Muhammad Zubair
Ahmad Malik
Dosen Pemandu:
PROGRAM PASCASARJANA
STAI AL-FURQAN MAKASSAR
2022
1
Kata Pengantar
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
sebab itu,saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Makassar, 28 September 2022
Penyusun
2
Daftar Isi
3
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Guru merupakan teladan dan contoh bagi peserta didiknya, yang akan
mempengaruhi karakter kepribadian dan memiliki peran penting dalam
perubahan dan perkembangan pada peserta didik. Diantara tugas sebagai guru
diantaranya menanamkan akidah atau keyakinan mengesakan Allah dan
menyembah-Nya tanpa menyekutukanNya serta membiasakan untuk berakhlak
mulia dalam arti berperilaku baik atau berbudi pekerti luhur dalam interaksi
sosial dengan keluarga maupun masyarakat, adalah merupakan tanggung jawab
seorang guru terutama guru PAI.
Dengan adanya guru PAI sebagai yang menyampaikan materi tentang Islam
seharusnya bisa memerankan diri sebagai pembentuk karakter yang baik bagi
anak. Bukan hanya di sekolah, di dalam keluarga maupun masyarakat. Mulai
dari menyampaikan melalui lisan atau mencontohkan secara langsung perilaku
yang Islami, bisa dilakukan oleh orang tua, guru pendidik maupun masyarakat
khususnya orang-orang dewasa di kampung. Anak akan mendengarkan ketika
diberitahu walaupun tidak langsung bisa memahami, maka dari itu pembiasaan
juga perlu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari supaya anak bisa terbiasa
berperilaku baik. Perubahan sikap dan perilaku dari bertindak kurang baik untuk
menjadi lebih baik tidak terbentuk secara instan. Perubahan tersebut harus
dilatih secara serius dan berkelanjutan agar mencapai tujuan yang diinginkan.1
Di sisi lain sebagian orang percaya bahwa manusia sejak lahir sudah sesuai
fitrahnya atau bisa diartikan potensi baik sudah dimiliki sejak lahir. Dari situ
dapat diketahui bahwa ada faktor internal dan juga eksternal yang dapat
mempengaruhi karakter seseorang.
1
Ridwan Abdullah Sani and Muhammad Kadri, Pendidikan Karakter: Mengembangkan Karakter
Anak Yang Islami (Bumi Aksara, 2016).
4
Persoalan mendasar yang dihadapi sekolah-sekolah kita sekarang ini adalah
persoalan moral. Kata William Kilpatrick Persoalan-persoalan lainnya
bersumber dari persoalan ini. Bahkan reformasi akademis bergantung pada
bagaimana kita mengedepankan karakter.2 Tanpa karakter baik yang tertanam
dalam diri masing-masing. Seseorang akan cenderung mengedepankan akalnya
sendiri, mengedepankan nafsunya sendiri untuk memuaskan hasrat pribadinya.
Maka dari itu penanaman karakter sejak usia anak-anak sangatlah penting guna
mengatasi masalah-masalah seperti itu. Ada banyak jenis karakter yang telah
dirumuskan, dan yang dititikberatkan dalam makalah ini adalah karakter
disiplin dan tanggung jawab. Kedua karakter tersebut bisa diketahui dimiliki
oleh seseorang dari caranya berperilaku sehari-hari, dari cara bergaul dengan
orang lain maupun makhluk lain dan juga dari caranya beribadah. Karena pada
hakikatnya pendidikan tidak hanya terkait dengan bertambahnya ilmu
pengetahuan, namun harus mencakup aspek sikap dan perilaku sehingga
tertanam sikap disiplin dan tanggung jawab dalam diri anak.
Selain itu ada juga masalah kedisiplinan yang perlu dibenahi. Seperti
kurangnya kedisiplinan dalam belajar siswa yang bisa mengakibatkan
ketidakmampuan menjawab soal ujian. Dan parahnya adalah ketika siswa itu
2
Thomas Lickona, Pendidikan Karakter: Panduan Lengkap Mendidik Siswa Menjadi Pintar & Baik
(Nusamedia, 2019).
5
tidak menyesal atas nilai ujian yang kurang dari KKM. Ketidakpatuhan siswa
pada guru saat di dalam kelas, mengobrol sendiri dengan teman sebangku,
berbuat kegaduhan saat pembelajaran juga menjadi sebab ketidakpahaman
siswa terhadap materi pelajaran yang disampaikan oleh guru.
3
Ubaidillah Achmad and Yuliyatun Tajuddin, Suluk Kiai Cebolek Dalam Konflik Keberagamaan
Dan Kearifan Lokal (Prenada, 2014).
6
Pendidikan Agama Islam yang di dalamnya mengandung ajaran-ajaran
Islam mempunyai materi-materi yang berkaitan dengan karakter-karakter
tersebut dapat didayagunakan sebagai upaya perbaikan sikap disiplin dan
tanggung jawab anak. Dengan dalil Al-Qur’an dan hadis, dengan kisah-kisah
Nabi, rasul dan orang-orang shaleh adalah salah satu bahan yang bisa
dimanfaatkan oleh guru PAI sebagai rujukan dalam mendidik anak.
Motivasi dari guru pada umumnya dan guru agama khususnya merupakan
hal yang penting dan dibutuhkan untuk mendorong keinginan manusia agar
menjadi lebih baik. Dalam hal merubah tingkah laku ini hendaknya guru
mengetahui prinsip-prinsip motivasi yang dapat membantu pelaksanaan tugas
mengajarnya, meskipun tidak ada pedoman khusus yang pasti. Selain itu
indikator-indikator lain dalam PAI harus bisa dimaksimalkan oleh guru untuk
meningkatkan kualitas karakter-karakter baik peserta didik. Adanya indikator
tersebut membuat mata pelajaran-mata pelajaran yang ada di sekolah khususnya
PAI menjadi turut berperan aktif dalam pembentukan karakter peserta didik,
melalui seorang guru.
4
Titin Lestari Solehat and Zaka Hadikusuma Ramadan, “Analisis Program Penguatan Pendidikan
Karakter Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Di Sekolah Dasar,” Jurnal Basicedu 5,
no. 4 (2021): 2270–77.
7
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penyusun merumuskan rumusan
masalah sebagai berikut;
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diungkapkan, maka dapat
dikemukakan tujuan penulisan makalah ini dengan rincian sebagai berikut :
8
BAB II
PEMBAHASAN
5
Arin Tentrem Mawati et al., Strategi Pembelajaran (Yayasan Kita Menulis, 2021).
6
Naniek Kusumawati and Endang Sri Maruti, Strategi Belajar Mengajar Di Sekolah Dasar (Cv. Ae
Media Grafika, 2019).
9
d. Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria
dan standar keberhasilan dalam evaluasi pembelajaran.
7
Tho’ati Tho’ati, “Strategi Pembelajaran Pengembangan Pendidikan Karakter Pada Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam Materi Thaharah Di SMP” (PhD Thesis, IAIN KUDUS, 2021).
10
menjadi urusan strategi pengolahan, yaitu penjadwalan penggunaan
strategi pembelajaran, pembuatan catatan kemajuan belajar peserta didik,
pengelolaan motivasional dan kontrol belajar.
Seorang guru harus menguasai aneka metode dan strategi
pembelajaran. Dengan mengetahui karakteristik anak dan hambatan
belajar peserta didik, serta karakter mata pelajaran yang sedang
diajarkan, guru bisa menentukan metode dan strategi apa yang
diterapkan. Jalan praktis agar pendidik menguasai banyak strategi
mengajar adalah dengan mempelajari keadaan pembelajaran dan berlatih
strategi mengajar.
Penguasaan berbagai macam strategi mutlak bagi seorang
pendidik, tetapi pendidik perlu menyadari posisinya sebagai “orang tua
kedua” bagi anak. Pendidik perlu melakukan hal-hal sebagai orang tua.
Seperti, mendoakan peserta didik setiap selesai salat. Hal itu sangat
penting untuk memudahkan keberhasilan proses pendidikan.
Hal yang lebih penting bagi guru, selain pada penguasaan
pembelajaran, guru harus memiliki sifat-siafat positif dan menjauhkan
diri dari sifatsifat negatif. Contoh sifat-sifat positif itu adalah ikhlas
hanya kepada Allah, taqwa dan ibadah, Mendorong dan memotivasi
siswa untuk giat mencari ilmu, Berpenampilan baik, berbicara dengan
baik, berkepribadian matang dan terkontrol, keteladanan yang baik,
menepati janji, berperan memperbaiki sistem pengjaran, dan
bermuamalah secara baik kepada murid.
Para ahli pendidikan menyajikan 10 (sepuluh) strategi pembelajaran
aktif menyenangkan bermuatan karakter, kesepuluh strategi paling
akomodatif ini adalah
1. Active Learning bermuatan karakter,
2. Cooperative Learning bermuatan karakter,
3. Contextual Teaching and Learning (CTL) bermuatan karakter,
4. Strategi pembelajaran Inkuiri bermuatan karakter,
5. Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) bermuatan karakter,
11
6. Strategi Pembelajaran Ekspositori bermuatan karakter,
7. PAKEM bermuatan karakter,
8. Strategi Pembelajaran Inovatif bermuatan karakter,8
9. Strategi pembelajaran Afektif bermuatan karakter,
10. Quantum Learning bermuatan karakter.
8
Muhammad Siri Dangnga and A. Abd Muis, “Teori Belajar Dan Pembelajaran Inovatif,”
Makassar: Sibuku Makassar, 2015.
12
menyelesaikan suatu tugas, atau untuk mengerjakan sesuatu untuk
mencapai tujuan bersama lainnya. Bukanlah cooperative learning jika
siswa duduk bersama dalam kelompokkelompok kecil dan
mempersilahkan salah seorang diantaranya untuk menyelesaikan
pekerjaan seluruh kelompok. Cooperative learning menekankan pada
kehadiran teman sebaya yang berinteraksi antar sesamanya sebagai
sebuah tim dalam menyelesaikan atau membahas suatu
masalah atau tugas.
Ada beberapa hal yang perlu dipenuhi dalam cooperative learning
agar lebih menjamin para siswa bekerja secara kooperatif, hal tersebut
meliputi: pertama para siswa yang tergabung dalam suatu kelompok harus
merasa bahwa mereka adalah bagian dari sebuah tim dan mempunyai
tujuan bersama yang harus dicapai. Kedua para siswa yang tergabung
dalam sebuah kelompok harus menyadari bahwa masalah yang mereka
hadapi adalah masalah kelompok dan bahwa berhasil atau tidaknya
kelompok itu akan menjadi tanggung jawab bersama oleh seluruh anggota
kelompok itu. Ketiga untuk mencapai hasil
yang maksimum, para siswa yang tergabung dalam kelompok itu harus
berbicara satu sama lain dalam mendiskusikan masalah yang dihadapinya.
Pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai system
kerja/belajar kelompok yang terstruktur. Termasuk di dalam struktur ini
adalah lima unsur pokok, yaitu saling ketergantungan positis, tanggung
jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses
kelompok.
3. Model Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang dapat
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan
situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan
mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
13
Untuk memperkuat pengalaman belajar siswa diperlukan
pembelajaran yang lebih banyak memberikan kesempatan kepada siswa
untuk melakukan, mencoba, dan mengalami sendiri, dan bahkan sekedar
sebagai pendengar yang pasif sebagaimana penerima terhadap semua
informasi yang disampaikan guru dan lebih ditekankan pada upaya
memfasilitasi siswa untuk mencari kemampuan untuk bisa hidup dari apa
yang dipelajarinya.
4. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based
Instruction).
Model Problem Based Instruction adalah suatu metode yang
diajarkan dengan melihat fakta yang berkembang atau berdasarkan
masalah yang ada kemudian akan dilakukan diskusi dan pemecahan
masalah tersebut
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Guru merupakan teladan dan contoh bagi peserta didiknya, yang akan
mempengaruhi karakter kepribadian dan memiliki peran penting dalam
perubahan dan perkembangan pada peserta didik. Dengan adanya guru PAI
sebagai yang menyampaikan materi tentang Islam seharusnya bisa memerankan
diri sebagai pembentuk karakter yang baik bagi anak.
9
Solehat and Ramadan, “Analisis Program Penguatan Pendidikan Karakter Pada Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam (PAI) Di Sekolah Dasar.”
15
4. Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria dan
standar keberhasilan dalam evaluasi pembelajaran.
Ada beberapa model pembelajaran yang dapat digunakan dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Islam melalui Pendidikan karakter
1. Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction).
2. Model Pembelajaran Kooperatif
3. Model Pembelajaran Kontekstual
4. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Instruction).
B. Saran
Demikian makalah yang kami susun semoga makalah yang kami buat
mendapatkan anugrah dan inayah dari Allah serta bermanfaat bagi kita semua.
Dengan semangat belajar yang tinggi pula insya Allah dapat menegakkan tiang
agama dan mendapatkan tempat yang mulia kelak di hari akhir amin ya robbal
alamin. Kami menyadari bahwa sebagai manusia biasa terlalu banyak kekurangan
yang kami miliki terutama dalam penyusunan makalah ini. Olehnya itu Saran dan
kritik tetap kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
16
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Ubaidillah, and Yuliyatun Tajuddin. Suluk Kiai Cebolek Dalam Konflik
Keberagamaan Dan Kearifan Lokal. Prenada, 2014.
Dangnga, Muhammad Siri, and A. Abd Muis. “Teori Belajar Dan Pembelajaran
Inovatif.” Makassar: Sibuku Makassar, 2015.
Kusumawati, Naniek, and Endang Sri Maruti. Strategi Belajar Mengajar Di
Sekolah Dasar. Cv. Ae Media Grafika, 2019.
Lickona, Thomas. Pendidikan Karakter: Panduan Lengkap Mendidik Siswa
Menjadi Pintar & Baik. Nusamedia, 2019.
Mawati, Arin Tentrem, Rosmita Sari Siregar, Ahmad Fauzi, Friska Juliana Purba,
Kelly Sinaga, La Ili, Juliana Juliana, Sri Rezeki Fransiska Purba, Agung
Nugroho Catur Saputro, and Jessica Elfani Bermuli. Strategi Pembelajaran.
Yayasan Kita Menulis, 2021.
Sani, Ridwan Abdullah, and Muhammad Kadri. Pendidikan Karakter:
Mengembangkan Karakter Anak Yang Islami. Bumi Aksara, 2016.
Solehat, Titin Lestari, and Zaka Hadikusuma Ramadan. “Analisis Program
Penguatan Pendidikan Karakter Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama
Islam (PAI) Di Sekolah Dasar.” Jurnal Basicedu 5, no. 4 (2021): 2270–77.
Tho’ati, Tho’ati. “Strategi Pembelajaran Pengembangan Pendidikan Karakter Pada
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Materi Thaharah Di SMP.” PhD
Thesis, IAIN KUDUS, 2021.
17