Anda di halaman 1dari 7

TUGAS 2

HAK ASASI MANUSIA DI ERA GLOBALISASI

NAMA : DICKY JULIANTO


NIM : 051653629

FAKULTAS HUKUM, ILMU


SOSIAL, DAN ILMU POLITIK
(FHISIP)

PROGRAM STUDI
ILMU KOMUNIKASI
UPBJJ JAKARTA
2023/2024
PENDAHULUAN

Globalisasi adalah suatu proses social dan budaya yang dimulai dengan berinteraksinya suatu
bangsa dengan bangsa lain. Globalisasi dapat di definisikan sebagai suatu kondisi saling
tergantung dalam jaringan internasional meliputi transportasi, distribusi, komunikasi, dan ekonomi
yang melampaui garis batas teritorial negara.
Proses globalisasi yang bergulir pada tahun 80-an, bukan saja masalah kehidupan ekonomi,
tetapi telah melanda dalam globalisasi politik, hankam, iptek, pendidikan, sosial budaya, dan
hukum. Globalisasi di bidang politik tidak terlepas dari pergerakan tentang Hak Asasi Manusia
(HAM), transparansi, dan demokratisasi. Adanya globalisasi dalam pergerakan HAM, maka
Indonesia harus menggabungkan instrumen-instrumen HAM internasional yang diakui oleh negara-
negara PBB, ke dalam hukum positif nasional sesuai dengan kebudayaan bangsa Indonesia. Negara
Indonesia sebagai negara demokratis, negara hukum, dan negara yang menjunjung tinggi nilai-
nilai HAM yang kemudian tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia (UUD NRI 1945), Pasal 27 Ayat (1), Pasal 27 Ayat (2), Pasal 28, Pasal 29 Ayat (2), dan
Pasal 31.
Pada masa pemerintahan orde baru, demokrasi belum berjalan dengan baik, terlihat dari
tidak adanya keinginan yang kuat untuk mengubah UUD 1945, terkhusus pada penambahan dan
penguatan pengaturan HAM dalam UUD 1945 tersebut. Namun, masa pemerintahan Orde Baru
tersebut untuk menjawab globalisasi di bidang HAM dengan menyahuti Piagam PBB dan Deklarasi
Universal HAM PBB dengan menetapkan beberapa peraturan, di antaranya: (1). Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi mengenai Penghapusan Segala Bentuk
Diskriminasi Terhadap Wanita; (2). Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990 tentang Pengesahan
Hak-hak Anak; dan (3). Keputusan Presiden Nomor 50 Tahun 1993 tentang Komisi Nasional HAM.
Maka, bersamaan dengan pergantian pemerintahan orde baru ke orde reformasi adalah
lahirnya Ketetapan MPR RI No. XVII/MPR/1998 tentang HAM. Sejalan dengan tuntutan reformasi
dan globalisasi, maka di era tersebut baru dimungkinkan melakukan amandemen terhadap UUD
NRI 1945 mengenai HAM pada Bab tersendiri yakni Bab XA tentang Hak Asasi Manusia, memuat
sepuluh (10) pasal mulai dari Pasal 28 sampai Pasal 28J. Perumusan tentang HAM memang belum
mencakup pengertian yang esensial mengenai tanggung jawab (kewajiban) asasi manusia. Di
samping itu, perumusan HAM itu juga sebagian mengundang ragam pertanyaan, di antaranya,
pertama, yakni tidak adanya lembaga negara yang lahir dalam perumusan perubahan konstitusi,
padahal sudah diatur dengan bab tersendiri yaitu Bab XA Hak Asasi Manusia, yang lazimnya dalam
UUD 1945 setiap pengaturan dengan “bab” melahirkan kelembagaan yang mengaturnya. Kedua,
mengenai Pasal 28 I ayat (1) UUD 1945 berkenaan dengan pemberlakuan undang-undang yang
berlaku surut.
Begitu pentingnya pengaturan HAM yang disadari bahwa diperlukan diikuti dengan adanya
Lembaga yang menangani edukasi dan penegakan hukum permasalahan-permasalahan HAM di
Indonesia, sehingga muncullah Komnas HAM yang diatur dengan Keputusan Presiden Nomor 50
Tahun 1993 tentang Komisi Nasional HAM, yang dikuatkan dengan Undang-Undang Nomor 39
Tahun 1999 tentang HAM. Setelah itu lahir pula Komnas Anti Kekerasan Terhadap Perempuan
melalui Keputusan Presiden Nomor 181 Tahun 1998, serta Peraturan Presiden No. 65 Tahun 2005.
Selanjutnya lahir pula Komisi Perlindungan Anak, yang diatur dengan Keputusan Presiden Nomor
36 Tahun 1990, Jo. Nomor 77 Tahun 2003 tentang Komisi Perlindungan Anak Indonesia, yang
kemudian diperkuat dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Selanjutnya lahir pula
Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban, serta Ombudsman Republik Indonesia.
Beberapa kelembagaan ini menjadi perhatian penulis, karena kelembagaan/komisi ini yang
memiliki kewenangan yang sama di bidang perlindungan dan penegakan HAM, letak perbedaannya
hanya pada kekhususan kewenangan antara Komnas HAM yang memiliki fungsi secara umum dan
menangani hak asasi berat, sedangkan Komnas Perempuan pada kekerasan terhadap perempuan,
dan Komisi Perlindungan Anak Indonesia pada kekerasan terhadap anak. Serta adanya jaminan
perlindungan terhadap saksi dan korban pada LPSK, dan layanan baik dan berkualitas terhadap
publik dari pemerintah pada Ombudsman Republik Indonesia. Beberapa komisi ini memiliki
fungsi dan kewenangan yang muaranya adalah memberikan edukasi, perlindungan, dan penegakan
hak asasi manusia di Indonesia. Untuk itu Penulis akan menguraikan peraturan-peraturan HAM
yang telah ditetapkan, dan perlunya harmonisasi lembaga/institusi yang telah dibentuk dalam
kerangka penegakkan HAM di Indonesia yang kredibel, terpercaya dan mandiri.
PEMBAHASAN

Pancasila sebagai dasar negara Indonesia memiliki peranan penting dalam kehidupan masyarakat
dan pemerintahan Indonesia. Nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila menjadi pedoman
dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam mengatasi masalah yang berkaitan dengan hak
asasi manusia dan era globalisasi.
Pada era globalisasi yang semakin maju dan derasnya arus teknologi, terdapat kemerosotan
moral dan lunturnya karakter bangsa. Hal ini menjadi perhatian khusus dalam pembangunan
karakter bangsa, karena dapat mengarah pada kehancuran suatubangsa. Oleh karena itu, penelitian
dilakukan dengan tujuan memberikan informasi mengenai pentingnya generasi Z dalam menjaga
nilai-nilai luhur Pancasila di era globalisasi. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan
kualitatif dengan studi literatur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pancasila adalah dasar negara
Indonesia yang terdiri dari lima sila, yaitu kemaslahatan ketuhanan, kemaslahatan kemanusiaan,
kemaslahatan persatuan, kemaslahatan umat, dan kemaslahatan keadilan. Globalisasi juga telah
memperkuat kesadaran akan pentingnya hak asasi manusia sebagai nilai universal yang harus
dijunjung tinggi oleh semua negara.
Organisasi internasional dan regional, seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) danUni
Eropa, telah memainkan peran penting dalam mempromosikan perlindungan hak asasi manusia di
tingkat global. Munculnya berbagai instrumen hukum internasional, seperti Deklarasi Universal
Hak Asasi Manusia PBB, menjadi tonggak penting dalam memperkuat perlindungan hak asasi
manusia di era globalisasi.
Setiap negara selalu mengalami pergantian generasi, dimana setiap generasi baru akan selalu
menjadi agen perubahan dalam merevolusi suatu bangsa, termasuk Indonesia. Terlebih di era digital
ini dimana segala teknologi memudahkan generasi muda untuk berkembang menjadi individu yang
lebih baik dengan lebih cepat.
Perwujudan sikap kewarganegaraan generasi muda Indonesia patut menjadi perhatian
sebagai bentuk peningkatan jaminan kualitas generasi muda dalam mempersiapkan generasi yang
mampu mempertahankan pilar-pilar bangsa. Sikap untuk menjaga konsistensi generasi muda dalam
menganut semangat kewarganegaraan Indonesia menjadi tanggung jawab berbagai substansi
negara, mulai dari pemerintah, masyarakat, hingga generasi muda itu sendiri.
Tujuan pertahanan negara adalah untuk mempertahankan kelangsungan hidup bangsa,
melestarikan budaya, dan mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945. Di era
globalisasi ini, muncul isu-isu serius mengenai patriotisme dan nasionalisme di negara kita.
Teknologi, khususnya teknologi informasi, telah menjadi kebutuhan yang tidak dapat kita hindari,
di mana masyarakat dapat dengan mudah
mengakses informasi yang baik maupun yang buruk melalui internet di seluruh dunia. Hal
ini berdampak pada kehidupan masyarakat kita saat ini. Akses informasi yang tidak terkendali
mengakibatkan menurunnya nilai-nilai budaya bangsa, solidaritas sosial, dan munculnya paham-
paham radikalisme yang dapat mengancam negara.
Kewarganegaraan merupakan suatu bentuk sikap dalam diri setiap individu yang secara
kolektif dapat membentuk suatu perkumpulan masyarakat dalam suatu bangsa yang kuat dan saling
mendukung satu sama lain. Kewarganegaraan memberikan pondasi sebuah negara untuk berdiri
secara utuh berdasarkan dukungan penuh dari sekelompokwarga negara yang tinggal di suatu
negara.
Bela negara juga menjadi hal penting dalam menjaga nilai-nilai Pancasila. Bela negara
diartikan sebagai sikap atau perilaku warga negara yang dijiwai oleh rasa nasionalisme berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dalam konteks ini, generasi Z perlu mempromosikan kesadaran bela negara dan mempertahankan
nilai-nilai Pancasila dalam berpikir, bertingkah laku, dan bertutur kata dalam kehidupan
bermasyarakat, baikdi ruang nyata maupun ruang digital.
Warga negara memiliki tanggung jawab untuk melindungi dan mempertahankan negara
mereka. Mereka berpartisipasi dalam pertahanan melalui pelayanan militer, keikutsertaan dalam
kekuatan pertahanan sipil, dan dukungan terhadap kebijakan danprogram keamanan negara. Di era
globalisasi, warga negara juga berperan penting dalam melawan ancaman transnasional, seperti
terorisme dan perdagangan ilegal, dengan memberikan informasi kepada pihak berwenang dan
berpartisipasi dalam kegiatan keamanan sipil.
Warga negara memainkan peran penting dalam memperjuangkan hak asasi manusia di
tingkat lokal, nasional, dan internasional. Mereka mengorganisir gerakan sosial, berpartisipasi
dalam kampanye advokasi, dan memberikan dukungan kepada kelompok-kelompok yang bekerja
untuk hak-hak asasi manusia. Melalui penggunaan teknologi informasi dan media sosial, warga
negara dapat memperluas jangkauan pesan dan mendapatkan dukungan global dalam perjuangan
mereka. Warga negara juga memiliki tanggung jawab untuk memastikan hak asasi
manusiaterlindungi dalam konteks globalisasi. Mereka dapat mengadvokasi untuk kebijakan
nasional dan internasional yang menghormati dan melindungi hak-hak asasi manusia. Warga negara
juga dapat berkontribusi dalam pemantauan dan pengawasan pelaksanaan hak-hak asasi manusia,
mengungkap pelanggaran yang terjadi, dan mendesak pemerintah dan lembaga internasional untuk
bertindak.
Adapun dampak dari rendahnya jiwa kewarganegaraan dan hilangnya partisipasi masyarakat
dalam memperjuangkan keadilan lingkungan hidup dapat berdampak pada stabilitas dan kemajuan
negara Indonesia secara keseluruhan. Jiwa kewarganegaraan yang kurang kuat dan rendahnya
partisipasi masyarakat dapat menghambat pembangunan dan pertumbuhan ekonomi negara, serta
menimbulkan ketidakadilan sosial yang berdampak pada masyarakat yang lebih marginal.
Oleh karena itu, peran pemerintah, masyarakat, dan generasi muda sangat penting dalam
memperkuat jiwa kewarganegaraan dan partisipasi masyarakat dalam memperjuangkan keadilan
lingkungan hidup. Pemerintah harus memberikan pendidikan dan pelatihan kewarganegaraan
kepada generasi muda, serta memberikan perlindungan dan keadilan bagi aktivis lingkungan yang
berjuang untuk keadilan lingkungan hidup. Masyarakat juga harus terus memperjuangkan keadilan
lingkungan hidup dan mengembangkan jiwa kewarganegaraan yang kuat untuk memperkuat
stabilitas dan kemajuan negara.

PENUTUP

1. KESIMPULAN
Di era globalisasi ini, peran warga negara dalam mempertahankan negara dan memperjuangkan hak
asasi manusia sangatlah penting. Globalisasi membawa tantangan baru dan perubahan sosial yang
mempengaruhi kedua aspek ini. Warga negara berperan dalam pertahanan negara melalui pelayanan
militer, partisipasi dalamkekuatan pertahanan sipil, dan dukungan terhadap kebijakan keamanan
negara. Mereka juga berperan dalam melawan ancaman transnasional, seperti terorisme dan
perdagangan ilegal, serta memberikan informasi dan dukungan kepada pihak berwenang. Warga
negara juga memegang peranan penting dalam memastikan keberlanjutan dan kemajuan negara
Indonesia. Pertahanan negara membutuhkan partisipasi aktif warga negara dalam menjaga
keamanan, melawan ancaman transnasional, dan mendukung kebijakan keamanan negara. Dalam
hal ini, peran masyarakat sebagai mata dan telinga negara sangatlah penting untuk mendeteksi dan
melaporkan ancaman yang mungkin muncul.
Sementara itu, dalam konteks hak asasi manusia, globalisasi membuka akses informasi yang
lebih luas dan mempercepat persebaran nilai-nilai universal. Warga negara memainkan peran
penting dalam memperjuangkan hak asasi manusia dengan mengorganisir gerakan sosial,
berpartisipasi dalam kampanye advokasi, dan memberikan dukungan kepada kelompok-kelompok
yang bekerja untuk hak-hak asasi manusia. Mereka juga berkontribusi dalam pemantauan dan
pengawasan pelaksanaan hak-hak asasi manusia, serta memperluas jangkauan pesan dan
mendapatkan dukungan global melalui penggunaan teknologi informasi dan media sosial.

2. SARAN
Pentingnya peran warga negara dalam pertahanan negara dan perjuangan hak asasi manusia di era
globalisasi tidak dapat diragukan. Dalam menjaga keamanan negara, warga negara harus bersedia
berpartisipasi, mendukung kebijakan keamanan,dan melawan ancaman baik dari dalam maupun luar
negeri. Sementara itu, dalam memperjuangkan hak asasi manusia, mereka harus menjadi agen
perubahan dengan melawan pelanggaran hak-hak asasi manusia, mendorong perlindungan hak asasi
manusia di tingkat nasional dan internasional, serta memastikan pelaksanaan yang efektif.
Dalam keseluruhan, keseimbangan antara pertahanan negara yang kuat dan perlindungan
hak asasi manusia yang meluas di era globalisasi menjadi kunci bagi kemajuan dan keberhasilan
suatu negara. Warga negara harus memiliki kesadaran akan peran dan tanggung jawab mereka
dalam membangun negara yang aman, stabil, dan di mana hak-hak asasi manusia dihormati dan
dilindungi.

DAFTAR PUSTAKA

- Hertati Suandi, Daisy Indira Yasmine, Dyatika Widya P., Mira Indiwara
Edisi 2 / 3 SKS / Modul 1-9
- Haini, I. I. Peran Jiwa Kewarganegaraan dan Partisipasi Masyarakat dalam Memperjuangkan Keadilan dan
Hak Asasi Manusia di Era Globalisasi.
- Utomo, S. (2014). Pengaruh pembangunan di era globalisasi terhadap pemenuhan hak asasi manusia atas
lingkungan hidup yang baik dan sehat. Jurnal Pembaharuan Hukum, 1(3), 258-266.
- Rusli, T. (2011). Pembangunan Hukum Hak Asasi Manusia di Indonesia dalam Era Globalisasi. KEADILAN
PROGRESIF, 2(2).
- Saputro, R., & Najicha, F. U. (2022). Penerapan Rasa Bela Negara Pada Generasi Muda Di Era
Globalisasi. Journal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, 14(2), 207-211.
- Khalid, K. Harmonisasi Pengaturan Lembaga Perlindungan Hak Asasi Manusia di Era Globalisasi. Halu
Oleo Law Review, 3(1), 67-84.
- https://e-journal.upr.ac.id/index.php/JP-IPS/article/view/7715
- https://e-journal.upr.ac.id/index.php/JP-IPS/article/view/7713
- https://ejurnal.unisri.ac.id/index.php/glbctz/article/view/7465
- https://garuda.kemdikbud.go.id/documents/detail/3034621
- http://journal.upy.ac.id/index.php/pkn/article/view/2539

Anda mungkin juga menyukai