Anda di halaman 1dari 2

RADIKALISME AGAMA DALAM PERSPEKTIF ANAK INDONESIA

Radikalisme berasal dari bahasa latin radix yang artinya akar. Secara etimologis sendiri
radikalisme ini asal katanya adalah radikal yang memiliki arti natural. Menurut sejarah pada
akhir abad ke- 18 istilah radikalisme ini digunakan untuk mendukung gerakan radikal dan yang
pertama terjadi yaitu di Britania Raya dimana gerakan radikal digunakan untuk reformasi
pemilu. Kata radikal atau radikalisme ini sering kali kita dengar namun tidak semua orang faham
mengenai perbedaan kedua kata tersebut. Untuk itu perlu di uraikan makna sebenarnya dari
kedua kata tersebut agar tidak salah faham dalam pengunaannya.
Radikal atau radikalisme adalah sebuah istilah yang digunakan untuk proses berfikir
manusia dalam menghadapai sebuah masalah. Radikal adalah proses berfikir yang mendalam
(mendasar) sampai pada objek yang dikaji sehingga menemukan kebenaran yang hakiki.
Sedangkan radikalisme adalah sebuah paham atau aliran ekstrem yang acap kali menggunakan
kekerasan dan pemaksaaan agar apa yang diyakininya dapat diterima orang lain dengan cara
apapun bahkan menghalalkan segala cara. Kelompok pengantut radikalisme ini bukan hanya
berhadapan dengan pemerintah (politik) akan tetapi juga terkadang berhadapan dengan antar
agama, suku, budaya bahkan agama.
Kenyataan yang terjadi paham ini seringkali menggunakan isue agama sebagai alat
justifikasi untuk membakar sisi keberagaman agama terutama di Indonesia yang rentan karena
mengakui beberapa agama sekaligus aliran kepercayaan. Paham ini memprovokasi masayarakat
bahkan dengan menggunakan dogma agama agar mengikuti pahamnya sehingga mau
melakukan apa yang diperintahkan dengan iming-iming surga sebagai imbalan. Beberapa
kelompok berpaham radikalisme yang akhir-akhir ini bertindak anarkis justru berasal dari
kelompok yang mengatasnamakan dirinya sebagai organisasi keagamaan, organisasi yang
seharusnya dapat memberikan edukasi yang benar tentang ajaran agama malah memperkeruh
hubungan masyarakat dengan pemerintah akibat dari ujaran-ujaran kebenciaan yang
dilontarkan oleh pemimpin dari organisasi agama ini.
Agama mayoritas maupun agama minoritas di Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) ini sejak lama sudah hidup berdampingan dengan harmonis. Agama-agama yang
disahkan menurut Undang-undang Dasar 1945 wajib dilindungi negara mulai dari lembaga
hingga beribadat sebagai pemeluk agama tersebut. Pasal 29 ayat dua menyatakan negara
menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan
untuk beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu. Pemerintah sudah menjamin
kebebasan beragama dan beribadat karena pemerintah Indonesia sejak awal sudah memahami
kondisi masyarakat Indonesia yang memiliki keanekaragaman di bidang ekonomi, sosial, budaya
akibat dari pengaruh letak geografis dan letak astronomis sehingga melahirkan ragam agama.
Revolusi Industri 4.0 yang kini sudah menjadi 5.0 dengan percepatannya, melahirkan
kecanggihan di bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di berbagai bidang diantaranya bidang
teknologi komunikasi dan informasi. Media cetak yang sudah mulai ditinggalkan masyarakat
karena beralih ke media sosial berbasis digital memiliki pengaruh positif sekaligus pengaruh
negatif. Hal ini pula lah yang membuat tatanan masyarakat dewasa ini mengalami perubahan
akibat dari mudahnya mendapatkan informasi. Hanya saja masyarakat Indonesia belum
mendapatkan edukasi yang benar mengenai hal ini sehingga terjadilah culture shock akibat dari
ketidaksiapan masyarakat Indonesia itu sendiri dalam memahami informasi yang benar
ataupun salah sehingga pengaruh positif juga berbanding lurus dengan pengaruh negatif.
Nasib bangsa ini berada di tangan generasi muda mulai dari anak-anak, remaja hingga
usia dewasa yang produktif. Merekalah yang menjadi target utama penguna alat yang
dihasilkan revolusi industri 4.0 dan 5.0 akankah menghasilkan generasi emas bangsa atau malah
menjadi generasi sampah bangsa. Semua itu tergantung dari bagaimana cara pemerintah dan
tokoh agama menyikapi hal ini. Pemerintah dapat menggunakan keberhasilan pendidikan
sebagai alat dan tokoh agama dapat menggunakan para pemuka agama. Konsep pendidikan
sekarang ini sudah banyak berubah bahkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Risat dan
Teknologi dengan Platform Merdeka Belajar nya sudah merubah mind set pendidikan hari ini.
Pembelajaran berbasis teacher center sekarang dirubah menjadi student center dengan tujuan
agar anak-anak Indonesia dapat belajar secara mandiri karena menemukan konsep
pembelajarannya sendiri yang sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Profil Pelajar Pancasila
sebagai alat dan tujuan pendidikan sekarang ini juga menjadi fokus utama dalam konsep
pemikiran Nadiem Makarim. Literasi membaca, Literasi Digital dan Numerasi menjadi sebuah
based line sebagai bahan asesmen untuk perbaikan. Jika masyarakat Indonesia dalam hal ini
adalah anak-anak, remaja dan usia dewasa produktif sudah ter edukasi dengan baik melalui
asesmen tadi, besar harapan di kemudian hari mereka tidak mudah terprovokasi atau
terpancing dengan berita-berita atau informasi-informasi menyesatkan yang dapat memecah
belah persatuan dan kesatuan bangsa ini.
Tokoh agama yang menjadi sentral dari agama itu sendiri sudah saatnya melakukan
pendekatan dengan menjalin komunikasi yang erat diantara para pemuka agama. Bukan untuk
saling berdebat tentang keimanan atau kepercayaan masing-masing tetapi duduk bersama
membicarakan bagaimana agar umat mereka masing-masing dapat hidup berdampingan secara
harmoni di tengah keberagaman. Dibutuhan pemahaman tentang keyakinan atas keimanan
masing-masing dan membicarakannya dalam bingkai NKRI. Pimpinan organisasi agama sudah
seharusnya fokus kepada perbaikan umat dan tidak mencampurkan kepentingan pribadi untuk
sebuah kekuasaan, apalagi menggunakan agama sebagai topeng ataupu alat politik.
Selain kedua hal tersebut masih banyak faktor-faktor pendukung serta alat-alat
pendukung untuk menangkal radikalisme di masyarakat khususnya di Indonesia. Namun
pendidikan dan agama adalah dua hal yang mampu memperkuat khazanah kebangsaan untuk
menangkal radikalisme, karena dengan pendidikan generasi bangsa akan terhormatkan dengan
agama generasi bangsa akan terselamatkan.

Anda mungkin juga menyukai