Anda di halaman 1dari 4

1.

(Point 40) Saat ini, penganut ateisme atau filosofi yang tidak percaya adanya tuhan,
meningkat di Arab. Jumlah penduduk penganut ateisme di Timur Tengah meningkat,
mengacu pada survei BBC International pada 2019 lalu, dari 8% pada 2013 menjadi 13%
di pada 2019. Beberapa negara yang dimaksud mencakup Turki dan Arab Saudi.
Bagaimana Anda menanggapi berita tersebut? Jika dikaitkan dengan model pembelajaran
agama, maka faktor apakah yang salah menurut pendapat Anda dengan terjadinya kasus
di atas?
2. (Point 30) Anda sedang membaca sebuah buku tentang sejarah pemikiran Islam. Anda
menemukan bahwa ada berbagai aliran dan mazhab dalam Islam, seperti Sunni, Syiah,
Mu’tazilah, Asy’ariyah, dan lain-lain. Bagaimana Anda akan memahami perbedaan-
perbedaan ini dari sudut pandang filsafat ilmu? Menurut Anda, apa implikasinya bagi
pembelajaran PAI di sekolah?
3. (Point 30) Anda sedang menyiapkan sebuah RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
untuk mata pelajaran PAI di kelas Anda. Anda ingin membuat pembelajaran PAI lebih
menarik dan bermakna bagi siswa Anda. Anda memutuskan untuk menggunakan
pendekatan berbasis kasus, yaitu memberikan sebuah kasus nyata yang berkaitan dengan
materi PAI yang akan diajarkan. Bagaimana Anda akan memilih dan menyusun kasus
yang sesuai dengan tujuan pembelajaran PAI? Apa nilai-nilai aksiologis yang Anda ingin
siswa Anda dapatkan dari kasus tersebut?
Jawaban Soal nomer 1 .
1. Bagaimana Anda menanggapi berita tersebut?

Menurut berita yang saya cerna, sebaiknya seorang pejabat memiliki pola pikir yang
fleksibel. Maksud dari kata fleksibel yaitu aturan yang diberlakukan tidak konstekstual
dan cara mendakwahkan ajaran agama islam dengan maidhoh khasanah dan dengan kasih
sayang. ketegangan seringkali bersumber pada rendahnya kualitas komunikasi
antarpemeluk agama yang berbeda. Menurut artikel yang saya pahami yang berjudul
Komunikasi Lintas Agama: Mencari Solusi Konflik Agama Kalaupun ada upaya formal
dalam bentuk dialog antar umat beragama, dialog-dialog tersebut cenderung
mengabaikan faktor substarnsi seperti layaknya sebuah dialog. Dialog cenderung
monoton dan satu arah, sehingga tidak ditemukan solusi penyelesaian konflik. Atas dasar
kasus tersebut, diperlukan bentuk tindakan yang dapat menjembatani ketegangan,
sehingga konflik dapat dicegah secara dini. Tulisan ini bermaksud menawarkan satu
solusi, yaitu perlu dilakukannya komunikasi melalui pendekatan komunikasi antarbudaya
(crosscultural communication). Pendekatan ini diasumsikan dapat menjembatani
ketegangan, sehingga masalah-masalah hubungan antar penganut agama yang berbeda
dapat cair, dan masalah apapun dapat ditemukan solusinya secara akomodatif dan
integratif. Lalu apa kata kuncinya? Salah satunya ketulusan untuk menghargai perbedaan.
Buku Religion as Communication (2011) karya Enzo Pace cukup menginspirasi. Agama
bukan semata-mata dapat menjadi media dalam berkomunikasi, melainkan lebih jauh dari
itu, ia menjadi spirit orang dalam berkomunikasi. Menurut Enzo, jika komunikasi
menargetkan efektif dalam penyampaian suatu pesan, hadirkan agama dalam prosesnya.
Lalu bagaimana agama bisa hadir dalam aktivitas komunikasi? Spiritnya, bukan agama
formalnya. Agama harus menjiwai setiap pesan yang disampaikannya. Dalam bahasa
teknisnya, ada ketulusan dalam menyampaikan pesan. Tulus dan ikhlas adalah bagian
dari spirit agama sehingga ketika berkomunikasi, ketika berusaha menyampaikan sebuah
pesan, tulus saja, tanpa pretense apa pun dalam diri komunikatornya. Pesan pun akan
dengan sendirinya sampai dan berbekas pada diri komunikan. Itulah sebabnya buku karya
Enzo ini diberi anak judul: God’s Talk (Suara Tuhan). Kajian ini selanjutnya dielaborasi
dengan menganalisis fakta-fakta empirik yang terjadi khususnya di Indonesia, dan sangat
mungkin terjadi juga di kawasan lain yang memiliki tingkat pluralitas masyarakat seperti
halnya di Indonesia. Perbedaan agama yang dianut oleh para aktor komunikasi tidak
menghalangi rasa empati untuk mengekspresikan kesadaran solidaritas sebagai sesama
manusia. Rasa empati tumbuh karena kesadaran kemanusiaan yang tulus dan utuh. Rasa
empati merupakan kunci penting akrtivitas komunikasi, sehingga direkomendasikan
untuk meningkatkan kompetensi komunikasi masyarakat plural, dan dikembangkan sejak
usia yang sangat dini.
2. Epistemologi:Perbedaan epistemologi mencakup pandangan terkait sumber pengetahuan.
Misalnya, aliran Mu’tazilah cenderung menekankan akal (reason) sebagai sumber utama
pengetahuan, sedangkan aliran Asy’ariyah dan Sunni lebih menekankan wahyu sebagai
sumber utama pengetahuan. Harun Nasution memandang bahwa realisasi pemikiran
Mu‟tazilah sangat penting bagi perkembangan modenisasi Islam di Indonesia. Ia
berpendapat bahwa rasionalisasi teologi Islam merupakan komponen esensial dalam
program modernisasi yang lebih luas dalam masyarakat Islam. Harun Nasution memiliki
kesempatan untuk menerapkan teorinya ke dalam praktek. Tujuan Harun Nasution adalah
untuk mengembangkan kemampuan modernitas Islam untuk bersaing dengan komunitas
Barat dengan tetap memperhatikan karakteristik akhlaq mulia Islam trasdisional. Harun
Nasution memiliki kesimpulan bahwa masyarakat Islam yang akan bersentuhan dengan
moderenitas agar menggeser kalam Asy‟ari dengan kalam Mu‟tazilah. Harun
menegaskan bahwa rasionalisme merupakan diantara tema sentral al-Qur‟an. Dalam hal
ini, Hermeneutika Nasution berbeda dari penafsir klasik dan kontemporer, Harun tidak
melakukan penafsiran makna ayat per ayat, akan tetapi ia lebih berusaha untuk
mengeluarkan tema umum dari sejumlah besar ayat.
3. Metodologi:Dalam hal metodologi, perbedaan dapat terlihat dalam pendekatan terhadap
penafsiran teks keagamaan. Misalnya, aliran Sunni cenderung mengikuti metode ijtihad
(interpretasi personal), sementara aliran Syiah mungkin memberikan peran lebih besar
kepada imam-imam mereka dalam penafsiran.
4. Ontologi:Perbedaan ontologis mencakup pandangan terhadap realitas. Beberapa aliran
mungkin memiliki pandangan berbeda tentang atribut Tuhan, takdir, dan kebebasan
manusia. Sebagai contoh, Mu’tazilah cenderung memiliki pandangan bahwa manusia
memiliki kebebasan mutlak, sementara aliran Asy’ariyah menerima takdir mutlak Tuhan.
5. Implikasi bagi pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah dapat mencakup
beberapa hal:Pemahaman yang Lebih Mendalam:Pembelajaran PAI dapat mencakup
pemahaman yang lebih mendalam tentang keragaman aliran dan mazhab dalam Islam. Ini
membantu siswa memahami konteks historis dan filosofis di balik perbedaan-perbedaan
tersebut.Penghormatan terhadap Keragaman:Pembelajaran ini dapat membantu
membentuk sikap penghormatan terhadap keragaman dalam Islam. Siswa diharapkan
dapat menghargai perbedaan pendekatan dan pandangan, tanpa menghakimi satu sama
lain.
6. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis:Memahami perbedaan aliran dan mazhab dapat
merangsang kemampuan berpikir kritis siswa. Mereka dapat melihat argumen-argumen
yang diberikan oleh setiap aliran dan mempertimbangkan implikasinya terhadap praktek
keagamaan.
7. Menyelaraskan Pendidikan Agama dengan Nilai Keilmuan:Melibatkan siswa dalam
pemahaman filsafat ilmu Islam dapat membantu menyelaraskan pendidikan agama
dengan nilai-nilai keilmuan. Siswa dapat belajar menghargai warisan intelektual Islam
dan bagaimana perbedaan filsafat ilmu mencerminkan kekayaan pemikiran Islam.Dengan
pendekatan ini, pembelajaran Pendidikan Agama Islam dapat menjadi lebih dinamis,
memberikan pemahaman yang lebih komprehensif, dan membantu siswa
mengembangkan keterampilan berpikir kritis serta toleransi terhadap perbedaan.
Jawaban Soal Nomer 3
Langkah 1: Pemilihan Kasus
1. Relevansi Materi:
 Pilih kasus yang memiliki kaitan langsung dengan materi PAI yang akan
diajarkan. Misalnya, jika topik adalah tentang toleransi antar-aliran dalam Islam,
pilih kasus yang melibatkan keragaman aliran di masyarakat Muslim.
2. Keterlibatan Emosional:
 Pilih kasus yang dapat membangkitkan empati dan keterlibatan emosional siswa.
Hal ini dapat membuat pembelajaran lebih pribadi dan bermakna.
3. Kasus Kontemporer:
 Jika memungkinkan, pilih kasus yang terkait dengan isu-isu kontemporer,
sehingga siswa dapat melihat relevansi materi PAI dalam kehidupan sehari-hari.
Langkah 2: Menyusun Kasus
1. Deskripsi Konteks:
 Deskripsikan dengan jelas konteks kasus, termasuk tempat, waktu, dan pelibatan
tokoh-tokoh utama.
2. Identifikasi Konflik:
 Tentukan konflik atau masalah etis yang ada dalam kasus. Ini dapat mencakup
pertentangan antar-aliran, perbedaan pendapat, atau konflik moral.
3. Pertanyaan Terbuka:
 Sertakan pertanyaan terbuka yang mendorong siswa untuk berpikir kritis dan
merenung. Pertanyaan ini dapat mencakup aspek-aspek seperti solusi yang
mungkin, pandangan agama terkait, dan implikasi aksiologis.
Nilai-nilai Aksiologis yang Diinginkan:
1. Toleransi:
 Mendorong siswa untuk mengembangkan sikap toleransi terhadap perbedaan
pandangan dan praktik keagamaan.
2. Keadilan:
 Memahamkan siswa tentang nilai-nilai keadilan dalam Islam dan bagaimana nilai-
nilai ini dapat diterapkan dalam menyelesaikan konflik.
3. Empati:
 Mengajak siswa untuk merasakan dan memahami perspektif orang lain dalam
konteks keberagaman agama.
4. Pemahaman Multikultural:
 Memperkenalkan konsep pemahaman multikultural dalam konteks Islam,
menghargai perbedaan budaya dan keberagaman aliran.
Langkah 3: Rencana Pembelajaran
1. Pendahuluan:
 Gambarkan kasus secara singkat untuk menarik perhatian siswa dan jelaskan
tujuan pembelajaran.
2. Eksplorasi Kasus:
 Bagi siswa ke dalam kelompok dan minta mereka menganalisis kasus. Dorong
diskusi kelompok untuk merangsang berpikir kritis.
3. Refleksi dan Diskusi Kelas:
 Selanjutnya, adakan sesi refleksi di kelas untuk mendiskusikan temuan kelompok,
menarik kaitan dengan nilai-nilai aksiologis, dan merumuskan solusi yang sesuai
dengan ajaran Islam.
4. Tindak Lanjut:
 Berikan tindak lanjut berupa penugasan atau proyek yang meminta siswa untuk
menerapkan nilai-nilai yang dipelajari dalam kasus ke situasi nyata atau membuat
rekomendasi penyelesaian.
Dengan pendekatan ini, diharapkan siswa tidak hanya memahami konsep-konsep PAI,
tetapi juga mampu mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari dan mengembangkan
sikap dan nilai-nilai aksiologis yang sesuai.

Anda mungkin juga menyukai