Topik I dalam filosofi pendidikan Indonesia terlihat bagaimana sejara perjungan
pendidikan Indonesia dari masa penjajahan sampai kemerdekaan, dan pasca kemerdekaan. Pada masa sebelum kemerdekaan, dalam mendukung keuangan pemerintah Hindia Belanda, pendidikan hanya diperuntukkan bagi orang-orang tertentu saja dalam membaca dan menulis. Pada tahun yang sama yakni 1854 didirikan sekolah Bumi Putera sebelum Boedi Oetomo dengan fokus kegiatannya adalah mengarjakan membaca, menulis, dan menghitung. Pada tahun 1922 taman siswa lahir di Yogyakarta. Pada masa itu, pendidikan terus dipusatkan pada pada ideologi Belanda dengan tujuan menciptakan sumber daya manusia Indonesia yang siap digunakan bekerja untuk pemerintah Belanda. Berbeda dengan pendidikan sesudah kemerdekaan, saat Indonesia lebih fleksibel dan lebih mudah menerima layanan pendidikan tanpa adanya intervensi dari pihak lain. Tidak hanya layanan pendidikan saat ini yang mudah diakses tetapi banyaknya pilihan pelajaran yang ada. Pembelajaran saat ini mengkombinasikan antara literasi, keterampilan, sikap, dan penguasaan teknologi. Pemikiran Ki Hajar Dewantara sang at jelas dalam topik II yang menjadi acuan bagi guru, pemangku kebijakan, orang tua dalam menyelenggarakan pendidikan yang merefleksikan “Merdeka mengajar”. Ki Hajar Dewantara melihat onderwij atau pengajaran adalah bagian dari pendidikan. Menurutnya, pengajaran memiliki tujuan untuk memberikan ilmu sebagai bekal seseorang dalam menjalani kehidupannya baik secara lahir maupun batin. Sedangkan opvoeding (pendidikan) adalah untu memberi tuntunan (menuntun) terhadap kekuatan kodrat agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi tingginya baik sebagai individu maupun anggota masyarakat. Ini tidak terlepas dari identitas manusia Indonesia yang tertuang jelas dalam pancasila yang menjadi intisari pembahasan dalam topik III. Pancasila sebagai satu kesatuan dan identitas bangsa Indonesia yang berbeda agama, suku, ras, budaya, masyarakat dan bahasa telah dipelajari pada topik IV. Pada topik ini memperlihatkan bagaimana perwujudan nilai-nilai pancasila diterapkan di lingkungan sekolah yakni dengan Profil Pelajar Pancasila. Topik I dan IV saling berkaitan terutama dalam membangkitkan kesadaran mengenai perjungan bangsa Indonesia untuk menciptakan pendidikan Indonesia yang lebih baik. Tokoh yang sangat berpengaruh pada perkembangan pendidika di Indonesia adalah Ki Hajar Dewantara yang melahirkan pemikiran yang masih banyak digunakan hingga saat ini. Salah satunya adalah pendidikan yang berdasarkan Profil Pelajar Pancasila. Peserta didik yang kita hadapi tentu saja memiliki latar belakang yang beragam mulai dari latar belakang sosial, budaya, dan ekonomi. Peran seorang guru sangat penting dalam menyikapi perbedaan tersebut dengan strategi dan metode yang berbeda agar pembelajaran berpusat pada peserta didik dan memprioritaskan Profil pelajar pancasila. Faktanya pendidikan di Indonesia telah mengalami perkembangan dari masa ke masa. Sebagai seorang calon guru profesional di abad 21 adalah melanjutkan perjuangan dalam memajukan pendidika di Indonesia. Khususnya pemerataan pendidikan yang masih belum merata. Sebagai seorang calon guru profesional harus mampu mendidika peserta didik sesuai dengan perkembangan zaman tanpa meninggalkan identitasnya. Merdeka mengajar menjadi salah satu ciri pendidikan saat ini. Dimana sebagai seorang guru harus mampu menciptakan lingkungan belajar yang membebaskan peserta didik. Salah satu pembelajaran yang berpihak kepada peserta didik adalah dengan memberi kesempatan kepada mereka dalam mengemukakan pendapat. Sehingga mereka dapat membagun ilmunya sendiri. Selain itu memberikan pembelajaran sesuai dengan potensi dan kebutuhan mereka.