KI HAJAR DEWANTARA
Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Wawasan Profesi
Pendidikan Dasar
Dosen Pengampu:
Dr. Hj. Yessy Yanita Sari, M.Pd
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah buah dari pemikiran-pemikiran yang di ramu menjadi sebuah sistem
yang harmoni. Pemikiran-pemikiran para tokoh pendidik menjadi hal penting untuk
ditelurusi lebih dalam. Memahami pemikiran-pemikiran tokoh menjadi salah satu langkah
untuk memahami sistem pendidikan yang kita jalani sekarang.
Salah satu tokoh pendidikan nasional yang sangat berpengaruh dalam sistem pendidikan
nasional adalah Ki Hajar Dewantara (KHD). Sebagai Bapak Pendidikan Nasional
pemikiran-pemikiran KHD merupakan batu pijakan dalam menyusun dan merancang
sistem pendidikan, baik pendidikan dalam lingkung nasional sampai kepada fase praksis.
Memahami pemikiran KHD akan memberikan kita sudut pandang kita terhadap dunia
pendidikan dan cara menagajar. Pemikiran-pemikiran filosofi KHD dapat membantu kita
menjadi guru yang cakap dalam pengajaran dan mampu memahami maksud dalam jalan
panjang pendidikan nasional.
Beberapa buah pemikiran KHD yang sangat lekat dengan sistem pendidikan nasional
misalnya semboyan Tutwuri Handayani dan Sitem Among. Maka pada makalah ini kita
akan membahas secara mendalam pemikiran-pemikiran dan hal yang melatar belakangi
pemikiran tersebut hadir. Selain dua hal ini kita juga akan mengkorelasikan pemikiran
KHD dalam kontek pendidikan dewasa ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A. BIOGRAFI
Ki Hajar Dewantara lahir dengan nama Raden Mas Suwardi Suryaningrat beliau lahir
di pakualaman 2 Mei 1889 di Yogyakarta berasal dari keluarga bangsawan Puro
pakualaman Ayahnya adalah kanjeng Pangeran Ariya Suryaningrat dan ibunya bernama
Raden Ayu Sandiah. menjadi keluarga bangsawan membuatnya mendapat pendidikan
yang berkecukupan. Ki Hajar Dewantara bersekolah dasar di ELS atau sekolah dasar
Eropa Belanda sampai Kemudian beliau melanjutkan pendidikannya ke STOVIA yaitu
sekolah dokter Bumiputera namun beliau tidak menamatkan pendidikannya karena
sakit. Di stovia beliau aktif menjadi Pengurus organisasi Budi Utomo. Kemudian beliau
bekerja sebagai penulis dan sempat juga menjadi wartawan di beberapa surat kabar
seperti Midden Java, Kaoem Moeda dan ekspress. Beliau terkenal dengan tulisan yang
komunikasi tajam dan anti kolonial. Pada tanggal 25 Desember 1912 ki Hajar Dewantara
mendirikan Indische Partij bersama Douwes Dekker dan Dokter Cipto Mangunkusumo
yang dikenal sebagai Tiga Serangkai. Ki hajar Dewantara juga menuliskan artikel
Seandainya aku orang Belanda dan serontak ini menyulut kemarahan dari pemerintah
kolonial Belanda dan kemudian membuatnya ditangkap dan diasingkan ke Belanda.
Dunia jurnalistik yang ditekuni beliau membuat pergaulannya lebih luas dan
pandangan politiknya juga lebih berkembang beliau dapat mengutarakan pemikiran dan
persoalan bangsanya melalui tulisan-tulisan di berbagai surat kabar. Di dalam masa
pengasingannya Ki Hajar Dewantara aktif bersosialisasi di dalam organisasi pelajar asal
indonesia. Ki hajar Dewantara banyak mendapat pengetahuan dan pemahaman sejarah
sosial pendidikan selama masa pengasingan di Belanda. Pada tahun yang sama beliau
juga mendirikan sebuah kantor berita yang dikenal sebagai kantor berita Indonesia. Di
sinilah beliau kemudian merintis cita-citanya untuk memajukan pendidikan masyarakat
Indonesia
Setelah kembalinya ke Indonesia pada bulan September tahun 1919 beliau kemudian
bergabung dalam sekolah binaan dari saudaranya sendiri sehingga beliau kemudian
memiliki pengalaman mengajar. Pada tanggal 3 Juli 1922 beliau mendirikan sekolah
yang diberi nama perguruan nasional taman siswa. Kehadiran perguruan ini membuka
kesempatan bagi semua orang untuk mengenyam pendidikan hal ini dapat membantu
rakyat-rakyat kecil untuk mendapatkan pendidikan. Kala itu beliau sudah genap berusia
40 tahun, pada usia tersebutlah beliau kemudian mengganti nama dengan Ki Hajar
Dewantara dan tidak lagi memakai gelar kebangsawanan di depan namanya hal ini
dilakukan agar dapat secara bebas dekat dengan rakyatnya. Pada kemerdekaan pertama
Republik Indonesia Ki Hajar Dewantara diangkat menjadi menteri pendidikan
pengajaran dan kebudayaan yang pertama pada tahun 1957 yang mendapat gelar doktor
kehormatan dari Universitas Gadjah Mada. Beliau wafat pada tanggal 26 April 1959 di
Yogyakarta atas jasa-jasanya di dalam merintis pendidikan di Indonesia beliau
kemudian diberikan gelar Bapak pendidikan nasional Indonesia dan kemudian tanggal
lahirnya ditetapkan sebagai hari pendidikan nasional.
Dengan demikian akan tumbuh sikap yang mandiri dan dewasa. Dalam konsep
pendidikan Ki Hadjar Dewantara ada hal yang harus dibedakan yaitu system Pengajaran
dan Pendidikan yang harus bersinergis satu sama lain.Pengajaran bersifat
memerdekakan manusia dari aspek hidup lahirlah kemiskinan dan kebodohan.
Sedangkan pendidikan lebih memerdekakan manusia dari aspek hidup batin
otonomi berpikir dan mengambil keputusan,martabat, mentalitas demokratik.
Keinginan yang kuat dari Ki Hajar Dewantara untuk generasi bangsa ini dan
mengingat pentingnya guru yang memiliki kelimpahan mentalitas, moralitas dan
spiritualitas. Beliau sendiri untuk kepentingan mendidik, meneladani dan pendidikan
generasi bangsa ini telah mengubah namanya dari ningratnya sebagai Raden Mas
soewardiSuryaningrat menjadi Ki hajar dewantara. perubahan nama tersebut dapat
dimakna bahwa beliau ingin menunjukkan perubahan sikap ningratnya menjadi
pendidik, yaitu dari satria pinandita ke pinandita satria yaitu dari pahlawan yang
berwatak guru spiritual ke guru spiritual yang berjiwa ksatria, yang mempersiapkan diri
dan peserta didik untuk melindungi bangsa dan negara ini.
Ki Hajar Dewantara, para guru hendaknya menjadi pribadi yang bermutu dalam
kepribadian dan spiritualitas, baru kemudian menyediakan diri untuk menjadi pahlawan
dan juga menyiapkan para peserta didik untuk menjadi pembela nusa dan bangsa yang
utama sebagai pendidik adalah fungsinya sebagai model keteladanan dan sebagai
fasilitator kelas.
Nama Ki H ajar Dewantara sendiri memiliki makna sebagai guru yang mengajarkan
kebaikan, keluhuran, keutamaan. Pendidik atau Sang Hajar adalah seseorang yang
memiliki kelebihan di bidang keagamaan dan keimanan, sekaligus masalah-masalah
sosial kemasyarakatan.
Modelnya adalah Kyai Semar menjadi perantara antara tuhan dan manusia,
mewujudkan kehendak tuhan di dunia ini. Sebagai pendidik yang merupakan perantara
tuhan maka guru sejati sebenarnya adalah berwatak pandita juga, yaitu mampu
menyampaikan kehendak tuhan dan membawa keselamatan. Pendidikan di Indonesia
haruslah memiliki landasan filosofis, yaitu nasionalistik, universalistik dan
spiritualistik.
Ki Hajar Dewantara, metode yang yang sesuai dengan sistem pendidikan ini adalah
sistem among yaitu metode pengajaran dan pendidikan yang berdasarkan pada asih, asah
dan asuh.
Metode ini secara teknik pengajaran meliputi kepala, hati dan panca Indera (educate
the head, the heart, and the hand)
Hidup dan tumbuhnya anak-anak itu terlekat di luar kecakapan atau kedehendak
kaum pendidikan. Anak akan tumbuh sesuai dengan kodratnya sendiri. kekuatan kodrati
adalah kekuatan anak tumbuh didalam batin dan lahir yang ada karena kodrat. Pada
pendidik hanya dapat menuntun tumbuh dan hidupnya kekuatan agar dapat
memperbaiki lakunya bukan dasarnya hidup dan tumbuhnya.
Menuntun berarti juga meneballaku potensi pada diri anak. Ketika guru sebagai
tenaga pendidikan mengamin bahwasanya setiap murid memiliki kodratnya, maka
menuntun artinya meneballaku hal-hal baik yang merupakan potensi. Hingga potensi
tersebut dapat tumbuh secara optimal.
Dari konsep pendidikan sebagai tuntunan kita sadar bahwa betapa pentinya
pendidikan dan peran pendidikan. Setiap anak seiring berjalannya waktu pasti akan
menjadi menjadi dewasa dan akan menjadi sesuatu yang telah menjadi kodrtanya, bisa
menjadi birokrat, praktisi, wirausaha, dan lain sebagainya. Pendidikan tidak mengubah
hal-hal kodrat akan, namun mengoptimalkan kodrat tersebut. Agar ketika anak tersebut
telah menemui kodrarnya ia akan menjadi pribadi yang dapat mengoptimalkan hal yang
positif pada dirinya.
2. Sistem Among
Metode among berkaitan dengan kata dasar mong yaitu momong, among, dan
pamong, tiga kata ini berdasar dari bahasa Jawa. Tiga mong ini sendiri sering dijadikan
landasan dalam proses pendidikan dan pengajaran bersamaan dengan proses pendidikan
dari yang paling awal hingga ke fase lanjutan. Untuk memahami konsep tiga mong maka
kita akan membedahnya satu persatu.
Momong artinya merawat dengan tulus dan penuh kasih sayang. Dalam proses ini
orang tua melakukan proses transfer kebiasan yang disertai dengan doa dan harapan.
Among artinya memberikan contoh tentang baik dan buruk. Proses ini dilakukan tanpa
mengurangi hak anak agar tumbuh dan berkembang dalam suasan hati yang merdeka.
Ngemong artinya mengamati, merawat, dan menjaga agar anak mampu
mengembangkan dirinya.
Sistem among dilaksanakan dengan tutwuri handayani ketika seorang guru atau
pendidik telah menemukenali anak, bila dimungkinkan anak dikoreksi namun dengan
tetap penuh kasih sayang. Pendidikan yang berlandaskan paksaan-hukuman-ketertiban
dianggap memerkosa hidup batin sang anak. Karena sejatinya pendidikan harus
menempatkan jiwa merdeka anak sebagai sifat kodrati anakyang harus ditumbuh
kembangkan melalui pendidikan dan pengajaran. Ia juga mengukapkan bahwa setiap
orang adalah guru dan setiap tempat adalah sekolah.
Selain belajar sambil bermain, KHD juga mengusulan belajar mengajar secara
berkelompok. Dengan adanya kelompok guru dapat mengajarkan interaksi sosial,
konsisten, dan konsekuensi terhadap kesepakatan bersama yang telah ditetapkan.
KHD berkata, “Pamong jangan hanya memberi pengetahuan yang perlu dan baik
saja, akan tetapi harus mendidik siswa mencari sendiri pengetahuan itu dan memaknai
guna amal keperluan umum.”
Menurut KHD kemerdekaan sejatinya tidak tak berbatas akan tetapi kemerdekaan
dibatasi oleh tertib damai masyarakat. Maka kemerdekaan sejati adalah kemerdekaan
yang tidak mengganggu kemerdekaan orang lainnya.
Dalam Wasita Jilid 1/No.3 Edisi Desember 1928, KHD mengutarakan keberatanya
akan persamaan hak perempuan yang berkembang di Eropa. Namun bukan berarti KHD
diskriminatif kepada kaum perempuan. Justru dalam beberapa artik KHD
menyampaikan bahwa pentingnya kehadiran perempuan dalam dunia pendidikan
khususnya pada masa anak-anak. Karena perempuan memiliki sifat keibuan yang tidak
dimiliki oleh laki-laki.
KHD juga mengutaran konsep pemisahan kelas antara laki-laki dan perempuan
ketika sudah menginjak pendidikan menengah dan lanjut. Hal tersebut terekam dalam
artikel berjudul “Pengaruh perempuan pada barang dan tempat kulilingnya.” Pada
artikel tersebuh KHD juga menyampaikan perempuan untuk memahami hak dan
kewajibannya sebagai perempuan.
4. Pendidikan Usia Dini
KHD membagi pendidikan dalam dua hubungan yaitu pendidikan dan kehidupan
rakyat serta pendidikan dan kebangsaan. Dalam hubungan yang pertama terdapat
sembilan poin yaitu kekuatan rakyat, mendidik anak adalah mendidik rakyat, sistem
pendidikan kerakyatan, penerimaan perbedaan, kemerdekaan manusia, bersandar pada
kekuatan sendiri, tugas sebagai rakyat, tidak diperintah, dan persatuan pengajaran.
Sedangkan pada bagian kedua yaitu pendidikan dan kebangsaan terdapat tujuh poin
penting yaitu pendidikan nasional yang selaras dengan kehidupan dan penghidupan
bangsa, pendidikan nasional adalah hak dan kewajiban bangsa, tidak menerima subsidi
pemerintah, tidak terikat lahir dan batin, sistem mengongkosi diri sendiri, adanya badan
pembantu umum,
Buku ini membahas gagasan dan pemikiran Ki Hajar Dewantara dalam bidang
Pendidikan di antaranya mengenai Pendidikan nasional. Pendidikan kanak-kanak,
Pendidikan Sistem Pondok, Adab dan etuka keteladanan, Pendidikan dan kesusilaan.
Ki Hajar Dewantara berpendapat bahwa kemerdekaan bangsa untuk mendapat
kesejahteraan tidak hanya dicapai melalui jalan politik, tetapi juga melalui
pendidikan.
Dalam buku ini, Ki Hajar Dewantara menulis tentang kebudayaan dan kesenian
antara lain: Pembangunan Kebudayaan Nasional, Kebudayaan Sifat Pribadi Bangsa,
Asosiasi antara Barat dan Timur.
Buku ini berisi tulisan-tulisan mengenai politik antara tahun 1913-1922 yang
membuat ramai dunia imperialis Belanda dan tulisan-tulisan mengenai wanita dan
perjuangannya.
PENUTUP
KESIMPULAN
Pemikiran KHD merupakan pemikiran yang melampaui tempat dan zamannya. Pemikiran-
pemikiran tersebut bukan lahir dari ruang hampa, pemikiran tersebut hadir sebagai respon
terhadap kondisi sosial dimana pemikiran tersebut hadir. Pemikiran KHD mencoba menantang
pemapanan sistem pendidikan pada masanya.
Pemikiran-pemikiran KHD yang kini kita kenal juga tidak lepas dari pengaruhu pemikiran
tokoh-tokoh besar sebelumnya. Keluasan pergaualan dan pengalaman yang ia miliki sangat erat
hubungan dengan buah-buah pikir yang ia sampaikan.
Prinsip kesetaran antara kaum pribumi dan kaum kolonial sangat kenal dalam pemikiran-
pemikiran yang belaiu sampaikan. Namun mengapa pemikiran tersebut masih relevan hingga
saat ini. Hal tersebut tidak lepas dari kondisi bangsa kekinan.
Kemerdekaan fisik yang bangsa Indonesia rebut di tahun 1945 ternyata belum diimbangi dengan
kemerdekaan jiwa dan pikiran. Maka relevasi pemikiran KHD sangat terasa ketika kita
membicarakan realitas ketimpangan sosial, dan permasalahan-permasalahan yang terjadi
belakangan ini.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JUPE/index
https://media.neliti.com/media/publications/85340-ID-filsafat-pendidikan-ki-hadjar-
dewantara.pdf
Biografi Ki Hajar Dewantara: Perjalanan Hidup Bapak Pendidikan Indonesia - Best Seller Gramedia
https://www.scribd.com/doc/191738989/Makalah-Tentang-Ki-Hajar-Dewantara3
http://mengomentaridunia.blogs.uny.ac.id/wp-
content/uploads/sites/15297/2017/10/PEMIKIRAN-PENDIDIKAN-DAN-PENGAJARAN-
OLEH-KI-HAJAR-DEWANTARA-SEBAGAI-LANDASAN-KEBIJAKAN-PENDIDIKAN-
NASIONAL-YANG-SESUAI-DENGAN-JATI-DIRI-BANGSA-.pdf