Anda di halaman 1dari 9

TRI HITA KARANA

“Membangun Negeri Moderasi Beragama”

Dosen Pengampu Mata Kuliah:


Prof. Dr. Desak Parmiti, M.S

Oleh Kelompok:
1). Sri Utami Pajarsari 4
2). I Ketut Dena Yasa 10
3). Ni Luh Putu Sri Radha Nareswari 15
4). Ida Ayu Ketut Yuni Brahmi Witari 21

Kelas: A Rumpun Ilmu Pendidikan

PENDIDIKAN PROFESI GURU GELOMBANG 1


ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2022
A. Cara Untuk Menanggulangi Sikap Intoleransi, Radikalisme, dan
Terorisme Atas Nama Agama.
1. Memperkenalkan Ilmu Pengetahuan Dengan Baik Dan Benar
Hal pertama yang dapat dilakukan untuk mencegah paham radikalisme dan
tindak terorisme ialah memperkenalkan ilmu pengetahuan dengan baik dan benar.
Pengenalan tentang ilmu pengetahuan ini harusnya sangat ditekankan kepada
siapapun, terutama kepada para generasi muda. Hal ini disebabkan pemikiran para
generasi muda yang masih mengembara karena rasa keingintahuannya, apalagi
terkait suatu hal yang baru seperti sebuah pemahaman terhadap suatu masalah dan
dampak pengaruhglobalisasi.
Dalam hal ini, memperkenalkan ilmu pengetahuan bukan hanya sebatas ilmu
umum saja, tetapi juga ilmu agama yang merupakan pondasi penting terkait
perilaku, sikap, dan juga keyakinannya kepada Tuhan. Kedua ilmu ini harus
diperkenalkan secara baik dan benar, dalam artian haruslah seimbang antara ilmu
umum dan ilmu agama. Sedemikian sehingga dapat tercipta kerangka pemikiran
yang seimbang dalam diri.
2. Memahamkan Ilmu Pengetahuan Dengan Baik Dan Benar
Hal kedua yang dapat dilakukan untuk mencegah pemahaman radikalisme dan
tindak terorisme ialah memahamkan ilmu pengetahuan dengan baik dan benar.
Setelah memperkenalkan ilmu pengetahuan dilakukan dengan baik dan benar,
langkah berikutnya ialah tentang bagaimana cara untuk memahamkan ilmu
pengetahuan tersebut. Karena tentunya tidak hanya sebatas mengenal, pemahaman
terhadap yang dikenal juga diperlukan. Sedemikian sehingga apabila pemahaman
akan ilmu pengetahuan, baik ilmu umum dan ilmu agama sudah tercapai, maka
kekokohan pemikiran yang dimiliki akan semakin kuat. Dengan demikian, maka
tidak akan mudah goyah dan terpengaruh terhadap pemahaman radikalisme
sekaligus tindakan terorisme dan tidak menjadi penyebab lunturnya bhinneka
tunggal ikasebagai semboyan Indonesia.
3. Meminimalisir Kesenjangan Sosial
Kesenjangan sosial yang terjadi juga dapat memicu munculnya pemahaman
radikalisme dan tindakan terorisme. Sedemikian sehingga agar kedua hal tersebut
tidak terjadi, maka kesenjangan sosial haruslah diminimalisir. Apabila tingkat

2
pemahaman radikalisme dan tindakan terorisme tidak ingin terjadi pada suatu
Negara termasuk Indonesia, maka kesenjangan antara pemerintah dan rakyat
haruslah diminimalisir. Caranya ialah pemerintah harus mampu merangkul pihak
media yang menjadi perantaranya dengan rakyat sekaligus melakukan aksi nyata
secara langsung kepada rakyat. Begitu pula dengan rakyat, mereka harusnya juga
selalu memberikan dukungan dan kepercayaan kepada pihak pemerintah bahwa
pemerintah akan mampu menjalankan tugasnya dengan baik sebagai pengayom
rakyat dan pemegang kendali pemerintahan Negara.
4. Menjaga Persatuan Dan Kesatuan
Menjaga persatuan dan kesatuan juga bisa dilakukan sebagai upaya untuk
mencegah pemahaman radikalisme dan tindakan terorisme di kalangan masyarakat,
terbelih di tingkat Negara. Sebagaimana kita sadari bahwa dalam sebuah
masyarakat pasti terdapat keberagaman atau kemajemukan, terlebih dalam sebuah
Negara yang merupakan gabungan dari berbagai masyarakat. Oleh karena itu,
menjaga persatuan dan kesatuan dengan adanya kemajemukan tersebut sangat perlu
dilakukan untuk mencegah masalah radikalisme dan terorisme. Salah satu yang bisa
dilakukan dalam kasus Indonesia ialah memahami dan penjalankan nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila, sebagaimana semboyan yang tertera di sana ialah
Bhinneka Tunggal Ika.
5. Mendukung Aksi Perdamaian
Aksi perdamaian mungkin secara khusus dilakukan untuk mencegah tindakan
terorisme agar tidak terjadi. Kalau pun sudah terjadi, maka aksi ini dilakukan
sebagai usaha agar tindakan tersebut tidak semakin meluas dan dapat dihentikan.
Namun apabila kita tinjau lebih dalam bahwa munculnya tindakan terorisme dapat
berawal dari muncul pemahaman radikalisme yang sifatnya baru, berbeda, dan
cenderung menyimpang sehingga menimbulkan pertentangan dan konflik. Oleh
karena itu, salah satu cara untuk mencegah agar hal tersebut (pemahaman
radikalisme dan tindakan terorisme) tidak terjadi ialah dengan cara memberikan
dukungan terhadap aksi perdamaian yang dilakukan, baik oleh Negara
(pemerintah), organisasi/ormas maupun perseorangan.

3
6. Berperan Aktif Dalam Melaporkan Radikalisme Dan Terorisme
Peranan yang dilakukan di sini ialah ditekankan pada aksi melaporkan kepada
pihak-pihak yang memiliki kewenangan apabila muncul pemahaman radikalisme
dan tindakan terorisme, entah itu kecil maupun besar. Contohnya apabila muncul
pemahaman baru tentang keagamaan di masyarakat yang menimbulkan keresahan,
maka hal pertama yang bisa dilakukan agar pemahaman radikalisme tindak
berkembang hingga menyebabkan tindakan terorisme yang berbau kekerasan dan
konflik ialah melaporkan atau berkonsultasi kepada tokoh agama dan tokok
masyarakat yang ada di lingkungan tersebut. Dengan demikian, pihak tokoh-tokoh
dalam mengambil tindakan pencegahan awal, seperti melakukan diskusi tentang
pemahaman baru yang muncul di masyarakat tersebut dengan pihak yang
bersangkutan.
7. Meningkatkan Pemahaman Akan Hidup Kebersamaan
Meningkatkan pemahaman tentang hidup kebersamaan juga harus dilakukan
untuk mencegah munculnya pemahaman radikalisme dan tindakan terorisme.
Meningkatkan pemahaman ini ialah terus mempelajari dan memahami tentang
artinya hidup bersama-sama dalam bermasyarakat bahkan bernegara yang penuh
akan keberagaman, termasuk Indonesia sendiri. Sehingga sikap toleransi dan
solidaritas perlu diberlakukan, di samping menaati semua ketentuan dan peraturan
yang sudah berlaku di masyarakat dan Negara. Dengan demikian, pasti tidak akan
ada pihak-pihak yang merasa dirugikan karena kita sudah paham menjalan hidup
secara bersama-sama berdasarkan ketentuan-ketentuan yang sudah ditetapkan di
tengah-tengah masyarakat dan Negara.
8. Menyaring Informasi Yang Didapatkan
Menyaring informasi yang didapatkan juga merupakan salah satu cara yang
dapat dilakukan untuk mencegah pemahaman radikalisme dan tindakan terorisme.
Hal ini dikarenakan informasi yang didapatkan tidak selamanya benar dan harus
diikuti, terlebih dengan adanya kemajuan teknologi seperti sekarang ini, di mana
informasi bisa datang dari mana saja. Sehingga penyaringan terhadap informasi
tersebut harus dilakukan agar tidak menimbulkan kesalahpahaman, di mana
informasi yang benar menjadi tidak benar dan informasi yang tidak benar menjadi
benar. Oleh karena itu, kita harus bisa menyaring informasi yang didapat sehingga

4
tidak sembarangan membenarkan, menyalahkan, dan terpengaruh untuk langsung
mengikuti informasi tersebut.
9. Ikut Aktif Mensosialisasikan Radikalisme Dan Terorisme
Mensosialisasikan di sini bukan berarti kita mengajak untuk menyebarkan
pemahaman radikalisme dan melakukan tindakan terorisme, namun kita
mensosialisasikan tentang apa itu sebenarnya radikalisme dan terorisme. Sehingga
nantinya akan banyak orang yang mengerti tentang arti sebenarnya dari radikalisme
dan terorisme tersebut, di mana kedua hal tersebut sangatlah berbahaya bagi
kehidupan, terutama kehidupan yang dijalani secara bersama-sama dalam dasar
kemajemukan atau keberagaman. Jangan lupa pula untuk mensosialisasikan tentang
bahaya, dampak, serta cara-cara untuk bisa menghindari pengaruh pemahaman
radikalisme dan tindakan terorisme.
10. Menerapkan Perilaku Sesuai Pancasila
Sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi sila yang istimewa karena
menaungi sila-sila setelahnya. Sila ini mengajak masyarakat untuk
mengembangkan etika sosial. Makna dari Sila pertama ini adalah dalam kehidupan
bermasyarakat, setiap orang berhak memilih dan menentukan agama serta
kepercayaannya sendiri. Serta tidak memaksakan kepercayaan dan juga agama satu
sama lain. Dalam arti lain, saling menghargai antar kepercayaan dan agama demi
kehidupan yang damai sejahtera. Selain itu, Sila pertama juga menjadi sebuah
landasan agar masyarakat berperilaku baik sebagaimana yang diperintahkan oleh
kepercayaan dan agama mereka. Kandungan yang ada pada Sila pertama Pancasila
ini antara lain:
a. Bertoleransi antar umat beragama dengan menghormati perbedaan antar
masyarakat dan menghindari perpecahan.
b. Kepecayaan dan Agama merupakan sebuah hubungan antara manusia dengan
Tuhannya, manusia lain tidak berhak untuk ikut campur.
c. Tidak memaksakan orang lain untuk mempercayai dan beragama seperti yang
kita anut.
d. Tidak membeda-bedakan antar umat bergama agar dapat hidup rukun.
e. Menjalankan perintah agama sesuai dengan kepercyaan yang dianut.

5
B. Resume Video
1. Video Ke-1
Judul Video : Bom Bali 2002, Gerbang Awal Perang Melawan Terorisme
Link Video : https://www.youtube.com/watch?v=SlMDc6T-I9k
Berdasarkan video tersebut dapat diketahui bahwa pengeboman Bali 2002
tersebut diakui oleh tersangka tidak ada yang menyokong dari pihak luar selain dari
para tersangka. Pengeboman tersebut merupakan murni hasil keinginan dari
kelompok tersangka tersebut. Pengeboman Bali 2002 atau disebut pula Bom Bali 1
terdiri dari tiga rangkaian yang terjadi pada tanggal 12 oktober 2002 malam hari.
Dua ledakan pertama terjadi di Paddy's Pub dan Sari Club (SC) di Jalan
Legian, Kuta, Bali, sedangkan ledakan terakhir terjadi di dekat kantor Konsulat
Jenderal Amerika Serikat. Tercatat 203 korban jiwa dan 209 orang luka-luka atau
cedera, kebanyakan korban merupakan wisatawan asing yang sedang berkunjung
ke lokasi yang merupakan tempat wisata tersebut. Peristiwa ini dianggap sebagai
peristiwa terorisme terparah dalam sejarah Indonesia.
Serangan ini diduga polisi terkait dengan organisasi alkaeda. Terdapat
puluhan tersangka dalam kasus ini, dengan 7 orang yang mencolok. Orang-orang
tersebut seperti Amrozi, Imam Samudra, Ali Imron, Ali Gufron, Dr. Azahari dan
Dulmatin. Amrozi, Imam Samudra dan Ali Gufron divonis hukuman mati oleh
Pengadilan Negeri Denpasar sebagai otak pengeboman. Pada tanggal 9 November
2008 ketiganya dieksekusi mati di LP batu nusakambangan. Ali Imron divonis
seumur hidup pada 18 September 2003. Dr. Azahari dan Dulmatin tewas dalam
penggerbekan.
Berdasarkan video tersebut dapat disimpulkan bahwa kasus terorisme
merupakan ancaman yang sangat besar bagi Indonesia bahkan dunia. Adanya
paham-paham radikal yang berkembang di masyarakat membuat orang dapat
melakukan Tindakan terorisme. Ancaman serangan terorisme tidak akan pernah
hilang selama paham-paham dan organisasi-organisasi radikal masih ada. Maka
dari itu, penting bagi semua elemen masyarakat untuk peduli untuk menjaga
persatuan dan kesatuan bangsa. Sikap toleransi masyarakat juga harus terus
ditingkatkan, agar kerukunan beragama dapat tercapai. Selain itu, perlu adanya

6
Tindakan untuk memblokir berkembangnya paham radikal dan mengawasi
masyarakat agar tidak ada yang bergabung dengan organisasi-organisasi radikal.

2. Video Ke-2
Judul Video : Hanya Butuh Waktu 2 Jam Untuk Jadi Teroris – ROSI (4)
Link Video : https://www.youtube.com/watch?v=r-lfs32AkpE
Sebaiknya ada pendidikan pengenalan tentang bahaya radikalisme dan
terorisme bagi masyarakat khususnya untuk pelajar, mahasiswa dan generasi muda.
Supaya mereka menyadari tentang bahaya radikalisme dan terorisme waspada dan
mendukung NKRI, Pancasila dan menjaga persatuan dan kesatuan bangsa negara
Indonesia yang kita cintai.
Bentuk radikalisme dalam pendidikan tidak semuanya berupa aksi kekerasan,
tetapi juga dapat diwujukan dalam bentuk ucapan dan sikap yang berpotensi
melahirkan kekerasan yang tidak sesuai dengan norma-norma pendidikan. Etika
dan sopan santun yang seharusnya dijunjung tinggi semua pihak baik oleh guru
maupun siswa. Bibit radikalisme agama yang muncul dari kebiasaan-kebiasaan
yang kurang baik dalam lembaga pendidikan.
Lingkup internal merupakan lingkup yang berada dalam lembaga pendidikan
sendiri dan merupakan salah satu pencegahan pertama dalam menangkal
radikalisme. Untuk menangkal radikalisme di tingkat pelajar terutama sekolah.
Dapat melalui beberapa komponen yakni, kepala sekolah, tenaga mengajar (guru),
Memberikan pengalaman belajar Agama berbasis anti radikalisme yang dapat
diberikan kepada peserta didik.
Namun selain itu, radikalisme juga dapat ditangkal dengan melalui
lingkungan. Keikutsertaan masyarakat dalam menangkal masuknya paham
radikalisme agama juga sangat penting. Komunikasi antarmasyarakat merupakan
komunikasi yang baik dan bekerjasama dalam berbagai kegiatan sosial
kemasyarakatan, seperti bakti sosial, kerja bakti, pembagunan tempat ibadah yang
melibatkan para generasi muda akan menjadikan mereka semakin merasa
diperhatikan oleh masyarakat. Sehingga ketika mendapatkan perhatian dan
kepedulian akan dapat berkontribusi positif dan mencontoh generasi tua yang
memiliki pengalaman dalam mengarungi bahtera kehidupan. Hal ini juga sebagai

7
bentuk pelajaran dan softskill yang dapat menjadi wawasan pengetahuan para
generasi muda. Kerjasama antar sekolah dengan masyarakat dan orang tua adalah
pola koordinasi secara rutin dan sistematis jika terdapat persoalan yang muncul.
Kerjasama dilakukan sesuai dengan jenis problem dan kepentingan yang ada.
Kerjasama tidak hanya dilakukan dalam konteks memberikan solusi atas persoalan
yang muncul tetapi juga harus dilakukan dengan tujuan antisipasi atau pencegahan
munculnya persoalan dalam ranah radikalisme.

3. Video Ke-3
Judul Video : Moderasi Beragama Dalam Kehidupan Berbangsa oleh Prof.
Mahfud MD.
Link Video : https://www.youtube.com/watch?v=vVVKUrmr4WU
Dalam video tersebut bapak Prof. Mahhfud MD menyatakan bahwa baliau
tidak membawa nama agama beliau paling benar. Seluruh agama membawa
dalilnya masing-masing. Dalam kegiatan pemilihan masih ada politik identitas
dimana seseorang akan cenderung memilih pemimpin yang agamanya sama, hal
tersebut boleh dilakukan dan tidak menjadi suatu masalah namun jangan sampai
membawa perpecahan ideologis sehingga diharapakan kedepannya gerakan
moderasi beragama dapat dilakukan dimana agama menjadi alat pemersatu atau
gerakan jalan tengah. Jadilah umat beragama yang inklusif, menerima perbedaan
itu sebagai keniscayaan, dan tidak menganggap yang berbeda adalah musuh.
Kedepannya menurut beliau, moderasi beragama itu sangat penting, karena
berangkat dari keyakinan bahwa perbedaan itu adalah keniscayaan, tidak mungkin
kita sama, tuhan menciptakan dan menghendaki kita berbeda maka kita harus perlu
Kerjasama. Kemudian beliau juga menyampaikan bahwa di Indonesia masih ada
Islamfobia yang dimaknai bahwa umat islam takut dikatakan umat islam, menurut
beliau itu tidak benar karena sekarang tidak ada program yang menjurus ke anti
islam, tidak ada kata diskreditkan, persembahyangan umat islam dilakukan seperti
biasa.
Dari resume video tersebut dapat dimaknai bahwa moderasi beragama
sangat penting dilakukan, apalagi dengan kondisi Indonesia yang memiliki
masyarakat dengan memeluk agama yang berbeda. Esensi perbedaan perlu kita

8
maknai bersama melalui moderasi beragama. Dengan perbedaan agama diantara
masyarakat dapat digunakan jembatan pemersatu bangsa. Moderasi beragama
merupakan usaha kreatif untuk mengembangkan suatu sikap keberagamaan di
tengah berbagai desakan ketegangan (constrains), seperti antara klaim kebenaran
absolut dan subjektivitas, antara interpretasi literal dan penolakan yang arogan atas
ajaran agama, juga antara radikalisme dan sekularisme. Komitmen utama moderasi
beragama terhadap toleransi menjadikannya sebagai cara terbaik untuk menghadapi
radikalisme agama yang mengancam kehidupan beragama itu sendiri dan, pada
gilirannya, mengimbasi kehidupan persatuan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Bagi bangsa Indonesia, keragaman diyakini sebagai kehendak Tuhan.
Keragaman tidak diminta, melainkan pemberian Tuhan Yang Mencipta, bukan
untuk ditawar melainkan untuk diterima (taken for granted). Indonesia adalah
negara dengan keragaman etnis, suku, budaya, bahasa, dan agama yang nyaris tiada
tandingannya di dunia. Selain enam agama yang paling banyak dipeluk oleh
masyarakat, ada ratusan bahkan ribuan suku, bahasa dan aksara daerah, serta
kepercayaan lokal di Indonesia. Dengan kenyataan beragamnya masyarakat
Indonesia itu, dapat dibayangkan betapa beragamnya pendapat, pandangan,
keyakinan, dan kepentingan masing-masing warga bangsa, termasuk dalam
beragama. Beruntung kita memiliki satu bahasa persatuan, bahasa Indonesia,
sehingga berbagai keragaman keyakinan tersebut masih dapat dikomunikasikan,
dan karenanya antarwarga bisa saling memahami satu sama lain.
Dengan adanya Pancasila sebagai ideologi negara diaharapkan dapat
digunakan sebagai jembatan pemersatu diantara rakyat Indonesia yang beragam
suku, budaya, agama dan bahasa. Mengamalkan Pancasila dalam kehidupan sehari-
hari dapat mewujudkan hubungan yang harmonis yang direalisasikan melalui
penerapan sila-silanya. Pancasila juga diharapkan menjadi sebuah jati diri atau
identitas rakyat Indonesia, dengan beragam karakteristik jati diri rakyat Indonesia
tetap satu, yaitu manusia Pancasila

Anda mungkin juga menyukai