Anda di halaman 1dari 7

TOPIK 1 RUANG KOLABORASI

PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL


Oleh Kelompok 1:
Nurrahmi Ananda (2201246054)
Siti Muniroh (2201246060)
Wibi Prama (2201246062)
PPG Prajabatan Gelombang 2 Geografi
Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

Latar Belakang:
(konteks guru baru yang humanis, role model, dan belum berpengalaman)
Butet adalah seorang lulusan Sarjana Pendidikan yang sangat mencintai belajar dan
berbagi ilmu dengan orang lain. Visi yang dimilikinya adalah seluruh anak-anak di
Indonesia, dapat memperoleh pendidikan yang memadai supaya dapat menjadi generasi
penerus bangsa yang baik. Penerus bangsa yang menjunjung tinggi nilai nasionalisme dan
toleransi dalam setiap perbedaan individu.
Walau dirinya termasuk seorang pribadi yang sulit bersosialisasi dan bergaul, Butet
selalu bersemangat ketika dirinya menyiapkan materi dan metode untuk pembelajaran.
Selain itu Butet selalu memiliki kesulitan untuk mencairkan suasana sebelum memulai
pembelajaran. Butet seringkali merasa khawatir akan respon yang akan diperolehnya saat
dirinya berusaha mencairkan suasana kelas. Ia seringkali merasa dirinya sukar mengatur
prioritas karena baginya semua hal penting dan mendesaknya untuk segera menyelesaikan
secepat mungkin. Berikut adalah beberapa kasus yang terjadi pada Butet.
Kasus 1:
Hari ini adalah pertama Butet masuk ke dalam kelas. Ia merasa sangat bersemangat
namun juga merasa khawatir. Saat orientasi guru baru, Butet diberi pengarahan bahwa
Butet akan menjadi wali kelas dari kelas yang sangat sulit dikelola. Sebagian besar anak-
anak di kelas tersebut adalah anak-anak yang sangat aktif dan seringkali tidak mau
mengikuti aturan yang diberikan dari guru-guru sebelumnya. Mendengar hal itu, Butet
pun sudah mempersiapkan beberapa rencana dalam memperkenalkan dirinya di depan
kelas nantinya. Ketika mendekati masuk ke kelas, Butet merasa khawatir namun cukup
percaya diri bahwa dirinya akan mampu menghadapi mereka. Waktu menunjukkan pukul
07.00 WIB tepat, Butet memasuki ruangan kelas dan tiba-tiba se-ember air jatuh di atas
kepala Butet. Seluruh kelas pun tertawa terbahak-bahak. Seketika itu juga Butet terbelalak
hingga wajahnya memerah. Butet rasanya ingin berteriak namun tidak mampu. Butet
hanya berjalan menuju meja guru dan langsung duduk sembari mengeringkan dirinya yang
basah kuyup.
Pertanyaan Diskusi
1. Apakah masalah yang dihadapi Butet? Uraikan dengan padat dan jelas.
2. Sesuai dengan yang sudah dipelajari pada bagian sebelumnya, bagaimana penerapan
kompetensi Sosial-Emosional (KSE) pada masalah tersebut?
Jawaban:
1. Butet merupakan seseorang yang memikirkan hal yang berlebihan sebelum terjadi,
kurang bergaul dan kurang berkomunikasi dengan guru lain mengenai karakteristik
peserta didik di kelas tersebut. Kekhawatiran Butet terhadap kelas yang sangat sulit
dikelola karena sebagian besar peserta didik sangat aktif dan seringkali tidak mau
mengikuti aturan yang diberikan dari guru-guru sebelumnya. Selain itu Peserta didik
di kelas itu juga tidak memiliki tata karma dan sopan santun, mereka tidak bisa
menghargai gurunya, karena ketika Butet memasuki kelas untuk pertama kalinya, ia
terkena guyuran air se-ember dan di tertawakan oleh peserta didik. Untungnya Butet
dapat mengelola emosinya walaupun sebenarnya ingin meluapkan kemarahannya.
2. Menerapkan latihan berkesadaran penuh (mindfulness) juga dengan mengembangkan
kompetensi kesadaran diri (self awareness). Untuk mencapai pemahaman kesadaran
diri dan mampu mengenali emosinya, Butet dapat mempraktikkan kesadaran penuh
(mindfulness). Salah satu latihan diri yang dapat digunakan adalah dengan teknik
STOP, yaitu:
S: Stop (berhenti sejenak),
T: Take a deep break (menarik nafas dalam),
O: Observe (Mengamati apa yang terjadi pada tubuh, pikiran dan perasaan).
P: Proceed (Lanjutkan).
Kasus 2:
Dua bulan telah berlalu sejak peristiwa di hari pertama yang lalu. Butet mulai terbiasa
dengan ritme pekerjaan yang dimilikinya. Meskipun demikian, Butet merasa lelah dan
kehilangan semangat memasuki bulan ketiga. Pada bulan ketiga ini merupakan jadwal
penilaian masa percobaan Butet sebagai guru baru. Butet merasa kesulitan mendekatkan
diri dengan siswa siswi di kelasnya. Ada lima siswa yang selalu tidak mengumpulkan tugas
mandiri dan seringkali mengabaikan peringatan yang diberikan oleh Butet saat proses
belajar mengajar berlangsung. Butet kemudian menjadi khawatir hasil evaluasi tiga bulanan
ini akan terpengaruh karena hal itu, sehingga Butet mencoba untuk mendekati kelima siswa
tersebut. Kelima siswa tersebut sama sekali tidak mengindahkan panggilan dari Butet.
Butet bingung dan merasa tidak berdaya.
Pertanyaan Diskusi
1. Apakah masalah yang dihadapi Butet? Uraikan dengan padat dan jelas.
2. Sesuai dengan yang sudah dipelajari pada bagian sebelumnya, bagaimana penerapan
Kompetensi Sosial-Emosional (KSE) pada masalah tersebut?
Jawaban:
1. Kebingungan dan rasa ketidakberdayaan yang dialami Butet disebabkan oleh
ketidakmampuannya dalam membangun relasi yang sehat dengan peserta didiknya
(relational skill). Selain itu, kebingungan yang dialami Butet juga dapat disebabkan oleh
kurangnya kesadaran sosial (social awareness) yang dimiliki Butet sehingga dia
berputus asa dan merasa lelah serta tidak bersemangat lagi, apalagi ada beberapa peserta
didik sering mengabaikan tugas yang di berikan dan tidak mau diatur. Hal ini
menyebabkan ketidakmampuan Butet dalam berempati dan mengambil perspektif
yang baru dalam upaya mendekati peserta didik yang bermasalah di
kelasnya. Butet belum dapat mengendalikan kelasnya secara keseluruhan, karena dia
terbiasa dengan ritme yang dia kerjakan tanpa memikirikan apa yang di butuhkan
peserta didik. Padahal sudah memasuki bulan ke tiga dan waktu penilaian yang
ditunjukan kepada butet sebagai guru baru.
2. Penerapan KSE pada masalah tersebut adalah Kesadaran Sosial atau Empati.
kesadaran sosial ini kita diharapkan membangun kemampuan untuk menempatkan diri
dan melihat perspektif orang lain. Empati merupakan kemampuan untuk mengenali
dan memahami serta ikut merasakan perasaan-emosi orang lain sehingga dapat melihat
perspektif sudut pandang orang lain. Baru setelah kita mampu melihat dari kaca mata
orang lain, kita dapat menghargai dan memahami konteksnya. Apa saja yang mendasari
perilaku, sikap dan cara berpikir orang tersebut. Keterampilan berempati merupakan
keterampilan yang membantu seseorang memiliki hubungan yang hangat dan lebih
positif dengan orang lain. Mengapa? Karena empati mengarahkan kita untuk
mengurangi fokus hanya ke diri sendiri, melainkan juga belajar merespon orang lain
dengan cara yang lebih informatif dan penuh afeksi ke orang lain sehingga lingkungan
yang inklusif akan terbentuk. Menanamkan empati dapat dilakukan dengan langkah
yang paling sederhana yaitu dengan menaruh perhatian pada perasaan orang lain dengan
bertanya:
1. Apa yang dirasakan orang tersebut?
2. Apa yang mungkin akan dia lakukan?
3. Apa yang saya rasakan jika mengalami kejadian yang sama?
Setelah menanyakan beberapa hal tersebut sebelum berbicara atau bertindak, meyakini
bahwa setiap orang berbeda, dan memberi dukungan pada orang lain meskipun berbeda
pandangan akan memungkinkan kita untuk bersikap lebih empati pada orang lain.
Empati merupakan keterampilan yang bisa dilatih untuk kemudian diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Langkah-langkah yang bisa dilakukan untuk melatih empati
dalam diri kita:
• Menaruh perhatian pada perasaan orang lain
• Berpikir sebelum berbicara atau bertindak
• Meyakini bahwa tidak ada satupun orang di dunia ini yang sama
• Menghargai orang lain meskipun berbeda pandangan.
Sebenarnya Butet memiliki keterampilan manajemen diri (self management) yang
cukup baik terbukti Butet masih mampu bertahan disekolah tersebut meski sudah
mendapat perlakukan kurang baik dari peserta didik. Namun pada bulan ketiga ternyata
Butet kehilangan motivasi dan semangat kerja. Butet perlu memahami lagi dirinya
sendiri tentang apa yang bisa mengembalikan motivasi dan semangatnya dalam
mengajar. Pada bagian social awareness Butet menunjukan bahwa dirinya belum bisa
memahami mengapa lima siswa yang selalu tidak mengumpulkan tugas mandiri dan
seringkali mengabaikan peringatan yang diberikan. Pada bagian Keterampilan sosial
(Relationship Skill) Butet menunjukan bahwa belum mampu menjalin komunikasi dan
relasi yang baik dengan peserta didik, terbukti dengan adanya peserta didik yang tidak
menghiraukan perintah Butet. Sebaiknya Butet melakukan pendekatan dengan Peserta
didik dengan cara meningkatkan kemampuan bersosial, salah satunya berinteraksi
dengan peserta didik baik di dalam kelas maupun di luar kelas berdasarkan latar
belakang, kebutuhan dan tahap perkembangan peserta didik.
Kasus 3:
Satu semester akhirnya berhasil dilalui oleh Butet dengan segala tantangan dan peristiwa
yang beragam. Butet merasa senang walaupun masih sering khawatir dirinya belum
mampu menjadi contoh yang baik untuk anak-anak. Beberapa kali di kelas, Butet sering
berteriak saat ingin diperhatikan. Butet merasa bersalah karena harus berteriak-teriak
seperti itu, namun Butet pun bingung harus bagaimana mencari perhatian siswa-siswanya
itu. Akhirnya Butet pun memutuskan untuk memberikan tugas di beberapa mata pelajaran.
Hal ini dilakukan Butet dengan harapan ada siswa yang bingung dan bertanya kepada
Butet terkait tugas tersebut. Setelah tugas diberikan, Butet menanti siswa-siswinya akan
bertanya, namun kenyataannya tidak ada yang bertanya. Butet kemudian merasa
diabaikan dan merasa dirinya semakin tidak berdaya.
Pertanyaan Diskusi
1. Apakah masalah yang dihadapi Butet? Uraikan dengan padat dan jelas.
2. Sesuai dengan yang sudah dipelajari pada bagian sebelumnya, bagaimana penerapan
kompetensi Sosial-Emosional (KSE) pada masalah tersebut?
Jawaban:
1. Butet masih sering merasa khawatir dirinya belum mampu menjadi contoh yang baik
untuk peserta didiknya. Butet kurang bisa mengendalikan emosinya sehingga sering
berteriak di kelas, padahal hal itu bisa mengakibatkan ketidaknyamanan peserta didik
dalam belajar. Butet belum bisa memahami karakteristik peserta didik di kelas yang
diampunya sehingga butet sering merasa bingung untuk mencari perhatian peserta
didiknya. Butet juga merasa kecewa dengan para siswanya yang tidak juga bertanya
terkait tugas-tugas yang diberikan oleh nya. Butet merasa diabaikan dan tidak berdaya.
Selain itu Butet kurang merefleksikan diri dan sharing dengan guru-guru senior di
lingkungan kerjanya.
2. Penerapan KSE yang tepat pada kasus 3 adalah Keterampilan Berelasi (Relationship
Skill), Kerja Sama dan Resolusi Konflik Dalam kehidupan sehari-hari, kita dihadapkan
pada berbagai bentuk kerja sama dengan berbagai pihak, baik murid, guru, rekan kerja,
orang tua, dan komunitas masyarakat lainnya. Dalam kerja sama untuk mencapai tujuan
bersama, sewajarnya kita akan menghadapi perbedaan pendapat dan konflik.
Kemampuan kita untuk bekerja sama dan menyelesaikan konflik dengan konstruktif
akan membantu kita membangun hubungan yang positif dengan orang lain. Hubungan
yang positif tidak hanya dapat membangun rasa percaya (trust), tetapi diyakini dapat
memitigasi stres, melawan penyakit, dan memperpanjang umur seseorang. beberapa
keterampilan yang perlu dikembangkan untuk dapat membangun kerja sama:
✓ Keterampilan menyampaikan pesan dengan jelas dan mendengarkan secara
aktif
✓ Keterampilan menyatakan sikap setuju dan tidak setuju dengan sikap saling
menghargai
✓ Keterampilan mengelola tugas dan peran dalam kelompok
• Butet menyadari mengenai keadaan dirinya sendiri (Self Awarness). Namun pada
permasalahan tersebut Butet merasa pesimis dan kurang memberikan solusi yang
tepat. Ada baiknya Butet memiliki rasa optimis ketika masuk di kelas, bahwa ia dapat
menangani kelas tersebut.
• Butet Masih kurang dalam hal manajemen diri (Self Mangement), Pada pemasalahan
tersebut Butet berusaha mencari perhatian peserta didiknya dengan cara berteriak,
Butet masih belum bisa memanajemen dirinya untuk mencari perhatian siswa ketika
belajar. Cara berteriak yang dilakukan bukan merupakan cara yang baik. Butet
seharusnya memilih cara berkomunikasi dengan lebih baik selain berteriak dan
berusaha untuk tetap tenang.
• Pengambilan Keputusan yang bertanggung jawab (Responsible Decision Making)
masih kurang bijak. Untuk mencari perhatian siswa, Butet meminta mengerjakan
tugas dan berharap ada siswa yang bertanya tentang tugas tersebut, namun tidak ada
siswa yang bertanya. Butet menjadikan tugas sebagai alat untuk mendapatkan perhatian
siswa. Keputusan yang dilakukan Butet kurang tepat, karena sebelum mengerjakan
tugas, Butet seharusnya terlebih dahulu memberikan penjelasan atau petunjuk tentang
tugas atau aktivitas yang akan dilakukan. Butet memilih memberikan penugasan
dengan harapan ada siswa yang bingung bertanya kepadanya terkait tugas tersebut.
• Kesadaran sosial (Social Awarness) yang dimiliki Butet masih kurang. Dia belum
bisa memahami kondisi dan kondisi peserta didiknya. Butet merasa diabaikan dan
menjadikan itu sebagai suatu hal yang berlebihan. Ada baiknya Butet mencari tahu atau
memandang dari sudut pandang siswa mengapa siswa tidak memperhatikan ketika
pembelajaran berlangsung. Dengan demikian Butet dapat menemukan masalah dan
mencari solusi ke depannya.
• Keterampilan sosial (Relationship skills) Butet masih kurang dalam keterampilan
sosial. Hal ini terlihat dari kemampuan komunikasi yang masih kurang dengan siswa.
Cara berteriak-teriak dan menjadikan tugas untuk mencari perhatian siswa bukanlah
cara yang baik untuk memulai komunikasi dengan siswa. Ada baiknya Butet membuat
kesepakatan kelas bersama supaya hubungan sosial dengan siswa semakin akrab.

Anda mungkin juga menyukai