupakan individu yang unik dengan
karakternya yang beragam dalam proses pembelajaran dan membantu seluruh peserta
didik dalam meraih potensi mereka sepenuhnya.
Selain itu, pendekatan developmentally appropriate practice dapat membantu
seorang guru untuk meningkatkan keterampilannya dalam menyediakan ruang kelas
yang mengutamakan kenyamanan dan keamanan peserta didik , membawakan materi
pembelajaran yang tidak kaku sehingga peserta didik peserta didik dapat lebih
terbuka dengan guru sehingga guru dapat memahami peserta didik baik dari aspek
kognitif, sosial, dan emosionalnya.
Salah satu contoh nyata pengalaman saya dalam menerapkan praktik
developmentally appropriate practice adalah ketika saya melakukan kegiatan PPL dan
praktik mengajar di dalam kelas VIII SMP Negeri 1 Gorontalo, saya memberikan
games dan ice breaking kepada peserta didik disela proses pembelajaran untuk
menghilangkan rasa kejenuhan pada peserta didik dan meningkatkan ketertarikan dan
keaktifan peserta didik selama proses pembelajaran.

b) Pengajaran yang Responsif Kultur (culturally responsive pedagogy).

Pemahaman baru yang saya dapatkan dari materi culturally responsive


pedagogy adalah tumbuhnya kesadaran akan pentingnya melibatkan pemahaman
budaya peserta didik dalam proses pembelajaran. Pendidikan tidak serta merta
meningkatkan kemampuan peserta didik pada bidang kognitif, namun sejatinya
eksistensi kebudayaan juga diikutsertakan dalam proses pembelajaran agar peserta
didik dapat memperkokoh identitas budaya yang mereka miliki. Peserta didik
didorong untuk mampu mengidentifikasi dan memperkaya pemahaman akan
keberagaman budaya, merangkul keunikan akan perbedaan kebudayaan sebagai
keunikan bangsa, dan timbulnya pembelajaran yang bermakna dalam proses
pembelajaran.

Dalam praktik culturally responsive pedagogy, Dalam praktiknya, guru


berperan sebagai fasilitator yang menyediakan ruang belajar yang berisi sumber –
sumber belajar terkait dengan materi – materi yang berhubungan dengan
keberagaman budaya yang mencakup etnik, gender, dan keberagaman lainnya. Guru
dapat mendorong peserta didik agar mampu mengilustrasikan pengetahuan awal dan
pengalaman budaya mereka untuk dihubungkan dalam konten akademik selama
proses pembelajaran.
Contoh nyata penerapan culturally responsive pedagogy di dalam kelas adalah
guru meminta peserta didik untuk melakukan kegiatan diskusi. Peserta didik
kemudian didorong untung saling bertukar pikiran mengenai kekuatan dan aset
kebudayaan yang mereka miliki. Kegiatan ini dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa
saling menghargai antar peserta terhadap perbedaan dan keberagaman budaya yang
ada di lingkungan kelas mereka. Aktifitas lain yang dapat dilakukan untuk
menerapkan culturally responsive pedagogy adalah peserta didik dapat
mempresentasikan di depan kelas terkait kegiatan – kegiatan tradisional di
lingkungannya, tempat liburan, dan aktifitas keluarganya yang mencerminkan
gambaran kebudayaan yang unik.

c) Pengajaran Sesuai Level (teaching at the right level).

Pemahaman baru yang saya dapatkan setelah mendalami materi teaching at


the right level adalah, pentingnya untuk mengetahui level kemampuan peserta didik
agar proses pembelajaran dapat dilaksanakan sesui dengan tingkatan potensi yang
dimiliki oleh peserta didik dan bukan berdasarkan pada tingkatan kelasnya.
Pendekatan teaching at the right level dirancang untuk diimplementasikan pada
proses pembelajaran peserta didik yang menyesuaikan capaian, tingkat kemampuan,
kebutuhan peserta didik sehingga mereka mampu untuk menyelesaikan capaian
pembelajaran yang diharapkan. Pengajaran sesuai level ini sejalan dengan pemikiran
Ki Hajar Dewantara bahwasanya untuk menciptakan pembelajaran yang berpusat
pada peserta didik, maka pendidik harus memperhatikan capaian, tingkat
kemampuan, dan kebutuhan peserta didik sebagai acuan untuk merancang proses
pembelajaran.

Contoh penerapan pengajaran ini dapat dilihat pada kurikulum merdeka.


Implementasi teaching at the right level telah ditentukan tahap – tahap penerapannya.
Sebelum memulai proses pembelajaran, guru terlebih dahulu perlu untuk mengenali
karakteristik peserta didik. Sehingga untuk menggali informasi terkait peserta didik
maka tahapan – tahapan yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Asesmen
Asesmen dilaksanakan agar proses pembelajaran bisa berpusat pada peserta didik.
Adapun guru melakukan asesmen tahap pertama yang dikenal sebagai asesmen
diagnostik untuk potensi, karakteristik, kebutuhan, tahap perkembangan peserta
didik, tahap capaian pembelajaran peserta didik, dll.
2. Perencanaan
Setelah guru berhasil memperoleh data hasil asesmen diagnostik, maka guru
selanjutnya menyusun proses pembelajaran yang sesuai dengan asesmen data
asesmen yang mencakup potensi, karakteristik, kebutuhan, tahap perkebangan
peserta didik, dll.
3. Pembelajaran
Pelaksanaan proses pembelajaran tetap memerlukan asesmen – asesmen berkala
yang disebut asesmen formatif. Asesmen ini digunakan untuk melihat proses
pemahaman peserta didik, kebutuhan, serta kemajuan proses belajarnya. Adapun
pada akhir pembelajaran, guru melakukan evaluasi terkait ketercapaian tujuan
pembelajaran yang disebut dengan asesmen sumatif.

2. Bagian manakah dari prinsip : (1) Pembelajaran Berdiferensiasi (developmentally


appropriate practice), (2) Pengajaran yang Responsif Kultur (culturally responsive
pedagogy), dan (3) Pengajaran Sesuai Level (teaching at the right level) yang paling
menantang untuk diaplikasikan di lapangan?

Jawaban :

Menurut saya, prinsip yang paling menantang untuk diaplikasikan di lapangan


atau di dalam kelas adalah pengajaran yang responsive kultur (culturally responsicve
pedagogy). Prinsip ini paling menantang dikarenakan dalam menerapkan pembelajaran
yang responsive kultur tidak hanya peserta didik yang didorong untuk memahami
kebudayaan baik budaya sendiri ataupun budaya orang lain. Namun, guru juga harus
memiliki kesiapan pengetahuan tentang latar belakang budaya peserta didik beserta
kondisi lingkungannya sebelum prinsip ini diterapkan di dalam kelas. Beberapa taktik
yang diperlukan oleh guru untuk memperoleh informasi terkait latar belakang budaya
peserta didik adalah:

1. Guru dapat memberikan survey atau kuesioner kepada peserta didik untuk
memperoleh data terkait latar belakang budaya dan gaya belajang peserta didik
sehingga guru lebih siap untuk menyesuaikan proses pengajaran yang responsive
kultur di dalam kelas.
2. Guru dapat melakukan wawancara dengan peserta didik dan mendiskusikan hal – hal
terkait hobi, mata pelajaran favorit, dll.
3. Guru perlu berkomunikasi dengan keluarga peserta didik untuk bagaimana norma –
norma budaya yang membentuk karakter pesera didik di lingkungan keluarga peserta
didik.
4. Guru perlu memahami gaya belajar peserta didik yang sesuai dengan konteks budaya.
Beberapa siswa lebih memilih gaya belajar kooperatif sementara yang lain
berkembang melalui belajar mandiri. Guru yang belajar tentang dan menghormati
latar belakang budaya siswa mereka kemudian dapat menyesuaikan metode
pengajaran mereka untuk mencerminkan preferensi gaya belajar.

Langkah – langkah di atas memberikan gambaran bahwa untuk menerapkan


pengajaran yang responsive kultur di dalam kelas, guru harus memiliki pemahaman dan
wawasan yang luas terkait keberagaman budaya terutama di lingkungan peserta didik
yang beragam. Hal inilah yang menjadi tantangan untuk mengimplementasikan prinsip
tersebut. Oleh karena itu, apabila guru telah memiliki kesiapan pengetahuan terkait
keberagaman budaya peserta didik, maka guru akan mampu menciptakan lingkungan
ruang kelas yang responsive secara budaya. Selain itu, fasilitas ruang kelas yang
mengakui, merayakan, dan mempromosikan kekuatan perbedaan budaya akan
mempersiapkan peserta didik untuk berkembang di dunia yang semakin multikultural di
mana keadilan dan kesetaraan penting.

3. Hal-hal lain apakah yang ingin Anda pelajari lagi terkait dengan prinsip : (1) Pembelajaran
Berdiferensiasi (developmentally appropriate practice), (2) Pengajaran yang Responsif
Kultur (culturally responsive pedagogy), dan (3) Pengajaran Sesuai Level (teaching at the
right level)?

Jawaban :

Hal – hal yang ingin saya pelajari terkait ketiga prinsip di atas adalah :
1) Saya ingin mempelajari lebih dalam tentang cara melaksanakan pembelajaran yang
berdiferensiasi secara efektif sehingga peserta didik dapat terpenuhi kebutuhan
belajarnya.
2) Cara melakukan pendekatan dan komunikasi yang baik dengan peserta didik maupun
keluarganya untuk memperoleh informasi terkait latar belakang budaya peserta didik,
kekuatan, dan keunikannya agar saya bisa lebih siap dalam menerapkan pengajaran yang
responsive kultur di dalam kelas dengan maksimal.
3) Saya ingin mempelajari lebih mendalam bagaimana cara memahami karakteristik peserta
didik dengan level kemampuan yang rendah agar ketika saya melakukan pengajaran di
dalam kelas, tujuan pembelajaran dapat dicapai sesuai dengan kemampuan dan potensi
yang dimiliki peserta didik

Anda mungkin juga menyukai