Anda di halaman 1dari 3

Muhammad Sulton Rizal

PPG Prajabatan B. Inggris

Pemahaman Peserta Didik dan Pembelajarannya


Koneksi Antar Materi Topic 4 (Kerangka Strategi)

• Development Appropriate Practice (DAP)/ Pembelajaran Berdiferensiasi.


Proses pembelajaran yang memfokuskan bagaimana anak berkembang dan belajar sesuai
dengan usia dan tahap perkembangannya serta merekayasa lingkungan belajar yang selajar
dengan kebutuhan belajar anak.
Ciri-ciri proses pembelajaran DAP antara lain:
1. Disesuaikan dengan perkembangan anak dengan fokus agar anak mampu melakukan
konstruksi pengetahuan secara mandiri.
2. Sebagai proses yang berkelanjutan, tidak banyak menggunakan pengukuran & Rencana
belajar, diutamakan untuk memberikan kesempatan kepada anak mengalami belajar.
3. Aktivitas belajar dapat berlangsung melalui proyek, pusat belajar, dan bermain yang
mencerminkan minat anak, ranah belajar berkaitan dengan dimensi perkembangan anak.
4. Materi belajar bersifat konkrit dan dipilih yang relevan dengan pengalaman keseharian
anak.
5. Rencana pembelajaran berdasarkan hasil observasi aktivitas anak, minat, kebutuhan, dan
tingkat keterlibatan.
6. Berfokus pada memberikan dorongan kepada anak dalam rangka mengembangkan
perasaan mampu dan kendali diri.
7. Setiap pengalaman merupakan peluang belajar bagi anak dalam rangka menumbuhkan
perasaan mampu dan bertanggung jawab
8. Menfasilitasi pengembangan kendali diri dan komunikasi sosial anak sesuai dengan
kemampuan bahasa dan tingkat kognisi anak
9. Menfasilitasi interaksi verbal dan menyajikan pengalaman belajar bahasa secara terstruktur
dengan cara berbicara satu persatu dengan anak.
10. Aktivitas dalam dan di luar ruangan digunakan secara bervariasi dengan intensitas
keterlibatan guru secara penuh.
11. Adanya komunikasi reguler guru dan orang
12. Penggunaan tes dan asesmen untuk mengetahui kelayakan anak mengikuti program yang
lebih tinggi
13. Perkembangan anak bervariasi sehingga program belajar disesuaikan dengan kebutuhan
dan tingkat perkembangan anak tidak memaksakan sistem.
Jika dikaitkan dengan mata kuliah lain, saya rasa untuk DAP ini lebih berfokus pada
perkembangan dan pertumbuhan Pedagogy anak usia dini, sementara untuk kami pelajari di
mata kuliah lain berfokus pada macam-macam teknik pembelajaran, kurikulum, pembelajaran
paradigma baru untuk segala kalangan usia. Namun karena kami berfokus pada sekolah yang
kami jadikan praktek mengajar, maka dari itu kebanyakan dari materi yang kita pelajadi untuk
tingkat remaja , hingga pendidikan menengah/ sederajat yang tentu dalam penerapapnnya
membutuhkan disiplin ilmu aspek kognitif.

• Culturally Responsive Pedagogy


Culturally Responsive Pedagogy adalah teori dan aplikasi pendidikan yang menekankan
pada keterkaitan antara pendidikan dan dimensi sosial budayanya. Penekanan pada budaya
peserta didik dan komunitas tidak semata dijadikan sebagai upaya mendekatkan peserta didik
dengan konteksnya, tetapi lebih dari itu diharapkan dapat menjembatani munculnya kesadaran
peserta didik terhadap identitas budayanya. Perbedaan budaya yang sebelumnya dipandang
sebagai penghalang prestasi dan interaksi diganti dengan persepsi harmoni yang menempatkan
diversitas budaya sebagai kekuatan untuk merangkum perbedaan gaya belajar.
Menurut Ladson-Billing (1995) terdapat tiga proposisi pendidikan tanggap budaya, yakni:
1) Peserta didik mencapai kesuksesan akademis
2) Peserta didik mampu mengembangkan, dan memiliki kompetensi budaya (cultural
competence)
3) Peserta didik membangun kesadaran kritis (critical consciousness) sehingga mereka dapat
berpartisipasi dalam merombak tatanan sosial yang tidak adil Keterpaduan langkah guru
dalam melaksanakan tugasnya dengan konteks sosial-budaya yang melingkupinya.
Pendidik menempatkan pengalaman, nilai dan persepsi yang berkembang di tengah komunitas
sebagai sarana memperkaya praksis pendidikan. Melalui praksis pendidikan tanggap budaya,
guru dituntut melakukan elaborasi terhadap berbagai dimensi budaya yang dimiliki peserta
didik dan menjadikannya sebagai pijakan dalam memperkaya interaksi pembelajaran. Dalam
hal ini Culturally Responsive Pedagogy merupakan teori dan aplikasi dari salah satu aspek
kurikulum merdeka di mana memuat kearifan lokal dalam proses pembelajaran. Materi yang
diberikan tidak berdasarkan dari hal-hal yang di luar dari apa yang sudah ada di sekitar kita.
Seperti contoh : Dalam Pembelajaran Teks deskriptif guru memberikan contoh berupa Candi
Borobudur, atau jenis bangunan, atau hal lain yang mengandung aspek kearifan lokal, guru tidak
memilih teks Deskriptif dalam bentuk Penjelasan Bangunan Taj Mahal, yang di mana bangunan
itu berasal dari negara lain. Guru lebih memilih bahan ajar mengenai segala hal yang ada di
sekitar kehidupan siswa dan merupakan Bagian dari budaya Indonesia.
• Teaching at the Right Level
Pengajaran Sesuai Level TaRL (Teaching at the right Level) Teaching at the Right Level
merupakan pendekatan pedagogis yang memperhatikan persamaan level kemampuan
berdasarkan evaluasi. Pendekatan belajar ini tidak mengacu pada tingkat kelas, melainkan
mengacu pada tingkat kemampuan siswa. Jika dihubungkan dengan mata kuliah lain, maka
pendekatan ini hampir sama dengan kurikulum merdeka. Dalam Kurikulum Merdeka, Guru
diberikan kebebasan untuk merancang capaian belajar dan tujuan pembelajarannya. Guru
mengajar menyesuaikan dengan kemampuan peserta didiknya, sehingga Tarl cocok untuk
digunakan dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa karena guru secara konsisten
mengukur kemampuan siswa, Jika dalam prosesnya siswa tidak mencapai hasil yang
diharapkan, maka guru mempersiapkan program remedial, dan program pengayaan untuk siswa
yang mampu mencapai tujuan pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai