Anda di halaman 1dari 3

NAMA : ALFIYA NAZILAH

NIM : 2264803004

RUMPUN : FIP-A

KONEKSI ANTAR MATERI

TOPIK 4

Pembelajaran Berdiferensiasi (developmentally appropriate practice) pembelajaran yang


mengakomodir kebutuhan belajar murid. Guru memfasilitasi murid sesuai dengan
kebutuhannya, karena setiap murid mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, sehingga
tidak bisa diberi perlakuan yang sama. Dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi guru
perlu memikirkan tindakan yang masuk akal yang nantinya akan diambil, karena pembelajaran
berdiferensiasi tidak berarti pembelajaran dengan memberikan perlakuan atau tindakan yang
berbeda untuk setiap murid, maupun pembelajaran yang membedakan antara murid yang pintar
dengan yang kurang pintar.

Ciri-ciri atau kerekteristik pembelajaran berdiferensiasi antara lain; lingkungan belajar


mengundang murid untuk belajar, kurikulum memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan
secara jelas, terdapat penilaian berkelanjutan, guru menanggapi atau merespon kebutuhan
belajar murid, dan manajemen kelas efektif.

Contoh kelas yang menerapkan pembelajaran berdiferensiasi adalah ketika proses


pembelajaran guru menggunakan beragam cara agar murid dapat mengeksploitasi isi
kurikulum, guru juga memberikan beragam kegiatan yang masuk akal sehingga murid dapat
mengerti dan memiliki informasi atau ide, serta guru memberikan beragam pilihan di mana
murid dapat mendemonstrasikan apa yang mereka pelajari. Contoh kelas yang belum
menerapkan pembelajaran berdiferensiasi adalah guru lebih memaksakan kehendaknya sendiri.
Guru tidak memahami minat, dan keinginan murid. Kebutuhan belajar murid tidak semuanya
terenuhi karena ketika proses pembelajaran menggunakan satu cara yang menurut guru sudah
baik, guru tidak memberikan beragam kegiatan dan beragam pilihan.

Pembelajaran berdiferensiasi membentuk budaya positip di sekolah. Budaya positip dalam


konteks ini dapat didefinisikan sebagai nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan kebiasaan-
kebiasaan di sekolah yang berpihak kepada murid agar murid dapat berkembang menjadi
pribadi yang kritis, penuh hormat dan bertanggung jawab. Budaya positip tidak dapat berdiri
sendiri dalam membentuk budaya ajar (learning culture) akan tetapi terintegrasi dalam
pembelajaran berdiferensiasi.

Praktik pengajaran yang responsif kultur juga dimaksudkan bagi pendidik untuk dapat
menghargai perbedaan-perbedaan dalam konteks kebudayaan peserta didik. Budaya yang
dimaksud disini merupakan kebudayaan sebagai warisan dari leluhur yang terus dilestarikan
seperti kearifan lokal dan budaya yang menjadi kebiasaan dalam kehidupan keseharian peserta
didik seperti tingkah laku sehari-hari. Sehingga, selazimnya guru mampu memahami latar
belakang kondisi sosial peserta didik dan kebudayaan mereka.

Disisi lain, pengajaran yang responsif kultur akan menjadikan kegiatan pengajaran menjadi
lebih bermakna bagi peserta didik karena mereka akan merasa bahwa sekolah dan lingkungan
tempat tinggal mereka terkoneksi satu sama lain bukan dua hal yang saling terpisah.

Dalam pengajaran yang responsif kultur, pendidik mendorong terciptanya interaksi yang
positif antara peserta didik dan orang tua serta lingkungan tempat tinggal mereka. Proses
pengajaran dan pembelajaran yang dilakukan oleh guru seyogyanya mengkondisikan kelas
sesuai dengan kultur yang dibawa secara khas oleh peserta didik. Inilah kemudian yang
menjadi dasar mengapa Pembelajaran Berdiferensiasi penting untuk dilakukan. Pembelajaran
berdiferensiasi merupakan yang menjadi wujud kepedulian pendidik terhadap peserta didik
dalam memperhatikan kekuatan dan kebutuhan peserta didik.

Sebelum melakukan pembelajaran berdiferensiasi perlu bagi pendidik untuk memahami


tingkat capaian peserta didik Sebab hal ini akan berkaitan dengan komponen pembelajaran
berdiferensiasi yang akan dijalanlan Apabila terdapat perbedaan tingkat ketercapaian siswa
maka sudah selayaknya peserta didik mendapatkan perbedaan konten sesuai tingkat
capaiannya.

Setiap peserta didik memiliki tingkat capaian yang berbeda-beda, meskipun berada dalam
tingkatan kelas yang sama. Itulah mengapa memahami karakter peserta didik penting untuk
dilakukan agar pendidik tidak hanya memenuhi kewajiban mereka untuk memberikan
pendidikan dan pengajaran, melainkan menjawab kebutuhan setiap peserta didik.

Bagi yang memiliki tingkat capaian lebih rendah, maka selayaknya pendidik memberikan
program remedial, dan bagi peserta didik yang memiliki tingkat capaian yang lebih tingga
maka selayaknya pendidik memberikan program pengayaan. Apabila pendidik menemukan
tingkat capaian yang berbeda-beda di dalam kelas, maka seharusnya pendidik membuat
pembelajaran berdiferensiasi konten menyesuaikan tingkat capaian masing-masing peserta
didik.

Anda mungkin juga menyukai