Indonesia
Nama : Wafiq Fayza
NIM : 1102194085
Kelas : EL-43-GAB2
Telkom University
Konstitusi Negara
Konstitusi merupakan sarana dasar untuk mengawasi proses-proses kekuasaan. Tujuan
dibuatnya konstitusi adalah untuk mengatur jalannya kekuasaan dengan jalan
membatasinya melalui aturan untuk menghindari terjadinya kesewenangan yang dilakukan
penguasa terhadap rakyatnya serta memberikan arahan kepada penguasa untuk mewujudkan
tujuan Negara. Jadi, pada hakikatnya konstitusi Indonesia bertujuan sebagai alat
untuk mencapai tujuan negara dengan berdasarkan kepada nilai-nilai Pancasila sebagai
dasar negara (dalam A. Himmawan , 2007:13). Tetapi sayangnya konstitusi ini belum
berjalan dengan maksimal. Konstitusi negara merupakan hal yang sangat penting dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Maka dari itu sudah sepatutnya kita dapat
mengawali agar konstitusi ini terlaksana dengan maksimal.
Radikalisme
dan Hoaks
Contoh
Peristiwa
Pengertian
Istilah radikalisme berasal dari bahasa Latin, yaitu radix yang
artinya akar, sumber atau asal mula. Istilah radikal memiliki
arti ekstrem, menyeluruh fanatik, revolusioner, fundamental.
Sedangkan radikalisme adalah doktrin atau praktek yang mengenut
paham radikal (Widiana, 2012).
Radikalisme :
Hoaks : Sejauh ini belum ada pasal-pasal pada UUD NKRI 1945
yang mengatur tentang hoaks. UU ITE menjadi salah satu sumber
hukum dalam menangani permasalahan ini.
Akar permasalahan dari maraknya ideologi radikal tumbuh subur karena Pancasila tidak dirawat
sebagai ideologi dan dasar negara dengan diantaranya membiarkan menjadikannya sebagai Pilar.
Pancasila sebagai dasar negara memberi arti yang luas termasuk asas demokrasi, dasar dari UUD
1945, cita bangsa, cita hukum, ideologi bangsa, hak dan kewajiban serta landasan aturan dan
norma berkewarganegaraan lain-lainnya, termasuk landasan idiil, falsafah bangsa, pedoman hidup
dalam berbangsa dan bernegara. Beberapa cara menangani yaitu:
1. Mengatasi radikalisme dan terorisme di lingkungan kampus : Pemilihan dan pembenahan
kurikulum di kampus, Antara lain; kewarganegaraanm pancasila, serta bela negara, adanya
strategi budaya dengan memiliki modal besar berupa kearifan lokal, Indonesia mampu
menjunjung tinggi toleransi dan kerukunan.
2. Menyaring informasi yang didapatkan : Hal ini dikarenakan informasi yang didapatkan tidak
selamanya benar dan harus diikuti, terlebih dengan adanya kemajuan teknologi seperti
sekarang ini, di mana informasi bisa datang dari mana saja.
3. Mendukung gerakan BNPT lewat strategi kontra radikalisasi dan deradikalisasi : Kontra
radikalisasi yakni upaya penanaman nilai-nilai ke-Indonesiaan serta nilai non-kekerasan
melalui pendidikan formal ataupun informal.Deradikalisasi ditujukan untuk simpatisan,
inti, militan, dan pendukung gerakan teror baik di dalam atau di luar lapas. Hal ini
dilakukan agar mereka meninggalkan cara-cara kekerasan dan teror yang merugikan orang
lain, serta menghilangkan paham radikal supaya sejalan dengan paham ideologi pancasila.
Untuk berita palsi atau hoaks, saya tidak menemukan adanya pasal pada UUD
NKRI 1945 perihal ini. Tetapi penyebaran hoaks sudah diatur pada UU ITE.
Berbagai cara telah dilakukan, baik oleh pemerintah maupun masyarakat yang
peduli dengan maraknya hoaks di kehidupan masyarakat. Pemerintah misalnya
telah membuat pagar hukum dengan menyetujui lahirnya Undang-undang
Informasi dan Transaksi Elektonik, memblokir situs-situs yang menyebarkan
hoaks, menangkap sindikat penyebar hoaks hingga membentuk lembaga
siberkreasi yang berfokus dalam menangani hoaks. Tidak hanya itu,
masyarakat juga turut serta dalam menekan peredaran hoaks dengan memberikan
klarifikasi terhadap hoaks. Diantaranya adalah Mafindo (Masyarakat Anti
Fitnah Indonesia) yang secara aktif dan peduli memberikan klarifikasi akan
hoaks hingga melakukan literasi media, baik dikalangan masyarakat hingga
jurnalis.
KESIMPULAN