Anda di halaman 1dari 26

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perbedaan dalam segala aspek kehidupan terutama pada aktivitas


keseharian manusia merupakan kehidupan ini beragam dalam suasana yang begitu
menarik, sebab perbedaan akan mengantarkan sebuah panorama yang begitu
indah, ketika hal tersebut diletakkan sebagai alat untuk saling mengikat satu sama
lain dalam upaya membangun sebuah bangunan kehidupan yang harmonis.
Perbedaan di atas banyak ditemukan dilingkungan pendidikan, terutama di
sekolah.

Tradisi keilmuan dalam bidang pendidikan terdapat kesepakatan bahwa


lembaga pendidikan terdiri dari berbagai bentuk, yaitu pendidikan formal,
informal, dan non-formal yang dipakai untuk membagi lembaga pendidikan dari
segi administrasi penyelenggarannya,namun pada proses pembelajaran manusia
diasumsikan terjadi dalam lembaga-lembaga social tertentu di mana secara umum
manusia mengalami tahapan proses pendidikan dalam keluarga, sekolah, dan
masyarakat. Jika di dalam keluarga terdapat orangtua dan anak, maka di sekolah
terdapat guru dan siswa yang merupakan pelengkap dalam proses pendidikan,
sekolah tanpa siswa ruang menjadi hampa, dan sekolah tanpa guru pun demikian.
Interaksi siswa dan guru menjadi satu bagian yang harus dilakukan untuk
mencapai proses pendidikan di sekolah, sehingga dari ketiga bentuk lembaga
pendidikan menjadi hal turut menunjang proses pembelajaran.

1
Toleransi menurut Tillman adalah sebuah sikap untuk saling menghargai,
melalui pengertian dengan tujuan untuk kedamaian. Toleransi disebut-sebut
sebagai faktor esensi dalam terciptanya sebuah perdamaian.Sedangkan Max Isaac
Dimont Menurut Dimont, pengertian toleransi adalah sikap untuk mengakui
perdamaian dan tidak menyimpan dari norma-norma yang diakui dan berlaku.
Toleransi juga diartikan sebagai sikap menghormati dan menghargai setiap
tindakan orang lain.

Adapun menurut Heiler, pengertian toleransi adalah sikap seseorang yang


mengakui adanya pluralitas agama dan menghargai setiap pemeluk agama
tersebut. Ia menyatakan, setiap pemeluk agama mempunyai hak untuk menerima
perlakuan yang samadari semua orang.menurut hawkin toleransi ialah sebuah
perasaan yang dapat menghargai yang diartikan sebagai sikap menghormati antara
sesama manusia yang berbeda dalam pendapat maupun agama,sukusebuah
keniscayaan. Adanya perbedaan agama, budaya, suku, dan lain sebagainya
menjadikan,ras,dan budaya.

Berdasarkan hasil pra-observasi di atas, sangat menarik bagi peneliti untuk


diteliti lebih jauh bagaimana pendidikan toleransi yang diterapkan di sekolah ini,
baik dari segi pengajaran di sekolah maupun aktivitas kegiatan sekolah tentang
pendidikan toleransi dalam kehidupan beragama di sekolah, penelitian ini
dilakukan tentunya membangun sikap toleransi pada siswa, karena dengan
membangun sikap toleransi dalam kehidupan beragama di sekolah, maka sekolah
akan membangun sebuah generasi bangsa yang lebih sadar akan keberbedaan dan
keberagaman di Indonesia.

2
Secara tidak langsung juga, sekolah membangun sebuah kesadaran kritis pada
diri siswa.Para siswa pun bisa membentuk sebuah etika di dalam dirinya.Sehingga
peneliti membuat penelitian dengan judul Pendidikan Perbedaan agama dan
pengaruhnya terhadap susana di lingkungan sekolah. Selanjutnya peneliti berharap
hasil penelitian ini bisa menjadi wacana bagi penulis dan praktisi pendidikan
sekaligus implementasi pendidikan toleransi dalam lingkungan
beragama di sekolah.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, pokok masalah dalam penelitian ini
adalah Perbedaan agama dan pengaruhnya terhadap suasana di lingkungan
sekolah, maka penulis merumuskan 3 masalah penelitian yaitu

1.Apa perogram-perogram sekolah yang mendukung pendidikan toleransi


dalam kehidupan sehari-hari disekolah .

2.Bagaimana cara para siswa berperilaku toleransi terhadap siswa lain yang
berbeda agama di lingkungan sekolah

C. Hipotesis

Perogram-program yang mendukung pendidikan toleransi dalam kehidupan


sehari-hari disekolah ialah dengan masih menrima agama lain masuk ke dalam
sekolah walaupun didalam sekolah mayoritas islam. Juga ada didalam undang-
undang yang mencakup tentang toleransi didalam kehidupan sehari-hari baikitu
dilingkungan rumah maupun dilingkungan sekolah. Mungkin itulah faktor-faktor
yang mendukung menerima program-program yang mendukung toleransi dalam
kehidupan sehari-hari disekolah.

3
Cara siswa berperilaku toleransi terhadap siswa yang berbeda agama yaitu
dengan cara tidak membahas agama atau mengejek-ngejek budaya atau adat adat
dari agama lain apalagi tepat didepan orang yang beda agama tersebut karena bisa
jadi orang tersebut tersinggung. Nah untuk menghindari itu usahakan sebelum
berucap atau berbicara usahakan sudah dipikirkan terlebih dahulu apakah itu masih
wajar jika bertanya begini atau sudah kelewatan nah tentunya cara mengetahui itu
kalian lihatlah sikap dan perilaku orang tersebut apakah dia mudah tersinggung
atau tidak.

D. Manfaat penulisan

Hasil penulisan ini di harapkan bermanfaat sebagai bahan informasi bahwa


program program yang mendukung pendidikan toleransi yaitu dimana siswa
berperilaku toleransi terhadap siswayang berbeda agama yaitu tanpa mancaci maki
agama siswa tersebut dan tidak membahas agama sisw siswi tersebut

E. Tujuan penulisan

1. Untuk mengetahui perogram-perogram apa saja yang mendukung toleransi di


sekolah.

2. Untuk mengetahui bagaimana para siswa disekolah bersifat toleransi


dilingkungan sekolah

4
BAB II

KAJIAN TEORI

Toleransi menurut Tillman adalah sebuah sikap untuk saling menghargai,


melalui pengertian dengan tujuan untuk kedamaian. Jika di dalam keluarga terdapat
orangtua dan anak, maka di sekolah terdapat guru dan siswa yang merupakan
pelengkap dalam proses pendidikan, sekolah tanpa siswa ruang menjadi hampa, dan
sekolah tanpa guru pun demikian Toleransi disebut-sebut sebagai faktor esensi dalam
terciptanya sebuah perdamaian. menurut pendapat saya toleransi imenurut tilman
adalah sebuah sikap untuk saling menghargai yang memiliki tujuan untuk kedamaian.

Max Isaac Dimont Menurut Dimont, pengertian toleransi adalah sikap untuk
mengakui perdamaian dan tidak menyimpan dari norma-norma yang diakui dan
berlaku. Perbedaan dalam segala aspek kehidupan terutama pada aktivitas keseharian
manusia merupakan sebuah keniscayaan. Adanya perbedaan agama, budaya, suku,
dan lain sebagainya menjadikan kehidupan ini beragam dalam suasana yang begitu
menarik, sebab perbedaan akan mengantarkan sebuah panorama yang begitu indah,
ketika hal tersebut diletakkan sebagai alat untuk saling mengikat satu sama lain dalam
upaya membangun sebuah bangunan kehidupan yang harmonis.

Perbedaan di atas banyak ditemukan dilingkungan pendidikan, terutama di


sekolah. Toleransi juga diartikan sebagai sikap menghormati dan menghargai setiap
tindakan orang lain.menurut saya pendapat dari max issac dimont dalam
mendekripsikan sebuah toleransi ialah sebuah sikap norma norma yang diakui dan
berlaku.

5
Menurut Heiler, pengertian toleransi adalah sikap seseorang yang mengakui
adanya pluralitas agama dan menghargai setiap pemeluk agama tersebut. Ia
menyatakan, setiap pemeluk agama mempunyai hak untuk menerima perlakuan yang
sama dari semua orang dan sebuah perasaan yang dapat menghargai yang diartikan
sebagai sikap menghormati antara sesama manusia yang berbeda dalam pendapat
maupun agama,suku,ras,dan budaya.menurut saya pendapat dari heiler ialah sebuah
sikap seseorang yang mengakui setiap perbedaan dalam kehidupan.

6
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

tujuan metode penelitian diharapkan peneliti dapat memperoleh hasil


penelitian yang berkompeten, berkredibel, tepat dan tentu saja dapat
dipertanggungjawabkan. Setidaknya dari penelitian yang dilakukan akan menjawab
permasalahan yang sedang diteliti oleh penulis.Dilihat dari segi jenis, metodologi
penelitian pada dasarnya memiliki tiga kemanfaatan. Pertama, memperoleh
pengetahuan atau penemuan baru. Kedua, dapat dimanfaatkan untuk membuktikan
atau menguji kebenaran yang telah ada. Ketiga, membantu dalam mengembangkan
pengetahuan lebih kaya dan lebih banyak.

Metodologi penelitian merupakan sebuah cara untuk mengetahui hasil dari


sebuah permasalahan yang spesifik, dimana permasalahan tersebut disebut juga
dengan permasalahan penelitian.Dalam Metodologi, peneliti menggunakan berbagai
kriteria yang berbeda untuk memecahkan masalah penelitian yang ada. Sumber yang
berbeda menyebutkan bahwa penggunaan berbagai jenis metode adalah untuk
memecahkan masalah Dalam Metodologi, peneliti selalu berusaha untuk mencari
pertanyaan yang diberikan dengan cara-cara yang sistematis yang digunakan dan
berupaya untuk mengetahui semua jawaban sampai dapat mengambil kesimpulan.
Jika penelitian tidak dilakukan secara sistematis pada masalah, akan lebih sedikit
kemungkinannya untuk dapat mengetahui hasil akhir. Untuk menemukan atau
menjelajahi pertanyaan penelitian, peneliti akan menghadapi berbagai permasalahan,
dimana semua itu baru dapat diselesaikan secara efektif jika menggunakan
metodologi penelitian yang benar (Industrial Research Institute, 2010).dalam istilah
sederhana, metodologi dapat diartikan sebagai, memberikan sebuah ide yang jelas
tentang metode apa atau peneliti akan memproses dengan cara bagaimana di dalam
penelitiannya agar dapat mencapai tujuan penelitian.

7
Kesimpulan dari berbagai pengertian tentang metodologi di atas, menurut
versi statistikian adalah: metodologi penelitian adalah sebuah upaya sistematis
dalam rangka pemecahan masalah yang dilakukan peneliti agar dapat menjawab
permasalahan-permasalahan atau fenomena yang terjadi.Dengan menggunakan
metodologi penelitian, peneliti akan dapat mengambil kesimpulan-kesimpulan
sehingga dapat menemukan solusi dari permasalahan. Serta kesimpulan-
kesimpulan tersebut dapat dipercaya, sebab menggunakan pengukuran-pengukuran
secara scientific

A. Jenis Penelitian

1. Metode Kualitatif

Metode kualitatif dinamakan metode baru karena popularitasnya belum


lama. Disebut juga metode postpositivistik karena berlandaskan pada filsafat
postpositivisme. Disebut juga metode artistik karena proses penelitian lebih
bersifat artistik. Disebut juga metode interpretative research.Metode kualitatif,
yang merupakan metode riset yang memberikan penjelasan lebih analisis dan
bersifat subjektif. Pada metode ini peneliti menggunakan perspektif dari
partisipan sebagai gambaran yang diutamakan dalam memperoleh hasil
penelitian.Pada metode kualitatif biasanya menggunakan teknik penelitian
berupa ovservasi, ekspreimen dan wawancara terbuka.

2. Metode Kuantitatif

Metode kuantitatif dinamakan metode tradisional, karena sudah cukup


lama/mentradisi digunakan. Metode kuantitatif disebut juga metode positifistik,
karena berlandaskan pada filsafat positisme. Disebut juga metode medtodel
ilmiah/scienific, karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah, yaitu
kongkrit/empiris,objektif,terukur,rasional,dan sistematis. Disebut juga metode
discovery. Disebut kuantitatif karena data-data berupa angka-angka dan
menggunakan statistik.

8
Kedua, kebalikan dari kualitatif, yaitu metode kuantitatif, yaitu metode
yang dilakukan secara sistematis dan menggunakan model-model yang bersifat
matematis. Hipotesis dan teori yang digunakan biasanya berkaitan dengan
fenomena alam. Sifat penelitian ini adalah objektif, dan analitis.Untuk
memperoleh data-data penelitian biasa digunakan beberapa metode seperti tes,
pengujian dan wawancara terstruktur. Data penelitian yang di dapat berupa
angka, skala maupun grafik yang bisa dihitung.

Dalam metode kualitatif instrumennya adalah orang, yaitu peneliti itu


sendiri. Peneliti adalah sebagai instrumen kunci, untuk dapat menjadi
instrumen, maka peneliti harus memiliki wawasan dan bekal teori yang luas
sehingga mampu bertanya, menganalisis, memotret, dan mengkontruksi situasi
sosial yang diteliti menjadi lebih jelas dan bermakna.

B. Teknik Pengumulan Data

Studi Dokumen adalah metode pengumpulan data yang tidak ditujukan


langsung kepada subjek penelitian. Studi dokumen adalah jenis pengumpulan data
yang meneliti berbagai macam dokumen yang berguna untuk bahan analisis.
Dokumen sekunder adalah dokumen yang ditulis berdasarkan oleh laporan/ cerita
orang lain terdapat informasi mengenai bahan bacaan primer. Umumnya, disebut
dengan dokumen bibliografi. Dokumen Tersier: berisi mengenai informasi dari
jenis sekunder. Contohnya, buku, teks panduan, dan semacamnya.

Pendidikan adalah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang


memperoleh pengetahuan, pemahaman dan cara bertingkah laku yang sesuai
dengan kebutuhan. Pendidikan sendiri tidak dapat dipisahkan dari istilah belajar,
karena pada dasarnya belajar merupakan bagian dari pendidikan.Proses belajar
merupakan suatu kegiatan yang pokok atau utama dalam dunia pendidikan.

9
Manusia tidak akan pernah berhenti belajar karena setiap langkah manusia
dalam hidupnya akan dihadapkan pada permasalahan yang membutuhkan
pemecahan dan menuntut manusia untuk belajar menghadapinya. Pembelajaran di
sekolah memberikan banyak pelajaran yang Puput Tri Hardiyanti dan Nanang
Nuryanta 86 Jurnal Hisbah, Vol. 13, No. 1, Desember 2016 dibutuhkan oleh siswa
yang akan membantu siswa dalam menghadapi masalahnya.

Oleh karena itu sekolah memberikan banyak sekali ilmu yang dibekali untuk
setiap peserta didiknya. Salah satu caranya dengan pembelajaran agama yang
diberikan di sekolah, terutama sekolah yang berbasis agama. Pembelajaran agama
sangat ditekankan, bahkan lingkungan sekolah diciptakan religius diadakannya
ekstrakulikuler wajib berbasis agama seperti BTAQ. Semua dilakukan agar siswa-
siswi dapat mempelajari pembelajaran agama lebih mendalam dan membentuk
sikap yang sesuai dengan apa yang sudah diajarkan dalam agama islam.

Dengan adanya. Manusia pada hakekatnya mempunyai kecendrungan pada


dirinya untuk selalu condong pada agama. Kecendrungan ini dalam islam disebut
fitrah, fitrah merupakan kelanjutan dari perjanjian antara tuhan dan ruh manusia
sehingga ruh manusia dijiwai oleh sesuatu yang disebut dengan kesadaran yang
mutlak dan Maha suci, yang merupakan asal dan tujuan semua yang ada di atas
alam semesta ini.

Jalaludin mengatakan agama menyangkut kehidupan batin manusia. Oleh


karena itu, kesadaran agama dan pengalaman agama seseorang lebih
mengambarkan sisi-sisi batin dalam kehidupan yang ada kaitannya dengan sesuatu
yang sakral dan dunia gaib. Dari kesadaran agama dan pengalaman agama ini pula
kemudian muncul sikap keagamaan yang ditampilkan seseorang.

10
Toleransi secara Bahasa berasal dari Bahasa Inggris “Tolerance” yang berarti
membiarkan. Dalam Bahasa Indonesia diartikan sebagai sifat atau sikap toleran,
mendiamkan membiarkan (KBBI, 1989:955). Dalam Bahasa Arab kata toleransi
(mengutip kamus Al-munawir disebut dengan istilah tasamuh yang berarti sikap
membiarkan atau lapang dada) Badawi mengatakan, tasamuh (toleransi) adalah
pendirian atau sikap yang termanifestasikan pada kesediaan untuk menerima
berbagai pandangan dan pendirian yang beraneka ragam meskipun tidak
sependapat dengannya (Bahari, 2010:51).

Toleransi menurut istilah berarti menghargai, membolehkan, membiarkan


pendirian pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan dan sebagainya
yang lain atau yang bertentangan dengan pendirinya sendiri. Misalnya agama,
Ideologi, Ras (Poerwadarminta, 1976:829). Sedangkan menurut Tillman toleransi
adalah saling menghargai, melalui pengertian dengan tujuan kedamaian. Toleransi
adalah metode menuju kedamian. Toleransi di sebut sebagai faktor esensi untuk
perdamaian. 12 (Tillman, 2004:95).

Pada intinya Toleransi berarti sifat dan sikap menghargai. Sifat dan sikap
menghargai harus ditunjukkan oleh siapapun terhadap bentuk pluralitas yang ada
di Indonesia. Sebab toleransi merupakan sikap yang paling sederhana, akan tetapi
mempunyai dampak yang positif bagi integritas bangsa pada umumnya dan
kerukunan bermasyarakat pada khususnya. Tidak adanya sikap toleransi dapat
memicu konflik yang tidak diharapkan.

SUMBER : http://etheses.uin-malang.ac.id/1216/6/11410138_Bab_2.pdf

11
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perbedaan dalam segala aspek kehidupan terutama pada aktivitas keseharian


manusia merupakan kehidupan ini beragam dalam suasana yang begitu menarik,
sebab perbedaan akan mengantarkan sebuah panorama yang begitu indah, ketika hal
tersebut diletakkan sebagai alat untuk saling mengikat satu sama lain dalam upaya
membangun sebuah bangunan kehidupan yang harmonis. Perbedaan di atas banyak
ditemukan dilingkungan pendidikan, terutama di sekolah.

Tradisi keilmuan dalam bidang pendidikan terdapat kesepakatan bahwa


lembaga pendidikan terdiri dari berbagai bentuk, yaitu pendidikan formal, informal,
dan non-formal yang dipakai untuk membagi lembaga pendidikan dari segi
administrasi penyelenggarannya,namun pada proses pembelajaran manusia
diasumsikan terjadi dalam lembaga-lembaga social tertentu di mana secara umum
manusia mengalami tahapan proses pendidikan dalam keluarga, sekolah, dan
masyarakat. Jika di dalam keluarga terdapat orangtua dan anak, maka di sekolah
terdapat guru dan siswa yang merupakan pelengkap dalam proses pendidikan, sekolah
tanpa siswa ruang menjadi hampa, dan sekolah tanpa guru pun demikian. Interaksi
siswa dan guru menjadi satu bagian yang harus dilakukan untuk mencapai proses
pendidikan di sekolah, sehingga dari ketiga bentuk lembaga pendidikan menjadi hal
turut menunjang proses pembelajaran.

Toleransi menurut Tillman adalah sebuah sikap untuk saling menghargai,


melalui pengertian dengan tujuan untuk kedamaian. Toleransi disebut-sebut sebagai
faktor esensi dalam terciptanya sebuah perdamaian.Sedangkan Max Isaac Dimont
Menurut Dimont, pengertian toleransi adalah sikap untuk mengakui perdamaian dan
tidak menyimpan dari norma-norma yang diakui dan berlaku. Toleransi juga diartikan
sebagai sikap menghormati dan menghargai setiap tindakan orang lain.

12
Adapun menurut Heiler, pengertian toleransi adalah sikap seseorang yang
mengakui adanya pluralitas agama dan menghargai setiap pemeluk agama tersebut. Ia
menyatakan, setiap pemeluk agama mempunyai hak untuk menerima perlakuan yang
samadari semua orang.menurut hawkin toleransi ialah sebuah perasaan yang dapat
menghargai yang diartikan sebagai sikap menghormati antara sesama manusia yang
berbeda dalam pendapat maupun agama,sukusebuah keniscayaan. Adanya perbedaan
agama, budaya, suku, dan lain sebagainya menjadikan,ras,dan budaya.

Berdasarkan hasil pra-observasi di atas, sangat menarik bagi peneliti untuk


diteliti lebih jauh bagaimana pendidikan toleransi yang diterapkan di sekolah ini, baik
dari segi pengajaran di sekolah maupun aktivitas kegiatan sekolah tentang pendidikan
toleransi dalam kehidupan beragama di sekolah, penelitian ini dilakukan tentunya
membangun sikap toleransi pada siswa, karena dengan membangun sikap toleransi
dalam kehidupan beragama di sekolah, maka sekolah akan membangun sebuah
generasi bangsa yang lebih sadar akan keberbedaan dan keberagaman di Indonesia.

Secara tidak langsung juga, sekolah membangun sebuah kesadaran kritis pada
diri siswa.Para siswa pun bisa membentuk sebuah etika di dalam dirinya.Sehingga
peneliti membuat penelitian dengan judul Pendidikan Perbedaan agama dan
pengaruhnya terhadap susana di lingkungan sekolah. Selanjutnya peneliti berharap
hasil penelitian ini bisa menjadi wacana bagi penulis dan praktisi pendidikan
sekaligus implementasi pendidikan toleransi dalam lingkungan beragama di sekolah.

13
Toleransi menurut Tillman adalah sebuah sikap untuk saling menghargai,
melalui pengertian dengan tujuan untuk kedamaian. Tradisi keilmuan dalam bidang
pendidikan terdapat kesepakatan bahwa lembaga pendidikan terdiri dari berbagai
bentuk, yaitu pendidikan formal, informal, dan non-formal yang dipakai untuk
membagi lembaga pendidikan dari segi administrasi penyelenggarannya,namun pada
proses pembelajaran manusia diasumsikan terjadi dalam lembaga-lembaga social
tertentu di mana secara umum manusia mengalami tahapan proses pendidikan dalam
keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Max Isaac Dimont Menurut Dimont, pengertian toleransi adalah sikap untuk
mengakui perdamaian dan tidak menyimpan dari norma-norma yang diakui dan
berlaku. Perbedaan dalam segala aspek kehidupan terutama pada aktivitas keseharian
manusia merupakan sebuah keniscayaan. Adanya perbedaan agama, budaya, suku,
dan lain sebagainya menjadikan kehidupan ini beragam dalam suasana yang begitu
menarik, sebab perbedaan akan mengantarkan sebuah panorama yang begitu indah,
ketika hal tersebut diletakkan sebagai alat untuk saling mengikat satu sama lain dalam
upaya membangun sebuah bangunan kehidupan yang harmonis.

Menurut Heiler, pengertian toleransi adalah sikap seseorang yang mengakui


adanya pluralitas agama dan menghargai setiap pemeluk agama tersebut. Ia
menyatakan, setiap pemeluk agama mempunyai hak untuk menerima perlakuan yang
sama dari semua orang dan sebuah perasaan yang dapat menghargai yang diartikan
sebagai sikap menghormati antara sesama manusia yang berbeda dalam pendapat
maupun agama,suku,ras,dan budaya.menurut saya pendapat dari heiler ialah sebuah
sikap seseorang yang mengakui setiap perbedaan dalam kehidupan.

14
Hasil pengamatan

1. Agama Dalam Kehidupan Individu

Agama bukan sesuatu yang dapat dipahami melalui defenis-definisi belaka,


melainkan hanya dapat dipahami melalui deskripsi nyata yang bersumber dari
sebuah keyakinan yang utuh (sisi batin). Tak ada satupun defenisi tentang
agama yang benarbenar memuaskan t5anpa dibarengi oleh keyakinan . Untuk
itu agama dapat diartikan sebagai gejala yang begitu sering “terdapat dimana-
mana” dan agama berkaitan dengan usaha-usaha manusia untuk mengukur
dalamnya makna dari keberadaan diri sendiri dan keberadaan alam semesta.

Agama sebagai bentuk keyakinan manusia terhadap sesuatu yang bersifat


adikodrati (supernatural) ternyata seakan menyartai manusia dalam ruang
lingkup kehidupan yang luas. Agama memiliki nilai-nilai bagi kehidupan
manusia sebagai orang per orang atau dalam hubungannya dengan
bermasyarakat. Selain itu, agama juga memberi dampak bagi kehidupan sehari-
hari. Dengan demikian, secara psikologis agama dapat berfungsi sebagai motif
intrinsik (dalam diri) yang berguna, diantaranya untuk terapi mental dan motif
ekstrinsik (luar diri) dalam rangka menangkis bahaya negatif arus era global.
Agama dalam kehidupan individu berfungsi sebagai suatu sistem nilai yang
memuat norma-norma tertentu. Secara umum norma-norma tersebut menjadi
kerangka acuan dalam bersikap dan bertingkah laku agar sejalan dengan
keyakinan agama yang dianutnya. Sebagai sistem nilai agama memiliki arti
yang khusus dalam kehidupan individu serta dipertahankan sebagai bentuk ciri
khas. Dapat disaksikan dan bahkan dilihat dalam pengalaman kehidupan nyata
bahwa, betapa besar perbedaan antara orang beriman yang hidup menjalankan
agamanya, dengan orang yang tidak beragam. Pada rawud wajah orang yang
hidup denhgan berpegang teguh dengan keyakinan agamanya terlihat
ketentraman pada batinnya , sikapnya selalu tenang.

15
Mereka biasanya mudah terganggu oleh kegoncangan dan suasana galau
vyang senanhtiasa menghiyasi pikiran dan perasaanya. Perhatiannya hanya
tertuju kepada diri dan golongannya; tingkah laku dan sopan santun dalam
hidup biasanya diukur atau dikendalikan oleh kesenangan-kesenangan lahiriyah
yang mengacu kepada pemenuhan dan kepuasan hawa nafsu belaka. Dalam
keadaan senang, dimana segala sesuatu berjalan lancar dan menguntungkannya,
seorang yang tidak beragama akan terlihat gembira, senang dan bahkan
mungkin lupa daratan.

Tetapi apabila ada bahaya yang mengancam, kehidupan susah, banyak


problema yang harus dihadapinya, maka kepanikan dan kebingungan akan
menguasai jiwanya, bahkan akan memuncak sampai kepada terganggunya 1
Bambang Syamsul Arifin, Psikologi Agama, (Bandung: CV. Pustaka Setia,
2008), hlm. 143 kesehatan jiwanya, bahkan lebih jauh mungkin ia akan bunuh
diri atau membunuh orang lain.

Menurut Mc. Guire, diri manusia memiliki bentuk sistem nilai tertentu.
Sistem nilai ini merupakan sesuatu yang dianggap bermakna bagi dirinya.
Sistem ini dibentuk melalui belajar dan proses sosialisasi. Perangkat sistem
nilai dipengaruhi oleh keluarga, teman, institusi pendidikan dan masyarakat
luas. Selanjutnya, berdasarkan perangkat informasi yang diperoleh seseorang
dari hasil belajar dan sosialisasi tadi meresap dalam dirinya.

Sejak itu perangkat nilai itu menjadi sistem yang menyatu dalam
membentuk identitas seseorang. Ciri khas ini terlihat dalam kehidupan sehari-
hari, bagaimana sikap, penampilan maupun untuk tujuan apa yang turut
berpartisipasi dalam suatu kegiatan tertentu.3 Menurut pandangan Mc. Guire
dalam Jalaludin menjelaskan bahwa dalam membentuk sistem nilai dalam diri
individu adalah agama.

16
Setelah terbentuk, maka seseorang secara serta-merta mampu
menggunakan sistem nilai ini dalam memahami, mengevaluasi serta
menafsirkan situasi dan pengalaman. Dengan kata lain sistem nilai yang
dimilikinya terwujud dalam bentuk norma-norma tentang bagaimana sikap diri.
Misalnya seorang sampai pada kesimpulan: saya berdosa, saya seorang yang
baik, saya seorang pahlawan yang sukses ataupun saya saleh dan sebagainya.
Pada garis besarnya.menurut Mc. Guire sistem nilai yang berdasarkan agama
dapat memberi individu dan masyarakat perangkat sistem nilai dalam bentuk
keabsahan dan pembenaran dalam mengatur sikap individu dan masyarakat.

Pengaruh sistem nilai terhadap kehidupan individu karena nilai sebagai


realitas yang abstrak dirasakan sabagai 2 Zakiah Darajat, Peranan Agama
Dalam Kesehatan Mental, (Jakarta: PT Toko Agung, 1996), hlm. 56 3
Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2005), hlm.
254 Mulyadi: Agama dan Pengaruhnya dalam Kehidupan 558 daya dorong atau
prinsip yang menjdi pedoman hidup. Dalam relaitasnya nilai memiliki pengaruh
dalam mengatur pola tingkah laku, pola pikir, dan pola bersikap.4 Nilai adalah
daya pendorong dalam hidup, yang memberi makna dan pengabsahan pada
tindakan sesoerang. Karena itu nilai menjadi penting dalam kehidupan
seseorang, sehingga tidak jarang pada tingkat tertentu orang siap untuk
mengorbankan hidup mereka demi mempertahankan nilai.

Nilai mempunyai dua segi, yaitu segi intelektual dan segi emosional. Dan
gabungan dari kedua aspek ini yang menentukan suatu nilai beserta fungsinya
dalam kehidupan. Bila dalam kombinasi pengabsahan terhadap suatu tindakan
unsur intelektual yang dominan, maka kombinasi nilai itu disebut norma atau
prinsip. Di lihat dari fungsi dan peran agama dalam memberi pengaruhnya
terhadap individu, baik dalam bentuk sistem nilai, motivasi maupun pedoman
hidup, maka pengaruh yang paling penting adalah sebagi pembentuk kata hati
(conscience).

17
Kata hati menurut Erich Froom dalam Jalaluddin adalah panggilan kembali
manusia kepada dirinya. Erich Froom melihat manusia sebagai makhluk yang
secara individu telah memiliki potensi humanistik dalam dirinya. Kemudian
selain itu individu juga menerima nilai-nilai bentukan dari luar. Keduanya
membentuk kata hati dalam diri manusia. Dan apabila keduanya berjalan
seiring secara harmonis, maka manusia akan merasa bahagia.

Pada diri manusia telah ada sejumlah potensi untuk memberi arah dalam
kehidupan manusia. Potensi tersebut adalah hidayat alghariziyyat (naluriah);
hidayat al-hissiyat (inderawi); hidayat al-aqliyat (nalar); dan hidayat al-diniyat
(agama). Agama dalam kehidupan individu selain menjadi motivasi dan nilai
etik juga merupakan harapan. Agama berpengaruh sebagai motivasi dalam
mendorong individu untuk melakukan suatu aktivitas, karena perbuatan yang
dilakukan dengan latar belakang keyakinan agama dinilai mempunyai unsur
kesucian, serta ketaan. Keterkaitan ini akan memberi pengaruh diri seseorang
untuk berbuat sesuatu.

Sedangkan agama sebagai nilai etik karena dalam melakukan sesuatu


tindakan seseorang akan terikat kepada ketentuan antara mana yang boleh dan
mana yang tidak boleh menurut ajaran agama yang dianutnya. Sebaliknya
agama juga sebagai pemberi harapan bagi pelakunya. Seseorang yang
melaksanakan perintah agama umumnya karena adanya suatu harapan terhadap
pengampunan atau kasih sayang dari sesuatu yang ghaib (supernatual).
Motivasi mendorong seseorang untuk berkreasi, berbuat kebajikan maupun
berkorban. Sedangkan nilai etik mendorong seseorang untuk berlaku jujur,
menepati janji manjaga amanat dan sebagainya. Sedangkan harapan mendorong
seseorang untuk bersikap ikhlas, menerima cobaan yang berat ataupun berdo’a.
Sikap seperti itu akan lebih teras secara mendalam jika bersumber dari
keyakinan terhadap agama. Agama dalam kehidupan individu juga berfungsi
sebagai :

18
A. Sumber Nilai Dalam Menjaga Kesusilaan

Di dalam ajaran agama terdapat nilai nilai bagi kehidupan manusia.


Nilai-nilai inilah yang dijadikan sebagai acuan dan sekaligus sebagai
petunjuk bagi manusia. Sebagai petunjuk agama menjadi kerangka 5
Ramayulis, Psikologi Agama, Sistem nilai yang berdasarkan agama dapat
memberi pedoman bagi individu dan masyarakat. Sistem nilai tersebut dalam
bentuk keabsahan dan pembenaran dalam kehidupan individu dan
masyarakat.

B. Agama Sebagai Sarana Untuk Mengatasi Frustasi

Menurut pengamatan psikolog bahwa keadaan frustasi itu dapat


menimbulkan tingkah laku keagamaan. Orang yang mengalami frustasi tidak
jarang bertingkah laku religius atau keagamaan, untuk mengatasi frustasinya.
Karena seseorang gagal mendapatkan kepuasan yang sesuai dengan
kebutuhannya, maka ia mengarahkan pemenuhannya kepada Tuhan. Untuk
itu ia melakukan pendekatan kepada Tuhan melalui ibadah, karena hal
tersebut yang dapat melahirkan tingkah laku keagamaan.

C. Agama Sebagai Sarana Untuk Memuaskan Keingintahuan

Agama mampu memberikan jawaban atas kesukaran intelektual


kognitif, sejauh kesukaran itu diresapi oleh keinginan eksistensial dan
psikologis, yaitu oleh keinginan dan kebutuhan manusia akan orientasi
dalam kehidupan, agar dapat menempatkan diri secara berarti dan bermakna
ditengah-tengah alam semesta ini. Mau itu di bumi ataupun di akhirat karena
agama adalah pondasi atau pedoman kita dalam menjalani kehidupan.

19
2. Fungsi Agama Dalam Kehidupan Masyarakat

Masyarakat adalah gabungan dari kelompok individu yang terbentuk


berdasarkan tatanan sosial tertentu. Dalam kepustakaan ilmu-ilmu sosial
dikenal tiga bentuk masyarakat, yaitu : Solidaritas menjadi dasar terbentuknya
organisasi dalam masyarakat, sedangkan konsensus merupakan persetujuan
bersama terhadap nilai-nilai dan norma-norma yang memberikan arah dan
makna bagi kehidupan kelompok. Apabila kedua unsur tersebut hilang dari
suatu masyarakat, maka akan terjadi disorganisasi sosial serta bentuk sosial dan
kultur sosial yang telah mapan akan ambruk. Jika solidaraitas dan konsensus
dari suatu masyarakat yang oleh kuper dan M.G Smith dianggap sebagai unsur
budaya yang digunakan sebagai pedoman hidup sehari-hari bersumber dari
ajaran suatu agama, maka fungsi agama adalah sebagai motivasi dan etos
masyarakat.

Dalam konteks ini, maka agama memberi pengaruh dalam menyatukan


masyarakat. Sebaliknya agama juga dapat menjadi pemecah, jika solidaritas dan
konsensus melemah dan mengendur. Kondisi seperti ini akan terlihat dalam
masyarakat yang majemuk dan heterogen. Karena sikap Mulyadi: Agama dan
Pengaruhnya dalam Kehidupan 560 fanatisme kelompok tertentu dalam
masyarakat majemuk dan heterogen, maka akan memberi pengaruh dalam
menjaga solidaristas dan konsensus bersama.

Tujuan yang diakui oleh para anggota berbagai kelompok keagamaan


itu berkaitan dengan kehidupan didunia lain, masuk surga dan terhindar dari
neraka, meringankan (beban) arwah ditempat penyucian dosa, dan memperoleh
jaminan untuk berpindah ketingkat kehidupan yang paling tinggi..

20
Tipe pertama adalah masyarakat yang terbelakang dan memiliki sakral.
Kedua adalah masyarakat praindustri yang sedang berkembang. Ketiga adalah
masyarakat industri sekuler. Dalam masyarakat tipe pertama menurut Elizabeth
K. Nottingham, setiap anggota masyarakat menganut agama yang sama, oleh
karena itu keanggotaan dalam masyarakat dan dalam kelompok keagamaan
adalah sama. Agama menyusup kedalam aktivitas kemasyarakatan, baik yang
bersifat ekonomis, politik, kekeluargaan maupun rekreatif.

Sedangkan dalam masyarakat praindustri yang sedang berkembang


organisasi keagamaan sudah terpisah dari organisasi kemasyarakatan. Di
masyarakat ini organisasi keagamaan merupakan organisasi formal yang
mempunyai tenaga profesional tersendiri. Walaupun agama masih memberikan
arti dan ikatan kepada sistem nilai dalam kehidupan masyarakat, namun pada
saat yang sama lingkungan yang sakral dan yang sekuler masih dapat
dibedakan. Agama sudah tidak sepenuhnya menyusup ke aktivitas kehidupan
masyarakat, walaupun masih ada angapan bahwa agama dapat diaplikasikan
secara universal dan lebih 7 Elizabeth K. Nottingham,

26 tinggi dari norma-norma kehidupan sosial sehari-hari pada umumnya.8


Nilai keagamaan dalam masyarakat tipe ini menempatkan fokus utamanya pada
pengintegrasian tingkah laku perorangan dan pembentuk citra pribadinya.
Elizabeth berpendapat, bahwa walaupun tidak sekental masyarakat tipe
pertama, maka pada masyarakat tipe kedua ini agama ternyata masih
difungsikan dalam kehidupan masyarakat.

Kemudian pada masyarakat industri sekuler, organisasi keagamaan


terpecah-pecah dan bersifat majemuk. Ia melihat dimasyarakat modern yang
kompleks ini, ikatan antara organisasi keagamaan dan pemerintahan duniawi
tidak ada sama sekali.

21
Karena itu, agama cenderung dinilai sebagai bagian dari kehidupan
menusia yang berkaitan dengan persoalan akhirat, sedangkan pemerintahan
berhubungan dengan kehidupan dunia. Agama sebagai anutan masyarakat,
terlihat masih berfungsi sebagai pedoman yang dijadikan sumber untuk
mengatur normanorma kehidupan. Masalah agama tak akan mungkin dapat
dipisahkan dari kehidupan masyarakat, karena agama itu sendiri ternyata
diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam prakteknya fungsi agama
dalam masyarakat antara lain :

a. Berfungsi Edukatif Para penganut agama berpendapat bahwa ajaran agama


yang mereka anut memberikan ajaran-ajaran yang harus dipatuhi. Ajaran
agama secara yuridis berfungsi menyuruh dan melarang. Kedua unsur suruh
dan larangan ini mempunyai latar belakang mengarahkan bimbingan agar
pribadi penganutnya menjadi baik dan terbiasa dengan yang baik menurut
ajaran agama masing-masing.

b. Berfungsi Penyelamat Dimanapun manusia berada dia selalu menginginkan


dirinya selamat. Keselamatan yang diajarkan oleh agama. Keselamatan yang
diberikan oleh agama kepada penganutnya adalah keselamatan yang meliputi
dua alam yaitu dunia dan akhirat. Dalam mencapai keselamatan itu agama
mengajarkan para penganutnya melalui: pengenalan kepada masalah sakral,
berupa keimanan kepada Tuhan.

c. Berfungsi Sebagai Pendamaian Melaui agama seseorang yang bersalah atau


berdosa dapat mencapai kedamaian batin melalui tuntunan agama. Rasa
berdosa dan rasa bersalah akan segera menjadi hilang dari batinnya apabila
sesoerang pelanggar telah menebus dosanya melalui :tobat, pensucian
ataupun penebusan dosa.

22
d. Berfungsi Sebagai Sosial Kontrol Para pengganut agama sesuai dengan
ajaran agama yang dipeluknya terikat batin kepada tuntunan ajaran tersebut,
baik secara pribadi maupun secara kelompok. Ajaran agama oleh
penganutnya dianggap sebagai pengawasan sosial secara individu maupun
kelompok.

e. Berfungsi Sebagai Pemupuk Rasa Solidaritas Para penganut agama yang


sama secara psikologis akan merasa memiliki kesamaan dalam satu
kesatuan: iman dan kepercayaan. Rasa kesatuan ini akan membina rasa
solidaritas dalam kelompok maupun perorangan, bahkan kadangkadang
dapat membina rasa persaudaraan yang kokoh.

f. Berfungsi Transformatif Ajaran agama dapat mengubah kehidupan


kepribadian seseorang atau kelompok menjadi kehidupan baru sesuai dengan
ajaran agama yang dianutnya. Kehidupan baru yang diterimanya berdasarkan
ajaran agama yang dipeluknya itu kadangkala mampu mengubah
kesetiaannya kepada adat atau norma kehidupan yang dianutnya sebelum itu.

g. Berfungsi Kreatif Ajaran agama mendorong dan mengajak para


penganutnya produktif bukan saja untuk kepentingan dirinya sendiri, tetapi
juga untuk kepentingan orang lain. Penganut agama bukan saja disuruh
bekerja secara rutin dalam pola hidup yang sama, akan tetapi juga dituntut
untuk melakukan inovasi dan penemuan baru.

h. Berfungsi Sublimatif Ajaran agama mengkuduskan segala usaha manusia,


bukan saja yang bersifat agama ukhrawi, malinkan juga yang bersifat
duniawi. Segala usaha manusia selama tidak bertentangan dengan
normanorma agama, bila dilakukan atas niat tulus, karena dan untuk Allah
merupakan ibadah.9 Orang-orang yang berspekulasi tentang asal usul agama
sering mengemukakan gagasan agama merupakan tanggapan terhadap
kebutuhan-kebutuhan yang tidak sepenuhnya terpenuhi didunia ini.

23
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan penelitian dalam skripsi ini, maka dapat


diambil kesimpulan sebagai berikut:

Perbedaan agama adalah berbedanya keyakinan dan cara pandang


seseorang terhadap Tuhannya. Namun, setiap agama yang ada, harus saling
toleransi dan menghargai satu sama lain, serta tetap menjaga kerukunan antar umat
beragama. Lingkungan merupakan suatu tempat dimana terjadi proses interaksi
antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya. Lingkungan merupakan
tempat seseorang berinteraksi baik dengan orang di sekitarnya maupun alam.

Lingkungan meliputi semua kondisi-kondisi dalam dunia ini yang dalam


cara-cara tertentu mempengaruhi kelangsungan perilaku yang berada diluar diri
anak dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya yang berupa nyata.
Lingkungan selalu mengitari manusia dari waktu dilahirkan sampai meninggalnya,
sehingga antara lingkungan dan manusia terdapat hubungan timbal balik dalam
artian lingkungan mempengaruhi manusia dan manusia mempengaruhi
lingkungan.

Begitu pula dalam proses belajar mengajar,lingkungan merupakan sumber


belajar yang banyak berpegaruh dalam proses belajar maupun perkembangan anak,
salah satunya adalah lingkungan sekolah. Lingkungan sekolah merupakan
kesatuan ruang dalam lembaga pendidikan formal yang secara sistematis
melaksanakan program bimbingan, pengajaran, atau pelatihan dalam rangka
membantu para siswa agar mampu mengembangkan potensinya secara optimal,
baik yang menyangkut aspek moral – spiritual, intelektul, emosional, sosial,
maupun fisik motoriknya.

24
Sebuah lingkungan sekolah harus mempunyai misi menciptakan budaya
sekolah yang menantang dan menyenangkan, adil, kreatif, inovatif, terintegratif,
dan dedikatif terhadap pencapaian visi, menghasilkan lulusan yang berkualitas
tinggi dan mempunyai karakter takwa, jujur, kreatif, maupun menjadikan teladan,
bekerja keras, toleran, dan cakap dalam memimpin, serta menjawab tentang akan
kebutuhan pengembangan sumber daya manusia yang dapat berperan dalam
perkembangan iptek dan berlandaskan imtak.

Pengaruh lingkungan terhadap karakter siswa di sekolah cukup besar,


karena sekolah adalah lingkungan sosial kedua setelah keluarga yang akan dikenal
oleh siswa. Dalam lingkungan sekolah, siswa merupakan subjek dan objek yang
memerlukan bimbingan dari orang lain untuk mengarahkan potensi yang
dimilikinya serta bimbingannya menuju kedewasaan yang berkarakter dengan
pembentukan karakter secara terus menerus diharapkan dapat membentuk siswa
yang berkarakter dan berakhlakul karimah. Proses belajar mengajar dapat berjalan
dengan nyaman, aman dan terkonsentrasi.

Dengan terciptanya lingkungan sekolah yang bersih dan sehat, siswa


diharapkan dapat menikmati suasana yang menyenangkan dan kondusif, sehingga
sangat bermanfaat bagi pembinaan mental dan psikologis siswa yang baik. Letak
lingkungan sekolah yang baik hendaknya jauh dari keramaian, apabila gedung
sekolah berdekatan dengan keramaian dapat mengganggu konsentrasi siswa, baik
dalam belajar ataupun pada waktu istirahat.

B. Saran

Disarankan kepada pembaca supaya dapat melakukan sifat toleransi karena


selain memiliki sifat saling menghormati, toleransi juga dapat membuat kita
terhindar dari sifat iri hati terhadap seseorang. Dan saya harap kepada pembaca
agar dapat menjadi inspirasi kepada orang disekitar tentang manfaat dari toleransi
terhadap perbedaan agama.

25
DAFTAR PUSTAKA

https://digilibadmin.unismuh.ac.id/upload/9065-Full_Text.pdf

https://media.neliti.com/media/publications/80666-ID-pengaruh-religiusitas-
lingkungan-sekolah.pdf

https://core.ac.uk/download/pdf/288100489.pdf

http://repo.iain-tulungagung.ac.id/6576/5/BAB%20II.pdf

http://repo.iain-tulungagung.ac.id/6576/5/BAB%20II.pdf

https://www.bola.com/amp/4409596/pengertian-toleransi-secara-umum-
dan-menurut-ahli-ketahui-jenis-jenisnya

26

Anda mungkin juga menyukai