Pemahaman tentang Peserta Didik dan Pembelajarannya
Koneksi Antar Materi Topik 4 Buatlah koneksi antar materi tentang prinsip : (1) Pembelajaran Berdiferensiasi (developmentally appropriate practice), (2) Pengajaran yang Responsif Kultur (culturally responsive pedagogy), dan (3) Pengajaran Sesuai Level (teaching at the right level) A. Pembelajaran Berdiferensiasi (Developmentally Appropriate Practice) Pembelajaran berdiferensiasi atau Developmentally Appropriate Practice (DAP) merupakan pembelajaran anak sesuai tahap perkembangan dan lingkungan yang selaras dengan kebutuhan dan kemampuan anak. Dalam pembelajaran ini guru hanya sebagai fasilitator dan tidak lagi sebagai tokoh paling utama dalam pembelajaran dalam kelas dan siswa tidak hanya sebagai penerima yang tidak aktif dalam pembelajaran, tetapi para siswa bertanggung jawab untuk atas pembelajaran mereka sendiri. Seperti halnya pada mata kuliah Prinsip Pengajaran dan Asesmen yang Efektif 1, pembelajaran berdiferensiasi merupakan pembelajaran paradigma baru yang mana ciri khas pembelajaran tersebut adalah students centered. Pengajaran ini disesuaikan dengan capaian dan tingkat kemampuan serta kompetensi peserta didik. Pembelajaran berdiferensiasi dapat dilakukan dengan diferensiasi konten, diferensiasi proses, dan diferensiasi produk. Kaitan dengan pembelajaran IPA di sekolah, untuk mengaktifkan peran siswa di kelas maka dalam paradigma students centered pembelajaran dapat dibentuk kelompok kecil agar terjadi proses diskusi antar anggota kelompok. Misalnya dalam model Problem Based Learning pada sintaks mengidentifikasi dan merumuskan masalah, tiap-tiap anggota akan berbagi tugas dan masing-masing akan menjadi sumber dari tugas tersebut. Sumber yang dikumpulkan akan didiskusikan bersama untuk memperoleh rumusan masalah dan akan memecahkan masalah tersebut hingga dapatlah sebuah konsep. B. Pengajaran yang Responsif Kultur (Culturally Responsive Pedagogy) Culturally responsive pedagogy adalah praksis (teori dan aplikasi) pendidikan yang menekankan pada keterkaitan antara pendidikan dan dimensi sosial budayanya. Penekanan pada budaya peserta didik dan komunitas tidak semata dijadikan sebagai upaya mendekatkan peserta didik dengan konteksnya, tetapi lebih dari itu diharapkan dapat menjembatani munculnya kesadaran peserta didik terhadap identitas budayanya. konsep pendidikan tanggap budaya berupaya merevitalisasi berbagai artikulasi budaya, termasuk berbagai aspek kearifan lokal yang berkembang pada setiap komunitas, untuk mendukung terselenggaranya pendidikan yang lebih bermakna. Pendidikan tanggap budaya adalah model pendidikan teoritis yang tidak hanya bertujuan meningkatkan prestasi peserta didik, tetapi juga membantu siswa menerima dan memperkokoh identitas budayanya. Culturally responsive pedagogy sesuai dengan konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantara dalam mata kuliah Filosofi Pendidikan Nasional. Menurut Ki Hadjar Dewantara, pendidikan bertujuan menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Pendidik hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak. Indonesia memiliki potensi-potensi kultural yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar. Kekuatan sosio-kultural menjadi proses ‘menebalkan’ kekuatan kodrat anak yang masih samar-samar. Konteks dan nilai dalam budaya lokal juga menjadi unsur penting dalam mendidik anak. Mengingat adanya faktor kodrat anak dan kodrat alam, beberapa nilai lokal seperti permainan tradisional bisa disisipkan bahkan menjadi media dalam mendidik anak. Dalam budaya Banjar, ada banyak permainan tradisional seperti bau’upauan dan bau’ulasan, yang bisa diintegrasikan dalam pembelajaran serta menimbulkan rasa senang dan gembira kepada anak. Permainan ini juga dapat menjadikan anak mudah bersosialisasi dan mengembangkan aspek kepribadian terutama saling bekerjasama, toleransi, sportif, aktif dalam berkomunikasi dengan orang lain. C. Pengajaran Sesuai Level (Teaching At The Right Level) Teaching at the right level adalah proses intervensi yang harus dilakukan guru dengan memberikan masukan pembelajaran yang relevan dan spesifik untuk menjembatani perbedaan yang ditemukan. Peserta didik tidak terikat pada tingkatan kelas, namun di sesuaikan berdasarkan kemampuan peserta didik yang sama. Setiap fase, ataupun tingkatan tersebut mempunyai capaian pembelajaran yang harus dicapai. Proses pembelajaran peserta didik akan disusun mengacu pada capaian pembelajaran tersebut, namun disesuaikan dengan karakteristik, potensi, kebutuhan peserta didiknya. Guna menerapkan pendekatan ini, tentunya seorang pendidik harus melakukan beberapa tahapan sebagai berikut: 1. Pahami Peserta Didik. Pahami peserta didik, dengan apa yang mereka sukai, tipe gaya belajar apa yang membuat mereka nyaman, serta bagaimana karakteristik setiap peserta didik. Dan selalu ingat bahwa setiap peserta didik itu unik dan memiliki kemampuannya masing- masing. 2. Rancang Perencanaan Pembelajaran. Rancang perencanaan pembelajaran yang disesuaikan dengan hasil identifikasi peserta didik serta pengelompokkan peserta didik dalam tingkat yang sama. 3. Mengikuti Ragam Pelatihan. Sebagai seorang pendidik, pentingnya untuk mengikuti berbagai ragam pelatihan guna memahami konsep pendekatan serta teknik yang sesuai agar TaRL dapat diimplementasikan dengan baik. Pembelajaran TARL berkaitan dengan pembelajaran paradigma baru dalam mata kuliah Prinsip Pengajaran dan Asesmen yang Efektif I. Pembelajaran paradigma baru memastikan praktik pembelajaran yang berpusat pada murid, yang mana setiap murid belajar sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya. Dalam Kurikulum Merdeka, peserta didik dikategorikan dalam fase yang mana setiap fase memiliki capaian pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik. Dalam pembelajaran, pendidik harus mampu mediagnosis kebutuhan peserta didik sesuai dengan karakteristiknya sehingga pendidik mampu memberikan pembelajaran yang sesuai dengan gaya belajar dan kompetensi peserta didik.