Anda di halaman 1dari 14

PENDIDIKAN MENURUT

KI HAJAR DEWANTARA

MAKALAH
DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS
MATA KULIAH : KONSEP DASAR PAUD
DOSEN PENGAMPU : RISTA DWI PERMATA, S.Pd, M.Pd
Disusun Oleh : 1. MIRZA ANDRIYANI SAPUTRI (1118210001)
2. Akhsanti Mardliyatul Ulya (1118210017)
3. Dewi Khofifah (1118210018)
4. Umi Ulfatin (1118210019)

UNIVERSITAS PGRI RONGGOLAWE


Jl. MANUNGGAL NO. 61
Kec. Semanding, Kabupaten Tuban, Jawa Timur
Tahun 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penyusun Panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat Rahmat
dan Hidayah-Nya kami dapat menyusun Makalah ini dengan tepat waktu.

Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membatu kami dalam
penyusunan makalah ini mengenai “MAKALAH PENDIDIKAN MENURUT KI HAJAR
DEWANTARA”.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Penyusun menyadari dalam
penyusunan makalah ini masih jauh dari posisi yang sempurna oleh karena itu penyusun
menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan ke posisi sempurna.
Akhir kata penyusun ucapkan trimakasih.

Tuban, 26 November 2021

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG.................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH............................................................................................1
C. TUJUAN PERUMUSAN MASALAH.......................................................................1
BAB II........................................................................................................................................2
PEMBAHASAN........................................................................................................................2
A. RIWAYAT HIDUP KI HAJAR DEWANTARA.......................................................2
B. PANDANGAN KI HAJAR DEWANTARA TERHADAP PAUD............................4
C. NILAI PENDIDIKAN BERDASARKAN PANDANGAN KI HAJAR
DEWANTARA......................................................................................................................5
D. PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI PAUD BERDASARKAN
PANDANGAN HIDUP.........................................................................................................6
BAB III.....................................................................................................................................10
PENUTUP................................................................................................................................10
A. KESIMPULAN.........................................................................................................10
B. SARAN......................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting dalam kehidupan karena
pendidikan adalah suatu proses untuk mendewasakan manusia. Atau dengan kata lain
pendidikan merupakan suatu upaya untuk “memanusiakan” manusia.
Melalui pendidikan manusia dapat tumbuh dan berkembang secara wajar dan
“sempurna” sehingga ia dapat melaksanakan tugasnya sebagai manusia. Pendidikan
dapat mengubah manusia dari yang asalnya tidak tahu menjadi tahu, asalnya tidak baik
menjadi baik. Sedemikian pentingnya nilai pendidikan bagi manusia, maka keharusan
untuk mendapatkannya pun adalah suatu keharusan.
Menurut Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional Indonesia) menjelaskan
tentang pengertian pendidikan yaitu: Pendidikan yaitu tuntutan di dalam hidup
tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan
kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota
masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Riwayat hidup Ki Hajar Dewantara
2. Pandangan Ki Hajar Dewantara terhadap PAUD
3. Nilai Pendidikan berdasarkan pandangan Ki Hajar Dewantara
4. Pelaksanaan pembelajaran di PAUD berdasarkan pandangan hidup

C. TUJUAN PERUMUSAN MASALAH


1. Mengetahui Riwayat hidup tentang Ki Hajar Dewantara
2. Mengetahui pandangan Ki Hajar Dewantara terhadap PAUD
3. Memahami Nilai-nilai Pendidikan berdasarkan pandangan Ki Hajar Dewantara
4. Mengetahui pelaksanaan pembelajaran di PAUD berdasarkan pandangan hidup

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. RIWAYAT HIDUP KI HAJAR DEWANTARA


Biografi Ki Hajar Dewantara dari pendidikan
Ki Hajar Dewantara lahir dengan nama Raden Mas (R.M.) Suwardi Suryaningrat.
Beliau lahir pada Kamis Legi, 2 Mei 1889 di Yogyakarta. Ki Hajar Dewantara berasal
dari keluarga bangsawan Puro Pakualaman Yogyakarta. Ayahnya adalah Kanjeng
Pangeran Ario (K.P.A.) Suryaningrat dan Ibunya bernama Raden Ayu (R.A.) Sandiah.
K.P.A. Suryaningrat sendiri merupakan anak dari Paku Alam III. Julukan Ki Hajar
Dewantara saat masih kecil adalah Denmas Jemblung (buncit) karena saat bayi perutnya
buncit.
Menjadi keluarga bangsawan, membuatnya mendapat pendidikan yang
berkecukupan. Ki Hajar Dewantara bersekolah di Europeesche Lagere School (ELS),
sekolah dasar milik Belanda di kampung Bintaran Yogyakarta. Lulus dari ELS Suwardi
Suryaningrat masuk ke Kweekschool, sebuah sekolah guru di Yogyakarta.
Ki Hajar Dewantara pun mendapat tawaran beasiswa sekolah kedokteran. Tepatnya
di sekolah dokter Jawa di Jakarta bernama STOVIA (School Fit Opleiding Van Indische
Artsen). Sayangnya 4 bulan kemudian beasiswanya dicabut karena kesehatan Ki Hajar
kurang baik. Beberapa hari sebelum pencabutan, dampratan dari Direktur STOVIA juga
ia dapatkan. Hal ini disebabkan karena Ki Hajar Dewantara dianggap membangkitkan
radikalisme terhadap Pemerintahan Hindia Belanda. Radikalisme ini konon disebarkan
melalui sajak yang ia bawakan di sebuah pertemuan.

Biografi Ki Hajar Dewantara dari dunia jurnalistiknya


Lepas dari STOVIA Ki Hajar Dewantara mendapat Surat Keterangan Istimewa atas
kemahirannya berbahasa Belanda. Ki Hajar juga menjadi jurnalis di Surat Kabar Bahasa
Jawa “Sedyotomo”, kemudian Surat Kabar Bahasa Belanda “Midden Java di
Yogyakarta, dan “De Express” di Bandung.
Berkat tulisan-tulisannya yang bagus, pada 1912 ia diminta mengasuh Harian “De
Express” Bandung oleh Dr. E.F.E. Douwes Dekker. Tulisan pertamanya berjudul
“Kemerdekaan Indonesia”. Bahkan ia pun menjadi Anggota Redaksi Harian “Kaoem

2
3

Muda” Bandung, “Oetoesan Hindia” Surabaya, “Tjahaja Timoer” Malang. Begitu juga
pada tahun 1912, Ki Hajar Dewantara menerima tawaran dari HOS.
Puncak karir Suwardi Suryaningrat dalam jurnalistik adalah saat menulis Als ik eens
Nederlander was pada Buletin Bumi. Buletin ini dicetak 5.000 eksemplar dan menjadi
terkenal di kalangan masyarakat. Hal ini disebabkan karena tulis-tulisan yang berupa
kritikan tersebut dinilai sangat pedas. Hingga akhirnya Ki Hajar Dewantara, dr. Cipto
Mangunkusumo, dan Dr. E.F.E. Douwes Dekker ditangkap lalu dipenjara.
Dunia jurnalistik yang ditekuni Suwardi Suryaningrat membuat pergaulannya lebih
luas pandangan politiknya juga lebih berkembang. Ia dapat mengutarakan pemikiran dan
persoalan bangsanya melalui ulisan-tulisan di berbagai surat kabar, majalah, dan brosur
dan memberi penerangan pada bangsanya yang sedang dirundung kegelapan.

Biografi Ki Hajar Dewantara dari Kiprah Dunia Pendidikan


Pengalaman mengajar ini kemudian digunakannya untuk mengembangkan konsep
mengajar bagi sekolah yang ia dirikan pada tanggal 3 Juli 1922: Nationaal Onderwijs
Instituut Tamansiswa atau Perguruan Nasional Taman siswa.
Sekolah pertama yang didirikan adalah taman indria (taman kanak-kanak) dan
kursus guru, kemudian diikuti taman muda (SD), dan taman dewasa (SMP merangkap
taman guru). Setelah itu, diikuti pendirian taman madya (SMA), taman guru (SPG),
prasarjana, dan sarjana wiyata. Dalam waktu 8 tahun, Perguruan Tamansiswa telah hadir
di 52 tempat.
Ada empat strategi pendidikan Ki Hadjar Dewantara:
- Pertama: pendidikan adalah proses budaya untuk mendorong siswa agar memiliki
jiwa merdeka dan mandiri.
- Kedua: membentuk watak siswa agar berjiwa nasional, namun tetap membuka diri
terhadap perkembangan internasional.
- Ketiga: membangun pribadi siswa agar berjiwa pionir-pelopor.
- Keempat: mendidik berarti mengembangkan potensi atau bakat yang menjadi
Korat Alamnya masing-masing siswa.
Dalam kabinet pertama Republik Indonesia, Ki Hadjar Dewantara diangkat menjadi
Menteri Pengajaran Indonesia. Beliau adalah Menteri Pendidikan, Pengajaran dan
Kebudayaan yang pertama. Pada tahun 1957 ia mendapat gelar doktor kehormatan
(doctor honoris causa, Dr.H.C.) dari Universitas Gadjah Mada.
4

Semboyannya yang terkenal hingga saat ini adalah Ing ngarsa sung tuladha, ing
madya mangun karsa, tut wuri handayani yang artinya di depan memberi contoh, di
tengah memberi semangat, di belakang memberi dorongan.
Jejak-jejak peninggalan Ki Hajar Dewantara terpampang rapi di Museum Dewantara
Kirti Griya yang berlokasi di Jalan Taman Siswa Yogyakarta. Museum yang diresmikan
Nyi Hadjar pada 2 Mei 1970 diberi nama sesuai fungsinya semula. Kirti berarti kerja dan
griya bermakna rumah. Bangunan ini dulu merupakan tempat tinggal Ki Hajar
Dewantara bersama keluarga.

B. PANDANGAN KI HAJAR DEWANTARA TERHADAP PAUD


Sesuai dengan pengertian pendidikan anak usia dini yang tercantum dalam UU RI
No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1 Butir 14 yang
menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang
ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia enam tahun yang dilakukan melalui
pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan
jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih
lanjut.
Ki Hajar Dewantara, seorang tokoh pendidikan nasional menyatakan bahwa
pendidikan anak usia dini merupakan masa peka atau masa penting bagi kehidupan anak,
dimana pada masa tersebut masa terbukanya jiwa anak sehingga segala pengalaman yang
diterima anak pada masa usia di bawah tujuh tahun akan menjadi dasar jiwa yang
menetap, sehingga pentingnya pendidikan di dalam masa peka bertujuan menambah isi
jiwa bukan merubah dasar jiwa. Lebih lanjut, Ki Hajar Dewantara mengatakan bahwa
pendidikan yang diselenggarakan untuk anak usia dini adalah pendidikan yang
membebaskan selama tidak ada bahaya yang mengancam.
Dipengaruhi pemikiran Frobel yang memberikan kebebasan pada anak yang diatur
secara tertib dan pemikiran Montessori yang membebaskan anak-anak seakanakan secara
tak terbatas, maka Ki Hajar Dewantara merumuskan sebuah semboyan “Tut Wuri
Handaayani” yakni memberi kebebasan yang luas selama tidak ada bahaya yang
mengancam kanak-kanak. Inilah sikap yang terkenal dalam hidup kebudayaan bangsa
kita sebagai system “Among”.
Pendidikan anak usia dini berdasarkan pemikiran Ki Hajar Dewantara didasarkan
pada pola pengasuhan yang berasal dari kata “Asuh” artinya memimpin, mengelola,
5

membimbing. Perilaku dapat mempengaruhi individu dan sebaliknya individu tersebut


dapat mempengaruhi lingkungan, lingkungan mempengaruhi seseorang dan seterusnya.
Oleh sebab itu, keteladanan mutlak dibutuhkan oleh anak-anak, Ki Hajar Dewantara
menyebutnya Ing Ngarsa Sung Tulada, dimana guru harus menjadi teladan untuk anak
didiknya.
Dukungan yang diberikan dapat berupa motivasi dan penyediaan media belajar.
Dalam sistem among, hal ini disebut sebagai “Ing Madya Mangun Karsa”. Jadi,
kebebasan yang diberikan pada anak usia dini sesungguhnya memerlukan bimbingan
yang bersifat keteladanan sebagai bentuk perwujudan kepemimpinan orang dewasa dan
membutuhkan dorongan atau motivasi orang dewasa kepada anak dalam menjalani
proses hidupnya secara alami yaitu ketika anak bermain atau kegiatan-kegiatan yang
diminati anak.
Proses pembelajaran yang dilakukan Ki Hajar Dewantara kepada anak usia dini
dilakukan dengan pendekatan budaya yang ada dilingkungan anak-anak. Menurutnya
untuk menyempurnakan perkembangan budi pekerti anak-anak jangan dilupakan dasar
“Bhineka Tunggal Ika” yaitu mementingkan segala unsur-unsur kebudayaan yang baik-
baik dimasing-masing daerah kanak-kanak sendiri, dengan maksud pada tingkatan-
tingkatan yang lebih tinggi melaksanakan “Konvergensi” seperlunya, menuju kearah
persatuan kebudayaan Indonesia secara evolusi.
Pendekatan budaya yang digunakan Ki Hajar Dewantara dalam pendidikan anak usia
dini adalah dengan melalui permainan, nyanyian, dongeng, olaraga, sandiwara, bahasa,
seni, agama dan lingkungan alam.
Proses pembelajaran pada anak usia dini menurut pemikiran Ki Hajar Dewantara
berlangsung secara alamiah dan membebaskan. Namun dalam kebebasannya tersebut
terdapat tuntunan dan bimbingan dari pendidik kepada anak yang bersumber pada
kebudayaan lingkungan anak, dimana nilai budi pekerti, nilai seni, nilai budaya,
kecerdasan, ketrampilan dan agama yang menjadi kekuatan diri anak untuk tumbuh
berkembang melalui panca inderanya. Kebudayaan yang dimaksud adalah kebudayaan
seharihari yang mengelilingi kehidupan si anak seperti nyanyian, permainan, dongeng,
alam sekitar dan sebagainya.

C. NILAI PENDIDIKAN BERDASARKAN PANDANGAN KI HAJAR


DEWANTARA
6

Menurut Ki Hadjar Dewantara, pendidikan merupakan salah satu usaha pokok untuk
memberikan nilai-nilai kebatinan yang ada dalam hidup rakyat yang berkebudayaan
kepada tiap-tiap turunan baru (penyerahan kultur), tidak hanya berupa “pemeliharaan”
akan tetapi juga dengan maksud “memajukan” serta “memperkembangkan” kebudayaan,
menuju ke arah keseluruhan hidup kemanusiaan (Dewantara, 2011: 344). Kebudayaan
yang dimaksud adalah kebudayaan bangsa sendiri mulai dari Taman Indria, anak-anak
diajarkan membuat pekerjaan tangan, misalnya: topi (makuto), wayang, bungkus ketupat,
atau barang-barang hiasan dengan bahan dari rumput atau lidi, bunga dan sebagainya.
Hal ini dimaksudkan agar anak jangan sampai hidup terpisah dengan masyarakatnya
(Dewantara, 2011: 276).
Nilai-nilai kebudayaan bukanlah nilai-nilai yang statis tetapi juga mengalami kemajuan.
Ki Hadjar Dewantara mengatakan hendaknya usaha kemajuan ditempuh melalui
petunjuk “Trikon”, yaitu : kontinyu dengan alam masyarakat Indonesia sendiri. Artinya,
secara kontinyu kebudayaan harus diestafetkan atau diberikan kepada generasi penerus
secara terus-menerus. Kemudian konvergen dengan budaya luar. Artinya, penerima nilai-
nilai budaya dari luar dengan selektif dan adaptif dan akhirnya bersatu dengan alam
universal, dalam persatuan yang konsentris yaitu bersatu namun tetap mempunyai
kepribadian sendiri. Jadi dapat disimpulkan bahwa kebudayaan Indonesia adalah
kebudayaan yang maju tetapi tetap berkepribadian Indonesia (Dewantara, 1994: 371).
Nilai-nilai budaya yang digunakan Ki Hadjar Dewantara dalam pendidikan adalah nilai
budaya yang ada sejak beliau dilahirkan, yaitu pada masa Adipati Paku Alam III tahun
1889, jadi nilai-nilai budaya sekitar abad ke-18 dan 19. Sedang filsafat pendidikan
esensialisme didasarkan pada jaman Renaisans yang muncul sekitar abad ke-15 dan 16.

D. PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI PAUD BERDASARKAN PANDANGAN


HIDUP
Seorang pendidik harus menyiapakan kelas untuk kegiatan pembelajaran dengan baik.
Berikut model-model pembentukan kelas:

1.Bentuk U
Kelebihan bentuk ini setiap siswa dapat memperhatikan dan menyimak materi
pembelajaran yang dibwakan atau disampaikan oleh guru, seperti memutar film atau
mendengarkan penjelasan guru.
7

2.Bentuk Kelompok
Bentuk ini sangat baik bila diterapkan untuk pembelajaran yang sifatnya diskusi atau
menyelesaikan masalah dengan cara pembagian kelompok. Kelebihan bentuk ini adalah
peserta didik dalam satu kelompok dapat saling berinteraksi lebih dekat dan dapat
memupuk rasa kerja sama.

3.Bentuk Melingkar
Bentuk ini memberikan kedekatan antara siswa yang satu dengan yang lain. Bentuk kelas
melingkar sangat cocok digunakan dalam pembelajaran bercerita dan bernyanyi.

4.Bentuk Konferensi
Bentuk konferensi merupakan pembentukan kelas seperti bentuk melingkar, akan tetapi
bentuk ini di tengah-tengahnya terdapat meja yang digunakan untuk menulis. Selain itu,
melingkarnya juga tidak sempurna karena harus menyesuaikan dengan bentuk meja
belajar.

5.Bentuk Klasikal
Bentuk klasikal adalah pembentukan kelas secara tradisional yang bisa diterapkan di
sekolah-sekolah pada umumnya. Bentuk kelas seperti ini bisa digunakan untuk jumlah
siswa yang sangat banyak sehingga perlu membutuhkan ruang yang cukup luas dan ditata
sedemikian rupa. Meskipun untuk pembelajaran kurang begitu efektif untuk
mengaktifkan peserta didik.

6.Bentuk Acak
Bentuk acak ialah pembentukan kelas dengan cara tidak teratur. Artinya, peserta didik
dapat memilih dan menentukan duduknya masing-masing. Pembentukan kelas ini
biasanya digunakan pada siswa yang melakukan pembelajaran melalui bermain. Di mana
anak melakukan permainannya di situlah tempat ia melangsungkan pembelajaran, seperti
di taman, di halaman maupun ruang sekolah.

Setelah selesai mempersiapkan dan membuat perencanaan pembelajaran, yang


selanjutnya ialah melaksanakan perencanaan tersebut dalam proses pembelajaran.
8

Pelaksanaan pembelajaran pendidikan anak usia dini dalam Kurikulum meliputi tiga hal
utama yaitu:

1.Pembukaan
·Pendidik menyampaikan salam
·Mengenalkan diri jika merupakan pertemuan awal guru mengajar
·Membacakan absensi
·Menjelaskan judul atau topik matreri yang akan diajarkan
·Menjelaskan tujuan pembelajaran umum maupun khusus
·Menyampaikan deskripsi sajian yang berisi ruang lingkup meteri dan kegiatan belajar
dan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
Membuka pembelajaran adalah usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam
kegiatan pembelajaran untuk menciptakan prakondisi bagi siswa agar mental maupun
perhatiannya berpusat pada apa yang akan dipelajarinya sehingga usaha tersebut akan
memberikan efek yang positif terhadap kegiatan belajar.

2.Inti (pembentukan kompetensi)


Kegiatan inti merupakan proses pembentukan atau pencapaian kompetensi dalam
pembelajaran. Dalam rangka pembentukan kompetensi tersebut ada tiga kegiatan yang
harus dilakukan oleh seorang pendidik yaitu :
a.Eksplorasi (penjelajahan), dalam kegiatan ini seorang pendidik harus memperhatikan
hal-hal sebagai berikut:
·Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas sesuai dengan tema yang akan
dipelajari
·Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media dan sumber belajar
·Memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didik serta antara peserta didik dengan
guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya.
·Melibatkan peserta didik secara aktif
·Memfasiliasi peserta didik dalam melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau
lapangan.

b.Elaborasi (pengerjaan dengan teliti)


·Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam
·Memfasilitasi peseta didik melalui pemberian tugas, diskusi dan sebagainya
9

·Memberi kesempatan untuk berfikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan


bertindak tanpa rasa takut.
·Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok
dan lain-lain

c.Konfirmasi (penguatan/penjelasan)
·Memberikan umpan balik positif
·Memberikan informasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi
·Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi
·Memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna
·Berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik
·Membantu menyelesaikan masalah
·Memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif.

3.Penutup
Penutup merupakan kegiatan terakhir dalam proses pembelajaran di kelas. Pada tahap ini
guru dapat mengakhiri pertemuan pembelajaran dengan memberikan suatu kesimpulan
terkait materi kompetensi yang disampaikan.kemusian barulah diakhiri dengan doa dan
salam.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
pendidikan Ki Hadjar Dewantara disebut filsafat pendidikan among yang di
dalamnya merupakan konvergensi dari filsafat progresivisme tentang kemampuan
kodrati anak didik untuk mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapi dengan
memberikan kebebasan berpikir seluas-luasnya. Di samping itu digunakan kebudayaan
yang sudah teruji oleh waktu, menurut esensialisme, sebagai dasar pendidikan anak
untuk pencapaian tujuannya. Khusus mengenai kebebasan berpikir, menurut Ki Hadjar
Dewantara, bila membahayakan anak didik berbuat salah maka akan diambil alih
pamongnya (Tutwuri Handayani). Selain itu Ki Hadjar Dewantara menggunakan
kebudayaan asli Indonesia, sedangkan nilai-nilai dari Barat diambil secara selektif
adaptatif sesuai dengan teori trikon (kontinyuitas, konvergen dan konsentris).

B. SARAN
Pendidikan harus mengutamakan azas kebermanfaatan dalam kehidupan sehari-hari.
Nilai-nilai yang terdapat di pendidikan seharusnya dapat dipraktekkan dalam kehidupan
nyata, dengan cara diamalkan dan diperaktekkan. Tidak hanya mempelajari teori tanpa
amalan.

10
DAFTAR PUSTAKA

https://m.liputan6.com/hot/read/4350679/biografi-ki-hajar-dewantara-singkat-gambarkan-
kiprahnya-di-dunia-jurnalistik (diakses pada tanggal 26 November 2021)
https://media.neliti.com/media/publications/85340-ID-filsafat-pendidikan-ki-hadjar-
dewantara.pdf (diakses pada tanggal 26 November 2021)
Fadillah, Muhammad. 2012. Desain Pembelajaran PAUD: Tinjauan Teoritik & Praktik.
Jogjakarta: Ar.Ruzz Media.
Dewantara, Ki Hadjar, 1994, Kebudayaan, Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa,
Yogyakarta.
https://www.kompasiana.com/harlinadwirahmasari/54f740eba33311c70e8b4669/proses-
pembelajaran-anak-usia-dini (diakses pada tanggal 26 November 2021)

11

Anda mungkin juga menyukai