Anda di halaman 1dari 2

Hasna Asy-syifaa Setiani (2216590)

Pemahaman tentang Peserta Didik dan Pembelajarannya


Koneksi Antar Materi Topik 4
Buatlah koneksi antar materi tentang prinsip : (1) Pembelajaran Berdiferensiasi (developmentally
appropriate practice), (2) Pengajaran yang Responsif Kultur (culturally responsive pedagogy),
dan (3) Pengajaran Sesuai Level (teaching at the right level)
A. Pembelajaran Berdiferensiasi (Developmentally Appropriate Practice)
Pembelajaran berdiferensiasi atau Developmentally Appropriate Practice (DAP)
merupakan pembelajaran anak sesuai tahap perkembangan dan lingkungan yang selaras
dengan kebutuhan dan kemampuan anak. Dalam pembelajaran ini guru hanya sebagai
fasilitator dan tidak lagi sebagai tokoh paling utama dalam pembelajaran dalam kelas dan
siswa tidak hanya sebagai penerima yang tidak aktif dalam pembelajaran, tetapi para siswa
bertanggung jawab untuk atas pembelajaran mereka sendiri. Seperti halnya pada mata
kuliah Prinsip Pengajaran dan Asesmen yang Efektif 1, pembelajaran berdiferensiasi
merupakan pembelajaran paradigma baru yang mana ciri khas pembelajaran tersebut
adalah students centered. Pengajaran ini disesuaikan dengan capaian dan tingkat
kemampuan serta kompetensi peserta didik. Pembelajaran berdiferensiasi dapat dilakukan
dengan diferensiasi konten, diferensiasi proses, dan diferensiasi produk. Kaitan dengan
pembelajaran IPA di sekolah, untuk mengaktifkan peran siswa di kelas maka dalam
paradigma students centered pembelajaran dapat dibentuk kelompok kecil agar terjadi
proses diskusi antar anggota kelompok. Misalnya dalam model Problem Based Learning
pada sintaks mengidentifikasi dan merumuskan masalah, tiap-tiap anggota akan berbagi
tugas dan masing-masing akan menjadi sumber dari tugas tersebut. Sumber yang
dikumpulkan akan didiskusikan bersama untuk memperoleh rumusan masalah dan akan
memecahkan masalah tersebut hingga dapatlah sebuah konsep.
B. Pengajaran yang Responsif Kultur (Culturally Responsive Pedagogy)
Culturally responsive pedagogy adalah praksis (teori dan aplikasi) pendidikan yang
menekankan pada keterkaitan antara pendidikan dan dimensi sosial budayanya. Penekanan
pada budaya peserta didik dan komunitas tidak semata dijadikan sebagai upaya
mendekatkan peserta didik dengan konteksnya, tetapi lebih dari itu diharapkan dapat
menjembatani munculnya kesadaran peserta didik terhadap identitas budayanya. konsep
pendidikan tanggap budaya berupaya merevitalisasi berbagai artikulasi budaya, termasuk
berbagai aspek kearifan lokal yang berkembang pada setiap komunitas, untuk mendukung
terselenggaranya pendidikan yang lebih bermakna. Pendidikan tanggap budaya adalah
model pendidikan teoritis yang tidak hanya bertujuan meningkatkan prestasi peserta didik,
tetapi juga membantu siswa menerima dan memperkokoh identitas budayanya. Culturally
responsive pedagogy sesuai dengan konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantara dalam mata
kuliah Filosofi Pendidikan Nasional. Menurut Ki Hadjar Dewantara, pendidikan bertujuan
menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai
keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun
sebagai anggota masyarakat. Pendidik hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya
kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan
dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak. Indonesia memiliki potensi-potensi
kultural yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar. Kekuatan sosio-kultural menjadi
proses ‘menebalkan’ kekuatan kodrat anak yang masih samar-samar. Konteks dan nilai
dalam budaya lokal juga menjadi unsur penting dalam mendidik anak. Mengingat adanya
faktor kodrat anak dan kodrat alam, beberapa nilai lokal seperti permainan tradisional bisa
disisipkan bahkan menjadi media dalam mendidik anak. Dalam budaya Banjar, ada banyak
permainan tradisional seperti bau’upauan dan bau’ulasan, yang bisa diintegrasikan dalam
pembelajaran serta menimbulkan rasa senang dan gembira kepada anak. Permainan ini juga
dapat menjadikan anak mudah bersosialisasi dan mengembangkan aspek kepribadian
terutama saling bekerjasama, toleransi, sportif, aktif dalam berkomunikasi dengan orang
lain.
C. Pengajaran Sesuai Level (Teaching At The Right Level)
Teaching at the right level adalah proses intervensi yang harus dilakukan guru dengan
memberikan masukan pembelajaran yang relevan dan spesifik untuk menjembatani
perbedaan yang ditemukan. Peserta didik tidak terikat pada tingkatan kelas, namun di
sesuaikan berdasarkan kemampuan peserta didik yang sama. Setiap fase, ataupun tingkatan
tersebut mempunyai capaian pembelajaran yang harus dicapai. Proses pembelajaran
peserta didik akan disusun mengacu pada capaian pembelajaran tersebut, namun
disesuaikan dengan karakteristik, potensi, kebutuhan peserta didiknya. Guna menerapkan
pendekatan ini, tentunya seorang pendidik harus melakukan beberapa tahapan sebagai
berikut: 1. Pahami Peserta Didik. Pahami peserta didik, dengan apa yang mereka sukai,
tipe gaya belajar apa yang membuat mereka nyaman, serta bagaimana karakteristik setiap
peserta didik. Dan selalu ingat bahwa setiap peserta didik itu unik dan memiliki
kemampuannya masing- masing. 2. Rancang Perencanaan Pembelajaran. Rancang
perencanaan pembelajaran yang disesuaikan dengan hasil identifikasi peserta didik serta
pengelompokkan peserta didik dalam tingkat yang sama. 3. Mengikuti Ragam Pelatihan.
Sebagai seorang pendidik, pentingnya untuk mengikuti berbagai ragam pelatihan guna
memahami konsep pendekatan serta teknik yang sesuai agar TaRL dapat
diimplementasikan dengan baik. Pembelajaran TARL berkaitan dengan pembelajaran
paradigma baru dalam mata kuliah Prinsip Pengajaran dan Asesmen yang Efektif I.
Pembelajaran paradigma baru memastikan praktik pembelajaran yang berpusat pada
murid, yang mana setiap murid belajar sesuai dengan kebutuhan dan tahap
perkembangannya. Dalam Kurikulum Merdeka, peserta didik dikategorikan dalam fase
yang mana setiap fase memiliki capaian pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan
peserta didik. Dalam pembelajaran, pendidik harus mampu mediagnosis kebutuhan peserta
didik sesuai dengan karakteristiknya sehingga pendidik mampu memberikan pembelajaran
yang sesuai dengan gaya belajar dan kompetensi peserta didik.

Anda mungkin juga menyukai