Anda di halaman 1dari 32

Tugas PKN II

C Prodi S1 Akuntansi FEB UNS


Dosen : Sabar Slamet, S.H., M.H.

DISUSUN OLEH

Nama : Iman Nearallah Naufal


NIM : F0319060
NO :08

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2020
Bab 1 Radikalisme
A. Pengertian Radikalisme
Secara semantik, Radikalisme ialah paham atau aliran yang
menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik dengan
cara kekerasan atau drastis (Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi
Kedua, cet. th. 1995, Balai Pustaka ).( Rodriguez Anton Maxima,
2016 )Radikalesme dari bahasa latin radix yang berarti akar adalah
istilah yang digunakan pada akhir abad ke 18 untuk mendukung gerakan
radikal.Dalam konteks sejarah gerakan yang dimulai dari Britania Raya
ini meminta reformasi system pemilihan secara radikal.Hal ini dapat
disimpulkan asal muasal tindakan radikal muncul dari salah satu aliran
politik bukan dari ajaran agama.Jadi ajaran radikal bukan dari ajaran
agama.Radikalesme merupakan Paham yang berkaitan dengan sikap
ekstrim dan kecenderungan fundamentalistik di dalam pola pikir.
Ekstremitas dalam bertindak.
Radikalesme. merupakan faham yang berupaya : melakukan
perubahan. secara gradual dan proses yang cepat. dengan menggunakan
kekerasan ,anarkhis serta tidak segan-Segan mengatasnamakan agama,
membungkus perilaku anarkhis dengan keagamaan Sikap radikal yang
anarkhis ini ada kecenderungan dipengaruhi karena pikiranya, hatinya,
perut dan sakunya kosong.
Radikalisme mewarnai dan menekan kehidupan dengan upaya-
ipaya destruktif, seperti terorisme, yang ding lurus dengan intoleransi
dan kekerasan. Dalam Sejarah revolusi radikalisme terbukti telah
menjustifikasi kekerasan, bahkan untuk meruntuhkan kekuatan republik
digunakan kekuatan senjata, seperti Revolusi Glorius, Revolusi
Amerika, dan Revolusi Perancis yang menggunakan filsafat liberal
untuk membenarkan penggulingan bersenjata atas pemerintahan tirani
(“tyranical rule”).( Hari Purwadi, 2006)

Secara historis, istilah radikalisme lebih memperlihatkan sebagai


gerakan politik yang memfokuskan pada upaya melakukan perubahan
struktur sosial melalui cara-cara revolusioner dan perubahan sistem
nilai dengan cara-cara fundamental.
Radikalisme dapat diartikan dengan opini dan perilakv orang-
orang yang mendukung perubahan ekstrim, terutams dalam
pemerintahan ide-ide dan perilaku politik radikal Perubahan sistem
sosial dan sistem nilai sebenarnya tidak hanye dapat ditempuh melalui
gerakan politik yang revolusioner, namun dapat melalui institusi sosial
lainnya, seperti pendidikan (Hari Purwadi, 2016)

B. Upaya Penanggulangan Radikalesme


Menangani radikalisme tidak dapat mengabaikan faktorfaktor yang
menjadi akar perkembangannya di Indonesia. Radikalisme ini ditopang
oleh faktor ekonomi (keemiskinan), paham keagamaan, dan dinamika
internasional, terutama berkaitan dengan situasi di Timur Tengah. Oleh
karena itu, factor_faktor tersebut tidak dapat diabaikan karena memberi
tempat dan kesempatan bagi kelahiran aktor-aktor radikal baru. Hal ini
sekaligus menunjukkan bahwa radikalisme muncul dengan berbagai
sebab, dan kompleksitasnya menuntun pada penanganan dengan
pendekatan interdisiplin.
Program kontra radikalisasi merupakan program strategi deradikalisasi
yang melibatkan banyak pihak diantaranya pemberdayaan rumah ibadah,
peningkatan kapasitas lembaga pendidikan keagamaan ,peningkatan
peran lembaga pendidikan menengah dan pendidikan
tinggi ,pemberdayaan media literasi, dan peningkatan peran organisasi
kemasyarakatan.Enam factor inilah yang harus dilaksanakan secara
nasional menjadi gerakan nasional Deradikalisasi.
Upaya kongkrit deradikalisasi yang holistic dalam mencegah agar
masyarakat tidak terpengaruh ke dalam faham radikal yang anarkhis
adalah memperkuat imunitas fisik berbangsa dan bernegara agar
terhindar dari cacat nasionalisme dan penyakit kronis krisis jati diri
yang berakibat pada sikap mental yang risau dan jiwa yang kacau.

C. Peran Pendidikan Tinggi dalam penanggulangan Radikalesme


Pendidikan sebagai institusi sosial memiliki peran strategis atau
memberi kontribusi besar merespon isu internasional maupun nasional
mengenai radikalisme dan terorisme, dalam konteks universitas
pengajaran (teaching university), universitas riset (research
university), maupun universitas sebagai benteng peradaban (university
as a bastion of civilization).( Rodriguez Anton Maxima,2016 ) Berbagai
problem sosial yang mendera masyarakat kemiskinan, layanan sosial,
ketidakadilan, atau diskriminasi tidak hanya menjadi inspirasi bagi
pengembangan ilmu, namun juga menawarkan jalan penyelesaiannya.
Oleh karena itu, lembaga pendidikan, terutama perguruan tinggi niscaya
mengambil bagian melalui tridharma-nya, yaitu pendidikan, penelitian,
dan pengabdian pada masyarakat untuk membagi pemahaman terhadap
radikalisme . Artinya perguruan tinggi menjadi instrumen
“deradikalisasi” (deradicalize), yaitu proses atau upaya untuk
mengeliminasi paham radikal melalui Pendekatan interdisipliner atau
membuat para teroris Meninggalkan terorisme dengan kekerasan,
( Rodriguez Anton Marima,2016).
D. Program Deradikalisasi
Istilah deradikalisasi dapat ditemukan dalam Perpres nomor 46 tahun
2010 tentang Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Istilah
operasionalnya adalah pembinaan kepada mantan teroris, mantan napi
teroris, keluarga dan jaringanya yang berada dalam masyarakat dan
sudah menjalani proses hukum. Deradikalisasi merupakan strategi
mewujudkan kelompok yang besar menjadi tidak terdiam, mendorong
agar mereka bersuara untuk membangun masyarakat yang beradab.
Program deradikalisasi pada dasarnya berangkat dari asumsi bahwa
terorisme berawal dari radikalisme. Oleh karena jtu, upaya memerangi
terorisme lebih efektif melalui deradikalisasi. Esensi deradikalisasi
adalah mengubah pemahaman atau pola pikir yang sempit, dangkal,
terbatas dan kaku.
Program deradikalisasi adalah program yang harus dijalankan secara
peralahan tapi pasti (Smooth), jadi jangan paksakan untuk bisa didapat
hasilnya dalam 1-2 tahun. Bahkan imbas deradikalisasi baru bisa
dilaksanakan dalam 5 sampai 20
tahun yang akan datang. Oleh karenanya dalam melaksanakan
deradikalisasi ini harus dilakukan perencanaan yang matang, Fokus
kepada lokus dan juga dilakukan evaluasi secara periodik supaya kita
tidak kehilangan moment dan sumber daya dengan sia-sia.
Program Deradikalisasi adalah program untuk mengubah atau pola pikir
jadi program ini tidak bisa dijalankan oleh salah satu pihak saja, baik
itu pemerintah, perguruan tinggi, masyarakat maupun aparat penegak
hukum saja.
Siapapun inisiatornya dan siapapun leading sektornya, pihak pihak
tersebut harus segera merapaf untuk bisa segera bersinergi
mengintegrasikan program deradikalisasi. Setelah Sinergi dan integrasi
program deradikalisasi mungkin sudah banyak yang puas dan segera
menjalankan program tersebut dan sudah bisa melakukan sosialisasi
kepada sekian ribu orang / masyarakat sesuai dengan target yang sudah
ditentukan tersebut.
Setelah Sinergi dan integrasi program deradikalisasi mungkin sudah
banyak yang puas dan segera menjalankan program tersebut dan sudah
bisa melakukan sosialisasi kepada sekian ribu orang / masyarakat sesuai
dengan target yang sudah ditentukan tersebut.
Proses deradikalisasi sisi dalam dan sisi luar ini seharusnya tidak boleh
dicampur adukkan karena mempunyai treatmen yg berbeda. Sisi dalam
harus dilaksanakan oleh lembaga yg kuat dan mempunyai ahli ahli yang
berkompeten dalam bidang bidang yang saya sebutkan diatas, dan untuk
penugasan itu menurut saya lebih cocok di bebankan pada BNPT dan
toga, tomas kualitas nasional.
Sedangkan deradikalisasi sisi luar bisa dikerjakan oleh Sinergi
Kesbangpol, TNI, . Polri, Kemenag, Perguruan Tinggi, Ormas, Toga,
tomas wilayah masing masing. Kemudian ada satu lagi yaitu sisi abu
abu, sisi abu abu adalah orang orang yang mempunyai pemahaman
sudah menjurus radikalisme tapi masih belum terakumulasi kuat.
Sisi abu abu ini cenderung masih bisa direhabilitasi atau di
deradikalisasi relatif lebih cepat daripada sisi dalam. Sisi abu abu
biasanya merupakan orang-orang dekat dengan sisi dalam. Bisa
keluarga, teman dekat, atau mungkin juga mempunyai hubungan guru
dan murid dengan sisi dalam.

Bab 2 THE RULE OF LAW DAN HAK ASASI MANUSIA

A. Konsep Rule of Law dan Ciri Negara Hukum


a. Pengertian Rule of Law dan Negara Hukum
Rule of Law adalah kekuasaan publik yang diatur secara
legal. Berdasarkan pengertian tersebut maka setiap negara yang
legal senantiasa menegakkan Rule of Law. Rule of Law
berdasarkan substansi atau isinya sangat berkaitan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam suatu
negara. Konsekuensinya setiap negara akan mengatakan
mendasarkan pada Rule of Law dalam kehidupan
kenegaraannya, meskipun negara tersebut adalah negara
otoriter.
Dalam Undang-Undang Dasar 1945, Negara Indonesia adalah
negara hukum bukan negara kekuasaan. Di dalamnya
terkandung pengertian adanya pengakuan terhadap prinsip
supremasi hukum dan konstitusi, dianutnya prinsip pemisahan
dan pembatasan kekuasaan menurut sistem konstitusional yang
diatur dalam UUD, adanya prinsip peradilan yang bebas dan
tidak memihak yang menjamin persamaan setiap warga negara
dalam hukum, serta menjamin keadilan bagi setiap orang
termasuk terhadap penyalahgunaan wewenang oleh setiap
penguasa. Oleh karena itu, Indonesia menganut prinsip “Rule
of Law,and not of Man”.
Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa pengertian Rule
of Law tidak dapat dipisahkan dengan pengertian Negara
hukum. Negara yang menganut sistem Rule of Law harus
memiliki prinsip-prinsip yang jelas. Menurut Albert Venn
Dicey, terdapat tiga unsur yang fundamental dalam Rule of
Law, yaitu :
1. Supremasi aturan-aturan hukum,tidak adanya kekuasaan
sewenangwenang
2. Kedudukan yang sama di muka hukum
3. Terjaminnya hak-hak asasi manusia oleh Undang-Undang
serta keputusan-keputusan pengadilan.
b. Prinsip-prinsip rule of law
Penjabaran prinsip-prinsip rule of law secara formal termuat di
dalam pasal-pasal UUD 1945, yaitu:
1. Negara Indonesia adalah negara hukum (pasal 1 ayat 3)
2. Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka
untuk menyelenggaraakan peradilan guna menegakan hukum
dan keadilan (pasal 24 ayat 1)
3. Segala warga Negara bersamaan kedudukanya didalam
hukum dan pemerintahan, serta menjunjung hukum dan
pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya (pasal 27 ayat
1)
4. Dalam Bab X A Tentang Hak Asasi Manusia, memuat 10
pasal, antara lain bahwa setiap orang berhak atas
pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum
yang adil, serta perlakuan yang sama dihadapan hukum
(pasal 28 D ayat 1)
5. Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan
dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja
(pasal 28 D ayat 2).
c. Ciri-ciri Negara Hukum
Setiap Negara pasti mempunyai suatu hukum yang dianut,
jadi suatu Negara hukum pasti mempunyai ciri-ciri tertentu.
 Ciri-ciri Rechtstaat (Negara hukum) menurut Friederich Julius
Stahl yaitu :
a. Hak Asasi manusia
b. Pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin HAM
c. Pemerintahan berdasarkan peraturan - peraturan (Pendidikan
Kewarganegaraan)
 Ciri-ciri Negara Hukum menurut Prof. Sudargo Gautama yaitu :
a. Terdapatnya pembatasan negara terhadap perorangan.
b. Asas legalitas
c. Pemisahan Kekuasaan
B. Negara Hukum Indonesia
a. Landasan Yuridis Negara hukum Indonesia
Dasar pijakan bahwa negara Indonesia adalah negara hukum
sekarang ini tertuang dengan jelas pada pasal 1 ayat 3 UUD
1945 Perubahan ketiga, yang berbunyi ’’Negara Indonesia
adalah negara hukum’’. Sebelumnya, landasan negara hukum
Indonesia kita temukan dalam bagian penjelasan umum UUD
1945 tentang sistem pemerintah negara , yaitu sebagai berikut :
1. Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum
(Rechtsstaat).
2. Sistem Konstitusional. Pemerintah berdasarkan atas sistem
konstitusi (hukum dasar), tidak bersifat absolutisme
(kekuasaan yang tidak terbatas).
b. Perwujudan Negara Hukum di Indonesia
Syarat-syarat pemerintahan yang demokratis di bawah rule of
law yang dinamis, yaitu :
1. Perlindungan konstitusional, artinya selain menjamin hak-
hak individual, konstitusi harus ula menentukan teknis-
prosedural untuk memperoleh perlindungan atas hak-hak
yang dijamin;
2. Lembaga kehakiman yang bebas dan tidak memihak;
3. Pemilihan umum yang bebas;
4. Kebebasan menyatakan pendapat;
5. Kebebasan berserikat/berorganisasi dan beroposisi;
6. Pendidikan kewarganegaraan.

Hak Asasi Manusia (HAM)

A. Pengertian HAM
HAM / Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada
diri setiap manusia sejak awal dilahirkan yang berlaku seumur
hidup dan tidak dapat diganggu gugat siapa pun. Sebagai warga
negara yang baik kita mesti menjunjung tinggi nilai hak azasi
manusia tanpa membeda-bedakan status, golongan, keturunan,
jabatan, dan lain sebagainya.
Melanggar HAM seseorang bertentangan dengan hukum yang
berlaku di Indonesia. Hak asasi manusia memiliki wadah
organisasi yang mengurus permasalahan seputar hak asasi manusia
yaitu Komnas HAM. Kasus pelanggaran HAM di Indonesia
memang masih banyak yang belum terselesaikan / tuntas sehingga
diharapkan perkembangan dunia ham di Indonesia dapat terwujud
ke arah yang lebih baik. Salah satu tokoh HAM di Indonesia
adalah Munir yang tewas dibunuh di atas pesawat udara saat
menuju Belanda dari Indonesia.
B. Macam-macam HAM
Pembagian Bidang, Jenis dan Macam Hak Asasi Manusia Dunia :
1. Hak asasi pribadi / personal Right
 Hak kebebasan untuk bergerak, bepergian dan berpindah-
pindah tempat
 Hak kebebasan mengeluarkan atau menyatakan pendapat
 Hak kebebasan memilih dan aktif di organisasi atau
perkumpulan
 Hak kebebasan untuk memilih, memeluk, dan menjalankan
agama dan kepercayaan yang diyakini masing-masing.

2. Hak asasi politik / Political Right


 Hak untuk memilih dan dipilih dalam suatu pemilihan
 Hak ikut serta dalam kegiatan pemerintahan
 Hak membuat dan mendirikan parpol / partai politik dan
organisasi politik lainnya
 Hak untuk membuat dan mengajukan suatu usulan petisi

3. Hak azasi hukum / Legal Equality Right


 Hak mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan
pemerintahan
 Hak untuk menjadi pegawai negeri sipil / pns
 Hak mendapat layanan dan perlindungan hukum

4. Hak azasi Ekonomi / Property Rigths Hak kebebasan


melakukan kegiatan jual beli
 Hak kebebasan mengadakan perjanjian kontrak
 Hak kebebasan menyelenggarakan sewa-menyewa, hutang-
piutang, dll
 Hak kebebasan untuk memiliki sesuatu
 Hak memiliki dan mendapatkan pekerjaan yang layak

5. Hak Asasi Peradilan / Procedural Rights


 Hak mendapat pembelaan hukum di pengadilan
 Hak persamaan atas perlakuan penggeledahan, penangkapan,
penahanan dan penyelidikan di mata hukum.

6. Hak asasi sosial budaya / Social Culture Right


 Hak menentukan, memilih dan mendapatkan pendidikan
 Hak mendapatkan pengajaran
 Hak untuk mengembangkan budaya yang sesuai dengan bakat
dan minat

C. Penegakan HAM di Indonesia


Sebagai mana kita ketahui, bahwa hak asasi manusia bersifat
Universal sehingga masalah ini menjadi perhatian segenap umat
manusia, tanpa memperdulikan dari mana para korban atau pelaku
pelanggaran HAM berasal. Dunia internasional sendiri memiliki
berbagai instrumen sanksi untuk para penjahat kemanusiaan,
mulai dari sanksi ringan berupa pengucilan atau pemboikotan
hingga sanksi pidana melalui pengadilan internasional.
Penegakkan hak asasi manusia membutuhkan kerja sama dari
berbagai pihak.
Kenyataan menunjukan bahwa hingga kini proses penegakan
HAM di indonesia masih menghadapi berbagai kendala. Tetapi,
proses demokratisasi yang terjadi pasca tumbangnya kekuasaan
orde baru telah memberi harapan yang besar bagi kita agar
pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia dapat
ditegakkan.

Bab 3 PENDIDIKAN ANTI KORUPSI


A. Pengertian Korupsi
Kata “korupsi” berasal dari bahasa Latin “ corruptio” atau
“corruptus”. Selanjutnya dikatakan bahwa “corruptio” berasal
dari kata “corrumpere”, suatu bahasa Latin yang lebih tua. Dari
bahasa Latin tersebut kemudian dikenal istilah “corruptio,
corrupt” (Inggris), “corruption” (Perancis) dan
“corruptie/korruptie” (Belanda). Arti kata korupsi secara harfiah
adalah kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat
disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian.
Istilah korupsi yang telah diterima dalam perbendaharaan
kata bahasa Indonesia adalah “kejahatan, kebusukan, dapat
disuap, tidak bermoral, kebejatan dan letidakjujuran (S.
Wojowasito-WJS Poerwadarminta : 1978). Pengertian lainnya,
“perbuatan yang buruk seperti penggelapan uang, penerimaan
uanh sogok, dan sebagainya.” (WJS Poerwadarminta : 1976).
Selanjutnya untuk beberapa pengertian lain, disebutkan
bahwa (Mihammad Ali P: 1998) :
1. Korup artinya busuk, suka menerima uang suap/sogok,
memakai kekuasaan untuk kepentingan sendiri dan
sebagainya.
2. Korupsi artinya perbuatan buruk seperti penggelapan
uang, penerimaan uang sogok, dan sebagainya.
3. Koruptor artinya orang yang melakukan korupsi.
Dengan demikian, arti kata korupsi adalah sesuatu yang
busuk, jahat dan merusak, berdasarkan kenyataan tersebut
perbuatan korupsi menyangkut : sesuatu yang bersifat amoral,
sifat dan keadaan yang busuk, menyangkut jabatan instansi atau
aparatur pemerintah, penyelewengan kekuasaan dalam jabatan
karena pmberian, menyangkut faktor ekonomi dan politik dan
penempatan keluarga atau golongan ke dalam kedinasan dibawah
kekuasaan jabatan.
B. Tindak Pidana Korupsi
Bentuk/jenis tindak pidana korupsi dan tindak pidana yang
berkaitan dengan korupsi berdasarkan UU Tindak Pidana Korupsi
dapat dikelompokkan :
1. Melawan hukum untuk memperkaya diri dan dapat merugikan
keuangan Negara
2. Menyalahgunakan kewenangan untuk kepentingan diri sendiri
dan dapat merugikan keuangan Negara
3. Menyuap pegawai negeri
4. Memberi hadiah kepada pegawai negeri karena jabatannya
5. Pegawai negeri menerima suap
6. Pegawai negeri menerima hadiah yang berhubungan dengan
jabatannya
7. Menyuap hakim
8. Menyuap advokat
9. Hakim dan advokat menerima suap
10. Pegawai negeri menggelapkan uang atau membiarkan
penggelapan
11. Pegawai negeri memalsukan buku untuk pemeriksaan
administrasi
12. Pegawai negeri merusakkan bukti
13. Pegawai negeri membiarkan orang lain merusakkan bukti
14. Pegawai negeri membantu orang lain merusakkan bukti.
Pengertian Korupsi
15. Pegawai negeri memeras
16. Pegawai negeri memeras pegawai yang lain
17. Pemborong berbuat curang
18. Pengawas proyek membiarkan perbuatan curang
19. Rekanan TNI/Polri berbuat curang
20. Pengawas rekanan TNI/Polri membiarkan perbuatan curang
21. Penerima barang TNI/Polri membiarkan perbuatan curang
22. Pegawai negeri menyerobot tanah negara sehingga
merugikan orang lain
23. Pegawai negeri turut serta dalam pengadaan yang diurusnya
24. Pegawai negeri menerima gratifikasi dan tidak lapor KPK
25. Merintangi proses pemeriksaan
26. Tersangka tidak memberikan keterangan mengenai
kekayaannya
27. Bank yang tidak memberikan keterangan rekening tersangka
28. Saksi atau ahli yang tidak memberi keterangan atau memberi
keterangan palsu
29. Orang yang memegang rahasia jabatan tidak memberikan
keterangan atau memberi keterangan palsu
30. Saksi yang membuka identitas pelapor
Selain perbuatan sebagaimana dipaparkan di atas, dalam
praktik di masyarakat dikenal pula istilah gratifikasi.
1. Pengertian Gratifikasi Black’s Law Dictionary
memberikan pengertian Gratifikasi atau Gratification:
“a voluntarily given reward or recompense for a
service or benefit” (gratifikasi adalah “sebuah
pemberian yang diberikan atas diperolehnya suatu
bantuan atau keuntungan”).
2. Bentuk Gratifikasi
a. Gratifikasi positif adalah pemberian hadiah
dilakukan dengan niat yang tulus dari seseorang
kepada orang lain tanpa pamrih artinya pemberian
dalam bentuk “tanda kasih” tanpa mengharapkan
balasan apapun.
b. Gratifikasi negatif adalah pemberian hadiah
dilakukan dengan tujuan pamrih, pemberian jenis
ini yang telah membudaya dikalangan birokrat
maupun pengusaha karena adanya interaksi
kepentingan
Dengan demikian secara perspektif gratifikasi tidak selalu
mempunyai arti jelek, namun harus dilihat dari kepentingan
gratifikasi. Akan tetapi dalam praktik seseorang memberikan
sesuatu tidak mungkin dapat dihindari tanpa adanya pamrih. Di
negara-negara maju, gratifikasi kepada kalangan birokrat dilarang
keras dan kepada pelaku diberikan sanksi cukup berat, karena
akan mempengaruhi pejabat birokrat dalam menjalankan tugas dan
pengambilan keputusan yang dapat menimbulkan
ketidakseimbangan dalam pelayanan publik. Bahkan di kalangan
privat pun larangan juga diberikan. Oleh karena itu gratifikasi
harus dilarang bagi birokrat dengan disertai sanksi yang berat
(denda uang atau pidana kurungan atau penjara) bagi yang
melanggar dan harus dikenakan kepada kedua pihak (pemberi dan
penerima).
Gratifikasi menurut UU No. 20 Tahun 2001 tentang
Perubahan UU Nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi dan penjelasannya didefinisikan sebagai
pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang,
barang, rabat
Dalam Pasal 12 B UU No 20 Tahun 2001 dinyatakan bahwa
“Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara
negara dianggap pemberian suap, apabila berhubungan dengan
jabatannya dan yang berlawanan dengan kewajiban atau
tugasnya”. Apabila seorang pegawai negeri atau penyelenggara
negara menerima suatu pemberian, maka ia mempunyai kewajiban
untuk melaporkan kepada KPK sebagaimana diatur dalam Pasal 12
C UU No 20 Tahun 2001.
C. Faktor Penyebab Korupsi
Perilaku korupsi menyangkut berbagai hal yang bersifat
kompleks. Faktor-faktor penyebabnya bisa dari internal pelaku-
pelaku korupsi, tetapi bisa juga bisa berasal dari situasi
lingkungan yang kondusif bagi seseorang untuk melakukan
korupsi. Dengan demikian secara garis besar penyebab korupsi
dapat dikelompokan menjadi dua yaitu :
1. Faktor internal, merupakan faktor pendorong korupsi dari
dalam diri, yang dapat dirinci menjadi:
a. Aspek Perilaku Individu
 Sifat tamak/rakus manusia.
 Moral yang kurang kuat
 Gaya hidup yang konsumtif.
b. Aspek Sosial Perilaku
Korupsi dapat terjadi karena keluarga secara
kuat memberikan dorongan bagi orang untuk korupsi
dan mengalahkan sifat baik seseorang yang sudah
menjadi traits pribadinya. Lingkungan dalam hal ini
malah memberikan dorongan dan bukan memberikan
hukuman pada orang ketika ia menyalahgunakan
kekuasaannya.

2. Faktor eksternal, pemicu perilaku korup yang disebabkan


oleh faktor di luar diri pelaku.
a. Aspek sikap masyarakat terhadap korupsi
Sikap masyarakat yang berpotensi menyuburkan tindak
korupsi terjadi karena :
 Nilai-nilai di masyarakat kondusif untuk terjadinya
korupsi. Korupsi bisa ditimbulkan oleh budaya
masyarakat.
 Masyarakat kurang menyadari bahwa korban utama
korupsi adalah masyarakat sendiri.
 Masyarakat kurang menyadari bila dirinya terlibat
korupsi. Bahkan seringkali masyarakat sudah
terbiasa terlibat pada kegiatan korupsi sehari-hari
dengan cara-cara terbuka namun tidak disadari.
 Masyarakat kurang menyadari bahwa korupsi akan
bisa dicegah dan diberantas bila masyarakat ikut
aktif dalam agenda pencegahan dan pemberantasan.
b. Aspek ekonomi
Pendapatan tidak mencukupi kebutuhan. Dalam
rentang kehidupan ada kemungkinan seseorang
mengalami situasi terdesak dalam hal ekonomi.
Keterdesakan itu membuka ruang bagi seseorang untuk
mengambil jalan pintas diantaranya dengan melakukan
korupsi.
c. Aspek Politis
Menurut Rahardjo (1983) bahwa kontrol sosial
adalah suatu proses yang dilakukan untuk
mempengaruhi orang-orang agar bertingkah laku
sesuai dengan harapan masyarakat.
d. Aspek Organisasi
 Kurang adanya sikap keteladanan pimpinan
 Tidak adanya kultur organisasi yang benar
 Kurang memadainya sistem akuntabilitas
 Kelemahan sistim pengendalian manajemen
 Lemahnya pengawasan

D. Peranan Mahasiswa dalam Mencegah Korupsi


a. Peran Mahasiswa di lingkungan kampus.
- Awal masuk perkuliahan. Pada masa ini mahasiswa
diharapkan mengkritisi kebijakan internal kampus dan
sekaligus melakukan pressure kepada pemerintah agar
undang-undang yang mengatur pendidikan tidak
memberikan peluang terjadinya korupsi. Di samping itu,
mahasiswa melakukan kontrol terhadap jalannya
penerimaan mahasiswa baru dan melaporkan kepada
pihak-pihak yang berwenang atas penyelewengan yang
ada. Selain itu, mahasiswa juga melakukan upaya edukasi
terhadap rekan-rekannya ataupun calon mahasiswa untuk
menghindari adanya praktik-praktik yang tidak sehat
dalam proses penerimaan mahasiswa.
- Pada proses perkuliahan. Dalam masa ini, perlu
penekanan terhadap moralitas mahasiswa dalam
berkompetisi untuk memperoleh nilai yang setinggi-
tingginya, tanpa melalui cara-cara yang curang. Upaya
preventif yang dapat dilakukan adalah dengan
membentengi diri dari rasa malas belajar. Diperlukan
upaya investigatif berupa melakukan kajian kritis
terhadap laporan-laporan pertanggungjawaban realisasi
penerimaan dan pengeluarannya. Sedangkan upaya
edukatif penumbuhan sikap anti korupsi dapat dilakukan
melalui media berupa seminar, diskusi, dialog. Selain itu
media berupa lomba-lomba karya ilmiah pemberantasan
korupsi ataupun melalui bahasa seni baik lukisan, drama,
dan lain-lain juga dapat dimanfaatkan juga.
- Pada tahap akhir perkuliahan. Masa ini mahasiswa
memperoleh gelar kesarjanaan sebagai tanda akhir proses
belajar secara formal. Mahasiswa harus memahami bahwa
gelar kesarjanaan yang diemban memiliki konsekuensi
berupa tanggung jawab moral sehingga perlu dihindari
upaya-upaya melalui jalan pintas.

b. Peran Mahasiswa dalam Masyarakat dan penentuan kebijakan


publik.
Mahasiswa merupakan bagian dari masyarakat. Peran
mahasiswa dalam masyarakat secara garis besar dapat digolongkan
menjadi :
- Sebagai kontrol sosial, mahasiswa dapat melakukan peran
preventif terhadap korupsi dengan membantu masyarakat
dalam mewujudkan ketentuan dan peraturan yang adil dan
berpihak pada rakyat banyak, sekaligus mengkritisi
peraturan yang tidak adil dan tidak berpihak pada
masyarakat.
- Mahasiswa juga dapat melakukan peran edukatif dengan
memberikan bimbingan dan penyuluhan kepada
masyarakat baik pada saat melakukan kuliah kerja
lapangan atau kesempatan yang lain mengenai masalah
korupsi dan mendorong masyarakat berani melaporkan
adanya korupsi yang ditemuinya pada pihak yang
berwenang.
- Mahasiswa juga dapat melakukan strategi investigatif
dengan melakukan pendampingan kepada masyarakat
dalam upaya penegakan hukum terhadap pelaku korupsi
serta melakukan tekanan kepada aparat penegak hukum
untuk bertindak tegas terhadap pelaku tindak pidana
korupsi. Tekanan tersebut bisa berupa demonstrasi
ataupun pembentukan opini publik.
Bab 4 GEOSTARTEGI INDONESIA

A. DEFINISI :
 Istilah
Geografi merujuk kepada ruang hidup nasional, wadah, atau
tempat hidupnya bangsa dan negara Indonesia.
Strategi diartikan sebagai ilmu dan seni menggunakan
semua sumber daya bangsa untuk melaksanakan kebijaksanaan
tertentu dalam keadaan perang dan damai.
 Umum
Menurut bangsa Indonesia geostrategi didefinisakn sebagai
sebagai strategi dalam memanfaatkan keadaan atau konstelasi
geografi negara Indonesia untuk menentukan kebijakan tujuan,
dan sarana-sarana guna mewujudkan cita-cita proklamasi dan
tujuan nasional bangsa Indonesia.

B. WUJUD GEOSTRATEGI DI INDONESIA

Geostrategi Indonesia dirumuskan bukan untuk kepentingan


politik menguasai bangsa lain atau perang, tetapi sebagai kondisi,
metode, dan doktrin untuk mengembangkan potensi kekuatan nasional
di dalam melaksanakan pembangunan nasional guna merealisasikan
amanat Pembukaan UUD 1945 di dalam mewujudkan cita-cita
proklamasi bangsa Indonesia. Geostrategi Indonesia selanjutnya
dirumuskan dalam wujud konsep Ketahanan Nasional (National
Endurance) Republik Indonesia.
Pokok-pokok pikiran yang mendasari Ketahanan Nasional bagi
bangsa Indonesia adalah:
 Eksistensi manusia Indonesia sebagai manusia berbudaya
 Tujuan nasional bangsa Indonesia sebagaimana ditetapkan dalam
pembukaan UUD’45
 Falasafah dan Ideologi Pancasila
 Konsep Ketahanan Nasional Republik Indonesia, Rumusan baku
Ketahanan Nasional yang harus dipahami sama bagi seluruh warga
negara Indonesia adalah rumusan baku yang telah disusun oleh
Lemhannas (Lembaga Ketahanan Nasional)
 Pengertian Konsepsi Ketahanan Nasional Republik Indonesia,
Konsepsi Ketahanan Nasional Republik Indonesia adalah konsepsi
pengembangan kekuatan nasional melalui pengaturan dan
penyelenggaraan kesejahteraan dan keamanan yang seimbang,
serasi, dan selaras pada seluruh aspek kehidupan secara utuh dan
menyeluruh dan terpadu berlandaskan Pancasila, UUD 1945, dan
Wawasan Nusantara
Aspek : kesejahteraan, keamanan, keuletan, keunggukan,
identitas, integritas, ancaman, gangguan, hambatan, dan tantangan
 Hakikat Ketahanan Nasional Republik Indonesia
a. Hakikat Ketahanan Nasional Indonesia adalah keuletan dan
ketangguhan bangsa yang mengandung kemampuan
mengembangkan kekuatan nasional untuk dapat menjamin
kelangsungan hidup bangsa dan negara di dalam mencapai
tujuan nasional.
b. Hakikat Konsepsi Ketahanan Nasional Indonesia adalah
pengaturan dan penyelenggaraan kesejahteraan dan keamanan
secara seimbang, serasi, dan selaras dalam seluruh aspek
kehidupan nasional.
 Asas Ketahanan Nasional Republik Indonesia
-Asas Kesejahteraan dan Keamanan
-Asas Komprehensif Integral
-asas wawas diri
-asas kekeluargaan
 Sifat ketahanan nasional republic Indonesia : mandiri, dinamis,
wibawa,konsultasi dan kerja sama

C. KONSEP KETAHANAN NASIONAL INDONESIA

dikembangkan oleh Lemhannas dan berisi daya keuletan ( tenacity)


dan daya tahan (resistence atau resilience). Konsep ketahanan
nasional Indonesia melibatkan 8 gatra yang dikelompokkan ke dalam
trigatra dan pancagatra. konsep ketahanan nasional Indonesia disebut
juga sebagai Konsep Astagatra.

D. UNSUR KETAHAN NASIONAL


Komponen pokok konsep Ketahanan Nasional Indonesia terdiri
dari delapan gatra yang dikelompokkan ke dalam dua aspek, yaitu aspek
alamiah disebut trigatra dan aspek sosial disebut pancagatra.
 Trigatra
1) Gatra geografi Negara :
Kondisi geografi Indonesia merupakan satu kesatuan
laut dengan pulau-pulau yang berada di dalamnya,
sedangkan posisinya terletak di posisi silang dunia, yaitu
diantara dua benua, dua samudera, dan berada di daerah
khatulistiwa. Lokasi dan posisi geografi Indonesia
merupakan negara kepulauan yang terdiri atas perairan dan
daratan.
2) Gatra Keadaan dan Kekayaan Alam:
Keadaan dan kekayaan alam Indonesia meliputi segala
sember dan potensi alam yang terdapat di dirgantara,
permukaan bumi, termasuk laut dan perairan, dan di dalam
bumi.
3) Gatra Keadaan dan Kemampuan Penduduk :
a. peran penduduk sangat penting di dalam
mengusahakan penyelenggaraan kesejahteraan dan
keamanan, di dalam menentukan apa yang akan
dilakukan untuk meningkatkan ketahanan nasional
negara Indonesia.

 Pancagatra
1) Gatra Ideologi :
pancasila merupakan ideologi yang bersifat final dan
tidak dapat ditawar lagi sebagai konsep dasar tentang
kehidupan yang dicita-citakan.
2) Gatra Politik:
Sistem politik negara Indonesia dirumuskan
berdasarkan nilai-nilai yang dikandung dalam sila-sila dari
ideologi pancasila dan konstitusi UUD 1945..
3) Gatra Ekonomi :
Sistem perekonomian Indonesia dirumuskan
berdasarkan nilai-nilai yang dikandung dalam sila-sila
Pancasila dan UUD 1945 Pasal 33 ayat 1-5, yang
menyebutkan bahwa perekonomian disusun sebagai usaha
bersama berdasar atas asas kekeluargaan
4) Gatra Sosial-Budaya :
Tiap masyarakat memiliki 4 unsur penting bagi
eksistensi dan kelangsungan hidupnya, yaitu: 1) Struktur
sosial, 2) Pengawasan sosial, 3) Relasi sosial, 4) Standar
sosial.
5) Gatra Pertahanan-Keamanan :
Pertahanan-keamanan adalah bidang kehidupan
nasional Indonesia yang diupayakan untuk melindungi
kepentingan bangsa dan negara demi tetap terwujudnya
kondisi kelangsungan hidup dan perkembangan kehidupan
bangsa dan negara serta terpenuhinya hak dan kewajiban
warga negara dalam rangka pencapaian tujuan nasional.

E. PENGARUH DAN SYARAT KEBERHASILAN KETAHANAN


NASIONAL
Pengaruh dan Syarat Keberhasilan Trigatra
a) Pengaruh Gatra Geografi Negara
Kondisi geografi NKRI berupa satu kesatuan wilayah
laut yang di dalamnya berisi pulau – pulau, sedangkan
lokasinya terletak di daerah khatulistiwa dengan keadaan
tanahnya yang subur dan memiliki sumber kekayaan alam
yang melimpah pada posisi silang dunia
b) Pengaruh Gatra Keadaan dan Kekayaan Alam :
syarat keberhasilan apabila sumber kekayaan alam
dikelola atas dasar prinsip kesejahteraan dan keamanan,
menggunakan iptek secara optimal sesuai dengan kondisi
sumber kekayaan alam dan sumber daya penduduk, didukung
oleh kemampuan financial dan kesadaran dari seluruh
elemen bangsa dan negara dalam pengelolaannya serta
kemampuan daya beli penduduk.
c) Pengaruh Gatra Keadaan dan Kemampuan Penduduk :
jumlah penduduk, komosisi penduduk, persebaran
penduduk, kulaitas penduduk memepengaruhi ketahanan
nasional

Pengaruh dan Syarat Keberhasilan Pancagatra


a) Pengaruh Gatra Ideologi :
syarat keberhasilan gatra ideologi Pancasila sebagai
bagian dari aspek sosial ketahanan nasional apabila seluruh
masyarakat mengakui dan menghayati pancasila.
b) Pengaruh Gatra Politik :
Syarat keberhasilan gatra politik sebagai bagian dari
aspek sosial ketahanan nasional ialah dibangun atas dasar
nilai-nilai Pancasila, atas dasar asas musyawarah mufakat,
dan diciptakan keadaan stabil, baik di dalam negeri maupun
di kawasan sekitar
c) Pengaruh Gatra Ekonomi:
Pembangunan ekonomi nasional harus diarahkan
melalui iklim usaha yang sehat, serta pemanfaatan iptek,
tersedianya barang dan jasa, terpeliharanya fungsi
lingkungan hidup, dan meningkatnya daya saing dalam
lingkungan perekonomian global.
d) Pengaruh Gatra Sosial-Budaya :
Pembentukan identitas budaya bagi bangsa dan negara
Indonesia dapat dirujuk dari perkembangan kehidupan
budaya daerah menjadi budaya nasional.
e) Pengaruh Gatra Pertahanan-Keamanan :
tercermin dalam kondisi daya tengkal bangsa yang
dilandasi oleh kesadaran bela negara seluruh rakyat.
Keikutsertaan warganegara dalam pertahanan negara dapat
melalui (1) Pendidikan kewarganegaraan, (2) pelatihan dasar
kemiliteran secara wajib, (3) pengabdian sebagai prajurit
TNI secara suka rela dan wajib, dan (4) pengabdian sesuai
dengan profesi.

F. ANCAMAN KETAHANAN NASIONAL INDONESIA


1) Subversi dan injurensi Subversi bertujuan menggulingkan
pemerintah dan menggantikannya dengan sistem
pemerintahan yang lain.
2) Teror Hakikat aksi terror yang mengancam negara-negara di
dunia dewasa ini ialah dengan menerapkan cara-cara
sistematis dalam menebar rasa cemas dan ketakutan yang
mencekam di kalangan masyarakat pihak lawan dengan
menyandera atau membunuh anggota atau kelompok
masyarakat yang bersangkutan.

Bab 5 GEOPOLITIK

A. PENGERTIAN GEOPOLITIK

Geopolitik berasal dari kata geo dan politik. “Geo” berarti


bumi dan “Politik” berasal dari bahasa yunani politeia berarti
kesatuan masyarakat yang berdiri sendiri dan teia berarti urusan.
Dalam bahasa Indonesia politik dalam arti politics mempunyai
makna kepentingan umum warga negara suatu bangsa. Politik
merupakan suatu rangkaian asas, prinsip, keadaan, jalan, cara,
dan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu yang kita
kehendaki.

Secara umum geopolitik adalah cara pandang dan sikap


bangsa Indonesia mengenai diri, lingkungan, yang berwujud
negara kepulauan berlandaskan pancasila dan Undang- Undang
Dasar 1945.
Penyelenggaraan Negara kesatuan Republik Indonesia
sebagai system kehidupan nasional bersumber dari dan bermuara
pada landasan ideal pandangan hidup dan konstitusi Undang-
Undang Dasar 1945.dalam pelaksanaannya bangsa Indonesia tidak
bebas dari pengaruh interaksi dan interelasi dengan lingkungan
sekitarnya, baik lingkungan regional maupun internasional. Dalam
hal ini bangsa Indonesia perlu memiliki prinsip-prinsip dasar
sebagai pedoman agar tidak terombang-ambing dalam
memperjuangkan kepentingan nasional untuk mencapai cita-cita
dan tujuan nasionalnya. Salah satu pedoman bangsa Indonesia
adalah wawasan nasional yang berpijak pada wujud wilayah
nusantara sehingga disebut dengan wawasan
nusantara.Kepentingan nasional yang mendasar bagi bangsa
Indonesia adalah upaya menjamin persatuan dan kesatuan wilayah,
bangsa, dan segenap aspek kehidupan nasionalnya. Karena hanya
dengan upaya inilah bangsa dan Negara Indonesia dapat tetap
eksis dan dapat melanjutkan perjuangan menuju masyarakat yang
dicita-citakan.

B. PENGERTIAN WAWASAN NUSANTARA

Istilah wawasan berasal dari kata ‘wawas’ yang berarti


pandangan, tinjauan, atau penglihatan indrawi. Akar kata ini
membentuk kata ‘mawas’ yang berarti memandang, meninjau, atau
melihat, atau cara melihat.sedangkan istilah nusantara berasal
dari kata ‘nusa’ yang berarti diapit diantara dua hal. Istilah
nusantara dipakai untuk menggambarkan kesatuan wilayah
perairan dan gugusan pulau-pulau Indonesia yang terletak
diantara samudra Pasifik dan samudra Indonesia, serta diantara
benua Asia dan benua Australia.

Secara umum wawasan nasional berarti cara pandang suatu


bangsa tentang diri dan lingkungannya yang dijabarkan dari dasar
falsafah dan sejarah bangsa itu sesuai dengan posisi dan kondisi
geografi negaranya untuk mencapai tujuan atau cita-cita
nasionalnya. Sedangkan wawasan nusantara memiliki arti cara
pandang bangsa Indonesia tentang diri dan lingkungannya
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 serta
sesuai dengan geografi wilayah nusantara yang menjiwai
kehidupan bangsa dalam mencapai tujuan dan cita-cita
nasionalnya.

C. TEORI GEOPOLITIK
1. Pandangan frederich ratzel
frederich ratzel pada akhir abad ke-19 mengembangkan kajian
geografi politik dengan dasar pandangan bahwa negara adalah
mirip organisme. Dia memandang negara dari sudut konsep
ruang. Negara adalah ruang yang ditempati oleh kelompok
masyarakat politik yang terikat oleh hukum alam. Secara rinci
pandangan frederich ratzel tentang geopolitik adalah sebagai
berikut
a. Dalam hal-hal tertentu pertumbuhan negara dapat
dianalogikan dengan pertumbuhan organisme yang
memerlukan ruang lingkup melalui proses lahir tumbuh
berkembang mempertahankan hidup menyusut dan mati.
b. Negara identik dengan suatu ruang yang ditempati oleh
kelompok politik dalam arti kekuatan. Makin luas potensi
ruang tersebut makin besar kemungkinan kelompok politik
itu tumbuh (teori ruang, konsep ruang).
c. Semakin tinggi budaya suatu bangsa maka makin besar pula
kebutuhan akan sumber daya alam. apabila wilayah atau
ruang hidup tidak mendukung maka bangsa tersebut akan
mencari pemenuhan kebutuhan kekayaan alam di luar
wilayahnya. hal ini melegitimasikan hukum ekspansi yaitu
perkembangan atau dinamika budaya dalam bentuk gagasan
kegiatan harus diimbangi dengan pemekaran wilayah,
batasan suatu negara pada hakikatnya nya bersifat
sementara.

2. Pandangan Rudolf Kjellen


Rudolf kjellen berpendapat bahwa negara adalah organisme
yang harus memiliki intelektual. Negara merupakan sistem
politik yang mencakup geopolitik ekonomi politik atau politik
dan sosial politik. Kjellen mengajukan paham ekspansionisme
dalam rangka untuk mempertahankan negara dan
mengembangkannya. selanjutnya dia mengajukan langkah
strategis untuk memperkuat negara dengan memulai
pembangunan kekuatan daratan dan diikuti dengan
pembangunan kekuasaan bahari (maritim).

3. Pandangan Haushofer
Pemikiran Haushofer berisi paham ekspansionisme dan
mengandung ajaran rasialisme yang menyatakan bahwa ras
Jerman adalah ras paling unggul yang harus dapat menguasai
dunia. Pokok-pokok pemikiran Haushofer
a. Suatu bangsa dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya
tidak terlepas dari hukum alam
b. kekuasaan imperium daratan yang kompak akan dapat
mengejar kekuatan imperium maritim untuk menguasai
pengawasan di lautan
c. beberapa negara besar di dunia akan timbul dan akan
menguasai Eropa Afrika dan Asia barat sementara Jepang
akan menguasai wilayah Asia timur raya
d. Geopolitik dirumuskan sebagai perbatasan. ruang lingkup
bangsa dengan kekuasaan ekonomi dan sosial yang rasional
mengharuskan pembagian baru kekayaan alam dunia.
geopolitik adalah landasan ilmiah bagi tindakan politik
untuk memperjuangkan kelangsungan hidup dan
mendapatkan ruang hidupnya.

4. Pandangan Sir Halford Mackinder


Sir Halford Mackinder sebagai ahli geopolitik pada dasarnya
menganut konsep kekuasaan dan mencetuskan wawasan benua
yaitu konsep kekuatan di darat. Ajaran ini menyatakan bahwa
barangsiapa yang dapat menguasai daerah jantung yaitu Eropa
dan Asia maka ia akan dapat menguasai pulau dunia yaitu
Eropa Asia dan Afrika selanjutnya barangsiapa dapat
menguasai pulau akhirnya dapat menguasai dunia.

5. Pandangan Sir Walter Raleigh dan Alfred Thyer Mahan


Keduanya memiliki gagasan wawasan bahari yaitu kekuatan
lautan. Ajaran ini mengatakan bahwa barang siapa menguasai
laut maka akan menguasai perdagangan. menguasai
perdagangan berarti menguasai kekayaan dunia sehingga pada
akhirnya akan menguasai dunia (Sumarsono dkk., 2001 :
61,62).

D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI WAWASAN


NUSANTARA

a. Wilayah (Geografi)
1. Asas Kepulauan (Archipelagic Principle)
Kata ‘Archipelago’ dan ‘Archipelagic’ berasal dari
kata Italia ‘Archipelagos’. Akar katanya adalah ‘archi’
yang berarti terpenting, terutama, dan ‘pelagos’ berarti
laut atau wilayah lautan. Jadi, ‘Archipelago’ berarti lautan
terpenting. Istilah ‘Archipelago’ adalah wilayah lautan
dengan pulau-pulau di dalamnya. Arti ini kemudian
menjadi pulau-pulau saja tanpa menyebut unsur lautnya
sebagai akibat penyerapan bahasa barat, sehingga
Archipelago selalu diartikan kepulauan atau kumpulan
pulau.

Lahirnya asas Archipelago mengandung pengertian


bahwa pulau-pulau tersebut selalu dalam kesatuan utuh,
sementara tempat unsure perairan atau lautan antara pulau-
pulau berfungsi sebagai unsur penghubung dan bukan unsur
pemisah. Asas dan wawasan kepulauan ini dijumpai dalam
pengertian the Indian Archipelago. Kata Archipelago
pertama kali dipakai oleh Johan Crawford dalam bukunya
the history of Indian Archipelago (1820). Kata Indian
Archipelago diterjemahkan kedalam bahasa Belanda
Indische Archipel yang semula ditafsirkan sebagai wilayah
Kepulauan Andaman sampai Marshanai.

2. Kepulauan Indonesia
Bagian wilayah Indische Archipel yang dikuasai
Belanda dinamakan Nederlandsch oostindishe Archipelago.
Itulah wilayah jajahan Belanda yang kemudian menjadi
wilayah Negara Republik Indonesia. Sebagai sebutan untuk
kepulauan ini sudah banyak nama yang dipakai, yaitu
‘Hindia Timur’, ‘Insulinde’ oleh Multatuli, ‘nusantara’.
‘indonesia’ dan ‘Hindia Belanda’ (Nederlandsch-Indie)
pada masa penjajahan Belanda. Bangsa Indonesia sangat
mencintai nama ‘Indonesia’ meskipun bukan dari
bahasanya sendiri, tetapi ciptaan orang barat. Nama
Indonesia mengandung arti yang tepat, yaitu kepulauan
Indonesia.Dalam bahasa Yunani, ‘Indo’ berarti India dan
‘nesos’ berarti pulau.Indonesia mengandung makna
spiritual yang didalamnya terasa ada jiwa perjuangan
menuju cita-cita luhur, Negara kesatuan, kemerdekaan dan
kebebasan.

3. Konsepsi tentang Wilayah Indonesia


Dalam perkembangan hukum laut internasional
dikenal beberapa konsepsi mengenai pemilikan dan
penggunaan wilayah laut sebagai berikut :
a. Res Nullius, menyatakan bahwa laut itu tidak ada
yang memilikinya.
b. Res Cimmunis, menyatakan bahwa laut itu adalah milik
masyarakat dunia karena itu tidak dapat dimiliki oleh
masing-m,asing Negara
c. Mare Liberum, menyatakan bahwa wilayah laut adalah
bebas untuk semua bangsa
d. Mare Clausum (the right and dominion of the sea),
menyatakan bahwa hanya laut sepanjang pantai saja yang
dimiliki oleh suatu Negara sejauh yang dapat dikuasai
dari darat (waktu itu kira-kira sejauh tiga mil)
e. Archipelagic State Pinciples (Asas Negara Kepulauan)
yang menjadikan dasar konvensi PBB tentang hokum
laut.

Sesuai dengan hukum laut Internasional, secara garis


besar Indonesia sebagai Negara kepulauan memiliki
Teritorial, Perairan Pedalaman, Zona Ekonomi Eksklusif,
dan Landasan Kontinental

4. Karakteristik Wilayah Nusantara


Nusantara berarti Kepulauan Indonesia yang terletak
diantara benua Asia dan benua Australia dan diantara
samudra Pasifik dan Samudra Hindia, yang terdiri dari
sekitar 17.508 pulau besar maupun kecil. Jumlah pulau
yang sudah memiliki nama adalah 6.044 buah. Kepulauan
Indonesia terletak pada batas-batas astronomi sebagai
berikut :

Utara : 6º LU
Selatan : 11º LS
Barat : 95º BT
Timur : 141º BT

E. PERKEMBANGAN WILAYAH INDONESIA DAN DASAR


HUKUMNYA

1. Sejak 17-8-1995 sampai dengan 13-12-1957


Wilayah Republik Indonesia ketika merdeka meliputi
wilayah bekas Hindia. Belanda berdasarkan ketentuan dalam
“territoriale zee en Maritieme Kringen Ordonatie” tahun 1939
tentang batas wilayah laut teritorial Indonesia. Ordonasi tahun
1939 tersebut menetapkan batas wilayah laut teritorial sejauh 3
mil dari garis pantai ketika surut, dengan asas pulau demi
pulau secara terpisah-pisah.
Pada masa tersebut wilayah negara Republik Indonesia
bertumpu pada wilayah daratan pulau-pulau yang saling terpisah
oleh perairan atau selat diantara pulau-pulau itu.Wilayah laut
teritorial masih sangat sedikit karena untuk setiap pulau hanya
ditambah perairan sejauh 3 mil di sekelilingnya.Sebagaian besar
wilayah perairan dalam pulau-pulau merupakan perairan
bebas.Hal ini tentu tidak sesuai dengan kepentingan
keselamatan dan keamanan negara kesatuan RI.

2. Dari Deklarasi Juanda (13-12-1957) sampai dengan 17-2-1969


Pada tanggal 13 Desember 1957 dikeluarkan deklarasi Juanda
yang dinyatakan sebagai pengganti Ordonasi tahun 1939 dengan
tujuan sebagai berikut:
a. Perwujudan bentuk wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang utuh dan bulat.
b. Penentuan batas-batas wilayah Negara Indonesia di sesuaikan
dengan asas negara kepulauan.
c. Pengaturan lalu lintas damai pelayaran yang lebih menjamin
keselamatan dan keamanan Negara Republin Indonesia.
Deklarasi Juanda kemudian dikukuhkan dengan Undang-
Undang No. 4/Prp/1960 tanggal 17 februari 1960.Tentang
perairan Indonesia. Sejak itu terjadi perubahan bentuk wilayah
nasional dan cara perhitungannya. Laut teritorial diukur sejauh
12 mil dari titik-titik pulau terluar yang saling dihubungkan.

3. Dari 17-2-1969 (Deklarasi Landas Kontinen) sampai sekarang


Deklarasi tentang landas kontinen negara RI merupakan
konsep politik yang berdasarkan konsep wilayah.Deklarasi ini
dipandang pula sebagai upaya untuk mengesahkan Wawasan
Nusantara.
Asas pokok yang termuat di dalam Deklarasi tentang landas
kontinen adalah sebagai berikut:
a. Segala sumber kekayaan alam yang terdapat dalam landas
kontinen Indonesia adalah milik eksekutif RI.
b. Memerintah Indonesia bersedia menyelesaikan soal garis
batas landas kontinen dengan negara-negara tetangga melalui
perundingan.
c. Jika tidak ada garis batas, maka landas kontinen adalah suatu
garis yang ditarik ditengah-tengah antara pulau terluar
Indonesia dengan wilayah terluar negara tetangga.
d. Klaim tersebut tidak mempengaruhi sifat serta status dari
perairan diatas landang kontinen Indonesia maupun udara
diatasnya.

4. Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE)


Pengunguman pemerintah negara tentang Zona Ekonomi
Ekslusif terjadi pada 21 Maret1980.Batas ZEE adalah selebar
200 mil yang dihitung dari garis dasar laut wilayah Indonesia.
Alasan-alasan yang mendorong Pemerintah mengumumkan ZEE
adalah:
1) Persediaan ikan yang semakin tebatas.
2) Kebutuhan untuk membangun nasional Indonesia.
3) ZEE mempunyai kekuatan hukum internasional.

F. UNSUR-UNSUR DASAR WAWASAN NUSANTARA

1. Wadah (Contour)
Wadah kehidupan bermayarakat, berbangsa, dan
bernegara meliputi seluruh wilayah Indonesia yang memiliki
sifat serba nusantara dengan kekayaan alam dan penduduk
serta aneka budaya ialah bangsa Indonesia.

2. Isi (Content)
Isi adalah inspirasi bangsa yang berkembang di
masyarakat dan cita-cita serta tujuan nasional yang terdapat
dalam Pembukaan UUD 1945.

3. Tata Laku (Conduct)


Tata laku merupakan hasil interaksi antara wadah dan isi,
yang terdiri dari tata laku batiniah dan lahiriah. Tata laku
batiniah mencerminkan jiwa, semangat, dan mentalitas yang
baik dari bangsa Indonesia, sedangkan Tata laku lahiriah
tercermin dalam tindakan, perbuatan, dan perilaku dari
bangsa Indonesia.

4. Isi Wawasan Nusantara


 Perwujudan kepulauan Nusantara sebagai satu kesatuan
politik
 Perwujudan kepualaun Nusantara sebagai kesatuan
ekonomi
 Perwujudan kepulauan Nusantara sebagai satu kesatuan
sosial dan budaya
 Perwujudan kepulauan Nusantara sebagai satu kesatuan
pertahanan keamanan
5. Penerapan Geopolitik (Wawasan Nusantara)
Salah satu manfaat paling nyata dari penerapan wawasan
Nusantara, khususnya, di bidang wilayah, adalah
diterimanya konsepsi Nusantara diforum internasional,
sehingga terjaminlah integritas wilayah teriterorial
Indonesia.
Penerapan wawasan nusantara dalam pemabangunan
Negara di berbagai bidang tampak pada berbagai
proyekpembangunan sarana dan prasarana komunikasi dan
transportasi.
Penerapan di bidang sosial budaya terlihat pada kebijakan untuk
menjadikan bangsa Indonesia yang Bhineka Tungga Ika tetap merasa
sebangsa dan setanah air, senasib sepenanggunan dengan asas
pancasila. Penerapan Wawasan Nusantara di bidang pertahanan
keamanan terlihat pada kesiapan dan kewaspadaan seluruh rakyat
melalui Sistem Pertahan keamanan Rakyat semesta untuk menghadapi
berbagai ancaman bangsa dan Negara.

G. HUBUNGAN WAWASAN NUSANTARA DAN KETAHANAN


NASIONAL

Diantara kedua hal tersebut terdapat suatu keterkaitan antara


satu dengan yang lain. Wawasan nusantara yang merupakan suatu
kesamaan pandangan suatu bangsa mengenai diri dan
lingkungannya yang menjadi dasar pemikiran seluruh warga
Negara Indonesia, tujuannya adalah agar dapat terbentuk
ketahanan nasional yang kuat pada bangsa tersebut yang didasari
kesamaan jati diri bangsa dan lingkungannya. Kemudian dari
ketahanan nasional yang kuat otomatis akan memiliki kekuatan
politik yang kuat. Dengan adanya politik yang kuat maka bangsa
tersebut telah memiliki suatu pandangan yang jelas mengenai
perencanaan, pengembangan, pemeliharaan serta penggunaan
potensi nasional untuk mencapai tujuan nasional. Pandangan ini
mempengaruhi terhadap cara atau yang disebut sebagai suatu
strategi nasional untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan
(tujuan nasional bangsa Indonesia). Selain itu bangsa tersebut
akan diakui oleh masyarakat internasional sebagai bangsa yang
kuat dan kompak.
Wawasan nasional bangsa Indonesia adalah wawasan nusantara
yang merupakan pedoman bagi proses pembangunan nasional
menuju tujuan nasional. Sedangkan ketahanan nasional
merupakan kondisi yang harus diwujudkan agar proses
pencapaian tujuan nasional tersebut dapat berjalan dengan
sukses. Oleh karena itu, diperlukan suatu konsepsi ketahanan
nasional yang sesuai dengan karakteristik bangsa
Indonesia.Dengan adanya wawasan nusantara, kita harus dapat
memiliki sikap dan perilaku yang sesuai kejuangan, cinta tanah
air serta rela berkorban bagi nusa dan bangsa.Dalam kaitannya
dengan pemuda penerus bangsa hendaknya ditanamkan sikap
wawasan nusantara sejak dini sehingga kecintaan mereka terhadap
bangsa dan negara lebih meyakini dan lebih dalam.

Jadi dari paparan diatas secara singkat dapat dikatakan bahwa


hubungan wawasan nusantara dengan ketahanan nasional sangat
berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya. Dimana wawasan
nusantara adalah merupakan dasar atau pedoman bagi seluruh
warga negara indonesia untuk mewujudkan suatu ketahanan
nasional yang kuat dan tangguh guna menjaga, mempertahankan,
mengembangkan dan mencapai cita-cita bangsa indonesia sesuai
dengan UUD 1945.

H. KEDUDUKAN DAN FUNGSI KETAHANAN NASIONAL


Kedudukan dan fungsi ketahanan nasional dapat dijelaskan
sebagai berikut :
a. Kedudukan
Ketahanan nasional merupakan suatu ajaran yang diyakini
kebenarannya oleh seluruh bangsa Indonesia serta merupakan
cara terbaik yang perlu di implementasikan secara berlanjut
dalam rangka membina kondisi kehidupan nasional yang ingin
diwujudkan, wawasan nusantara dan ketahanan nasional
berkedudukan sebagai landasan konseptual, yang didasari oleh
Pancasil sebagai landasan ideal dan UUD sebagai landasan
konstisional dalam paradigma pembangunan nasional.
b. Fungsi
Ketahanan nasional dalam fungsinya sebagai doktrin dasar
nasional perlu dipahami untuk menjamin tetap terjadinya pola
pikir, pola sikap, pola tindak dan pola kerja dalam menyatukan
langkah bangsa yang bersifat inter – regional (wilayah), inter –
sektoral maupun multi disiplin.
I. KONSEP DASAR KETAHANAN
NASIONAL

a. Model Astagatra
Model Astagatra merupakan perangkat hubungan bidang
kehidupan manusia dan budaya yang berlangsung diatas bumi
degan memanfaatkan segala kekayaan alam. Terdiri 8 aspek
kehidupan nasional :
1. Tiga aspek (tri gatra) kehidupan alamiah, yaitu :
a. Gatra letak dan kedudukan geografi. Unsur atau Gatra
Wilayah Wilayah turut menentukan kekuatan nasional
negara, meliputi:
1. Bentuk wilayah negara dapat berupa negara pantai,
negara kepulauan atau negara continental.
2. Luas wilayah negara.
3. Posisi geografis, astronomis, dan geologis negara.
4. Daya dukung wilayah Negara, ada wilayah yang
habitable, dan ada yang unhabitable.

b. Gatra keadaan dan kekayaan alam Unsur atau Gatra


Sumber Daya Alam Meliputi:
1. Potensi sumber daya alam wilayah yang
bersangkutan mencakup sumber daya alam hewani,
nabati, dan tambang.
2. Kemampuan mengeksplorasi sumber daya alam.
3. Pemanfaatan sumber daya dengan memperhitungkan
masa depan dan lingkungan hidup.
4. Kontrol atas sumber daya alam

c. Gatra keadaan dan kemampuan penduduk Unsur atau


Gatra Penduduk. Penduduk suatu Negara menetukan
kekuatan atau ketahanan nasional Negara yang
bersangkutan. Faktor yang berkaitan dengn penduduk
Negara meliputi dua hal:
1. Aspek kualitas mencakup tingkat pendidikan,
keterampilan, etos kerja, dan kepribadian.
2. Aspek kuantitas yang mencakup jumlah penduduk,
pertumbuhan, persebaran, perataan, dan perimbangan
penduduk ditiap wilayah negara.

2. Lima aspek (panca gatra) kehidupan social, yaitu :


a. Gatra ideologi Unsur atau Gatra dibidang Ideologi
Ideologi adalah seperangkat gagasan, ide, cita dari
sebuah masyarakat tentang kebaikan bersama yang
dirumuskan dalam bentuk tujuan yang harus dicapai dan
cara-cara yang digunakan untuk mencapai tujuan
itu.Fungi pokok Ideologi dalam mendukung ketahanan
nasional:
1. Sebagai tujuan atau cita-cita dari kelompok
masyarakat yang bersangkutan.
2. Sebagai sarana pemersatu dari masyarakat yang
bersangkutan.

b. Gatra Politik Unsur atau Gatra di bidang Politik


Penyelenggaraan bernegara dapat ditinjau
dari beberapa aspek, yaitu:
a. Sistem politik yang dipakai yaitu apakah
system demokrasi atau non demokrasi.
b. Sistem pemerintahan yang dijalankan apakah
system presidensil atau parlementer.
c. Bentuk pemerintahan yang dipilih apakah republic atau
kerajaan
d. Susunan Negara yang dibentuk apakah sebagai Negara
kesatuan atau Negara serikat

c. Gatra ekonomi Unsur atau Gatra dibidang Ekonomi


Suatu Negara dapat pula mengembangkan sisitem
ekonomi yang dianggap sebagai cerminan dari nilai dan
ideologi bangsa yang bersangkutan.
d. Gatra sosial budayaUnsur atau Gatra dibidang Ekonomi
Suatu Negara dapat pula mengembangkan sisitem
ekonomi yang dianggap sebagai cerminan dari nilai dan
ideologi bangsa yang bersangkutan.
e. Gatra pertahanan dan keamanan.Unsur atau Gatra
dibidang Ekonomi
Suatu Negara dapat pula mengembangkan sisitem
ekonomi yang dianggap sebagai cerminan dari nilai dan
ideologi bangsa yang bersangkutan.

b. Model Morgenthau
Model Morgenthau bersifat deskriptif kualitatif diturunkan
secara analitis atas tata kehidupan nasional secara makro
sehingga ketahanan masyarakat bangsa terwujud sebagai
kekuatan.
c. Model AT Mahan
Model AT Mahan merupakan kekuatan nasional yang
meliputi :
1. Letak geografi
2. Bentuk dan wujud bumi
3. Luas wilayah
4. Jumlah penduduk
5. Watak nasional dan bangsa
6. Sifat pemerintahan

d. Model Cline
Model Cline melihat suatu Negara dari luar sebagaimana
dipersepsikan oleh Negara lain. Baginya hubungan antar
Negara pada hakekatnya amat dipengaruhi oleh persepsi suatu
Negara terhadap Negara lainnya, termasuk didalamnya
persepsi atas sistem penangkalan dari Negara lainnya.

J. .HUBUNGAN ANTARA GEOPOLITIK DAN GEOSTRATEGI

Sebagai satu kesatuan negara kepulauan, secara konseptual,


geopolitik indonesia dituangkan dalam salah satu doktrin
nasional yang disebut Wawasan Nusantara dan politik luar
negeri bebas aktif. Sedangkan geostrategi indonesia diwujudkan
melalui konsep ketahanan nasional yang bertumbuh pada
perwujudan kesatuan ideologi, politil, ekonomi, sosial budaya
dan pertahanan keamanan.

SUMBER Refrensi

1.https://afidburhanuddin.files.wordpress.com/2013/03/buku-
pendidikan-anti-korupsi-1.pdf

2.http://www.bpkp.go.id/public/upload/unit/investigasi/files/
Gambar/PDF/peranan_mahasiswa.pdf

3. BUKU PENDIDIKAN UNTUK KEWARGANEGARAAN UNTUK


PERGURUAN TINGGI (PROF. DR. H. KAELAN, M.S.)
4. Dwi Sulisworo, Tri, Wahyuning Dikdik dan Beha Arif (2012). Hibah
Materi Pembelajaran Non Konvensional 2012. Yogyakarta : Universitas
Ahmad Dahlan.
5. Buku Hassan Suryono, dkk : KEWARGANEGARAAN MATA
KULIAH WAJIB UMUM di PERGURUAN TINGGI. LPPM : Universitas
Sebelas Maret

Anda mungkin juga menyukai