Anda di halaman 1dari 3

Sebagai seorang pendidik di abad 21 penting bagi kita untuk mempelajari dan

mengetahui karakteristik peserta didik. Berdasarkan landasan yuridis dan teoritik, perlu
dilakukan identifikasi karakteristik peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Pertama
Peraturan pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan bahwa
pengembangan pembelajaran dilakukan dengan memperhatikan; tuntutan, bakat,
minat, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik. Kedua secara teoretik menurut
Hamzah. B. Uno (2007) Karakteristik peserta didik adalah aspek-aspek atau kualitas
perseorangan peserta didik yang terdiri dari minat, sikap, motivasi belajar, gaya belajar
kemampuan berfikir, dan kemampuan awal yang dimiliki.

Karakteristik umum peserta didik terdiri atas enam aspek, yakni: gender, etnik, usia,
kultural, status sosial dan minat. Sebagai pendesain pembelajaran guru harus
menjadikan karakteristik peserta didik sebagai salah satu tolok ukur bagi perencaan
dan pengelolaan proses belajar mengajar, karena dalam kegiatan belajar, peserta didik
diharapkan mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Standar keberhasilan proses
belajar mengajar itu bergantung kepada tingkat pencapaian pengetahuan, keterampilan
dan afeksi oleh peserta didik. Heterogenitas kelas menjadi salah satu keniscayaan yang
harus dihadapai guru.

1. Gender
Guru harus dapat mengetahui karakteristik peserta didik dari segi gender dikarenakan antara laki-
laki dan perempuan memiliki perbedaan yang tidak hanya dari jenis kelamin tetapi juga efeknya ke
perbedaan secara fisik dan kepribadian dalam mengikuti proses pembelajaran. Sampai
sekarang perbedaan perlakuan karena gender masih menjadi masalah, karena
adanya perbedaan perlakuan yang sering terjadi dalam lingkungan sosial
masyarakat, keluarga dan sekolah.
Yang harus dilakukan guru di dalam pembelajaran, sebaiknya guru memberikan
tugas-tugas kelas kepada anak-anak dengan cara yang equitable (seimbang, adil
dan fair) dan tentukan cara agar anak laki-laki dan anak perempuan dapat bermain
bersama dengan tenang dan aktif. Tindakan informal ini dapat memberikan model
yang dapat diikuti peserta didik

2. Etnis
Etnis mengacu pada kelompok yang memiliki bahasa dan identitas yang sama.
Misalnya orang-orang yang memiliki suku yang sama, keturunan jawa, padang,
melayu, batak, dll meskipun dalam satu kebangsaan Indonesia.
Guru harus dapat mengetahui karakteristik peserta didik dari segi etnis dikarenakan
perbedaan etnis merupakan hal yang tidak dapat dihindari dalam suatu lingkungan
kelas. Setiap peserta didik tentunya memiliki latar belakang etnis yang berbeda,
namun demikian perbedaan ini bukanlah hal yang harus memicu terjadinya
diskriminasi dalam proses belajar-mengajar ataupun menimbulkan adanya
kelompok-kelompok eksklusif berdasarkan etnis peserta didik.
Dalam proses pembelajaran, banyak peserta didik yang beragamnya etnis maka
terjadilah proses akulturasi antar peserta didik. Guru harus menciptakan suasana
belajar dalam kelas yang menghargai perbedaan etnis dari setiap peserta didik,
sehingga dapat membantu peserta didik-peserta didiknya mengalami perubahan
dalam pola perilaku yang menghargai perbedaan tersebut. Selain itu guru harus
mengembangkan kondisi kelas dengan strategi pembelajaran yang dapat merespon
beragam kebutuhan peserta didik, terlepas dari latar belakang etniknya dan
memastikan bahwa kurikulumnya adil dan relevan secara kultural. Guru harus peka
terhadap dasar perbedaan budaya yang dapat mempengaruhi peserta didik dikelas.

3. Usia
Peserta didik, khususnya di Sekolah Dasar berada direntang usia 6-12 tahun, usia
tersebut masuk di dalam masa anak-anak dan dalam perkembangan kognitifnya
masuk di fase praoperasional (2-7 tahun), operasional konkrit (7-12 tahun) dan
operasional formal (11 tahun ke atas) dimana karakteristik anak pada usia tersebuat
adalah anak yang sedang mengalami pertumbuhan baik pertumbuhan intelektual,
emosional maupun pertumbuhan secara fisik.
Guru harus memahami karakteristik peserta didik dari segi usia dikarenakan usia
sangat mempengaruhi kematangan baik secara kognitif, afektif, maupun
psikomotorik agar guru dapat menciptakan pembelajaran yang sesuai dengan
pertumbuhan dan perkembangannya serta dapat mengakomodir peserta didik dari
segala aspek.

4. Kultural
Dalam kelas-kelas di sekolah dasar, peserta didik memiliki latar belakang kultural
yang berbeda. Guru harus dapat menciptakan sebuah pembelajaran multicultural
yang menjunjung tinggi demokrasi dan keberagaman dalam pengembangan potensi
siswa, mampu menciptakan bahan sajar yang sesuai dengan pola keragaman
budaya seluruh siswa, penialaian siswa dilakukan dengan mempertimbangkan asas
sensivitas kultural siswa sehingga secara proporsional mampu mengembangkan
bakat dan minat siswa yang secara langsung juga dapat mendukung budaya sekolah
dan kegiatan ekstrakurikuler yang merefleksikan keragaman budaya.

5. Status sosial
Berbicara mengenai status sosial peserta didik, erat kaitannya dengan pekerjaan dan
penghasilan dari orangtua peserta didik itu sendiri. Hal ini mempengaruhi proses
belajar peserta didik yang nantinya berdampak terhadap hasil belajaranya
Di dalam kelas, guru tidak boleh mengelompokkan peserta didik berdasarkan
perbedaan kelas sosialnya, hal ini akan mempengaruhi psikis peserta didik yang
kelas sosialnya rendah. Sehingga dapat terjadi perbedaan prestasi antara kelas
sosial tingga dengan kelas sosial rendah.

6. Minat
Minat merupakan kecenderungan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat sangat
berpengaruh pada proses pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik. Agar
proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik, maka kita harus meningkatkan
minat peserta didik terhadap mata pelajaran yang hendak akan diajarkan kepada
peserta didik. Di kelas, banyak sekali ditemui peserta didik yang memiliki minat yang
rendah terhadap suatu mata pelajaran, khususnya mata pelajaran eksak seperti
matematika. Alasan terbesar mereka menghindari pelajaran tersebut karena sulit
untuk mereka pahami, ditambah lagi rumus-rumus yang banyak dan membosankan.
Walaupun minat peserta didik terhadap sebuah mata pelajaran berbeda, guru
sebaiknya tetap memperlakuan peserta didik di kelasnya tersebut sebagai individu
yang memiliki potensi, dan berusaha mengembangkan potensi tersebut dengan
membuat proses pembelajaran yang dilakukan semenarik mungkin sehingga peserta
didik terkesan dan serta meningkatkan potensi mereka.

Anda mungkin juga menyukai